• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi - RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE SIMULATED ANNEALING (STUDI KASUS PT. BELLA AGUNG CITRA MANDIRI SIDOARJO) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi - RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE SIMULATED ANNEALING (STUDI KASUS PT. BELLA AGUNG CITRA MANDIRI SIDOARJO) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

Menurut Alter (1992) yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan tekologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut pendapat Wilkinson (1992)yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

(Turban, dkk 1999 : 5) kemampuan utama sistem informasi, antara lain : 1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan

kecepatan tinggi.

2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah, akurat, dan cepat.

3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang lingkup kecil tetapi mudah diakses.

4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah.

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang bekerja dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi.

(2)

7. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.

8. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual. 2.2 Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Alter (1992)yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System (DSS) adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

Kadarsah et al (2000) menyatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi (Computerized Information System), yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam pross pengambilan keputusan,seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.

(3)

2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.

3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara manusia dengan komputer.

4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi.

2.3 Gambaran Umum Perusahaan 2.3.1 Sejarah Perusahaan

PT. Bella Agung Citra Mandiri merupakan perusahaan yang memproduksi springbed dengan berbagai jenis dan ukuran. Perusahaan ini memiliki daya saing yang tinggi terhadap harga dan kualitas. Dengan adanya harga yang terjangkau dan kualitas yang terbaik, sehingga perusahaan ini menjadi lebih unggul dengan perusahaan springbed lainnya (Rachman, 2012).

(4)

2.3.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT. Bella Agung Citra Mandiri, sebagai berikut (Rachman, 2012) :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Bella Agung Citra Mandiri 2.4. Penjadwalan Produksi

2.4.1 Definisi Penjadwalan

(5)

merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses (Ginting : 2009). Sedangkan menurut Baker (1974) yang dikutip Ginting (2009), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Ginting (2009), alat bantu yang digunakan dalam menyelesaikan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum digunakan yaitu Gantt Chart. Gantt Chart merupakan grafik hubungan antara alokasi sumber daya dengan waktu. Pada sumbu vertical digambarkan sumber daya yang digunakan dan sumbu horizontal digambarkan satuan waktu.

2.4.2 Tujuan Penjadwalan

Bedworth (1987) yang dikutip Ginting (2009), mengidentifikasi beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan, diantaranya :

1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggu, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

(6)

3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya keterlambatan).

4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapastas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

2.4.3 Model Penjadwalan

Model penjadwalan menurut Baker (1974) yang dikutip Ginting (2009) dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu :

1. Mesin yang digunakan dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau proses dengan mesin majemuk.

2. Pola aliran proses dapat berupa aliran identik atau sembarang. 3. Pola kedatangan pekerjaan statis atau dinamis.

4. Sifat informasi yang diterima dapat bersifat deterministik atau stokastik. Pada keadaan kedua, pola aliran dapat dibedakan menjadi dua (Ginting : 2009), adalah sebagai berikut :

1. Flow shop merupakan pola aliran proses dari urutan tertentu yang sama. Flow shop dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pure flow shop berbagai pekerjaan akan mengalir pada lini produksi yang sama dan tidak dimungkinkan adanya variasi.

(7)

b. General flow shop dimungkinkan adanya variasi antara pekerjaan atau pekerjaan yang datang tidak harus dikerjakan di semua mesin.

Gambar 2.3 Penjadwalan general flow shop

2. Job shop merupakan setiap pekerjaan memiliki pola aliran yang berbeda.

Gambar 2.4 Penjadwalan job shop

Pada keadaan ketiga, pola kedatangan dibagi menjadi dua (Ginting : 2009), yaitu :

1. Pola kedatangan statis : pekerjaan datang bersamaan pada waktu nol dan siap dikerjakan atau kedatangan pekerjaan bisa tidak bersamaan tetapi saat keadaan telah diketahui pada waktu nol.

2. Pola kedatangan dinamis : adanya kedatangan pekerjaan yang tidak menentu, sehingga terdapat variabel waktu sebagai faktor yang berpengaruh.

Pada keadaan keempat, sifat informasi yang diterima dibagi dua (Ginting : 2009), yaitu :

(8)

a. Saat datang, saat siap, jumlah pekerjaan, batas waktu penyelesaian (due date), dan bobot kepentingan masing-masing pekerjaan. b. Jumlah operasi, susunan mesin (routing), waktu proses, dan waktu

setup.

c. Jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan.

2. Model stokastik mengandung unsur ketidak pastian. Parameter yang terdapat pada model stokastik yaitu :

a. Processing time (ti) atau waktu proses, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memberikan nilai tambah pada order i.

b. Ready time (ri) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat diproses oleh mesin.

c. Due date (di) atau saat kirim, yaitu saat kirim order i kepada konsumen.

2.4.4 Penjadwalan Hybrid Flowshop

(9)

peralatan / mesin, peralatan pembantu dan manusia sebagai pekerja dan sebagainya. Ada beberapa karakteristik yang untuk hybrid flow shop yaitu:

1. Jumlah stasiun kerja m minimal dua buah.

2. Setiap tahapan memiliki mesin ≥ 1 dalam bentuk pararel dan paling tidak di salah satu stasiun kerja memiliki lebih dari 1 mesin.

3. Semua job diproses mengikuti alur produksi yang sama sepertistasiun kerja 1, stasiun kerja 2, sampai dengan stasiun kerja m. Sebuah job mungkin saja melewati beberapa stasiun kerja dimana job ini tetap diproses paling tidak di salah satu stasiun kerja tersebut.

2.5 Pengukuran Sistem Kerja 2.5.1 Metode Pengukuran Waktu

Menurut Ginting (2009), Pengukuran waktu kerja merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja termasuk waktu siklus dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Waktu yang diukur adalah waktu siklus pekerjaan, yakni waktu penyelesaian satu satuan pekerjaan mulai dari bahan diproses di unit pengolahan hingga keluar dari unit tersebut.

Menurut Wignjosoebroto (1990) yang dikutip oleh Ginting (2009), pengukuran waktu dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan di tempat pekerjaan tersebut dijalankan. Metode pengukuran secara langsung dibagi menjadi dua bagian, antara lain :

(10)

pengamat tidak harus menetap di tempat kerja, melainkan melakukan pengamatan secara sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara acak/random. Untuk itu biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur.

b. metode waktu jam henti (stopwatch)

pengukuran waktu henti dilakukan dengan tiga metode, diantaranya (Barnes, 1990) :

- metode berulang (snap back method), yaitu pengukuran waktu secara berulang, stopwatch dijalankan dan pada akhir elemen kerja, stopwatch dibaca dan dicatat. Untuk mengukur elemen lainnya jarum stopwatch dikembalikan pada titik nol.

- metode kontinue (continuous method), yaitu stopwatch dijalankan pada permulaan pengamatan hingga elemen kerja terakhir selesai. Pembacaan dan pencatatan terhadap waktu kumulatif dilakukan setiap akhir dari masing-masing elemen pekerjaan.

(11)

sebaliknya. Pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembacaan langsung dari masing-masing elemen kerja.

2. pengukuran waktu secara tidak langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada ditempat pekerjaan tersebut dijalankan. Hal ini dilakukan dengan membaca tabel/grafik yang tersedia, asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan, misalnya data waktu baku dan data gerakan. 2.5.2 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

(12)

2.5.3 Uji Keseragaman Data

Selama melakukan pegukuran terkadang terdapat data yang tidak seragam muncul tanpa disadari, maka diperlukan alat untuk mendeteksi ketidak seragaman data yang disebut dengan Peta Kontrol Shewhart. Prinsipnya adalah semua data dimasukkan ke dalam peta yang sudah ditentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Data dikatakan seragam apabila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam apabila berada diluar batas kontrol.

Keterangan : 𝑥 =nilai rata-rata dari setiap sub grup

K = banyaknya sub grup

𝑥𝑖 =

rata-rata pada sub grup ke-i

N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan.

𝑥𝑗 =data ke-j

𝜎𝑥 = standar deviasi

2.5.4 Uji Kecukupan Data

(13)

N’ =

𝑘

𝑠 (𝑁 𝑁𝑗=1𝑥𝑗2−( 𝑁𝑗=1𝑥𝑗)2)

𝑥𝑗 𝑁 𝑗=1

2

(2.1)

Keterangan :

N’ = banyaknya pengukuran yang diperlukan.

N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. k = tingkat kepercayaan

s = tingkat ketelitian 𝑥𝑗 = data ke-j

2.5.5 Penentuan Waktu Normal

Waktu normal merupakan waktu yang didapatkan dengan mengkalikan waktu rata-rata dengan faktor penyesuaian.Wignjosoebroto (1990) yang dikutip Ginting (2009), Terdapat 5 sistem penyesuaian yang sering digunakan, yaitu :

1. Skill and Effort

2. Westinghouse System of Rating

Terdapat 4 faktor penyesuaian yang menjadi dasar penelitian (Sutalaksana, 1979) :

a. Skill (Ketrampilan) : kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan.

b. Effort (usaha) : kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.

(14)

d. Consystency (konsistensi) : setiap pengukuran waktu, angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama.

3. Schumard Rating

Cara ini memberikan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja dimana setiap kelas memiliki nilai tersendiri. Faktor ini diperoleh dengan membandingkan nilai performansi kerja dari kelas yang bersangkutan dengan nilai performansi normal.

Tabel 2.1 Tabel penyesuaian dengan Sistem Westinghouse (Sutalaksana, 1979)

Ketrampilan Usaha Kondisi Consistency

0,15 A1 Superskill 0,13 A1 Superskill 0,06 A Ideal 0,04 A Ideal 0,13 A2 0,12 A2 0,04 B Excellent 0,03 B Excellent 0,11 B1 Excellent 0,1 B1 Excellent 0,02 C Good 0,01 C Good

0,08 B2 0,08 B2 0 D Average 0 D Average

0,06 C1 Good 0,05 C1 Good -0,03 E Fair -0,02 E Fair

0,03 C2 0,02 C2 -0,07 F Poor -0,04 F Poor

0 D Average 0 D Average

-0,05 E1 Fair -0,04 E1 Fair

-0,1 E2 -0,08 E2

-0,16 F1 Poor -0,12 F1 Poor

-0,22 F2 -0,17 F2

4. Objective Rating

Faktor yang diperhatikan adalah kecepatan kerja dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

5. Syntetic Rating

(15)

dibandingkan dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan kemudian dihitung harga rata-ratanya. Harga rata-rata ini disebut rating factor.Rating factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan bekerja seseorang (operator) dengan kecepatan normal menurut ukuran seorang peneliti.

Rumus untuk menghitung waktu normal adalah :

Waktu Normal = Waktu rata-rata x (1+ Rating factor) (2.6) 2.5.6 Penentuan Waktu Baku (Waktu Standar)

Menurut Ginting (2009), Waktu standar merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Rumus perhitungan waktu standar yaitu :

Waktu Standar = Waktu Normal x (100 / (100 - Allowance)) (2.7) Dalam menentukan waktu standar diperlukan suatu kelonggaran waktu yang terbagi menjadi 3 bagian :

1. Personal Allowance, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi pekerja.

2. Delay Allowance, yaitu waktu yang diberikan pada pekerja sebagai akibat dari keadaan yang tidak terduga yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.

(16)

Tabel 2.2 Tabel Allowance (Sutalaksana, 1979)

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

A. Tenaga yang dikeluarkan

Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang atau depan badan

Membawa beban berat dengan satu tangan

(17)

E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja **)

Ruang yang berventilasi baik, udara segar

Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya)

Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak

G. Keadaan Lingkungan yang Baik

1.Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2.Siklus kerja yang berulang-ulang antara 5-10 detik 3.Siklus kerja yang berulang-ulang antara 0-5 detik 4.Sangat bising

5.Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6.Terasa adanya getaran lantai

Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi kebersihan, dll)

0 *) kontras antara warna hendaknya diperhatikan

**) tergantung juga pada keadaan ventilasi

***) dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi pria = 0-2,5%, wanita = 2-5% 2.6 Konsep DasarOptimasi

(18)

Optimasi memegang peran penting dalam proses mendesain suatu sistem. Dengan optimasi, desain suatu sistem dapat menghasilkan ongkos yang lebih murah atau profit yang lebih tinggi, menurunkan waktu proses, dan sebagainya. Penggunaan software sangat diperlukan untuk penyelesaian masalah agar mendapatkan solusi yang optimal dengan waktu yang tidak terlalu lama.

2.7 Definisi Metaheuristik

Menurut Talbi (2009), Heuristik berasal dari kata Yunani heuriskein yang

berarti seni untuk menemukan strategi dalam menyelesaikan persoalan,

sedangkan meta berarti metodologi tingkat tinggi atau lanjut. Metaheuristik dapat

didefinisikan sebagai metode lanjut (advanced) berbasis heuristik untuk

menyelesaikan persoalan optimisasi secara efisien. Menurut Blum dan Roli

(2003), metaheuristik memiliki beberapa karakteristik dasar yaitu:

1. Metaheuristik adalah strategi yang memandu proses pencarian.

2. Tujuan dari metaheuristik adalah untuk menjelajahi ruang pencarian secara

efisien untuk menemukan solusi optimal.

3. Teknik metaheuristik berkisar dari prosedur pencarian local yang

sederhana sampai proses pembelajaran yang komplek.

4. Meteheuristik adalah metode pendekatan dan biasanya non-deterministik

5. Metaheuristik dapat terdiri dari penggabungan beberapa mekanisme

supaya proses pencarian tidak terjebak dalam daerah terbatas di ruang

pencarian.

6. Konsep dasar dari metaheuristik memungkinkan pendeskripsian secara

(19)

7. Metaheuristik bersifat general/umum sehingga dapat diterapkan dalam

berbagai macam persoalan.

8. Metaheuristik dapat menggunakan domain pengetahuan khusus dalam

bentuk heuristik yang dikendalikan dengan strategi tingkat lanjut.

9. Metaheuristik dapat menggunakan pengalaman yang didapat selama

proses pencarian untuk menuntun proses pencarian.

2.8 Simulated Annealing

2.8.1 Definisi Simulated Annealing

Metode Simulated annealing pertama kali diperkenalkan oleh Metropolis dkk pada tahun 1953, dan dipopulerkan oleh Kirkpatrick dkk pada tahun 1983. Simulated annealing termasuk algoritma yang meniru perilaku fisik proses pendinginan baja. Teknik ini meniru perilaku baja yang mengalami pemanasan sampai suhu tertentu kemudian didinginkan secara perlahan. Ketika baja dipanaskan sampai suhu mendidih, atom-atom dalam baja tersebut bergerak bebas, dan semakin terbatas gerakannya ketika suhunya turun. Ketika suhu turun, susunan atomnya akan menjadi lebih teratur dan akhirnya akan membentuk Kristal dan mempunyai energi internal yang minimum (Santoso dan Willy, 2011)

(20)

Menurut Santoso dan Willy (2011), metode simulated annealing meniru proses pendinginan baja secara perlahan untuk mencapai nilai minimum fungsi dalam permasalahan minimasi. Proses pendinginan ini ditiru dengan cara menentukan parameter yang serupa dengan suhu lalu mengontrolnya dengan menggunakan konsep distribusi probabilitas Boltzmann. Distribusi probabilitas Boltzmann menyatakan bahwa energi (E) dari suatu sistem dalam keseimbangan panas pada suhu T terdistribusi secara probabilistik dengan rumus :

P(E) =e−∆E/kT (2.8)

Keterangan :

P(E) = Peluang mencapai tingkat energi E 𝛥E = perubahan energi

k = konstanta Boltzmann T = suhu

Menurut kriteria metropolis, probabilitas titik solusi berikutnya adalah xi+1

bergantung pada perbedaan status energi atau fungsi tujuan dari dua titik.Titik baru dapat ditemukan menggunakan distribusi probabilistik Boltzmann tersebut.Untuk konstanta Boltzmann (k), dapat diberi nilai 1. Dalam minimasi fungsi, solusi sekarang adalah x dan nilai fungsinya adalah f(x), maka energi Ei

pada status xi adalah Ei = fi = f(xi). Jika 𝛥E ≤ 0 maka P[Ei+1] = 1 sehingga titik xi+1

selalu diterima, namun jika 𝛥E ≥ 0 maka digunakan rumus probabilitas Boltzmann (Santoso dan Willy, 2011).

(21)

Dalam Simulated Annealing perlu diperhatikan adanya langkah khusus untuk keluar dari local optimum.Langkah ini berupa penerimaan xi+1 dengan

peluang e−∆f/kT walaupun nilai fungsi pada titik ini tidak lebih baik dari tidak sebelumnya (xi). Hal ini dilakukan dengan harapan pada langkah selanjutnya akan

dicapai suatu titik dengan nilai fungsi yang lebih baik lagi.

Menurut Santoso dan Willy (2011), pada saat temperatur tinggi, maka peluang menerima xi+1 dengan 𝛥E yang lebih besar akan besar. Dengan

menurunnya temperatur, probabilitas untuk menerima titik xi+1 yang lebih buruk

dari titik sebelumnya akan mengecil. Sehingga jika temperatur semakin rendah (semakin dekat pada titik optimal), peluang suatu solusi xi+1 dengan nilai f lebih

besar dibanding pada titik xi akan semakin kecil.

2.8.2 Algoritma Simulated Annealing

Algoritma simulated annealing dapat dituliskan sebagai berikut (Santoso dan Willy, 2011):

1. Tentukan parameter dan mulai dengan vektor xi :

- T : nilai temperatur

- c : faktor pereduksi temperatur dengan nilai 0 < c <1 - n : jumlah iterasi

2. Hitung nilai fi = f(xi), tetapkan iterasi i = 1, dan jumlah siklus p = 1.

3. Bangkitkan vektor baru xi+1 di sekitar xi dan hitung f(xi+1), hitung

𝛥f=fi+1– fi.

4. Terima atau tolak vektor baru xi+1 sebagai solusi kriteria metropolis :

(22)

b. Jika 𝛥f bernilai positif, maka digunakan distribusi probabilitas boltzmann. Untuk menerima atau tidak, perlu digunakan solusi pembanding terhadap nilai probabilitas dengan membangkitkan nilai acak (0,1). jika nilai acak < P(E), maka solusi baru diterima. namun, jika sebaliknya maka solusi baru ditolak.

5. Jika i < n, kembali ke langkah 3. Akan tetapi jika i ≥ n, maka lanjutkan ke langkah 6.

6. Update siklus iterasi p=p+1, dan iterasi i=1 7. Kurangi temperatur

8. Jika kriteria pemberhentian tercapai, maka pencarian dihentikan. Namun jika kriteria pemberhentian tidak tercapai, maka ulangi dari langkah 3. Keterangan :

xi : solusi ke-i

fi : nilai fungsi tujuan

f(xi) : nilai fungsi tujuan dari solusi ke-i

(23)

(2014), kriteria pemberhentian menggunakan nilai temperatur akhir (Tf) sebesar 0.0000001.

2.9 Perancangan Sistem 2.9.1 Flowchart

Salah satu cara penggambaran alur sistem dapat menggunakan flowchart. Flowchart adalah suatu diagram yang menampilkan aliran data dan rangkaian tahapan operasi dalam suatu sistem (Widjajanto, 2001). Berikut ini adalah simbol-simbol yang terdapat dalam flowchart :

1. Simbol terminal

Simbol yang menyatakan permulaan atau akhir suatu program.

Gambar 2.5Simbol Terminal 2. Simbol input/output

Simbol yang menyatakan proses input atau output tanpa tergantung jenis peralatannya.

Gambar 2.6 Simbol input/output 3. Simbol Proses

(24)

Gambar 2.7 Simbol Proses 4. Simbol Keputusan

Simbol yang menunjukkan suatu kondisi tertentu yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, ya atau tidak.

Gambar 2.8 Simbol Keputusan 5. Simbol Garis Alir

Simbol garis alir digunakan sebagai penghubung simbol-simbol lainnya

Gambar 2.9 Simbol Garis Alir 6. Data Store (Simpanan Data)

Data store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file di sistem komputer atau suatu arsip atau catatan manual

Gambar 2.10 Simbol Data Store 7. Operasi Manual

(25)

Gambar 2.11Simbol Operasi Manual

2.9.2 Use Case Diagram

Menurut Sugiarti (2013), diagram use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem yang akan dibuat. Diagram use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem, dan siapa aja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Simbol-simbol yang terdapat pada diagram use caseadalah :

a. Use case : fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor, biasanya dinyatakan dengan kata kerja.

Gambar 2.12 Simbol Use Case

b. Aktor : orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat, biasanya dinyatakan menggunakan kata benda.

Gambar 2.13 Simbol Aktor

(26)

d. Extend :

<<extend>>

Gambar 2.15 Simbol Extend e. Include :

<<include>>

Gambar 2.16 Simbol Include 2.9.3 Activity Diagram

Menurut Sugiarti (2013), activity diagram menggambarkan aktivitas yang dapat dilakukan oleh sistem bukan yang dilakukan aktor. Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, dimulai dari masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, hingga sistem tersebut berakhir. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Beberapa simbol yang digunakan pada activity diagram, diantaranya :

a. Start point : awal proses.

Gambar 2.17 Simbol start point b. Activities : aktivitas yang terjadi pada sistem

Gambar 2.18 Simbol activities c. Fork : percabangan

(27)

d. Join : penggabungan

Gambar 2.20 Simbol join

e. Decision : untuk menggambarkan behavior pada kondisi tertentu.

Gambar 2.21 Simbol desicion

f. Swimlane : sebuah cara untuk mengelompokkan activity berdasarkan actor g. End point : akhir proses.

Gambar 2.22 Simbol end point 2.9.4 Perancangan Antar Muka

Menurut Sudarmawan dan Ariyus (2007), interface (antarmuka) adalah suatu bit program yang terdiri dari menu tombol yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, atau suatu bagian perangkat lunak yang digunakan oleh end user yang bisa dilihat di layar monitor jika program dijalankan. Dalam membuat antar muka berbasis grafis memiliki 7 bagian, diantaranya :

1. Button (Tombol), merupakan suatu hal yang sudah biasa digunakan untuk input dan output aplikasi berbasis grafik. Tombol juga digunakan untuk melakukan serangkaian aksi, memilih keputusan, dan lain sebagainya. 2. Menu, merupakan suatu tawaran yang ditampilkan dilayar mengenai

(28)

3. Check Box, memberikan kemudahan bagi user untuk membuat suatu pilihan. Check Box bisa mengizinkan user untuk memilih lebih dari satu, pada waktu yang bersamaan. Check Box diberi label dengan teks yang sesuai dengan aksi yang akan diberikan.

4. Radio Buttons, mengizinkan user untuk memilih salah satu pilihan dalam satu waktu dan diberi label sesuai aksi yang akan dilakukan. Radio Buttonsakan menjadi suatu pilihan yang baik jika pemrogram memberikan pilihan untuk user. Radio Buttons terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pengendali yang berupa lingkaran kecil dan bagian label yang menunjukkan atribut radio buttons tersebut.

5. Single-Line Text Box, merupakan suatu langkah awal bagi user untuk memasukkan input karakter-karakter alfanumerik ke program. Single-Line Text Box biasanya digunakan untuk pengamanan sistem atau hal-hal lain yang hanya memerlukan satu input.

6. Multiline Text Box, merupakan kotak teks yang membutuhkan masukan beberapa baris teks. Multiline Text Box mempunyai ukuran dan bentuk bervariasi tergantung kebutuhan programnya.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Bella Agung Citra Mandiri
Gambar 2.2 Penjadwalan pure flow shop
Gambar 2.3 Penjadwalan general flow shop
Tabel 2.1 Tabel penyesuaian dengan Sistem Westinghouse
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Wayan Ardha (1993) menyebutkan paradigma penelitian TEP adalah historis, diskriptip, eksperiment, penomenologis (penampakan gejala), etno metodologis dan

Sarana operasi udara siaga darurat karhutla 2016 yang digunakan untuk water boombing provinsi Kalimantan Barat meliputiBolcow (2 Pesawat), BELL 214, BELL 412,

Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk merangkai jam digital dengan menggunakan mikrkontroler yang output atau displaynya menggunakan seven segment dan

Pada waktu hidrolisis 30 menit diperoleh nilai terendah sebesar 7,22 (gelap) karena telah mengalami hidrolisis yang cukup lama dan penyebab lain dari warna gelap yang

Pengolahan darah atau plasma menjadi sediaan obat atau produk yang terkait merupakan proses yang sangat spesifik dan unik.. Metode uji yang digunakan juga

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan- perubahan pada darah dan sumsum tulang. Volume

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama–sama menggunakan teknik analisis linier berganda dan untuk menguji hipotesis menggunakan Uji F

Berdasarkan alur pemaparan di atas, diidentifikasi terdapat korelasi antara variabel dukungan sosial, persepsi risiko dan interaksi sosial terhadap kepercayaan dan