• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Kabupaten Boyolali 1. Keadaan Geografis

Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.0965 ha atau kurang 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’ LS – 7o71’LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari permukaan laut. Sebelah timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedang sebelah utara dan barat merupakan daerah pegunungan. Kabupaten Boyolali dengan ibukotanya Kota Boyolali, dengan luas wilayah 1.015,10 km² membentang barat – timur sekitar 49 km, utara – selatan sekitar 54 km. Kabupaten Boyolali berbatasan dengan kabupaten Grobogan di sebelah utara, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar dan Kota Solo di sebelah timur, Kabupaten Klaten di sebelah selatan, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di sebelah barat.1

2. Keadaan Sosial Ekonomi

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Boyolali, fasilitas kesehatan di Kabupaten Boyolali terdiri dari 10 Rumah Sakit, 29 Puskemas, 57 Puskesmas Pembantu, 13 Puskesmas Rawat Inap, 14 Puskesmas Keliling, 1827 Posyandu, 7 Laboratorium. Banyaknya fasilitas kesehatan di

1

(2)

Kabupaten Boyolali kita bisa melihat tingkat kesehatan masyarakat di Kabupaten Boyolali. 2

Dalam segi pendidikan Kabupaten Boyolali memiliki banyak sekolahan serta ditunjang dengan jumlah guru yang mencukupi. Jumlah sekolah taman kanak-kanak 686 sekolah dengan jumlah murid 22.244 orang dan jumlah guru 1.511 orang sehingga ratio murid terhadap guru adalah 15. Jumlah sekolah dasar 805 sekolah dengan jumlah murid 100.590 orang dan jumlah guru 7.802 orang sehingga ratio murid terhadap guru adalah 13. Jumlah sekolah menengah pertama 120 sekolah dengan jumlah murid 45.558 orang dan jumlah guru 3.542 orang sehingga ratio murid terhadap guru adalah 13. Jumlah sekolah menengah atas 77 sekolah dengan jumlah murid 27.978 orang dan jumlah guru 2.467 orang sehingga ratio murid terhadap guru 11. 3

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dilihat dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), secara agregat ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 11,42%. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 4,15%. Kabupaten Boyolali memiliki 9 industri besar, 56 industri menengah, 12.290 industri kecil. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dari segi pertanian yaitu mencapai 227.127 ton GKG meningkat sebesar 9,95 % menjadi 248.186 ton pada tahun 2008,

2

Ibid. hlm. 108. 3

(3)

dengan provitas meningkat 8,57% dari 5,50 ton/ha menjadi 5,98 ton/ha. Produksi jagung Pada tahun 2005 mencapai 131.525 ton meningkat sebesar 10,75 % menjadi 145.035 ton dengan produktivitas meningkat 8,94 % dari 4,49 ton/ha menjadi 4,90 ton/ha.4

Selain itu masih ada banyak potensi unggulan Kabupaten Boyolali yang bisa mengangkat pertumbuhan ekonominya. Kabupaten Boyolali memiliki sapi perah dengan populasi 60.205 ekor dengan produksi 86.021 liter/hari, unit usaha kerajinan tembaga sebanyak 360 unit dengan produksi >400.000 buah/tahun, produksi minyak Atsiri Kenanga tang mencapai 113,65 ton/tahun, ternak sapi potong dengan produksi daging sebanyak 6.767.755 kg/tahun, budidaya jagung hibrida dengan produksi sebesar 96.982 ton/tahun, tembakau Rajang dengan produksi 1.378,58 ton/tahun, temabakau asapan dengan produksi 1.760,79 ton/tahun, budidaya papaya dengan hasil 3.247,01 ton/tahun.

B.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

1. Pengertian

Di dalam Naskah Akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa program Jaminan Kesehatan Nasional adalah suatu program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

4

(4)

Definisi atau pengertian tentang JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional tidak ditetapkan dalam salah satu ayat atau pasal dalam UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Namun dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang program jaminan sosial, manfaat dan tujuan dan tatalaksannya, dapat dirumuskan pengertian Program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai berikut: 5

“Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba-BPJS Kesehatan.”

Menurut peraturan pelaksanaan UU SJSN dalam Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Pasal 1 ayat 1 menetapkan bahwa yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa pelayanan kesehatan perorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan

5

(5)

bahan medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).6

2. Dasar Hukum

Berikut ini adalah peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi kewenangan penyelenggaraan JKN. 7

a. UUD Negara Republik Indonesia 1945

Pasal 28H dan Pasal 34 UUD NRI 1945 adalah dasar hukum tertinggi yang menjamin hak konstitusional warga negara atas pelayanan kesehatan dan mewajibkan Pemerintah untuk membangun sistem dan tata kelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan penyelenggaraan program jaminan sosial.

- Pasal 28H

Ayat (1) : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Ayat (2) : Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

6

UU SJSN pasal 22 ayat1,2 pasal 23, pasal 24, pasal 25, pasal 26 7

(6)

Ayat (3): Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

- Pasal 34

Ayat (1) : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Ayat (2) : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rajyat dan memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Ayat (3) : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

b. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminan sosial dalam sistem jaminan sosial nasional. Di dalam UU ini diatur asas, tujuan, prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional.

UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan besaran pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola dana amanah Peserta oleh

(7)

badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.

UU SJSN membentuk dua organ yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan program jaminan sosial nasional, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU ini mengatur secara umum fungsi, tugas, dan kewenangan kedua organ tersebut.

UU SJSN mengintegrasikan program bantuan sosial dengan program jaminan sosial. Integrasi kedua program perlindungan sosial tersebut diwujudkan dengan mewajibkan Pemerintah untuk menyubsidi iuran JKN dan keempat program jaminan sosial lainnya bagi orang miskin dan orang tidak mampu. Kewajiban ini dilaksanakan secara bertahap dan dimulai dari program JKN. UU SJSN menetapkan dasar hukum bagi transformasi PT Askes (Persero) dan ketiga Persero lainnya menjadi BPJS.

c. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

UU BPJS menetapkan pembentukan BPJS Kesehatan untuk penyelenggaraan program JKN dan BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. UU BPJS mengatur proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial dari badan

(8)

u saha milik negara (BUMN) ke badan hukum public otonom nirlaba (BPJS).

d. Peraturan Pemerintah No. 101 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PP PBIJK)

PP Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PP PBIJK) adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. PP PBIJK melaksanakan ketentuan pasal 14 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (6) UU SJSN.

PP PBIJK mengatur tata cara pengelolaan subsidi iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran. PP PBIJK memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur penetapan kriteria dan tata cara pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu, penetapan PBIJK, pendaftaran PBIJK, pendanaannya, pengelolaan data PBI, serta peran serta masyarakat.

e. Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013

PP No. 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial adalah peraturan pelaksanaan UU No. 24 Tahun 2011 (UU BPJS).

PP 86/2013 melaksanakan ketentuan UU BPJS Pasal 17 ayat (5). Peraturan ini mengatur ruang lingkup sanksi administratif, tata cara pengenaannya kepada pemberi kerja dan perorangan, serta tata

(9)

cara pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan peserta dalam penyelenggaraan program jaminan sosial.

f. Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013

Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah peraturan pelaksanaan UU BPJS.

PrePres No. 107/2013 melaksanakan ketentuan Pasal 57 dan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. PerPres ini mengatur jenis pelayanan kesehatan bagi Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tidak didanai oleh JKN. Pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan di fasilitas kesehatan milik Kementerian Pertahanan dan Kepolisian RI, serta didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014

Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan (Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan) adalah peraturan pelaksanaan PerPres No. 12 Tahun 2013.

(10)

Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013. Standar tarif ang diatur dalam peraturan ini mencakup tarif bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Standar tarif memuat tarif INA-CBGs, tarif kapitasi, dan tarif non-kapitasi.

h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013

Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (Permenkes Pelayanan Kesehatan JKN) adalah peraturan pelaksanaan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013.

Permenkes Pelayanan Kesehatan JKN melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (7), Pasal 22 ayat (1) huruf c, Pasal 26 ayat (2), Pasal 29 ayat (6), Pasal 31, Pasal 34 ayat (4), Pasal 36 ayat (5), Pasal 37 ayat (3), dan Pasal 44 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013.

Permenkes ini mengatur tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh program JKN, tata cara kerjasama fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan, sistem pembayaran fasilitas kesehatan, sistem kendali mutu dan kendali biaya, pelaporan dan kajian pemanfaatan pelayanan (utilization review), serta peraturan peralihan bagi pemberlakuan ketentuan-ketentuan wajib di fasilitas kesehatan.

(11)

i. Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014

Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (PerBPJS Penyelenggaraan JK) adalah peraturan pelaksanaan PerPres No. 12 Tahun 2013 dan PerPres No. 111 Tahun 2013. PerBPJS Penyelenggaraan JK melaksanakan ketentuan PerPres No. 12 Tahun 2013 Pasal 15, Pasal 17 ayat (7), Pasal 26 ayat (3), Pasal 31, Pasal 40 ayat (5), dan Pasal 42 ayat (3) dan PerPres No. 111 Tahun 2013 Pasal 17 A ayat (6).

Peraturan BPJS Kesehatan tersebut mengatur tata cara pendaftaran dan pemutahiran data Peserta JKN, identitas Peserta JKN, tata cara pembayaran iuran, tata cara pengenaan sanksi administratif, tata cara penggunaan hasil penilaian teknologi kesehatan, prosedur pelayanan kesehatan, prosedur pelayanan gawat darurat, tata cara penerapan sistem kendali mutu pelayanan JKN.

j. Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS yang Mengatur Tata Kelola BPJS Kesehatan

UU SJSN dan UU BPJS mendelegasikan berbagai ketentuan kelembagaan BPJS untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden. Peraturan tersebut adalah:

- Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2013 tentang Modal Awal BPJS Kesehatan

(12)

- Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 2013 tentang Hubungan Antar Lembaga BPJS.

- Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan.

- Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

- Peraturan Presiden No. 108 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolan Program Jaminan Sosial.

- Peraturan Presiden No. 110 Tahun 2013 tentang Gaji atau Upah dan Manfaat Tambahan lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

3. Prinsip, Tujuan dan Pelaku JKN

Prinsip, tujuan dan mekanisme penyelenggaraan JKN diatur dalam: - UU No. 40 Tahun 2004 Bab V dan Bab VI;

- UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 9-18;

- Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012; - Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 - Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013.

a. Prinsip JKN

JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.8 Prinsip ekuitas, yaitu

8

(13)

kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar persentase tertentu dari upah bagi yang memiliki penghasilan dan pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu. 9

Prinsip asuransi sosial meliputi: 10

i. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan saki, yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah;

ii. Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif;

iii. Iuran berdasarkan presentase upah/penghasilan untuk pekerja yang menerima upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk pekerja yang tidak menerima upah.

iv. Dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan disimpan sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan.

b. Tujuan JKN

Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

9

UU SJSN Pasal 17 ayat 1 dan ayat 4, Penjelasan Pasal 19 ayat 1 10

(14)

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. 11

c. Pelaku JKN

Penyelenggaraan JKN dilaksanakan oleh 4 (empat) pelaku utama, yaitu Peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Fasilitas Kesehatan, dan Pemerintah. 12

i. Peserta JKN

Peserta JKN adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta berhak atas manfaat JKN. Untuk tetap memperoleh jaminan pelayanan kesehatan, Peserta wajib membayar iuran JKN secara teratur dan terus-menerus hingga akhir hayat.

Peserta JKN terbagi atas dua kelompok utama, yaitu Penerima Bantuan Iuran dan Bukan Penerima Bantuan Iuran. Penerima Bantuan Iuran mendapatkan subsidi iuran JKN dari Pemerintah. Bukan Penerima Bantuan Iuran wajib membayar iuran JKN oleh dirinya sendiri atau bersama-sama dengan majikannya.

ii. BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan adalah badan hokum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial kesehatan.

11

UU SJSN penjelasan Pasal 19 ayat 2 12

(15)

BPJS Kesehatan dibentuk dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia, BPJS Kesehatan bertugas; 13

- Menerima pendaftaran Peserta JKN;

- Mengumpulkan iuran JKN dari Peserta, Pemberi Kerja, dan Pemerintah;

- Mengelola dana JKN;

- Menbiayai pelayanan kesehatan dan membayarkan manfaat JKN;

- Mengumpulkan dan mengelola data Peserta JKN; - Memberi informasi mengenai penyelenggaraan JKN.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, BPJS Kesehatan diberi kewenangan untuk:

- Menagih pembayaran iuran;

- Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

13

(16)

- Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya;

- Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tariff yang ditetapkan oleh Pemerintah.

iii. Fasilitas Kesehatan

BPJS Kesehatan membangun jaringan fasilitas kesehatan dengan cara bekerja sama dengan Fasilitas Kesehatan milik pemerintah atau swasta untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN dan keluarganya. Jaringan fasilitas kesehatan ini terbagi atas tiga kelompok utama, yaitu fasilitas kesehatan tingkat pertama, fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, dan fasilitas kesehatan pendukung.

Fasilitas kesehatan tingkat pertama menyelenggarakan pelayanan kesehatan non spesialistik, sedangkan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik. Fasilits kesehatan pendukung melayani pelayanan obat, optik, dan dukungan medis lainnya.

(17)

iv. Pemerintah

Pemerintah berperan dalam penentuan kebijakan (regulator), pembinaan, dan pengawasan penyelenggaraan program JKN. 14

i. Regulator

Terdapat tiga aktor utama yang berperan sebagai regulator, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah. DJSN adalah lembaga penunjang eksekutif yang dibentuk dengan UU No. 40 Tahun 2004 untuk menyelenggarakan SJSN. DJSN bertanggung jawab kepada Presiden. DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN. DJSN bertugas melakukan kajian dan penelitian, mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial, mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran, serta melakukan pengawasan terhadap BPJS.

Pemerintah Pusat yang berurusan langsung dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan mengatur berbagai hal teknis penyelenggaraan JKN,

14

(18)

antara lain prosedur pelayanan kesehatan, standar fasilitas kesehatan, standar tarif pelayanan, formularium obat, dan asosiasi fasilitas kesehatan.

Pemerintah Daerah mengatur penyelenggaraan JKN di wilayah administratifnya. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah berkewajiban membangun sistem jaminan sosial nasional. Kewajiban ini diimplementasikan antara lain dengan menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan, turut menyubsidi iuran JKN, mengawasi penyelenggaraan JKN di wilayah kerjanya, membangun dukungan public terhadap JKN-SJSN.

ii. Pengawas

DJSN berwewenang melakukan monitoring dan evaluasi SJSN. UU BPJS menetapkan pengawas eksternal PJS adalah DJSN, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

4. Kepesertaan

Kepesertaan program JKN diatur dalam: - UU SJSN Bab V;

- Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013 Bab II bagian kedua; - Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2013 Bab II.

(19)

a. Ketentuan Umum Kepesertaan

i. Kepesertaan bersifat wajib dan mengikat dengan membayar iuran berkala seumur hidup.

ii. Kepesertaan wajib dilaksanakan scara bertahap hingga menjangkau seluruh penduduk Indonesia.

iii. Kepesertaan mengacu pada konsep penduduk dengan mewajibkan warga Negara asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia untuk ikut serta.

iv. Kepesertaan berkesinambungan sesuai prinsip portabilitas dengan memberlakukan program di seluruh wilayah Indonesia dan menjamin keberlangsungan manfaat bagi peserta dan keluarganya hingga enam bulan pasca pemutusan hubungan kerja (PHK). Selanjutnya, pekerja yang tidak memiliki pekerjaan setelah enam bulan PHK atau mengalami cacat tetap total dan tidak memiliki kemampuan ekonomi tetapi menjadi peserta dan iurannya dibayar oleh pemerintah. Kesinambungan kepesertaan bagi pensiunan dan ahli warisnya akan dapat dipenuhi dengan melanjutkan pembayaran iuran jaminan kesehatan oleh manfaat program jaminan pension.

v. Setiap Peserta yang telah terdaftar di BPJS Kesehatan berhak mendapat identitas. Peserta yang merupakan identitas tunggal yang berlaku untuk semua program jaminan sosial.

(20)

vi. Pemutihan data kepesertaan menjadi kewajiban Peserta untuk melaporkannya kepada BPJS Kesehatan.

b. Masa Berlaku

Kepesertaan berlaku selama peserta membayar iuran. Bila Peserta tidak membayar atau meninggal dunia, maka kepesertaan hilang. Bagi Peserta yang menunggak iuran, pemulihan dilakukan dengan membayar iuran bulan berjalan disertai seluruh tunggakan iuran beserta seluruh denda.

c. Penahapan Kepesertaan Wajib

Tabel. 2.1.

Jadwal Implementasi Kepesertaan Wajib JKN Penahapan Kepesertaan Wajib

Sasaran

Tenggat awal Tenggat akhir 1 Januari 2014 1 Januari 2014

 PBI Jaminan Kesehatan;

 Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya;

 Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota keluarganya;

 Peserta asuransi kesehatan ASKES dan anggota keluarganya;

 Peserta Jaminan Pemeliharaan

JAMSOSTEK dan anggota keluarganya. 1 Januari 2014 1 Januari 2015 

Badan Usaha Milik Negara

 Usaha Besar

 Usaha Menengah

 Usaha Kecil 1 Januari 2014 1 Januari 2016 Usaha Mikro

1 Januari 2014 1 Januari 2019 Pekerja Bukan Penerima Upah

(21)

Bagi perusahaan yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan perjanjian kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini, kewajiban pemberi kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya mulai berlaku pada saat berakhirnya perjanjian kerjasama. Penduduk yang belum termasuk sebagai Peserta Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan oleh Pemerintah Daerah.

5. Prosedur Pendaftaran Peserta JKN BPJS Kesehatan a. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

Pendaftaran fakir miskin dan orang tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementrian Sosial.

Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

b. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah

i. Perusahaan / Badan Usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melamirkan :

(22)

b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

ii. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerjasama (BRI/Mandiri/BNI)

iii. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.

c. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan Pekerja

i. Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

a) Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan

b) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan Fotokopi Kartu Keluarga (KK), Fotokopi KTP/Paspor, dan Pasfoto 3 x 4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukkan Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akte Kelahiran.

c) Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account (VA)

d) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

(23)

e) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN. Pendaftaran selain di Kantor BPJS Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan

ii. Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan BUMN/BUMD)

Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta.

C. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Boyolali

Di Kabupaten Boyolali jumlah peserta JKN sebanyak 754.302 jiwa yang terdiri dari peserta Jamkesmas sebanyak 339.138 jiwa, peserta Jamkesda 323.257 jiwa, peserta Askes sebanyak 64.820 jiwa, dan TNI/Polri sebanyak 4.949 jiwa. 15

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Boyolali didukung tenaga kesehatan yang terdiri dari 141 orang dokter umum, 39 orang dokter gigi, 60 orang dokter spesialis, 708 orang perawat, dan 482 orang bidan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di daerah ini meliputi 9 rumah sakit umum, 1 rumah sakit khusus lainnya, 14 Puskesmas rawat inap dan 14 Puskesmas non rawat inap, 44 Puskesmas Pembantu (Pustu), dan 205 Poskesdes, dan 1.787 Posyandu.

(24)

Salah satu rumah sakit yang melaksanakan JKN adalah RSUD Pandan Arang yang mendapat anggaran sebesar Rp 158 miliar pada tahun 2013 dan Rp 85 miliar pada tahun 2014. RSUD Pandan Arang didukung 24 dokter spesialis, 18 dokter umum, 26 tenaga bidan, 227 tenaga keperawatan. Ketersediaan tempat tidur di rumah sakit tersebut sebanyak 253 tempat tidur.

Referensi

Dokumen terkait

Bila dirasakan tindakan penjahat membuat bahaya atas hidup orang lain, padahal tindakan itu masih dapat dielakkan tanpa harus dengan mematikan penjahat tersebut, maka

Sehingga diharapkan dengan adanya kumbung beserta pengaturan kelembaban udara secara otomatis pada budidaya jamur ini akan dapat mengefisiensikan pekerjaan dan

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan

Bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena bakteri akan mengambil oksigen bebas dari udara, bakteri anaerob akan berada didasar jauh dari permukaan, bakteri yang anaerob

Terkait dengan tujuan dari penelitian ini, pemilihan moda seseorang yang bergerak dari dan ke bandara diharapkan dapat diubah dengan cara meningkatkan nilai

Selain inteligensi, faktor eksternal yang lain adalah motivasi, yang secara sederhana pula dikenal dengan do- rongan kuat dari dalam diri individu untuk melakukan atau

Hasil mean rank uji Wilcoxon pada tabel 10 menunjukan bahwa sekuens T2 PROPELLER memiliki nilai yang lebih tinggi pada kriteria anatomi struktur intraforamen, nerve root

Data yang ada hingga kini menunjukkan bahwa wilayah Aceh Tamiang memiliki masa hunian yang paling tua dibandingkan situs lainnya di pesisir, sehingga diduga DAS Tamiang