• Tidak ada hasil yang ditemukan

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

374

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K

PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

Wiwik Hartatik, D. Setyorini, dan H. Wibowo

Balai Penelitian Tanah, Bogor E-mail: wiwik_hartatik@yahoo.com

ABSTRAK

Rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi pada kedelai berdasarkan sifat kimia tanah didasarkan pada percobaan terbatas kalibrasi uji tanah P dan K. Masih diperlukan verifi-kasi percobaan kalibrasi P dan K pada kedelai yang mewakili keragaman lebih luas sifat-sifat tanah dan varietas kedelai, agar dapat disusun rekomendasi pemupukan P dan K yang lebih baik. Penelitian bertujuan untuk verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman kedelai di lahan sawah dengan status hara P sedang dan K rendah. Lokasi penelitian terletak di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur dengan ketinggian 61 m dpl. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro dan Gema. Anak petak adalah kombinasi tingkat pemupukan P atau K masing-masing empat tingkat (0%, 50%, 100%, dan 150% dari dosis rekomendasi). Dosis rekomendasi P sedang = 150 kg/ha SP36 dan K rendah = 100 kg/ha KCl. Dosis pupuk N adalah 50 kg/ha Urea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan P dan K meningkatkan hasil kedelai di lahan dengan status P sedang dan K rendah, pada varietas Anjasmoro dan Gema, berturut-turut pada dosis 100% dan 50% dari dosis rekomendasi. Varie-tas Anjasmoro memberikan bobot biji kering nyata lebih tinggi dari varieVarie-tas Gema. Pemupukan 225 kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl pada varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering sebesar 26% dibanding tanpa pemu-pukan P dan K. Pemupemu-pukan 150 kg/ha SP36 dan 150 kg/ha KCl serta pemupemu-pukan 225 kg/ha SP36 dan 150 kg/ha KCl pada varietas Gema memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering sebesar 41% dibanding tanpa pemupukan P dan K. Sera-pan N dan P varietas Anjasmoro sedikit lebih tinggi dari varietas Gema. Dosis pemupukan P dan K mempengaruhi hasil yang dicapai.

Kata kunci:verifikasi pemupukan P dan K, sifat kimia tanah, kedelai

ABSTRACT

Verfication of P and K Recommendations Fertilizer on East Lampung Soybean.

Recommendations of P and K fertilizer as specific location on soybean based soil chemical properties, based on limited experimental calibration of soil test on P and K. That are still required verification of the calibration experiment P and K in soybean representing a wider diversity of soil properties and soybean varieties, that can be arranged better recomendation on P and K fertilization. The study aims to verify the P and K fertilizer recommendations for soy-bean crops in the paddy field with the status of medium P and K is low. Location of the study lies in Taman Bogo, District Probolinggo, East Lampung with a height of 61 m above sea level. Experiments using a split plot design with three replications. The main plots were two soybean varieties namely Anjasmoro and Gema. The subplots are a combination of P and K fertilization dose of each of the four levels (0%, 50%, 100%, and 150% of the dose recommendation). Dosage recommendations are 150 kg/ha SP36 for medium status of P and 100 kg/ha KCl for low status of K. N fertilizer dose is 50 kg/ha of Urea. The results showed that P and K fertili-zation increase soybean yields in fields with status of medium P and K is low, the varieties

(2)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 375

Anjasmoro and Gema, respectively at 100% and 50% of the dose recommendation. Varieties Anjasmoro provide dry seed weight was significantly higher than varieties Gema. Combination of 225 kg/ha SP36 and 100 kg/ha KCl fertilizer on the varieties Anjasmoro give the highest weight of dry seed, are 1.97 t/ha. An increase in the dry seed weight by 26% compared with no application of P and K fertilizer. Combination on 150 kg/ha SP36 and 150 kg/ha KCl fertilizer and combination on 225 kg/ha SP36 and 150 kg/ha KCl fertilizer in varieties Gema provide the highest dry seed weight 1.76 t/ha. An increase in the dry seed weight by 41% compared with no application of P and K fertilizer. Nutrient uptake of N and P on varieties Anjasmoro slightly higher than varieties Gema. P and K fertilization doses affect by soybean yields are achieved. Keywords: verification of P and K fertilization, soil chemical properties, soybean

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri. Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat, sementara produksi nasio-nal dalam 10 tahun terakhir cenderung menurun. Luas panen kedelai pada tahun 2008 adalah 590.956 ha dengan produksi sebesar 775.710 ton dan mengalami sedikit pening-katan pada tahun 2010 menjadi 592.034 ha dengan produksi 819.446 ton, rata-rata produktivitas 1,31 t/ha pada 2008 dan 1,38 t/ha pada 2010 (BPS, 2011). Konsumsi kedelai mencapai 2,7 juta ton per tahun, sedangkan produksi nasional tidak lebih dari 600 ribu ton per tahun. Ketimpangan antara produksi dan konsumsi kedelai menyebabkan pemerintah mengimpor kedelai setiap tahun. Pada tahun 2011, impor kedelai 2,08 juta ton setara dengan US$ 1,24 milyar. Rendahnya produksi nasional berkaitan dengan

ren-dahnya produktivitas dan luas area panen kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

melalui pengelolaan hara terpadu pada lahan suboptimal, produksi kedelai di tingkat petani bisa mencapai 1,7–2,0 t/ha (Hartatik et al. 2011).

Peluang peningkatan produksi kedelai cukup besar di lahan sawah dan lahan kering. Salah satu upaya meningkatkan produksi kedelai adalah mengoptimalkan lahan sawah untuk penanaman kedelai dalam pola tanam padi-padi-kedelai atau padi-kedelai. Menurut

Mulyani et al. (2009), potensi lahan sawah yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan

kedelai adalah 4,4 juta ha yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Teknologi budidaya kedelai di lahan sawah, diantaranya varietas unggul yang sesuai serta pengelolaan tanah dan tanaman. Perkembangan harga kedelai yang baik pada tahun 2011 merangsang petani untuk menanam kedelai, salah satunya di lahan sawah.

Lahan sawah masam merupakan salah satu lahan suboptimal yang dapat diusahakan untuk tanaman kedelai. Lahan tersebut umumnya bereaksi masam, kadar Al dapat ditukar dan fiksasi P tinggi, kandungan bahan organik, basa-basa dapat ditukar, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa dan aktivitas biologi rendah (Hidayat dan Mulyani 2005, Hartatik dan Septiyana 2012). Faktor pembatas sifat fisik tanah yaitu BD tanah yang tinggi, kapasitas menahan air yang rendah, dan mudah memadat (Erfandi et al. 2003).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah pemupukan yang rasional dan berimbang, sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan dilandasi oleh hasil penelitian uji tanah. Selain itu, rekomendasi pemupukan P dan K kedelai disusun berdasarkan kurva respons pemupukan umum untuk masing-masing kelas uji tanah menggunakan regresi kuadratik dengan para-meter tetap (Sutriadi dan Nursyamsi 2003; Nursyamsi 2006). Pemodelan pemupukan juga

(3)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

376

akan lebih baik jika menghubungkan respons hasil tanaman dengan sifat-sifat tanah sebe-lum pemupukan (Makowski et al. 2001; Kastens et al. 2003; Makowski dan Lavielle 2006). Rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi pada tanaman kedelai menurut uji tanah didasarkan pada percobaan terbatas kalibrasi uji tanah P dan K. Masih diperlukan verifikasi percobaan kalibrasi P dan K pada kedelai yang mewakili keragaman lebih luas sifat-sifat tanah dan varitas kedelai, agar dapat tersusun rekomendasi pemupukan P dan K yang lebih baik. Tujuan penelitian adalah untuk verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K bagi tanaman kedelai di lahan sawah dengan status hara P dan K rendah sampai sedang.

BAHAN DAN METODE

Lokasi penelitian terletak di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur dengan ketinggian 61 m dpl. Ukuran petak 4 m x 5 m. Tanaman indikator adalah kedelai varietas Anjasmoro dan Gema, dengan jarak tanam 15 cm x 40 cm.

Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro (V1) dan Gema (V2). Anak petak adalah kombinasi tingkat pemupukan P atau K masing-masing 0%, 50%, 100%, dan 150% dari dosis rekomendasi. Dosis rekomendasi (100%) pupuk P dan K didasarkan atas hasil analisis P dan K tanah di laboratorium. Dosis P rendah = 200 kg SP36/ha, P sedang = 150 kg SP36/ha, dan P tinggi = 100 kg SP36/ha, dosis K rendah = 100 kg KCl/ha, K sedang dan tinggi = 75 kg KCl/ha.

Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama dengan cara dibajak 1-2 kali menggunakan traktor, dan pengolahan tanah kedua tanah diratakan. Penanaman benih kedelai dua butir per lubang dengan cara ditugal. Teknik budidaya dan pemeliha-raan tanaman mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai dan pengendalian hama dan penyakit mengikuti petunjuk pengendalian hama penyakit ter-padu (PHT). Sebagai pupuk dasar Urea 50 kg/ha. Cara aplikasi pupuk N, P, dan K dalam bentuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis sesuai perlakuan, diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu saat tanam dan umur 30 hari setelah tanam. Inokulasi Rhizobium (Biobus) sebagai perlakuan dasar dengan dosis 250 g/ha diaplikasikan dengan cara dicampur benih kedelai yang telah dibasahi secara merata.

Parameter yang diamati yaitu sifat kimia tanah awal sebelum tanam dan saat tanaman kedelai berumur 45 hari, kandungan C-organik (metode Walkley and Black), N-total (me-tode Kjeldahl), P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation tukar (ekstrak NH4Ac pH 7), kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation (ekstrak NH4Ac

pH 7). Analisis tanaman pada umur 45 hari dilakukan untuk mengetahui kadar N, P, dan K. Pengamatan agronomi meliputi pertumbuhan tanaman, bobot brangkasan, dan hasil biji kedelai.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan analisis ragam (ANOVA) bagi setiap parameter yang diamati dan pengujian beda antarperlakuan dengan metode Duncan pada taraf 5%.

(4)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 377

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Tanah Awal Penelitian

Sifat kimia tanah awal menunjukkan bahwa tanah bertekstur liat, bereaksi masam. Kandungan C-organik, N-total dan rasio C/N tergolong rendah. Kadar P potensial dan P tersedia tergolong sedang. Kadar K potensial dan K dapat ditukar tergolong rendah. Kadar kation tukar (Ca, Mg, Na dan Al) tergolong sangat rendah sampai rendah. Demikian juga kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation tergolong rendah. Berdasarkan uraian di atas maka tanah penelitian mempunyai kesuburan yang rendah yang ditunjukkan oleh kan-dungan C-organik, kation tukar, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang rendah (Tabel 1). Untuk meningkatkan kesuburan tanah diperlukan aplikasi bahan organik dan Dolomit dan pemupukan P dan K dengan dosis yang tepat, sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman.

Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah awal pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

Sifat kimia tanah Nilai Kriteria

Tekstur Liat Pasir 41 Debu 17 Liat 42 pH H2O 4,36 Masam KCl 4,02 Bahan organik C-organik (%) 1,08 Rendah N-total (%) 0,11 Rendah C/N 10 Rendah P2O5 HCl 25 % (mg/100 g) 34 Sedang K2O HCl 25 % (mg/100 g) 4 Sangat Rendah P2O5 Bray-1 (ppm) 8,19 Sedang

Nilai Tukar Kation

K-dd (cmol+/kg) 0,11 Rendah

Ca-dd (cmol+/kg) 1,71 Sangat Rendah

Mg-dd (cmol+/kg) 0,85 Rendah

Na-dd (cmol+/kg) 0,06 Rendah

KTK (Kapasitas Tukar Kation) (cmol+/kg) 13 Rendah

KB (Kejenuhan Basa) (%) 19 Rendah

Al-KCl 1 M (cmol+/kg) 0,28 Rendah

H-KCl 1 M (cmol+/kg) 0,22

Kejenuhan Aluminium (%) 9,30

(5)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

378

Sifat Kimia Tanah Umur Tanaman 45 Hari

Sifat kimia tanah saat tanaman berumur 45 hari disajikan pada Tabel 2. Kadar C-organik semua perlakuan masih tergolong rendah, berkisar 0,95–1,16%. Perlakuan P0K3 memberikan kadar C-organik tertinggi 1,16% dan kadar C-organik terendah pada perla-kuan P2K1. Kadar N-total tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antarperlaperla-kuan, berkisar antara 0,08–0,10%. P tersedia ekstrak Bray I berkisar antara 16,72–52,36 ppm. Kadar P tersedia semua perlakuan tergolong tinggi. Kadar P tersedia tertinggi dicapai oleh perlakuan P3K2 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2K2, P3K3, P3K1, dan P0K1. Umumnya dosis P 100–150% memberikan ketersediaan P yang tinggi yang berpe-ngaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. P-potensial berkisar antara 24,67–40,00 mg/100 g, tergolong sedang. P-potensial tertinggi dicapai oleh perlakuan P3K1. K-po-tensial berkisar 0,64–5,82 mg/100 g, tergolong sangat rendah, demikian juga K-dd berkisar antara 0,07–0,18 cmol/kg. Peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dd. Kadar Ca-dd berkisar antara 1,53–1,97 cmol/kg, tergolong sangat rendah. Pemberian Dolomit belum mampu meningkatkan status Ca-dd tanah. Kapasitas tukar kation berkisar antara 4,01– 5,35 cmol/kg, tergolong sangat rendah sampai rendah. Kejenuhan basa tidak menun-jukkan perbedaan yang nyata antarperlakuan. Kejenuhan basa berkisar antara 31,50– 42,83%, tergolong rendah sampai sedang.

Berdasarkan uraian di atas maka pemberian P dengan dosis P 100–150% mening-katkan ketersediaan P yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Tetapi peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dd.

Tabel 2. Sifat kimia tanah saat primordia pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

Perlakuan C-orga-nik (%) N-total (%) P-Bray I (ppm) P-potensial (mg/100g) K-potensial (mg/100g) (cmol/kg) K-dd (cmol/kg) Ca-dd (cmol/kg) KTK (%) KB P0K0 0,97 ab*) 0,09 a 27,47 bc 25,83 cd 0,64 d 0,07 d 1,58 cd 4,84 ab 34,17 ab

P0K1 1,06 ab 0,09 a 35,33 abc 26,33 cd 2,16 a-d 0,11 a-d 1,60 cd 4,94 ab 33,83 ab P0K2 0,97 ab 0,08 a 23,01 bc 24,67 d 2,59 a-d 0,12 a-d 1,53 d 4,43 ab 35,50 ab P0K3 1,16 a 0,10 a 20,16 bc 29,67 bcd 4,38 a-d 0,17 ab 1,61 cd 5,35 a 31,50 b P1K0 0,95 b 0,09 a 16,72 c 26,33 cd 1,91 bcd 0,10 bcd 1,72 a-d 4,82 ab 38,83 a P1K1 1,06 ab 0,08 a 23,77 bc 30,00 bcd 1,90 bcd 0,10 bcd 1,61 cd 4,81 ab 35,50 ab P1K2 0,99 ab 0,09 a 28,55 bc 28,50 bcd 5,62 ab 0,18 a 1,93 ab 4,64 ab 42,83 a P1K3 1,07 ab 0,08 a 25,81 bc 29,50 bcd 5,82 a 0,17 ab 1,81 abc 4,92 ab 38,67 a P2K0 1,07 ab 0,09 a 27,24 bc 33,00 a-d 2,78 a-d 0,11 a-d 1,97 a 5,19 a 38,83 a P2K1 0,94 b 0,08 a 23,15 bc 33,83 a-d 1,74 cd 0,09 cd 1,92 ab 4,74 ab 42,33 a P2K2 1,02 ab 0,10 a 50,84 a 34,17 abc 2,47 a-d 0,12 a-d 1,69 bcd 4,01 b 39,00 a P2K3 0,95 b 0,09 a 40, 52 ab 31,50 a-d 2,60 a-d 0,12 a-d 1,80 abc 4,52 ab 41,67 a P3K0 0,99 ab 0,08 a 27,19 bc 34,33 abc 1,05 d 0,07 d 1,82 abc 4,80 ab 40,50 a P3K1 1,07 ab 0,09 a 42,52 ab 40,00 a 2,46 a-d 0,10 bcd 1,94 ab 5,25 a 38,50 a P3K2 1,06 ab 0,08 a 52,36 a 37,33 ab 1,99 bcd 0,10 cd 1,81 abc 5,07 ab 37,33 a P3K3 1,03 ab 0,08 a 41,64 ab 34,00 a-d 4,83 abc 0,16 abc 1,77 a-d 4,27 ab 42,50 a

Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.

Hubungan Dosis Pupuk P dengan Kadar P-tersedia dan P-potensial

Hubungan dosis pupuk SP36 dengan kadar P-tersedia dan P-potensial disajikan dalam Gambar 1. Kadar P tersedia maksimum untuk varietas Anjasmoro dicapai pada dosis

(6)
(7)
(8)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 381

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menun-jukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, walaupun perlakuan P2 membe-rikan tinggi tanaman 51,75 cm, sedikit lebih tinggi daripada P1 dan P3. Demikian juga dengan peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan K3 memberikan tinggi tanaman 52,34 cm, lebih tinggi dari K1 dan K2. Kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah sehingga tanaman kedelai memberikan respons positif terhadap pemupukan K.

Tabel 3. Pengaruh pupuk P dan K terhadap tinggi tanaman umur 30 HST pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

No. Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

Petak utama 1. V1 (varietas Anjasmoro) 52,77 2. V2 (varietas Gema) 47,81 Anak petak 1. P0K0 44,10 e*) 2. P0K1 50,87 a-d 3. P0K2 47,70 b-e 4. P0K3 50,58 a-d 5. P1K0 45,37 de 6. P1K1 51,17 abc 7. P1K2 51,98 abc 8. P1K3 52,45 abc 9. P2K0 49,08 a-e 10. P2K1 50,42 a-d 11. P2K2 53,95 a 12. P2K3 53,55 ab 13. P3K0 47,30 cde 14. P3K1 52,03 abc 15. P3K2 51,35 abc 16. P3K3 52,78 abc

Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.

Data tinggi tanaman kedelai umur 60 hari setelah tanam (HST) pada verifikasi reko-mendasi pemupukan kedelai di Lampung Timur disajikan pada Tabel 4. Varietas dan pemupukan tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Varietas Anjasmoro (V1) nyata lebih tinggi dari varietas Gema (V2). Anjasmoro merupakan varietas unggul yang mempunyai keragaan tanaman lebih tinggi dan umur panen 82-92 hari. Sedangkan Gema merupakan varietas unggul kedelai dengan tinggi tanaman yang lebih rendah dan umur panen lebih pendek, yaitu 76 hari.

Pada petak utama V1, perlakuan P2K2 memberikan tanaman tertinggi 94,27 cm, ber-beda nyata dengan perlakuan P0K0, P1K0, dan P3K0. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pemupukan P atau K pertumbuhan tanaman terhambat. Perlakuan P3K0 memberikan tanaman paling rendah 73,07 cm. Pada petak utama V2 perlakuan P1K3 memberikan tanaman tertinggi 84,33 cm, yang berbeda nyata dengan perlakuan P0K0 dan P0K2. Tanaman terendah 71,62 cm terdapat pada perlakuan P0K0.

(9)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

382

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menun-jukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, walaupun varietas Anjas-moro pada perlakuan P2 memberikan tinggi tanaman 89,46 cm, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Pada varietas Gema perlakuan P3 memberikan tinggi tanaman 80,52 cm sedikit lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Demikian juga pening-katan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) pada perlakuan V1 dan V2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Baik pada V1 dan V2, perlakuan K3 memberikan tinggi tanaman tertinggi berturut-turut 93,14 cm untuk V1 dan 81,45 cm untuk V2. Tanaman kedelai memberikan respons positif terhadap pemupukan K, karena kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah.

Tabel 4. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap tinggi tanaman umur 60 HST pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

No. Perlakuan Anak Petak Petak Utama

V1 (Anjasmoro) V2 (Gema) 1. P0K0 77,93bc 65,30 c*) 2. P0K1 90,10ab 77,07abc 3. P0K2 88,83 ab 69,73bc 4. P0K3 93,57 a 77,70abc 5. P1K0 77,93bc 74,23abc 6. P1K1 90,00 ab 78,33abc 7. P1K2 92,80 a 80,47 ab 8. P1K3 91,67 a 84,33 a 9. P2K0 83,33abc 76,97abc 10. P2K1 86,33abc 76,73abc 11. P2K2 94,27 a 82,70ab 12. P2K3 93,90 a 81,37 ab 13. P3K0 73,07c 80,23 ab 14. P3K1 89,00ab 79,80ab 15. P3K2 90,13 ab 79,63ab 16. P3K3 93,43 a 82,40 ab Rata-rata 87,89A 77,94B

Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji.

Bobot Brangkasan dan Biji Kering Kedelai

Data bobot brangkasan kedelai disajikan pada Tabel 5. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan pemupukan. Varietas Anjasmoro (V1) memberikan bobot brang-kasan sedikit lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas Gema (V2). Bobot brangkasan tertinggi 2,89 t/ha dicapai oleh perlakuan P2K2 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0K0, P0K2, P1K0, P1K1, P2K0, P2K1, dan P3K0. Bobot brangkasan terendah 1,82 t/ha terdapat pada perlakuan P0K0.

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menun-jukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot brangkasan, walaupun perlakuan P2 mem-berikan bobot brangkasan 2,48t/ha, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Demikian juga peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot brangkasan kedelai. Perlakuan

(10)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 383

K3 memberikan bobot brangkasan 2,68 t/ha, lebih tinggi dari K1 dan K2. Kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah, sehingga tanaman kedelai mem-berikan respons positif terhadap pemupukan K.

Tabel 5. Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot brangkasan pada penelitian verifikasi rekomen-dasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai. Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

No. Perlakuan Bobot brangkasan (t/ha)

Petak utama 1. V1 (varietas Anjasmoro) 2,39 2. V2 (varietas Gema) 2,41 Anak petak 1. P0K0 1,82f*) 2. P0K1 2,44 a-e 3. P0K2 2,20c-f 4. P0K3 2,49a-e 5. P1K0 2,04ef 6. P1K1 2,20 c-f 7. P1K2 2,70 abc 8. P1K3 2,78 ab 9. P2K0 2,27b-f 10. P2K1 2,11def 11. P2K2 2,89 a 12. P2K3 2,63 a-d 13. P3K0 2,05ef 14. P3K1 2,59 a-e 15. P3K2 2,39 a-e 16. P3K3 2,81 ab

Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Data bobot biji kering kedelai disajikan pada Tabel 6. Varietas dan pemupukan me-nunjukkan interaksi yang nyata. Varietas Anjasmoro (V1) memberikan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dari varietas Gema (V2).

Pada petak utama V1, perlakuan P3K2 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha, berbeda nyata dengan perlakuan P0K0, P1K0, P2K0, dan P3K0. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 26% dibanding P0K0. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa K, bobot biji kering kedelai rendah. Perlakuan P3K0 memberikan bobot biji kering paling rendah 1,33 t/ha. Pada petak utama V2, perlakuan P2K3 dan P3K3 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha, berbeda nyata dengan perlakuan P0K0 dan P0K2. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 41% dibanding P0K0. Bobot biji kering kedelai terendah 1,04 t/ha terdapat pada perlakuan P0K0.

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot biji kering kedelai, walaupun pada V1 perlakuan P2 memberikan bobot biji kering kedelai 1,77 t/ha, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Pada petak utama V2, perlakuan P3 memberikan bobot biji kering 1,68 t/ha, sedikit lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Demikian juga peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), pada petak utama V1 dan V2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot biji kering kedelai. Pada petak utama V1, perlakuan K2 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,87

(11)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

384

t/ha, sedangkan pada petak utama V2, perlakuan K3 memberikan bobot biji kering 1,66 t/ha.

Tabel 6. Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot biji pada penelitian verifikasi rekomendasi pemu-pukan P dan K pada tanaman kedelai. Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

No. Perlakuan Anak Petak Petak Utama

V1 (Anjasmoro) V2 (Gema) 1. P0K0 1,45 cd 1,04 c*) 2. P0K1 1,81ab 1,49ab 3. P0K2 1,89 a 1,32bc 4. P0K3 1,75abc 1,52ab 5. P1K0 1,39 d 1,40ab 6. P1K1 1,83 a 1,55ab 7. P1K2 1,75abc 1,74 a 8. P1K3 1,83 a 1,61ab 9. P2K0 1,47bcd 1,50ab 10. P2K1 1,78abc 1,53ab 11. P2K2 1,86 a 1,61ab 12. P2K3 1,95 a 1,76 a 13. P3K0 1,33 d 1.71 a 14. P3K1 1,78abc 1,65ab 15. P3K2 1,97 a 1,61ab 16. P3K3 1,89 a 1,76 a Rata-rata 1,73A 1,55B

Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering lebih tinggi dari Gema. Hal ini karena Anjasmoro merupakan varietas unggul dengan potensi hasil 3,7 t/ha dengan umur panen 82-92 hari dan berbiji besar (16 g/100 biji). Varietas Gema mempunyai biji lebih kecil dan umur lebih pendek. Hara P dan K dengan dosis 100 dan 150% meningkatkan hasil kedelai. Dosis pemupukan P dan K dipengaruhi oleh tingkat hasil varietas kedelai.

Hubungan antara dosis pupuk P dan K dengan bobot biji kering kedelai disajikan pada Gambar 3 dan 4. Hubungan antara dosis pupuk SP36 dengan bobot biji kering kedelai ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik pada perlakuan V1 sebagai berikut: y

=-7E-06x2 + 0,0029x + 1,3563 (R² = 0,9448) dan V2 adalah y = 1E-07x2 + 0,0001x +

1,7162 (R² = 0,312). Hubungan antara dosis pupuk KCl dengan bobot biji kering kedelai

ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik pada perlakuan V1 sebagai berikut: y =

-4E-05x2 + 0,0088x + 1,422 (R² = 0,98) dan V2 adalah y =-6E-06x2 + 0,0024x + 1,421 (R² =

0,9248). Pada varietas Anjasmoro, peningkatan dosis pupuk KCl meningkatkan bobot biji kering. Dosis maksimum pupuk KCl dicapai pada dosis 110 kg/ha.

(12)
(13)

Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

386

Tabel 7. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap serapan hara N, P, dan K tanaman saat primordia pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, 2013.

No. petak Anak

Petak utama V1 (Anjasmoro) V2 (Gema) N P K N P K ... kg/ha ... 1. P0K0 4,40 0,53 1,02 2,93 0,37 1,02 2. P0K1 5,55 0,56 2,68 4,70 0,55 2,49 3. P0K2 5,97 0,62 2,41 3,57 0,41 2,35 4. P0K3 6,36 0,64 3,57 4,51 0,54 3,30 5. P1K0 4,99 0,51 1,66 4,12 0,55 2,38 6. P1K1 4,90 0,55 2,00 4,79 0,61 1,73 7. P1K2 5,21 0,55 3,06 5,99 0,73 3,67 8. P1K3 5,96 0,67 3,01 5,36 0,73 3,41 9. P2K0 4,26 0,50 1,52 5,21 0,73 2,57 10. P2K1 5,40 0,57 2,08 4,01 0,50 1,86 11. P2K3 6,62 0,80 3,67 4,78 0,70 3,42 12. P2K3 6,81 0,81 3,51 4,27 0,57 3,20 13. P3K0 3,79 0,43 0,84 4,45 0,61 2,53 14. P3K1 6,29 0,70 2,39 4,95 0,64 3,02 15. P3K2 5,76 0,68 2,95 4,64 0,63 3,18 16. P3K3 6,08 0,68 3,72 5,45 0,77 3,78 Rata-rata 5,52 0,61 2,51 4,61 0,60 2,74

KESIMPULAN

1. Pemupukan P dan K meningkatkan hasil kedelai di lahan dengan status P sedang dan

K rendah, pada varietas Anjasmoro dan Gema, berturut-turut pada dosis 100% dan 50% dari dosis rekomendasi. Pemupukan P dengan dosis 100–150% meningkatkan ketersediaan P, tetapi peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dapat ditukar. 2. Varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering kedelai nyata lebih tinggi dari Gema.

Pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 100 kg/ha pada varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai 26% dibanding tanpa pemupukan P dan K. Pemupukan SP36 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha serta pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha pada varietas Gema memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 41% dibanding tanpa pemupukan P dan K.

3. Serapan N dan P varietas Anjasmoro sedikit lebih tinggi dari Gema. Pada varietas

Anjasmoro, serapan N dan P tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha, sedangkan serapan K pada pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pada varietas Gema, tanpa pemupukan P dan K memberikan serapan N, P dan K terendah. Serapan N tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 75 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Serapan P dan K tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.

(14)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 387

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2008. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2011. Biro Pusat Statistik. Jakarta

Erfandi, D., U. Kurniadan I. Juarsah. 2003. Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisols. Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Hartatik, W dan Septiyana. 2012. Ameliorasi dan Pemupukan untuk Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Suboptimal. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi. Bogor 29–30 Juni 2012. Badan Litbang Pertanian. Hartatik, W, IG. P. Wigena, I. Juarsah dan U. Haryati. 2011. Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengelolaan Lahan Suboptimal Untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai >20% Mendukung Swasembada Kedelai. Laporan Akhir, Balai Penelitian Tanah.

Hidayat, A dan Anny Mulyani.2005. Lahan Kering Untuk Pertanian dalam buku Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Kastens, T. L., J. P. Schmidt, and K. C. Dhuyvetter. 2003. Yield Models Implied by Traditional Fertilizer Recommendations and a Framework for Including Nontraditional Information. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 351–364.

Makowski D., Wallach D., Meynard J.-M. 2001. Statistical methods for predicting the responses to applied N and for calculating optimal N rates, Agron. J. 93: 531–539.

Makowski, D., and M. Lavielle. 2006. “Using SAEM to estimate parameters of response to applied fertilizer.” Journal of Agricultural , Biological, and Environmental Statistics. 11:45– 60.

Mulyani, A., Sukarman, A. Hidayat. 2009. Prospek perluasan areal tanam kedelai di Indonesia. Hlm. 27–38 dalam Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.3 No. 1.Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Nursyamsi, D. 2006. Kebutuhan Hara KaliumTanaman Kedelai di Tanah Ultisols. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2): 71–81.

Pusat Penelitian Tanah. 1993. Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah. Bogor.

Sutriadi, M.T., dan D. Nursyamsi. 2003. Rekomendasi Pemupukan P untuk Kedelai di Ultisols Sumatera Utara dan Inceptisols Jawa Barat. Prosiding Semnas Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1995. Soil Fertility and Fertilizers 4thed. The

Macmillan Publ. Co. New York. 694p.

DISKUSI

Pertanyaan:

1. (BPTP Lampung)

Metode, tidak ada konsistensi? Hasil regresi?

Jawaban:

1. Metode Anova : perlakuan mana yang terbaik Regresi: untuk mencari dosis optimum.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah awal pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P  dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013
Tabel 2. Sifat kimia tanah saat primordia pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan  K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013
Tabel 3.  Pengaruh pupuk P dan K terhadap tinggi tanaman umur 30 HST pada penelitian verifikasi  rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di  Taman  Bogo,  Purbolinggo,  Lampung Timur, 2013
Tabel  4. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap tinggi tanaman umur 60 HST pada  penelitian  verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Desa Taman Bogo,  Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kerjasama masyarakat yang diwakilkan oleh para pemuda menjadi penopang demokrasi kerakyatan yang yidak hanya baik bagi masa depan politik di Indonesia melainkan juga

Jika suatu £4 tambahan dalam biaya produksi (termasuk laba) kini diperlukan pada B agar memproduksi satu quarter lagi, sesang pada A ini dapat diproduksi dengan £3 3/4 , maka ia

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kedua kelompok, tetapi didapatkan hasil bahwa pelatihan lari kijang jarak 1 meter 8 repetisi 5 set

Dengan dibuatnya laporan biaya kualitas secara khusus dan berkala diharapkan pihak manajemen perusahaan dapat melakukan pengendalian atas kualitas produk serta

Menggunakan kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari Mantra hanya akan bekerja ditangan orang-orang yang telah menjalani penempaan batin dan kebulatan

Untuk memperoleh Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Jasa Lingkungan merupakan upaya memahami manfaat ekosistem secara tidak langsung dan tidak langsung yang meliputi

Menggunakan kesembilan model ini, simulasi dilakukan untuk mempelajari efek dari ketidakmurnian Sr, kesetabilan sistem, momen magnetik, serta kurva densitas elektron dari

Hasil analisis angka penyabuan RBO ditunjukkan pada Grafik 4. Hasil analisis bilangan penyabunan pada berbagai perbandingan pelarut dengan bekatul dan waktu ekstraksi. dapat