• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2016

1. Pertumbuhan

Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) triwulan II tahun 2016 NTT naik sebesar 0,91 persen dibanding triwulan I tahun 2016, sedangkan pertumbuhan (y-on-y) triwulan II tahun 2016 terhadap triwulan yang sama tahun 2015 naik sebesar 3,71 persen.

2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (q-to-q) triwulan II tahun 2016 naik sebesar 6,00 persen dibanding triwulan I tahun 2016, sedangkan pertumbuhan (y-on-y) triwulan II tahun 2016 terhadap triwulan yang sama tahun 2015 NTT naik sebesar 10,14 persen.

No. 09/08/53/Th. XIX, 1 Agustus 2016

Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang NTT triwulan II tahun 2016 (q-to-q) naik sebesar 0,91 persen dibanding triwulan I tahun 2016, sedangkan pertumbuhan produksi (y-on-y) naik sebesar 3,71 persen dibanding triwulan yang sama tahun 2015. Pola pertumbuhan yang sama ditunjukkan oleh produksi industri manufaktur besar sedang secara nasional, dimana pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang Indonesia triwulan II tahun 2016 (q-to-q) naik sebesar 3,54 persen. Sementara pertumbuhan produksi (y-on-y) triwulan II tahun 2016 terhadap triwulan yang sama pada tahun 2015, mengalami kenaikan sebesar 5,54 persen.

Grafik 1.1

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan II Tahun 2016 NTT & Nasional

(q to q) dan (y on y) (%)

(2)

Naiknya pertumbuhan produksi IBS NTT triwulan II (q-to-q) NTT sebesar 0,91 persen dipengaruhi oleh kontribusi pertumbuhan positif dari sebagian besar jenis industri besar dan sedang yang ada di NTT. Pertumbuhan produksi industri manufaktur furnitur mengalami kenaikan tertinggi, yaitu sebesar 6,73 persen kemudian industri manufaktur minuman mengalami kenaikan sebesar 5,26 persen, dan industri manufaktur makanan naik sebesar 1,20 persen, sedangkan industri manufaktur barang galian bukan logam mengalami penurunan sebesar -2,50 persen. Berbeda dengan pertumbuhan (q-to-q), pertumbuhan IBS secara (y-on-y) menunjukkan semua jenis industri memberikan kontribusi pertumbuhan positif terhadap pertumbuhan sebesar 3,71 persen IBS NTT. Industri manufaktur minuman mengalami kenaikan tertinggi dibanding jenis industri yang lain yaitu sebesar 7,33 persen, industri manufaktur makanan sebesar 6,45 persen, industri manufaktur furnitur sebesar 3,76 persen dan industri barang galian bukan logam mengalami kenaikan sebesar 1,47 persen.

Apabila dilihat dari tabel 1.1 pada triwulan II tahun 2016, perusahaan industri barang galian bukan logam menyerap tenaga kerja lebih tinggi dibanding industri besar lainnya yang ada di NTT yaitu : industri minuman, industri makanan dan industri furnitur. Sejalan dengan penyerapan tenaga kerja, kontribusi nilai produksi industri barang galian bukan logam juga memberikan kontribusi tertinggi terhadap nilai produksi IBS di NTT selama triwulan II tahun 2016. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : perusahaan industri barang galian bukan logam mampu menyerap tenaga kerja sebesar 35,95 persen dan memberikan kontribusi sebesar 59,39 persen terhadap nilai produksi (output) IBS NTT. Industri makanan mampu menyerap 28,09 persen tenaga kerja dan memberikan kontribusi nilai produksi sebesar 25,42 persen.

Tabel 1.1

Persentase Penyerapan Tenaga Kerja, Kontribusi Nilai Produksi Terhadap Total Nilai Produksi, dan Produktivitas Tenaga Kerja

Industri Manufaktur Besar Sedang Pada Trw I dan II Tahun 2016

No Jenis Industri Penyerapan Tenaga Kerja (%) Kontribusi Nilai Produksi (%) Produktivitas (Rp.Juta) Trw I 2016 Trw II 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Industri Makanan 28,09 25,42 11,15 16,33 2 Industri Minuman 17,80 6,87 8,00 6,97 3 Industri Furnitur 18,15 8,31 8,47 8,27 4 Industri Barang Galian Bukan Logam

35,95 59,39 31,29 29,81

Jumlah 100,00 100,00 17,02 18,05

Sumber : Hasil Olahan Survei IBS Bulanan

(3)

Pada triwulan II tahun 2016 produktivitas tenaga kerja sektor industri manufaktur besar dan sedang di NTT mengalami kenaikan sebesar 6,05 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 17,02 juta rupiah per tenaga kerja selama triwulan I tahun 2016 menjadi 18,05 juta rupiah per tenaga kerja selama triwulan II tahun 2016. Jika dilihat menurut jenis industri manufaktur, maka produktivitas tenaga kerja tertinggi dalam kurun waktu triwulan II tahun 2016 adalah sektor industri barang galian bukan logam yaitu sebesar Rp. 29,81 juta per tenaga kerja, selanjutnya industri makanan sebesar Rp. 16,33 juta per tenaga kerja, sementara produktivitas industri furnitur dan industri minuman masing-masing sebesar Rp. 8,27 juta dan Rp. 6,97 juta per tenaga kerja selama triwulan II tahun 2016.

A. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Pada triwulan II tahun 2016 pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) (q-to-q) tumbuh sebesar 6,00 persen dibanding triwulan I tahun 2016. Kontribusi pertumbuhan positif produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan II tahun 2016 (q-to-q) berasal dari kenaikan sebagian besar jenis IMK yang ada di NTT, seperti: industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (13,78%), industri barang galian bukan logam (10,31%), industri furnitur (9,63%), industri makanan (7,36%), industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (7,32%), industri pakaian jadi (6,72%), industi barang logam, bukan mesin dan peralatannya (5,85%), industri tekstil (2,49%) dan industri minuman (2,17%).

Sementara hanya dua jenis IMK yang mengalami pertumbuhan negatif, yaitu : industri pengolahan lainnya (-3,98%) dan industri percetakan dan reproduksi media rekaman (-1,42%). Secara rinci mengenai pertumbuhan IMK q-to-q dan y-on-y dapat dilihat pada tabel 1.3.

Grafik 1.2

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Triwulan I Tahun 2015 s/d Triwulan II 2016 (

q-to-q

) NTT dan Nasional (%)

(4)

Tabel 1.3

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Triwulan II Tahun 2016

No Kode KBLI Jenis Industri Pertumbuhan Triw II (persen)

q-to-q

c-to-c

y-on-y

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 10 Industri Makanan 7.36 5.66 7.19

2 11 Industri Minuman 2.17 -16.55 -17.21

3 13 Industri Tekstil 2.49 5.65 9.34

4 14 Industri Pakaian Jadi 6.72 5.77 12.57

5 16

Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang

Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7.32 -15.85 -14.77

6 18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman -1.42 14.62 11.89

7 20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 13.78 29.34 37.68

8 23 Industri Barang Galian Bukan Logam 10.31 6.89 19.03

9 25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 5.85 14.85 18.81

10 31 Industri Furnitur 9.63 27.01 29.43

11 32 Industri Pengolahan Lainnya -3.98 -25.24 -23.92

(5)

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Informasi lebih lanjut hubungi: Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si Kepala BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur

Telp/Fax. (0380) 8554535

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: tahap pertama dengan meren- dam larva ikan cupang berumur empat hari ke dalam larutan tepung testis sapi dengan dosis berbeda, dan tahap

Aksi ambil untung dari investor di tengah nilai tukar rupiah yang melanjutkan tren pelemahan terhadap dollar Amerika men- dorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat

Proses perhitungan penggajian yang masih diterapkan di Sentra-Net masih dibilang rumit dan cukup menghabiskan banyak waktu untuk di kerjakan oleh SDM,

Masalah penyalahgunaan NAPZA dan Miras di Indonesia menjadi isu yang hangat diperbincangkan belakangan ini. NAPZA dan miras tersebut selanjutnya menjadi penyakit akhlak bagi

Hasil menunjukkan bahwa metode yang diusulkan yakni ensemble least square support vector machine lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya dengan persentase tingkat accuracy,

Sumber primer adalah sumber asli atau data bukti yang sezaman dengan peristiwa yang akan diungkap. Sumber primer juga bisa disebut sumber langsung, antara lain

Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan dalam komunikasi antarbudaya. Dengan komunikasi yang baik suatu pesan akan lebih mudah untuk dipahami oleh penerima

Bagaimana perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goring curah/kemasan.