• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION

BERBANTUAN MEDIA VISUAL BERPENGARUH TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS V SD GUGUS 1 ABIANSEMAL

Ni Luh Putu Kristinayanti

1

,I Wayan Wiarta

2

, MG Rini Kristiantari

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Kristina_yanti23@yahoo.com

1

, wayan.wiarta@yahoo.com

2

,

rini_bali@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif Realistic Mathematic Education (RME) berbantuan media visual dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Gugus 1 Abiansemal Badung yang berjumlah 185 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD No 2 Sangeh sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD No 1 Blahkiuh sebagai kelompok kontrol. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar matematika berupa tes esai. Hasil tes selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pengujian statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol. Ini dapat dilihat dari hasil uji-t, dengan thitung > ttabel. Rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih dari

rata-rata hasil belajar matematika kelompok kontrol yaitu 80,51 > 66,77. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran kooperatif Realistic Mathematic Education (RME) berbantuan media visual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung tahun pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci : Kooperatif RME, Hasil Belajar Matematika Abstract

This research aimed to determine the significant differences of mathematics learning achievement by the students who are learning mathematics through cooperative learning model Realistic Mathematic Education (RME) aided visual media with students who are learned through conventional teaching at the fifth grade elementary school students cluster 1 Abiansemal Badung. This research was a quasi experimental with nonequivalent control group design. This population of the research was the fifth grade students of Elementary School No 2 Sangeh as the experimental group and the fifth grade students of Elementary School No 1 Blahkiuh as the control group. The data in this study were collected by using mathematic achievement test instruments such an essay test. The test results were then analyzed using the t-test statistical test. These results indicated that there were significant differences in mathematic achievements between the experimental group and control group. It can be seen from the result of the t-test where tvalue > t table. The average of mathematic achievements experimental group

was higher than the average of mathematic achievements group that was 80.51 > 66.77. It’s meant that the application of cooperative learning model Realistic Mathematic Education (RME) aided visual media was influenced on students’ mathematic learning

(2)

achievement of the fifth grade elementary school student cluster 1 Abiansemal Badung in academic year 2013/2014.

Keywords : Cooperative RME, Mathematic Learning achievement PENDAHULUAN

Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, matematika merupakan salah satu

ilmu dasar yang wajib diajarkan.

Matematika merupakan mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif dalam tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis. Aisyah (2007) menyatakan bahwa “matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia”. Pada masa-masa lalu dan sampai detik ini, tidak sedikit orang tua dan masyarakat yang beranggapan bahwa

matematika dapat digunakan untuk

memprediksi keberhasilan seseorang.

Menurut para orang tua dan masyarakat, jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika dengan baik maka siswa tersebut diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata pelajaran lain. Begitu juga sebaliknya, seorang siswa yang kesulitan mempelajari matematika akan kesulitan juga mempelajari mata pelajaran lain.

Susanto (2013:185) mengungkapkan bahwa penguasaan matematika siswa

Sekolah Dasar (SD) masih belum

menunjukkan hasil yang memuaskan

karena dilihat dari hasil UN rata-rata hasil belajar matematika siswa masih berkisar antara nilai 5 dan 6. Ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap mata

pelajaran matematika masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi di SD Gugus 1

Abiansemal, siswa pada umumnya

beranggapan matematika merupakan

pelajaran yang sulit, membosankan dan

tidak menyenangkan. Ini disebabkan

karena siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika masih sangat abstrak sehingga siswa sangat sulit memahami

konsep-konsep matematika. Akibatnya

siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika karena jauh dari kehidupan nyata siswa. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih berorientasi pada

pola pembelajaran yang sebagian besar didominasi oleh guru. Hal ini dilakukan oleh guru untuk mengejar target kurikulum dan menghabiskan materi pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Siswa dalam proses

pembelajaran hanya sebagai objek

pembelajaran. Jarangnya guru

menghubungkan matematika dengan

keadaan lingkungan nyata dalam usaha membangun konsep-konsep matematika pada siswa, mengakibatkan minat siswa menjadi kurang dan siswa beranggapan belajar matematika tidak bermanfaat dan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari. Padahal keterlibatan lingkungan dalam

pembelajaran matematika mempunyai

peranan yang penting dalam memotivasi siswa dalam belajar.

Anggapan siswa terhadap pelajaran matematika perlu dirubah. Penggunaan

model pembelajaran yang dapat

memaksimalkan peran siswa dalam

pembelajaran sangat diperlukan untuk upaya mengubah anggapan siswa terhadap pelajaran matematika. Dalam pembelajaran

siswa ditempatkan sebagai subjek

pembelajaran dan bukan lagi sebagai objek pembelajaran. Guru berperan sebagai

fasilitator sedangkan siswa berfikir,

mengkomunikasikan, melatih siswa untuk

menghargai pendapat orang lain.

Pembelajarannya harus dihubungkan

dengan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan nyata siswa karena seperti yang diungkapkan Piaget (dalam Nasution, 2011:7) bahwa perkembangan intelektual siswa Sekolah

Dasar masih berada pada tahap

operasional kongkit. Pada taraf operasional kongkrit siswa hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Siswa belum mampu menyelesaikan masalah yang tidak dialami secara nyata

atau yang belum pernah dialaminya

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Susanto (2013) bahwa perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang masih berada pada tahap

(3)

operasional kongkrit umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakan matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya. Dengan ditempatkannya siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dan

mengaitkan pembelajaran dengan

permasalahan-permasalahan nyata akan menjadikan suasana pembelajaran lebih hidup sehingga pembelajaran matematika akan menjadi lebih mudah dimengerti,

menarik dan menyenangkan. Model

pembelajaran kooperatif Realistic

Mathematic Education (RME) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yakni menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dan

mengaitkan pembelajaran dengan

permasalahan–permasalahan yang

berhubungan dengan pengalaman sehari-hari siswa. Dengan model pembelajaran

Realistic Mathematic Education (RME)

siswa akan menjadi aktif dalam

pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Slavin (2010:4) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merujuk pada

berbagai macam metode pengajaran

dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pelajaran”. Pada

kegiatan pembelajaran kooperatif siswa

diajarkan keterampilan-keterampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar baik, siswa diberikan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Model pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai pembelajaran terarah, terpadu, efektif-efesien, kearah mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga tercapai proses dan prestasi belajar yang produktif. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat tujuan utama yakni agar perserta didik dapat belajar secara berkelompok dengan teman-temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan pendapatnya secara

berkelompok. Menurut Slavin (2010:27) yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif yaitu (1) penghargaan kelompok,

penghargaan kelompok diperoleh jika

kelompok mencapai skor diatas criteria yang ditentukan. (2) pertanggungjawaban

individu, pertanggungjawaban tersebut

menitik beratkan pada aktifitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. (3) kesempatan yang sama untuk

mencapai keberhasilan, dalam

pembelajaran kooperatif menggunakan

metode scoring sehingga setiap siswa

dapat memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, (4) kompetisi tim yakni menggunakan kompetisi antar tim untuk memotivasi siswa bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (5) spesialisasi tugas, masing-masing anggota kelompok

melaksanakan tugas kelompok yang

diberikan, (6) adaptasi terhadap kebutuhan

kelompok. Seperti model-model

pembelajaran lain, model pembelajaran

kooperatif juga memiliki keunggulan.

Adapun keunggulan model pembelajaran ini menurut Jarolimek dan Parker (dalam

Isjoni, 2012:24) yaitu (1) saling

ketergantungan fositif, (2) adanya

pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) dilibatkannya siswa di dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4)

suasana kelas yang rileks dan

menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa

dengan guru, (6) memiliki banyak

kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang menyenangkan.

Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan pembelajaran yang orientasinya menuju kepada penalaran realistik siswa sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang ditunjukan kepada

pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada

penalaran matematika dalam

menyelesaikan masalah (Tarigan, 2006:4). Wijaya (2012:21) mengungkapkan bahwa suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi suatu masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi intinya adalah membuat suatu masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian

(4)

berbagai persoalan matematika dapat secara nyata dibayangkan oleh siswa

sehingga persoalan-persoalan yang

dihadapi siswa dalam belajar matematika akan menjadi nyata di pikiran siswa. Model

pembelajaran Realistic Mathematic

Education (RME) memiliki beberapa tahap yaitu (1) memberikan masalah kontekstual kepada siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan siswa ditugaskan untuk memahami masalah tersebut, (2) menjelaskan masalah kontekstual, dalam

tahap ini apabila dalam memahami

masalah tersebut siswa mengalami

kesulitan, maka guru menjelaskan dan memberikan arahan sehingga siswa dapat memahami permasalahan yang diberikan, (3) menyelesaikan masalah kontekstual,

siswa menyelesaikan masalah yang

diberikan dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri, (4)

membandingkan dan mendiskusikan

jawaban, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mendiskusikan jawaban mereka. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang dimiliki oleh siswa, (5) menyimpulkan, guru

membimbing siswa untuk membuat

kesimpulan tentang materi yang telah

dipelajari (Arhab, 2012). Adapun

keunggulan dari model pembelajaran ini yaitu (1) dalam pembelajaran, kegiatan

pembelajaran menggunakan masalah

realistik sehingga siswa termotivasi dan

tidak cepat bosan untuk belajar

matematika, (2) dalam memecahkan

permasalahan yang diberikan, siswa

menemukan sendiri konsep dan

membangun sendiri pengetahuannya

sehingga siswa tidak mudah melupakan apa yang telah dipelajari, (3) proses

pembelajarannya berlangsung secara

interaktif sehingga melatih siswa untuk

terbiasa berfikir dan mengemukakan

pendapat, (4) melatih keberanian siswa

dalam mengemukakan pendapat, (5)

memupuk kerja sama siswa dalam

kelompok (Februl, 2012).

Peranan media pembelajaran dalam

pembelajaran Realistic Mathematic

Education (RME) tidak boleh dilupakan. Dalam hal ini media pembelajaran dapat menjembatani konsep abstrak matematika

dengan dunia nyata. Di samping itu, media

pembelajaran juga membantu siswa

menemukan strategi pemecahan masalah. Dari penggunaan alat peraga ini siswa

dapat membangun pengetahuannya,

memahami masalah, dan menemukan

strategi pemecahan masalah (Aisyah,

2007). Menurut Arif, dkk, (2011:6) media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Media visual merupakan media yang memberikan gambaran menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak yang dapat diamati dengan indra pengelihatan (Arsyad, 2011). Media visual memiliki fungsi atensi, fungsi

afektif, fungsi kognitif dan fungsi

kompensatoris. (1) fungsi atensi media visual yakni menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi

terhadap pelajaran yang berkaitan dengan media tersebut atau menyertai teks materi pelajaran. Dengan menggunakan media visual seperti media gambar akan dapat mengarahkan dan menenangkan siswa

yang tidak tertarik atau tidak

memperhatikan pelajaran, sehingga

kemungkinan untuk memperoleh dan

mengingat isi pelajaran semakin besar, (2) fungsi afektif media visual dapat tingkat keningmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar, (3) fungsi kognitif media visual yaitu lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk mengingat serta memahami pesan yang terkandung di dalam gambar, (4) fungsi kompensatoris yaitu media visual memberikan konteks untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks da mengingatnya kembali (Arsyad, 2011:16). Media visual memegang peranan penting di dalam proses pembelajaran. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuatan ingatan siswa. Selain itu media visual juga dapat menumbuhkan

minat siswa dan dapat memberikan

hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Beberapa bentuk media visual dapat berupa (1) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang memperlihatkan tampak suatu benda, (2) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi serta struktur isi materi, (3) peta yang

(5)

menunjukan hubungan ruang antara unsur-unsur yang terkandung di dalam materi, (4) grafik seperti tabel atau bagan yang menyajikan data atau hubungan antar seperangkat gambar atau angka-angka (Arsyad, 2011).

Berdasarkan pendapat tersebut yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif RME berbantuan media visual dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata yang dapat dibayangkan siswa, di dalam pembelajarannya siswa membangun sendiri pengetahuannya dan menemukan sendiri

pemecahan masalah-masalah yang

diberikan dengan cara berkooperatif atau

berinteraksi dengan sesamanya, guru

ataupun lingkungan siswa serta di dalam proses pembelajarannya dibantu dengan penggunaan media visual yang dapat menjembatani konsep abstrak matematika dengan dunia nyata.

Pembelajaran matematika menurut Muhsetyo, dkk (2008) adalah pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

serangkaian kegiatan yang terencana

sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

Menurut Aisyah (2007), pembelajaran

matematikan merupakan suatu proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan siswa melaksanakan

kegiatan belajar matematika. Sedangkan menurut Susanto (2013:186) pembelajaran

matematika adalah suatu proses

pembelajaran yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir

siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir siswa, serta

meningkatkan kemampuan mengkontruksi

pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi matematika. Adapun

matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar menurut Abdurrahman (2012, 203) mencakup tiga cabang, yaitu aritmetika, aljabar dan geometri. Aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan, aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmetika dan geometri adalah

cabang matematika yang berkenaan

dengan titik dan garis.

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar. Sedangkan menurut

Sanjaya (2008: 256) Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa sebagai

konsekuensi dari upaya yang telah

dilakukan sehingga terjadi perubahan

perilaku pada yang bersangkutan baik prilaku dalam bidang kognitif, afektif,

maupun psikomotorik. Berdasarkan

pendapat tersebut hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor siswa terhadap materi

pelajaran matematika setelah proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Pembelajaran konvensional

merupakan suatu pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru. Guru menjadi pusat pembelajaran dan cenderung memegang kendali proses pembelajaran secara aktif, sementara siswa hanya menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru (Trianto, 2010: 58). Sedangkan menurut

Yamin (2011:201) pembelajaran

konvensional adalah suatu strategi

pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyajikan pelajaran secara utuh,

lengkap dan sistematis, dimana

penyampaiannya dilakukan secara verbal. Pada umumnya metode yang digunakan guru dalam model pembelajaran ini adalah ceramah, penugasan, dan tanya jawab. Disini sangat terlihat bahwa peran siswa

kurang dimaksimalkan dalam proses

pembelajaran sehingga semakin

menambah anggapan siswa bahwa

matematika merupakan pelajaran yang

sulit, membosankan dan tidak

menyenangkan. Hal ini akan

mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi tidak maksimal.

Berdasarkan pemaparan di atas,

diyakini bahwa model pembelajaran

kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dapat menimbulkan hasil belajar matematika yang

lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Berkaitan

(6)

yang bertujuan untuk mengetahui perberdaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif

Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan media visual dengan siswa

yang belajar melalui pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD

Gugus 1 Abiansemal Badung pada

semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah

eksperimen semu (quasy exsperiment)

dengan desain Noneqivalent Control Group

Design. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal

Badung yang berjumlah 185 siswa.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling

yakni dengan merandom kelas. Untuk mengetahui kesetaraan sampel penelitian ini dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t. Dari hasil analisis diperoleh thitung = 1,5

sementara ttabel pada taraf signifikansi 5%

dengan dk = 66 adalah 2,000, sehingga thitung < ttabel, ini berarti antara kedua sampel

tidak memiliki perbedaan yang signifikan

sehingga sampel penelitian dapat

dinyatakan setara. Setelah diperoleh bahwa

kedua kelas tersebut setara maka

dilanjutkan dengan pengundian untuk

mendapatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil undian dari kedua kelas yang setara diperoleh kelas V SD No 2 Sangeh sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD No 1 Blahkiuh sebagai kelompok kontrol. Kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 36 siswa dan kelas yang terpilih sebagai kelompok kontrol terdiri dari 32 siswa. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dan

kelompok kontrol diberikan perlakuan

dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

Realistic Mathematic Education (RME) berbantuan media visual dan pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Data hasil belajar matematika siswa diperoleh melalui tes tertulis berupa tes uraian yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Instrumen yang digunakan dalam post test dibuat sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu, dilakukan uji coba instrument untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas instrumen tersebut.

Instrumen ini diujikan pada siswa kelas VI SD Negeri 17 Kesiman Denpasar Timur. Pemilihan siswa kelas VI sebagai testi

dengan pertimbangan bahwa mereka

pernah mempelajari materi dalam tes. Uji

coba tes hasil belajar matematika

dilaksanakan pada kelas VIA dan VIB dengan jumlah responden sebanyak 55 orang siswa. Setelah dilakukan uji validitas

menggunakan rumus kolerasi product

moment dari 20 butir tes yang di uji cobakan, semua butir tes dinyatakan valid.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid, dengan demikian uji

reliabilitas bisa dilakukan setelah

melakukan uji validitas. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh r11 = 0,872, ini

berarti r11>0,80 (0,872 > 0,80), dengan

demikian tes hasil belajar matematika dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan

dalam penelitian. Dengan

mempertimbangkan alokasi waktu yang disediakan, diputuskan untuk menggunakan 15 butir soal tes hasil belajar matematika sebagai intrumen penelitian. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan prasyarat data berdistribusi normal dan varian homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi umum yang dipaparkan pada bagian ini meliputi deskripsi rata-rata (mean), median, modus, nilai maksimum, nilai minimum, rentangan, standar deviasi (SD) dan varians hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok

(7)

kontrol. Dari hasil analisis hasil belajar

matematika kelompok eksperimen

diperoleh mean sebesar 80,51, standar deviasi 6,37, varian 40,58, median 80,

modus 80, nilai minimum 68, nilai

maksimum 90, rentangan 22, panjang kelas 4 dan jumlah kelas 7. Sedangkan dari hasil analisis hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol diperoleh mean sebesar 66,77, standar deviasi 7,32, varian 53,34, median 68,3, modus 70, nilai minimum 53, nilai maksimum 80, rentangan 27, panjang kelas 5 dan jumlah kelas 6.

Analisis data yang digunakan pada

penelitian ini adalah analisis uji-t

menggunakan rumus polled varians.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap persyaratan-persyaratan yang diperlukan terhadap sebaran data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis meliputi dua hal, uji normalitas dan uji homogenitas.

Berdasarkan hasil uji normalitas pada kelompok eksperimen, diperoleh harga

X2hitung sebesar 4,80. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga

X2tabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,070. Ini menunjukkan bahwa X2hitung < X2tabel berarti data hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sementara hasil uji

normalitas pada kelompok kontrol,

diperoleh harga X2hitung sebesar 1,59. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel pada taraf siginifikansi 5% dengan dk = 5 sebesar 11,070. Ini menunjukkan bahwa X2hitung < X2tabelberarti data hasil belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians

dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang didapat dari uji-t benar-benar dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok atau dengan kata lain kedua

kelompok homogen. Uji homogenitas

varians pada penelitian ini dilakukan dengan uji F. Berdasarkan hasil analisis diperoleh Fhitung sebesar 1,32 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 32 – 1 = 31 dan db penyebut 36 - 1 = 35 adalah 1,80. Ini berarti Fhitung < Ftabel sehingga kedua kelompok data homogen.

Dari hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis

menggunakan uji-t dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t

diperoleh nilai thitung sebesar 8,23

sedangkan harga ttabel sebesar 2,000 untuk

dk = n1 + n2 – 2 = 66 dengan taraf signifikan

5%, sehingga thitung lebih besar dari ttabel,

8,23 > 2,000. Ini berarti hipotesis nol (H0)

yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif

Realistic Mathematic Education (RME)

berbantuan media visual dengan siswa

yang belajar melalui pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung ditolak. Sebaliknya, hipotesis alternatif (Ha) yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar melalui model

pembelajaran kooperatif Realistic

Mathematic Education (RME) berbantuan media visual dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif Realistic

Mathematic Education (RME) berbantuan

media visual terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung. Rangkuman hasil analisis uji-t data post test hasil belajar matematika siswa disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t

No Kelompok N Dk Varians thitung ttabel Ket

1 Eksperimen 36 66 80,51 40,58 8,23 2,000 ditolak dan Ha diterima 2 Kontrol 32 66,77 53,34

(8)

Berdasarkan hasil analisis awal yang telah dilakukan yaitu dengan menganalisis nilai ulangan umum matematika siswa diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas V SD No 1 Blahkiuh dengan siswa kelas V SD No 2 Sangeh yang dijadikan kelompok penelitian memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji kesetaraannya menyatakan bahwa kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelompok setara. Karena kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama maka dapat diberikan perlakuan yaitu berupa model pembelajaran kooperatif Realistic Mathematic Education (RME) berbantuan media visual untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.

Treatmen dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan untuk kelompok eksperimen dan 8 kali pertemuan untuk kelompok kontrol.

Pada pertemuan kesembilan

masing-masing kelompok diberikan post test. Melalui hasil analisis data hasil belajar matematika dari kedua kelompok maka diketahui terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Nilai rata-rata pada

kelompok eksperimen yaitu 80,51,

sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 66,77. Sebelum dilakukan uji

hipotesis menggunakan uji-t, terlebih

dahulu dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data nilai post test pada kedua kelompok telah

memenuhi normalitas dan homogen.

Karena data pada kelompok eksperimen dan kontrol telah memenuhi uji prasyarat maka dilanjutkan dengan uji-t.

Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thitung sebesar

8,23 sementara ttabel pada taraf signifikansi

5% dan dk = 66 adalah 2,000. Ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang

belajar melalui model pembelajaran

kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

Perbedaan yang signifikan hasil

belajar matematika antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran

konvensional disebabkan karena

pembelajaran dengan model kooperatif RME berbantuan media visual dimulai dengan menggunakan masalah-masalah

realistik sebagai titik tolak dalam

pembelajaran sehingga akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan siswa termotivasi untuk belajar.

Matematika tidak dirasakan sebagai

sesuatu yang asing bagi siswa, melainkan sesuatu yang dekat dengan kehidupan

sehari-hari. Dalam proses

pembelajarannya, lebih memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam mencari, menemukan, menggali dan mengolah pengetahuannya sendiri melalui permasalah realistik yang diberikan. Siswa aktif dalah memecahkan masalah-masalah yang diberikan secara kooperatif dengan temannya, sehingga siswa tidak hanya menunggu konsep-konsep yang diberikan oleh guru serta proses pembelajaran yang berlangsung secara interaktif dapat melatih

siswa untuk terbiasa berfikir dan

mengemukakan pendapatnya. Dengan

keaktifan siswa dalam mencari

pengetahuannya sendiri maka materi yang dipelajari akan lebih lama diingat, lebih bermakna dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu, dengan digunakannya media visual dalam pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat membantu siswa dalam menjembatani

konsep abstarak matematika dengan

kehidupan nyata siswa serta membuat

pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan. Keadaan seperti ini akan membuat siswa tertarik dan senang dalam

belajar matematika sehingga dapat

menumbuhkan minat dan motivasi siswa

belajar matematika. Seperti yang

diungkapkan Slameto (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah minat dan motivasi apabila minat dan motivasi siswa tinggi untuk belajar maka hasil belajarnya pun akan menjadi maksimal. Dengan menerapkan

(9)

bebantuan media visual dalam

pembelajaran matematika akan

memaksimalkan hasil belajar matematika siswa.

Berbeda dengan pembelajaran

konvensional yang lebih menekankan pada pola-pola mekanik yang kurang melibatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional siswa mengikuti pembelajaran melalui penjelasan konsep-konsep dan contoh-contoh soal dari guru

yang kurang bersentuhan dengan

pengalaman sehari-hari sehingga siswa

kurang memahami konsep-konsep

matematika dan siswa mengalami kesulitan

untuk mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari. Siswa mengganggap bahwa matematika merupakan sesuatu yang asing. Konsep matematika yang abstrak menjadi sulit untuk dicerna oleh siswa sekolah dasar yang masih ada dalam tahap operasional konkret. Seperti yang diungkapkan Susanto (2013:194) beberapa

dampak negatif dari pembelajaran

konvensional dalam pembelajaran

matematika adalah siswa jarang diajak atau dituntut untuk memberikan penjelasan, alasan atau pertanggungjawaban dalam pembelajaran matematika sehingga sangat sulit bagi siswa untuk menggungkapkan pendapat mereka dalam pembelajaran.

Padatnya materi dalam kurikulum,

menyebabkan guru hanya berkonsentrasi pada pencapaian penyelesaian materi sehingga guru tidak sempat lagi memikirkan

bagaimana meningkatkan kemampuan

komunikasi matematika siswa dan

pemberian kesempatan kepada siswa untuk

mengkomunikasikan gagasannya.

Fenomena ini menyebabkan proses

pembelajaran menjadi kurang efektif

sehingga berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa yang menjadi tidak maksimal. Bukti empiris dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maheni (2012) hasil penelitiannya

menunjukan bahwa penerapan

pembelajaran RME berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV Gugus 6 Mengwi Badung Tahun Pelajaran

2012/2013. Hasil penelitian ini juga

mendukung hasil penelitian yang dilakukan Partini (2013) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan realistic mathematic

education (RME) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD

di Desa Pamaron Tahun Pelajaran

2012/2013 dengan rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika kelompok kontrol.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dikemukakan simpulan dan saran.

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 8,23 sedangkan

ttabel sebesar 2,000, sehingga thitung > ttabel.

Berarti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang

belajar melalui model pembelajaran

kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Dengan rata-rata ( ) hasil

belajar matematika siswa kelompok

ekperimen 80,51 dan rata-rata ( ) hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol 66,77, sehingga (80,51 > 66,77). Berarti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

Realistic Mathematic Education (RME) berbantuan media visual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Badung tahun pelajaran 2013/2014.

Adapun saran-saran yang dapat

diajukan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Kepada para siswa hendaknya aktif dalam mengikuti pembelajaran dan tidak malu mengeluarkan pendapat maupun gagasan dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar, kepada para guru agar

menggunakan model pembelajaran

kooperatif Realistic Mathematic Education

(RME) berbantuan media visual dalam pembelajaran matematika, dan kepada

para peneliti berikutnya diharapkan

melakukan penelitian dengan model

(10)

Mathematic Education (RME) berbantuan

media visual pada materi pelajaran

matematika yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, Mulyono.2012. Anak

Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Aisyah, Nyimas,dkk. 2007. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas

Arhab, Taufikurrahman. 2012.

Pemmbelajaran Konsep Dasar

Matematika Dengan Pendekatan RME.http://ofiick.blogspot.com/2012/1

1/pembelajaran-konsep-dasar-matematika.html (diakses tanggal 17 Maret 2013)

Arif, dkk. 2011. Media Pendidikan

pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

Februl. 2012. Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Realistik

http://februl.wordpress.com/2012/10/2 6/pembelajaran-matematika-dengan-pendekatan-realistik/#more-921 (Diakses Tanggal 17 Maret 2013)

Latri, I Ketut. 2008. “Pengaruh

Pembelajaran Matematika Realistik

dan Penalaran Formal Siswa

terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Tesis (Tidak diterbitkan).

Singaraja: Universitas Pendidikan

Ganesha.

Maheni, Budi. 2012. “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Pecahan Siswa Kelas IV

Sekolah Dasar Gigus 6 Mengwi Badung”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2008. Pembelajaram

Matematika SD. Jakarta: UT

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarata: Bumi Aksara.

Partini, Ary. 2013. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD di Desa Pamaron. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Sanjaya ,Wina. 2008. Kurikulum dan

Pembelajarn .Jakarta: Prenada Media Group.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2010.Kooperatif

Learning.Bandung:Nusa Media

Susanto, Ahmad.2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran

Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas

Trianto, 2010. Model Pembelajaran

Terpadu.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan

Matematika Realistik Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran

Matematika. Jakarta: Graha Ilmu

Yamin, Martini. 2011. Paradigma Baru

Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari

MEDAN 2019.. Kelurahan Sudomulyo, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat : Kajian Sosiolinguistik”, Skripsi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Program Studi Bahasa dan

Perkembangan ekonomi di negara berkembang pada saat ini memiliki peranan yang sangat penting guna menunjang perkembangan di berbagai sektor lainnya.Sektor keuangan

SABRI SYUKUR, M.H.I.. JAJAT

 Dari hasil pemaparan progress Final Laporan EITI 2015, untuk Laporan Kontekstual dan Laporan Rekonsiliasi telah mengakomodir semua masukan yang disampaikan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Bab ini akan menguraikan tentang kondisi biofisik ekosistem gambut di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, pola-pola pemanfaatan lahan gambut oleh masyarakat, komoditas