• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN UUD"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH

PERKEMBANGAN

UUD

[18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit

Presiden 5 Juli 1959]

Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

(2)

Pokok Bahasan

• UUD 1945

• Konstitusi RIS 1949 • UUD Sementara 1950

• UUD 1945 setelah pemberlakuan kembali (1959-1999) • UUD NRI 1945

• Konteks Sosial-Politik Lahirnya UUD

(3)

Literatur

Joeniarto (1966) Sejarah Ketatanegaraan RI. Surabaya: Bina Aksara (hal. 86-120). Wiratraman, H.P. (2009) “Kebebasan Berekspresi: Penelusuran Pemikiran dalam Konstitusi Indonesia”, Jurnal Konstitusi, MK.

Solly Lubis (1997) Pembahasan UUD 1945. Bandung: Alumni. (hal. 14-19) Adnan Buyung Nasution (1992) The

Aspiration for Constitutional Government in Indonesia: A Socio-Legal Study of

Indonesian Konstituante 1956-1959. Jakarta: Sinar Harapan.

Jimly Asshidiqie (2008) Hukum Tata

Negara Darurat. Jakarta: Rajawali Press. Manan, Bagir (2006) Prosedur dan

Sistem Perubahan Konstitusi. Bandung: Alumni.

(4)

Pergantian/Perubahan Konstitusi

Secara teoritik, pergantian konstitusi

memungkinkan pengaruh pada perubahan

struktur pemerintahan negara, perubahan dasar

filsafat negara, tujuan negara atau juga kebijakan

negara.

Bagaimana dengan pergantian UUD di Indonesia?

Apakah berubah struktur pemerintahan, dasar

filsafat negara, tujuan negara, maupun kebijakan

negara?

(5)

Oleh sebabnya, mengkaji pergantian konstitusi tidaklah

sekadar menyandarkan kepuasan pada tekstualitas

konstitusi tersebut (yuridis), melainkan mengkaji pula

aspek-aspek non-yuridis yang mempengaruhinya (sosial,

(6)

UUD 945

• BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, atau Dokuritu Zyunbi Tyoosakai), anggota dibagi habis dalam beberapa Bunkakai dan satu Panitia Hukum Dasar. Panitia Hukum Dasar mempunyai 19 anggota yang diketuai oleh Ir. Soekarno

28 Mei–1 Juni 1945 membahas dasar

negara

• 10-17 Juli 1945, membahas bentuk

negara, wilayah negara,

kewarganegaraan, Rancangan

Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan, pendidikan dan pengajaran

• PPKI, meskipun dibentuk pada 7

Agustus 1945, namun baru bersidang setelah Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18-22 Agustus 1945

(7)

Konstitusi RIS (27 Des 1949-...)

• Agresi I pada tahun 1947 dan Agresi II pada tahun 1948 untuk tujuan kembali

menguasai kembali wilayah Republik Indonesia.

• Konferensi Meja Bundar (KMB), diselenggarakan di ’S-Gravenhage (atau Den

Haag) pada 23 Agustus-2 November 1949.

• Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Republik Indonesia dan

‘Bijeenkomst voor Federal Overleg’(BFO) yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem, serta perwakilan Pemerintah Belanda dan Komisi Perserikatan

(8)

Dalam KMB ini telah disepakati tiga hal,

1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat (atau disingkat RIS);

2. Penyerahan Kedaulatan kepada RIS, yang meliputi: Piagam penyerahan

kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RIS; status uni; dan persetujuan perpindahan;

3. Mendirikan uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda. Pertemuan untuk

Permusyawaratan Federal, atau saat itu dikenal dengan delegasi PPF. Ketua BFO/PPF saat itu adalah Sultan Hamid II yang pula merupakan Utusan Kalimantan Barat.

• UNCI (United Nations Commission for Indonesia), dibentuk oleh Dewan

(9)

UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950)

19 Mei 1950: Pemerintah RI dan Pemerintah RIS untuk kembali ke

NKRI sebagai mandat dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus

1945

Pembentukan Panitia Bersama, hasilnya diserahkan pada Badan

Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), serta Dewan

Perwakilan Rakyat dan Senat Republik Indonesia Serikat.

Persidangan 19-20 Juli 1950: Panitia Bersama diketuai oleh Prof.

(10)

• Hasil panitia ini dituangkan dalam Rentjana Konstitusi Sementara Republik

Indonesia (disusun oleh Panitya-Bersama Republik Indonesia Serikat dan Republik Indonesia).

• UUD Sementara Republik Indonesia, atau disebut UUDS) diberlakukan

secara resmi ditetapkan melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1950, tertanggal 17 Agustus 1950

(11)

UUD 1945 Pasca

Dekrit Presiden

1959

• Alasan pemberlakuan kembali

• UUDS 1950 dipandang tidak sesuai, sehingga

kembali ke konsep Indonesia dalam UUD 1945 sebagai Negara Kesatuan

• Badan Konstituante (544 orang yang dipilih

dalam Pemilu 1955, dilantik 1956) mulai

bekerja sebagai penyusun konstitusi, namun hingga tahun 1959 belum mencapai kata bulat sebagai UUD.

(12)

• Tiadanya bulat kesepakatan UUD lebih disebabkan tiadanya

kesepakatan Konstituante tentang Dasar Filsafat Negara untuk dicantumkan dalam UUD.

• Sebagian besar anggota Konstituante menyampaikan

pemberitahuan kepada Presiden bahwa mereka tidak akan menghadiri sidang lagi untuk menyusun UUD

(13)

Pertentangan meluas tidak hanya di Konstituante, namun juga ke DPR,

Badan Perwakilan, badan-badan pemerintahan, swasta dan bahkan di

kalangan masyarakat (Joeniarto 1966: 89).

Tekanan militer (khususnya AD) untuk kembali ke UUD 1945 dan

(14)

Aspirasi

Konstitusi

(Nasution, A.B. 1992: 403-423)

• Perdebatan yang tajam dalam Konstituante sesungguhnya terkait dengan Dasar

Negara (ideological conflict), namun sudah banyak yang dicapai secara maju dalam putusan-putusannya, meliputi:

• Komitmen pada demokrasi

• Komitmen pada hak asasi manusia • Pengakuan atas problem kekuasaan

• Konsep ‘Constitutional Government’ Î berdasarkan ‘procedural

• ethics’, serta pengakuan atas pluralisme dan pembatasan kekuasaan

• Problem utama kegagalan Konstituante: tentara dan Presiden (Soekarno)

menjauhkan diri dari Konstituante, begitu juga tentara yang menjaga jarak dengan Soekarno, meskipun akhirnya keduanya melakukan oposisi terhadap Konstituante (Buyung 1992: 414).

(15)

Bentuk Hukum Pemberlakuan Kembali UUD 1945

Proses awal: Soekarno menyampaikan amanatnya di depan

Konstituante 22 April 1959, memuat anjuran supaya kembali ke UUD

1945. Konstituante merespon dengan beberapa kali sidang, namun

tidak pula berhasil menetapkan sikap dan keputusan apakah kembali ke

UUD 1945 atau tidak (?) - (Konsiderans Dekrit Presiden 5 Juli 1959

alinea 1).

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dimuat dalam Keputusan Presiden No. 150

Tahun 1959, dan dilampiri dengan UUD 1945 lengkap dengan

(16)

Dictum Dekrit Presiden 1959:

a. Menetapkan pembubaran Konstituante b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi

segenap bangsa Indonesia terhitung mulai tanggal penetapan dekrit itu

c. Tidak berlakunya lagi UUD Sementara d. Pembentukan MPRS yang terdiri dari

anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-2 dan

golongan-2.

e. Pembentukan Dewan Pertimbangan

(17)

Lalu, apa dasar hukumnya Dekrit?

• Prof Mr. Muh Yamin: “Hukum Darurat”/”Hukum Darurat Ketatanegaraan” :

“…terpaksa menempuh satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Negara Proklamasi..”

• Memorandum DPRGR mengenai “Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan RI” yang telah diterima MPRS melalui TAP No. XX/MPRS/1966: “Hukum Darurat Negara”

(18)

Hukum Darurat Negara?

• Staatsnoodrecht: Objektif/Konstitusional – Subjektif/Extrakonstitusional (Joeniarto

1966: 107)

• Hukum Tata Negara Darurat diterjemahkan staatsnoodrecht, yang membahas

mengenai hukum negara darurat atau negara dalam keadaan bahaya (nood) (Asshidiqie 2008: 18).

• Perkataan ‘nood’ dalam ‘staatsnoodrecht’ menunjuk pada keadaan darurat negara,

sedangkan ‘nood’ dalam ‘noodstaatsrecht’ menunjuk kepada pengertian keadaan hukumnya yang bersifat darurat.

(19)

Struktur UUD 1945 setelah

pemberlakuan kembali (1959)

UUD 1945

(1945-1949)

UUD 1945 pasca Dekrit Presiden

1959 (1959-1999)

Terdiri dari 3 bagian: (1)

Pembukaan UUD/4 alinea; (2) Batang Tubuh UUD/16 bab 37 pasal; (3) Penutup/Aturan

Peralihan-4 pasal dan Aturan Tambahan-2 ayat

Terdiri dari 3 bagian: (1)

Pembukaan UUD/4 alinea; (2) Batang Tubuh UUD/16 bab 37

pasal, Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan; (3) Penjelasan

Sumber: M. Yamin, Naskah

Persiapan UUD 1945 (1960: 77), dalam Joeniarto (1966: 31-34)

LN 1959 No. 75, secara teoritik “penjelasan” berkedudukan

(20)

Praktek Ketatanegaraan sekitar Dekrit Presiden

Demokrasi Parlementer bergeser ke Demokrasi Terpimpin (10 Februari

1959, dalam sidang Kabinet Karya, dan melalui Putusan Dewan Menteri

Mengenai Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dalam Rangka Kembali

ke UUD 1945, 19 Februari 1959)

(21)

• “Manifesto Politik RI” (Penemuan Kembali

Revolusi Kita) sebagai GBHN oleh Presiden Soekarno (melalui Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1960: “sebelum MPR terbentuk maka

manifesto politik RI yang diucapkan pada tanggal 17 Agustus 1959 adalah garis-garis besar

daripada haluan Negara”) diperkuat melalui TAP No. I/MPRS/1960/sd.I (sidang pertama setelah MPRS terbentuk)

• Mengapa Soekarno tetap menjadi Presiden

setelah diberlakukannya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 1959? Apa dasarnya? Peraturan Peralihan Pasal 2 UUD 1945.

Soekarno sebagai Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI.

Referensi

Dokumen terkait

Pada grafik 4.5 dengan waktu fermentasi 3 hari hal yang dapat kita lihat adalah adanya kecenderung kenaikan kadar alcohol yang dihasilkan dengan semakin banyaknya

Peranan Pondok Pesantren Darut Tawwabin melalui Kegiatan Kajian Kitab Kuning dalam Membina Akhlak Masyarakat Desa Menganti Kabupaten Gresik. Peran yang dilakukan

Sedangkan, hasil penelitian oleh Phillips (1995); Chevalier (1995); dan Kovenock dan Phillips (1997) membuktikan hasil yang berlawanan yaitu tingkat hutang

Bahkan membentuk solidaritas dengan Allies (Negara-negara Anti Jerman), membiayai tentara- tentara Amerika di Eropa, pemberian hadiah” pada Common Market

Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional itu dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak senang selama

Sebagaimana telah disampaikan dibagian p e n d a h u l u a n , apa yang dimaksud dengan Pembangunan Nasional Indonesia, dan apa yang diutarakan dalam bab pembahasan bagian

terdapat di mana-mana, tidak hanya pada sebuah superkomputer dengan 25 processor- nya, sebuah komputer genggampun telah di lengkapi dengan perangkat lunak yang dapat di

ERICK INSTITUTE INDONESIA | OLIMPIADE SAINS SD 31 ¤ Bayangan pada lensa objektif dipandang sebagai objek oleh lensa okuler, yang letaknya kurang dari. fok dari lensa okuler