• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Arip Ambulan Panjaitan, *Ria Damayanti, *Hesty Wiarisa, *Kiki Lusrizanuri. *Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Kapuas Raya Sintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Arip Ambulan Panjaitan, *Ria Damayanti, *Hesty Wiarisa, *Kiki Lusrizanuri. *Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Kapuas Raya Sintang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 59

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERNIKAHAN DINI

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

DI SMA NEGERI 4 SINTANG

The Influence of Education Health Early Marriage at Senior High School 4 Sintang

*Arip Ambulan Panjaitan, *Ria Damayanti, *Hesty Wiarisa, *Kiki Lusrizanuri

*Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Kapuas Raya Sintang

Abstrak

Pernikahan dini merupakan suatu pernikahan yang dilakukan oleh seseorang pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki umur relatif muda. Umur yang relatif muda dimaksud antara 10-19 tahun. Permasalahan pernikahan dini salah satunya diakibatkan oleh perilaku seks berisiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan pernikahan dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi quasy experimental. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan intervensi. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap dilakukan melalui kegiatan pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, kelompok perlakuan diberikan pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini. Pengabilan sampel dengan metode simple random sampling sebanyak 80 orang responden serta dipilih belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan selama 120 menit. Intrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pretest yang dilakukan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan kuesioner posttest yang dilakukan saat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Analisis data menggunakan uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dengan hasil uji statistik diperoleh nilai t-test 0,001. Oleh karena itu diharapkan guru dapat meningkatkan dukungan dan kepedulian terhadap generasi muda agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Kata Kunci : Pernikahan Dini, Leaflet, Film, Remaja

Abstract

Early marriage is a marriage performed by a married person performed by someone who has a relatively young age. The relatively young age is between 10-19 years old. The problem of early marriage is one of them caused by risky sexual behavior. The purpose of this study is to determine the effect of health education on early marriage to increase knowledge and adolescent attitudes in the prevention of early marriage. This research uses a quantitative approach with experimental quasy study design. This design has control variables but is not used entirely to control outside variables that influence the implementation of interventions. To know the increase of knowledge and attitude done through activity of pretest and posttest. In this study, treatment groups were given health education on early marriage. Sampling stages using simple random sampling method were 80 respondents and selected had never received health education. Health education is given for 120 minutes. Intrumen in this study is a pretest questionnaire conducted prior to health education and posttest questionnaires conducted after being given a health education. Data analysis using paired t-test. The result of the research shows that there is influence of reproduction health education, there is an increase of knowledge and attitude toward the increase of knowledge and attitude with the result of statistical test obtained by t-test 0,001. Therefore, teachers are expected to increase support and care for young generation to be better in the future.

(2)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 60

A.

Pendahuluan

Pernikahan dini masih banyak terdapat di Indonesia, meskipun menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 (sembilanbelas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enambelas) tahun”. Pasal 26 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, orang tua diwajibkan melindungi anak dari perkawinan dini, tetapi pasal ini, sebagaimana UU Perkawinan, tanpa ketentuan sanksi pidana sehingga ketentuan tersebut nyaris tak ada artinya dalam melindungi anak-anak dari ancaman perkawinan dini.

Praktik pernikahan dini banyak dipengaruhi oleh tradisi lokal, sekalipun ada ketetapan undang-undang yang melarang pernikahan dini, ternyata ada juga fasilitas dispensasi. Pengadilan agama dan kantor urusan agama sering memberi dispensasi jika mempelai ternyata masih dibawah umur (Arni, 2009).

Di Indonesia masih sering terjadi praktek pernikahan dini dibawah umur. Undang-Undang perkawinan dari tahu 1974 juga tidak tegas melarang praktek tersebut. Menurut UU perkawinan, seorang anak perempuan baru boleh menikah diatas usia 16 tahun, seroang anak laki-laki diatas usia 18 tahun, tapi ada juga dispensasi. Jadi, kantor urusan agama (KUA) masih sering memberi dispensasi untuk anak perempuan dibawah 16 tahun (Arni, 2009).

Banyak kasus perceraian dialami oleh pasangan yang menikah pada usia muda. Namun, dalam alasan perceraian tentu saja bukan hanya karena alasan menikah muda, melainkan juga karena alasan ekonomi,

ketidakcocokan, selingkuh dan lain sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologi (Chariroj, 2004).

Menurut Gunadarma (2006) yang dikutip Naibaho (2012), banyak remaja kurang mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh ketika menikah muda, terutama pada remaja putri. Hal tersebut khususnya berkaitan dengan penyesuaian diri, baik yang berhubungan degan perubahan dirinya maupun dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya sesua dengan peran barunya dalam sebuah pernikahan.

B.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi quasy experimental. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan intervensi. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap dilakukan melalui kegiatan pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, kelompok perlakuan diberikan pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini. Pengabilan sampel dengan metode simple random sampling sebanyak 80 orang responden serta dipilih belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan selama 120 menit. Intrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pretest yang dilakukan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan kuesioner posttest yang dilakukan saat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Analisis data menggunakan uji paired t-test.

C.

Hasil

1.

Hasil Analisis Univariat

Tabel 1. Karakteristik Responden Variabel Kelompok Perlakuan Kontrol n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 19 47,5 17 42,5 Perempuan 21 52,5 23 57,5 Umur 15 tahun 20 50,0 25 62,5 16 tahun 14 35,0 9 22,5 17 tahun 6 25,0 6 15,0

(3)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 61 Pendidikan Ayah Tidak Tamat SD 2 5,0 3 7,5 SD 19 47,5 18 45,0 SMP 7 17,5 4 10,0 SMA 10 25,0 14 35,0 D3/S1 2 5,0 1 2,5 Pendidikan Ibu Tidak Tamat SD 5 12,5 4 10 SD 19 47,5 18 45,0 SMP 10 25,0 10 25,0 SMA 4 10,0 5 12,5 D3/S1 2 5,0 3 7,5

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,5% responden laki-laki dan 52,5% responden perempuan dan sebagian besar respnden berumur 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden termasuk pada kelompok remaja awal yang berada pada kelas X (sepuluh). Hasil penelitian ini juga menunjukkan mayoritas responden memiliki orangtua dengan pendidikan terakhir SD. Tabel 2

Pengaruh Pendidiakn Kesehatan Tentang Pernikahan Dini

Variabel Mean SD 95% CI P value

0,001 Pretest Posttest Pengetahuan Kelompok Kontrol 8,75 9,18 2,531 6,12-7,93 0,001 Kelompok Perlakuan 9,38 28,58 1,394 28,13-29,02 Sikap Kelompok Kontrol 2,68 8,92 22,198 6,32-7,90 0,001 Kelompok Perlakuan 2,34 141,10 6,071 129,54-132,81

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan responden pada kelompok perlakuan adalah 2,66, dengan standar deviasi 0,997. Selain itu, tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakukan sebesar 19,20 yaitu dari rata-rata awal 9,38 menjadi rata-rata 28,58.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001, artinya terdapat perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah perlakuan atau dengan kata lain peningkatan rata-rata pengetahuan dipengaruhi oleh pemberian perlakuan berupa pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini.

D.

Pembahasan

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakuan. Pengetahuan adalah hasil tahu penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilakan objek, sehingga pengetahuan terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Pengetahuan yang diperoleh pada saat pendidikan kesehatan didasarkan pada lima

topik, yaitu anatomi dan fisiologi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, pubertas, kehamilan dan aborsi serta Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

Dalam hal ini, pendidikan kesehatan yang dilakukan berupa ceramah dengan alat bantu audio visual seperti film dan leaflet disertai tanya jawab. Dalam aplikasinya, kegiatan pendidikan kesehatan ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan bahkan dapat dikembangakan sehingga bagian dari kurikulum di sekolah.

(4)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 62 Promosi kesehatan adalah upaya yang

dilakukan terhadap remaja sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Green (Notoatmodjo, 2010) bahwa promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yangdirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan dalam penelitian ini adalah tentang pernikahan dini. Promosi kesehatan diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pernikahan dini. Penghetahuan yang diberikan meliputi pengertian pernikahan dini, persiapan berkeluarga, bina keluarga berencana, akibat perilaku seks berisiko dan pencegahan perilaku seks berisiko serta akibat dan upaya pencegahan pernikahan dini.

Harapan yang ingin dicapai adalah remaja dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam perilaku hidup sehat, diantaranya dengan kesadaran tidak melakukan perilaku seks berisiko serta menghindari pernikahan dini.

Promosi kesehatan diberikan dengan media leaflet dan media film disertai dengan tanya jawab. Menurut Laras (2009) media leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Promosi kesehatan dengan media film adalah gambar-hidup, juga serting disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Metode leaflet dan film ini efektif untuk memberikan informasi yang merupakan bagian dari media pendidikan kesehatan yaitu suatu usaha untuk membantu individu atau kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku) untuk mencapai kesehatan optimal.

Promosi kesehatan dengan leaflet dan film juga disertai juga disertai dengan tanya jawab dimana peserta mempunyai kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Hal ini akan membuat responden lebih memahami materi yang diberikan. Pemberian promosi kesehatan dengan leaflet tentang pernikahan dini dengan metode penyuluhan merupakan suatu proses belajar

untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap kesehatan. Promosi kesehatan dengan leaflet dan film tentang pernikahan dini dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang pernikahan dini. Pada akhirnya responden yang diberi promosi kesehatan dengan leaflet dan film dapat melakukan apa yang dianjurkan dalam promosi kesehatan tersebut.

Meliono (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang mengetanai kesehatan, semakin menyadarkan seseorang untuk berperilaku hidup sehat termasuk partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker serviks. Tingkatan pengetahuan ketiga yang tercakup dalam domain kognitif yaitu aplikasi (application) yang diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Partisipasi remaja dalam program PIK-R merupakan suatu bentuk dari aplikasi (application) dalam tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini.

Menurut WHO, salah satu strategi perubahan perilaku adalah pemberian informasi. Dengan memberikan informasi tentang pernikahan dini dan pencegahan perilaku seks berisiko, maka diharapkan pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap seseorang. Sikap yang positif menyebabkan remaja berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dalam hal ini adalah pencegahan perilaku seks berisiko dalam upaya pencegahan pernikahan dini.

Dengan pengetahuan yang tinggi dimiliki seseorang tentang pernikahan dini maka seseorang tersebut akan mengetahui lebih jauh tujuan pentingnya pencegahan pernikahan dini. Sehingga mereka akan melakukannya dan dengan terbatasnya pengetahuan maka seseorang tersebut akan melakukan perilaku seks berisiko sehingga berisiko lebih besar terjadinya pernikahan dini.

Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa dengan dilakukan intervensi akan menambah tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek tertentu yaitu pernikahan dini dan cara melakukan pencegahan perilaku seks berisiko. Pengetahuan dan sikap seseorang tidak akan dapat bertambah dan berkembang tanpa adanya penambahan baik melalui media leaflet ataupun media film.

(5)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 63

E.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini terhadap peningkatan pengatahuan dan sikap remaja.

Diharapkan guru dan sekolah meningkatkan dukungan dan motivasi kepada siswa untuk tidak melakukan perilaku seks berisiko sehingga dapat mencegah terjadinya pernikahan dini.

Daftar Pustaka

Alfiyah, Sebab-sebab Pernikahan Dini. 2010 Al-Gifari A. Pernikahan Dini Dilema

Generasi Ekstracaganza. Bandung: Mujahid Press. 2002.

Eko S. Pernikahan Dini Kembali jadi Tren Remaja Perkotaan. 2014

Juspin L, dkk. Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Makassar. Jurnal MKMI. Vol 5 No 4 Oktober 2009.

Nad. Beragam Efek Buruk Pernikahan Dini. 2014.

Nandang M, Ijun. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menikah Muda pada Wanita Dewasa Muda di Kelurahan Mekarsari Kota Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika STIKes A. Yani. 2007.

Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

Nurhajati L, Wardyaningrum D. Komunikasi Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan. Jakarta: Universitas Al-Azhar. Indonesia. 2013 Sarwono S. Psikologis Remaja. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Siti Y. 2011. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Yunita A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pernikahan Usia Muda pada Remaja Putri di Desa Pagerejo Kabupaten Wonosobo. STIKes Ngudi Waluyo. 2014.

Zai F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Remaja di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Responden  Variabel  Kelompok Perlakuan  Kontrol  n  %  n  %  Jenis Kelamin  Laki-laki  19  47,5  17  42,5  Perempuan  21  52,5  23  57,5  Umur  15 tahun  20  50,0  25  62,5  16 tahun  14  35,0  9  22,5  17 tahun  6  25,0  6  15,0

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk membuktikan apakah benar faktor kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai yang dimiliki siswa putra kelas X SMA Negeri

Menurut Miller dan Modigliani (1961) dalam teori signaling hypothesis bahwa penurunan dividen umumnya akan menyebabkan harga saham mengalami penurunan dan sebaliknya

Jadi, layanan bimbingan konseling di sekolah merupakan usaha menyambut dan menerima keluhan- keluhan masalah siswa yang dilakukan oleh ahli (guru BK) untuk membantu dan menerima

Hal tersebut menunjukan bahwa, untuk meningkatkan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan pemberian kompensasi karena memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai pada

Pembayaran angsuran diberikan paling lama untuk 10 (sepuluh) kali angsuran dalam jangka waktu 10 (sepuluh) bulan terhitung sejak tanggal surat keputusan

Spotting adalah perdarahan bercak atau tetesan darah diluar siklus haid yang disebabkan karena penipisan endometrium dan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan suntik

Selain media massa sebuah lembaga atau instansi dapat memanfaatkan lembaga pendidikan sebagai sumber penarikan pegawai. Dengan melalui lembaga pendidikan dapat

Penampilan aksesi terpilih yang mempunyai bobot umbi/tanaman pada kelompok umur panen 10 bulan di Blok Cibadak, 2010.. Potensi bobot umbi/tanaman pada tiga waktu umur panen dari