45 BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Asrama Polisi Bojong Kota Tasikmalaya Terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Cipedes, Desa Cipedes RT 04 RW 05. Asrama berada di lingkungan padat penduduk, dan bangunan asrama saling berdekatan satu dengan lainnya. Asrama berbentuk bangunan rumah yang sama, 1 Rumah di huni dengan 1 kepala keluarga bagi anggota polisi yang sudah berkeluarga. Bagi anggota polisi yang belum berkeluarga, Asrama / Rumah dihuni 2-3 anggota polisi.
4.2. DESKRIPTIF DATA
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan mendeskriptifkan data umum meliputi kelompok umur, status pernikahan, status merokok, dan data khusus yaitu variabel yang diamati meliputi variabel
pengetahuan, sikap dan perilaku merokok anggota polisi terkait kebijakan KTR. 4.2.1 Data Umum
Data Umum merupakan karakteristik responden yang mendukung pada penelitian meliputi kelompok umur, status pernikahan, kebiasaan merokok, dan pengetahuan tentang KTR . Data umum dilihat dari distribusi frekuensi dan persentase.
46
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok umur responden dikelompok menjadi tiga kelompok umur yaitu < 28 tahun, 28-35 tahun dan > 35 tahun seperti pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: data primer 2016
Distribusi umur responden terdistribusi seperti pada tabel 4.1. lebih dari setengah responden pada kelompok umur 27-29 tahun sebanyak 34 orang (52.3%).
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status Perrnikahan Responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu menikah dan belum menikah seperti tabel 4.2 berikut :
No Kelompok Umur Frekuensi %
1. < 28 tahun 34 52,3
2. 28 - 35 tahun 20 30,7
3. > 35 tahun 11 17,0
47
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan No Status Pernikahan Frekuensi % 1. Menikah 42 64,6 2 Belum Menikah 23 35, 4 Jumlah 65 100 Sumber : data primer 2016
Status pernikahan responden seperti pada tabel 4.2 diketahui sebagian besar responden sudah menikah dengan frekuensi 42 orang (64,6%).
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Status merokok di bagi menjadi 2 kelompok yaitu merokok dan tidak merokok seperti pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Sumber: data primer 2016
Kebiasan merokok responden berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden merokok dengan frekuensi 39 orang ( 60%).
No Kebiasaan Merokok Frekuensi % 1. Merokok 39 60 2 Tidak Merokok 26 40 Jumlah 65 100
48
d. Distribusi Frekuensi Responden Terkait Pengetahuan tentang KTR Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Terkait Pengetahuan tentang
KTR
No Pengetahuan terkait KTR Frekuensi %
1. Baik 35 24,6 %
2. Cukup 16 21, 5%
3. Kurang 14 53, 9%
Dari tabel 4.4 diatas diketahui sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 35 orang (24,6).
4.3. PENGUJIAN HIPOTESIS
Untuk melakukan uji Hipotesis, syarat yang harus dipenuhi adalah uji korelasi data harus normal, oleh karena itu diperlukan uji normalitas data.
Uji Normalitas
Uji normalitas data adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan program SPSS 17.0 . Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi > 0,05.
49
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian
Variabel Kolmogorov-Smirnov Signifikansi
Pengetahuan terkait KTR 1,289 0,72
Sikap terkait KTR 1,320 0,61
Perilaku terkait KTR 1,065 0,207
Dari tabel 4.4 diatas ketiga variabel dikatakan endogen dan terdistribusi normal dapat dilihat dari nilai signifikansi > 0,05. Apabila data yang diperoleh telah dikata terdistribusi normal maka dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu uji korelasi.
Uji Korelasi
Uji korelasi akan dilakukan dengan analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Uji Koefisien Korelasi Pearson adalah uji statistik untuk menguji 2 variabel yang berdata rasio ataupun data kuantitatif yang berisi angka riil yaitu data sesungguhnya yang diambil langsung dari angka asli. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau r.
Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Jika dilihat
50
dari nilai signifikansi,variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan apabila nilai signifikansi < 0.05 dan tidak terdapat hubungan apabila nilai signifikansi > 0.05. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasisebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
a. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terkait KTR
Tabel 4.5 Koefisien Korelasi Pengetahuan dan Sikap terkait KTR Sikap terkait KTR Pengetahuan terkait KTR Pearson Correlation 0,591 Sig (2 – tailed) 0,000 N 65
Hasil penelitian berdasarkan analisis Korelasi product moment menunjukkan bahwa Pengetahuan dan sikap memperoleh korelasi sebesar 0,591 yang termasuk dalam kategori hubungan yang sedang dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
51
b. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku terkait KTR
Tabel 4.6 Koefisien Korelasi Pengetahuan dan Perilaku terkait KTR Perilaku terkait KTR Pengetahuan terkait KTR Pearson Correlation 0,691 Sig (2 – tailed) 0,000 N 65
Hasil penelitian berdasarkan analisis Korelasi product moment Pengetahuan dan perilaku memperoleh korelasi sebesar 0,691 yang termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
c. Hubungan Sikap dan Perilaku terkait KTR
Tabel 4.7 Koefisien Korelasi Sikap dan Perilaku terkait KTR Perilaku terkait KTR Pengetahuan terkait KTR Pearson Correlation 0,691 Sig (2 – tailed) 0,000 N 65
Hasil penelitian berdasarkan analisis Korelasi product moment Perilaku dan sikap memperoleh korelasi sebesar 0,885 yang termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
52 4.4. PEMBAHASAN
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok 6. Berbeda dengan istilah Kawasan Terbatas Merokok (KTM) dimana masih diberikan ruangan khusus guna perokok yang ingin menghisap rokoknya agar tidak mengganggu masyarakat yang lain. Sesuai yang tertuang dalam UUD 1945 bab X A tentang Hak Asasi Manusia, bahwa setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya ,maka setiap individu berhak untuk mendapat perlindungan dari paparan asap rokok yaitu dengan diberlakukannya KTR dan KTM.
Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijumpai di berbagai tempat umum yang juga termasuk dalam kawasan tanpa rokok. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun tetap saja terdapat masyarakat yang tidak menghiraukan larangan tersebut (Amalia, 2013).
A. Pengetahuan tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Menurut penelitian Amalia(2013) Pengetahuan tentang rokok dan kawasan tanpa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu responden yang berpengetahuan baik, cukup dan kurang. Yaitu : Baik, jika menjawab benar >75%: Cukup, jika menjawab benar 56-75% ; Kurang, jika menjawab benar <56% . berdasarka data yang didapat dari anggota polisi yang telah mengisi kuesioner menunjukkan 35 responden atau 53,9 % berpengetahuan baik, 16 orang atau 24,6 %
53
berpengetahuan cukup dan 14 responden atau 21,5 % berpengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo, pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antara lain : umur, pendidikan, pekerjaan dan paparan informasi yang diperoleh dari masing-masing individu. Mengingat pada tabel 4.1 di atas bahwa 34 responden atau 52,3% dari seluruh responden berumur < 28 tahun, responden yang berusia 28-35 atau 30,7 % dan responden yang berusia > 35 tahun sebanyak 11 responden atau 17,0% dimana menurut Notoatmodjo semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.
B. Sikap Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Notoadmodjo menjelaskan bahwa sikap individu ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten. Artinya, sikap dapat dikatakan sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Sikap tidak hanya kecenderungan merespon yang diperoleh dari pengalaman tetapi sikap respon tersebut harus konsisten. Sehingga dimana pengalaman memberikan kesempatan pada individu maingmasing pengunjung untuk belajar.
C. Perilaku Merokok terkait Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Menurut Azwar (2012), perilaku merokok berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang
54
mulai merokok ketika masih remaja. Aktivitas yang timbul karena adanya stimulasi dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Aktifitas merokok oleh para pria ini sangat merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri, maupun orang lain di sekitarnya. Perilaku merokok yang dinilai merugikan telah bergeser menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktifitas yang bersifat obsesif. Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor motivasi dan lingkungan.