• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA WIDI ASTUTI DKK SKRIPSI"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU

SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI

KARYA WIDI ASTUTI DKK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

DIANTINA BASIROH

11111064

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

▸ Baca selengkapnya: contoh makalah hakikat mencintai allah swt., khauf, raja', dan tawakal kepadanya

(2)
(3)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU

SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI

KARYA WIDI ASTUTI DKK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

DIANTINA BASIROH

11111064

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)

kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya

(8)

PERSEMBAHAN

Teruntuk kedua orang tuaku yang menjadi pemicu semangatku. Ibuku yang saat

ini tidak setiap hari bertemu denganku, namun doa beliau sangat terasa di sini.

Ayahku rahimahullah yang membuatku mengerti beratnya perjuangan meraih

cita-cita.I miss you, dad.

Suamiku tercinta, yang tidak pernah lelah memantikkan api semangat untukku,

dengan sangat ikhlas membantu setiap langkahku, yang selalu memberiku senyum

manis agar aku terus meniti jalan ini.Ukhibbuka

Putraku tersayang, si kecil yang semakin ingin diperhatikan. Keluguanmu

membuat Ummi terhibur di tengah repotnya mengerjakan skripsi. Maafkan Ummi

yang kadangkala mengabaikanmu untuk mengejardeadline.Aishiteru

LDK Darul Amal yang sekarang menjadi LDK Fathir Ar Rasyid, karenamu aku

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya

skripsi dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU

SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI Karya Widi Astuti, dkk bisa

diselesaikan.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Sang teladan utama, Nabi

Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istiqomah

mengikuti petunjuknya.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara

penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima

kasih setulusnya kepada:

1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Siti Rukhayati, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan,

membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam

penulisan skripsi ini.

5. Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang membantu dan

(10)

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan

kepada penulis.

7. Ayah dan ibuku (Bapak Muhammad Sholeh Rahimahullah dan Ibu Suwarni),

adik-adikku (Ali Mustofa, Falid Reza Mustofa,dan Farkhan Isa Ansori) yang

senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual.

8. Suamiku tersayang, Mohamad Ali Shodikin yang selalu rela direpotkan untuk

setiap urusan. Serta putraku yang mungil Yusuf Fuadi Al Firdausy, pemicu

semangatku.

9. Ibu Widi Astuti selaku penulis buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih

atas bantuan dan dorongannya.

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah

mencatatnya sebagai amal salih yang akan mendapatkan balasan terbaik. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang

membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di

masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya

dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

(11)

ABSTRAK

Basiroh, Diantina. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Akhlak

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Semakin baik akhlaknya, maka semakin mulia dirinya di hadapan manusia terlebih di hadapan Allah SWT. Pembentukan akhlak membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Generasi yang berakhlak mulia tercipta dari didikan dan keteladanan orang tua yang memiliki akhlak mulia pula. Terutama seorang ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI karya Widi Astuti, dkk. Pertanyaan utama yang ingin penulis jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk. 2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL... 1

HALAMAN BERLOGO ... ii

JUDUL...Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN PEMBIMBING...Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...Error! Bookmark not defined. MOTTO... vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...10

C. Tujuan Penelitian...11

(13)

E. Definisi Operasional...12

F. Metode Penelitian... 15

G. Sistematika Penulisan Skripsi...21

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Penulis... 23

B. Karakteristik Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti...25

C. Karya-karya Penulis... 26

D. Unsur Intrinsik Karya Sastra...27

E. Sinopsis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti...43

BAB III HASIL TEMUAN Nilai-nilai Pendidikan Akhlak...76

BAB IV ANALISIS DATA A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak... 91

B. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari...146

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 150

B. Saran... 152

DAFTAR PUSTAKA...154

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Cover Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

B. Percakapan dengan Penulis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti C. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

D. Daftar nilai SKK

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada suatu hari para sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, “Wahai

Rasulullah,” kata mereka, “Siapa hamba yang paling dicintai oleh Allah?”.

Rasulullah SAW menjawab sebagaimana ditulis dalam Hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah,” (Muslim) yang paling baik

akhlaknya.” Pada kesempatan berbeda, Rasulullah SAW berkata kepada para

sahabatnya,” Orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada

hari kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Riwayat

Tirmidzi dan Ahmad). Di lain kesempatan, Rasulullah SAW memberi nasehat

kepada para sahabatnya,” Kalian tidak akan disenangi manusia karena harta

kalian. Buatlah wajah ceria dan akhlak yang baik.” (Riwayat Al-Bazzaar).

Begitu istimewa orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Mereka akan

dicintai oleh Allah SWT, disukai Rasulullah SAW dan disenangi manusia.

(Suara Hidayatullah, edisi 06 XXVIII: 11)

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Berkualitas

atau tidaknya seorang manusia tergantung pada bagaimana akhlaknya.

(17)

terlebih di hadapan Allah SWT. Sebaliknya, semakin buruk akhlaknya maka

akan semakin hina dia di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT.

Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan. Perbuatan

manusia, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik akan diganjar oleh

Allah SWT setimpal dengan apa yang telah dia lakukan. Semua agama

mengajarkan perbuatan baik, tetapi masih banyak penganut agama yang

mengabaikan aturan-aturan dan ajaran-ajaran dalam agamanya. Maka, yang

terjadi adalah pelanggaran dan pengabaian terhadap akhlak dalam kehidupan.

Seorang muslim yang memiliki iman yang kuat, maka dipastikan juga

memiliki akhlak yang baik. Semakin kuat imannya, maka akan semakin baik

akhlaknya, begitu juga sebaliknya. Iman dan akhlak adalah satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Karena Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad, “Mukmin yang paling sempurna

imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

Tujuan utama Rasulullah SAW diutus sebagai rasul yaitu

menyempurnakan akhlak manusia. Karena pada masa diutusnya Rasulullah

SAW di Jazirah Arab sedang mengalami masa jahiliyyah dengan segala

keburukan perilaku penduduknya. Untuk itu, Islam datang untuk

menyelamatkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang tercela yang dapat

menjerumuskan pada kehancuran menuju kemuliaan dunia dan akhirat dengan

akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits

(18)

䁞   䁞  쳌䁞㌳쳌䁞ꀀ䁞 䁞䁞䁞 䁞   䁞 쳌䁞䁞

sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) semata-mata untuk

menyempurnakan kemuliaan akhlak”.

Berdasarkan hadits ini, maka menjadi jelas bahwa agama yang dibawa

oleh Rasulullah SAW adalah konsep penyempurnaan akhlak. Hal ini terlihat

dari kalimatnya yang dengan tegas menggunakan huruf hasr Innamaa

(sesungguhnya hanya). Seakan-akan beliau tidak diutus untuk memberikan

konsep yang lain selain konsep penyempurnaan akhlak semata. (Halim, 2000:

8)

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling baik akhlaknya, baik akhlak

kepada Allah maupun akhlak kepada manusia. Aisyah ra mengatakan bahwa

akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an. Bahkan Allah memuji akhlak beliau,

dalam QS. Al Qalam: 4 sebagai berikut:

rk䁞t e䁞i䁞 i䁞䁞u 䁞e䁞i 䁞

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Dakwah Rasulullah banyak diterima oleh masyarakat bukan karena

paksaan atau bahkan peperangan. Namun, karena keluhuran dan kemuliaan

akhlak Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah. Seorang yang mengaku

(19)

beriman harus mengimplementasikan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari,

karena akhlak adalah cerminan bagaimana seorang muslim itu.

Selain harus berakhlak baik kepada sesama manusia, seorang muslim

harus berakhlak baik kepada Allah SWT, Dzat yang telah menciptakannya.

Dengan cara, beribadah sesuai kemampuan maksimalnya dan menghindari

segala bentuk larangan serta hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Menghormati dan menghargai orang lain merupakan satu bentuk akhlak

kepada sesama manusia.

Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik

antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan antarsesama

(hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau

terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni

melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau

etika yang ditawarkan oleh Barat, namun banyak juga kelemahan dna

kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan

pengetahuannya sangat terbatas.

Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya

tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya. Mengapa? Karena

berasal langsung dari al-Khaliq Allah SWT, yang disampaikan melalui

Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah, qudwah, dan manusia terbaik

selalu mendapatkan tarbiyah ‘pendidikan’ langsung dari Allah melalui

(20)

menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan

akhlak mulia di hadapan Allah. (Mahmud, 2004: 9)

Wanita adalah kunci kokohnya sebuah negara. Untuk mengokohkan

negara, maka dimulai dari pengokohan generasi penerus dalam lingkup kecil,

yaitu keluarga. Bahkan, lingkup yang lebih kecil lagi adalah dirinya sendiri.

Seorang wanita akan melahirkan generasi yang unggul, tangguh, dan

membawa kejayaan bangsa karena dirinya berakhlak mulia dan sangat

memahami agamanya. Dengan akhlak mulia dan pengetahuan agama yang

cukup, maka anak-anaknya akan terbimbing dengan baik untuk mencetak

kader bangsa yang berkualitas. Peran wanita, dalam hal ini ibu sangat penting

dalam pendidikan anak, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak.

Begitu pentingnya pendidikan akhlak bagi seorang ibu, karena ibu adalah

madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ulama Salaf (terdahulu) rahimahullah

berkata, didalam syairnya “Ibu adalah sekolah pertama. Maka persiapkanlah

sebaik – baiknya”. (Lathifah, 2010)

Ibu berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian

anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum si kecil

mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Namun tidak sedikit ibu yang

beranggapan, ketika si buah hati sudah masuk sekolah maka sekolah lah yang

bertanggung jawab atas pendidikan si buah hati. Padahal peran ibu tidak bisa

tergantikan oleh siapapun. Ibu memiliki peran lebih dari sekolah yakni

(21)

Ibu adalah "gudang ilmu", "pusat peradaban" dan "wadah" yang

menghipun sifat-sifat akhlak mulia. Peran yang sangat penting ini, menuntut

seorang ibu untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka

seorang ibu harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena,

untuk mencetak generasi yang berkualitas, diperlukan pendidik yang

berkualitas pula. Hal itu berarti ibu tak boleh berenti belajar. (Aetty: 2013)

Menjadi ibu adalah predikat paling mulia bagi seorang perempuan.

Namun, jika tidak disertai dengan kesadaran dan keikhlasan yang mendalam

maka predikat ini malah menjadi beban. Tidak sedikit seorang perempuan

yang merasa direpotkan dengan segala pekerjaan rumah tangga yang

sebelumnya bukan menjadi tanggung jawabnya, apalagi setelah dikaruniai

anak dan harus merawat sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

Pada zaman sekarang ini, yang mana para perempuan lebih banyak

menjadi wanita karir daripada menekuni kebiasaan menjadi seorang calon istri

dan calon ibu, ibu muda merasa kebebasannya terhalangi dengan kehadiran

seorang anak. Belum lagi harus melayani suami dengan berbagai

kebutuhannya, mengurus rumah dan sebagainya. Maka, cara pandang seperti

ini harus diubah agar status seorang ibu tidak menjadi salah kaprah dan

seorang gadis tidak lalu enggan untuk menyandang gelar tersebut. Status

seorang ibu adalah status yang sangat berpotensi untuk menambah

pundi-pundi pahala seorang wanita, jika dia mau menjalaninya dengan mengharap

(22)

Paham feminis telah banyak mendorong wanita-wanita awam menjadi

wanita yang kurang memahami fitrah penciptaannya. Banyak di antara

mereka menginginkan kebebasan sebagaimana laki-laki. Ingin menjadi wanita

yang bebas tugas dari urusan rumah tangga dan anak-anak, lebih suka

beraktivitas di luar rumah dengan berbagai kesibukan yang sedikit sekali

manfaatnya. Dengan dalih emansipasi, para wanita menuntut kesamaan hak

antara laki-laki dan perempuan. Di samping itu mereka melalaikan kewajiban

mereka sebagai bagian terpenting dalam mencetak generasi yang tangguh dan

berkualitas. Mereka tidak sadar bahwa mereka memiliki peran yang sangat

penting di balik penciptaannya, mereka merasa terkungkung dengan

kodratnya sebagai seorang wanita.

Dengan berbagai media dan sarana, mereka menggambarkan betapa

Tuhan telah berlaku tidak adil kepada wanita muslimah. Agama dalam

propaganda ini, digambarkan sebagai pengebiri hak wanita yang

memposisikannya di bawah pria. Contohnya, dalam waris Tuhan

membedakan bagian wanita lebih sedikit dibanding jatah pria. Juga dalam hal

persaksian. Kesaksian seorang pria berbanding kesaksian dua orang wanita.

Dan propaganda-propaganda lainnya yang tak lebih dan tak kurang sebatas

bualan. (Zakaria, 2005: 152)

Buku antologi Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang ditulis oleh Widi

Astuti, dkk berisi kisah-kisah inspiratif seputar perempuan, apalagi yang

sudah menjadi ibu. Menjadi seorang ibu dengan berbagai latar belakang akan

(23)

yang disuguhkan memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi nilainya,

terutama pendidikan akhlak khususnya bagi kaum ibu, terutama ibu muda

yang masih sangat membutuhkan pembelajaran dari pengalaman ibu-ibu yang

lain. Kisah-kisah dalam buku tersebut menjadi pematah argumen dan

pemikiran feminis bahwa wanita tidak akan maju jika hanya menjadi seorang

ibu dan bekerja di rumah. Wanita akan sangat mulia jika menjalani fitrahnya

dan ikhlas mengemban amanah terbesar dalam penciptaan dirinya.

Buku tersebut menceritakan bagaimana seorang ibu menjalani aktivitasnya

yang padat, selain mengurus rumah juga harus merawat anak-anaknya,

mendidik dan melindungi mereka, menjadi teman yang baik untuk anak-anak

dan suami. Kesibukan yang padat tersebut tidak menjadikannya lalai dalam

menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, yaitu patuh pada suami.

Kisah lain menceritakan bagaimana seorang ibu memperjuangkan

kesembuhan kedua anaknya yang sakit dalam waktu yang bersamaan, yang

pada akhirnya salah satu anaknya harus menyerah pada takdir. Dipanggil oleh

Allah SWT ketika masih berusia tujuh bulan. Sebagaimana yang dikisahkan

dalam petikan berikut :

Tiba-tiba ada seorang perawat yang memanggilku. Dia memberitahu tentang kondisi Nafis yang sangat mengkhawatirkan, ubun-ubun di kepalanya sudah cekung. Ya Allah, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Kepanikan semakin menjadi. Ketika kondisi Naufal sudah membaik, kini gantian Nafis yang mengkhawatirkan. (Astuti, 2015: 27)

(24)

Ku pegang tangannya. Layar monitor menunjukkan angka yang semakin menurun. Nak, Ibu pasrah, Nak. Ku pegang tangan Nafis lagi, ku cium tangannya. Kubacakan beberapa surat pendek dan terakhir kubisikkan La Ilaa ha Illalloh. Ku lihat Nafis tersenyum lalu Lesssss, dia seperti tertidur pulas. Aku langsung memanggil dokter. Kemudian dokter pun datang dengan membawa beberapa alat, dokter berusaha menolong semaksimal mungkin. Jam 20 :50, Nafis tertidur selamanya, tertidur abadi di sisi-Nya.... INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJI'UN... (Astuti, 2015: 31)

Membaca kisah demi kisah dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong

Roti membuat pembaca tersadar akan sangat berharganya dirinya dalam

keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Karena dari ibu lah akan

terlahir generasi-generasi unggul yang akan membawa sebuah bangsa pada

kejayaan. Dimulai dari hal kecil seperti tetap menjaga semangat dan

khusnudhan pada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat tidak

menyenangkan, seperti dalam kutipan berikut :

Apalagi peristiwa memilukan menimpaku dimasa kehamilan ini. Biduk rumah tanggaku hancur. Kami resmi bercerai di akhir Januari 2014. Tak perlu kuucap apa perkaranya. Sungguh berat ujian ini. Ditengah kepayahan aku merasakan kehamilan, ternyata aku pun harus berpisah dengan sang ayah dari janin yang kukandung. Menjadi janda dalam kondisi hamil diumur yang menuju 19 tahun tidaklah mudah. Mental ini terus terasah seiring cemoohan dan ucapan-ucapan mengiris hati dari orang-orang sekitar. (Astuti, 2015: 8)

Nak, bunda memberimu nama Nakhla Alby Azzaky agar kau menjadi anak yang pandai serta berhati suci. Sama seperti arti namamu, Nak. Raga ini berjanji sekuat tenaga akan menjadi sosok ibu sekaligus figur seorang ayah untukmu. Bunda tahu itu tak mudah. Tapi demi kau, demi masa depan, raga ini takan pernah menyerah.

Kini, walau aku hanya seorang janda. Tapi aku tak akan takut mati dalam kesepian, ada anakku yang akan mewarnai kehidupanku hingga raga ini kembali kepada Sang Pencipta. (Astuti, 2015: 12)

Karena Rasulullah SAW menggelari wanita adalah madrasah pertama bagi

(25)

bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya mengajarkan kebaikan

sebatas yang dia tahu tanpa mengamalkannya. Tapi memperbaiki dan

membekali diri dengan akhlak yang mulia adalah jalan yang utama untuk

mendidik generasi penerus kita.

Melihat banyaknya nilai pendidikan akhlak yang dapat diambil hikmahnya

oleh guru (pendidik), orang tua, dan masyarakat, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM BUKU SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG ROTI KARYA

WIDI ASTUTI DKK, sebuah buku antologi yang menyajikan berbagai kisah

nyata para ibu dalam menjalankan kewajibannya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang

hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup

keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi

dan pembatasan masalah (Maslikhah,2013: 302).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku

Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk?

2. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk

(26)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam

penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah.

Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah,

kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk

kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah nilai-nilai pendidikan akhlak

yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti karya

Widi Astuti, dkk.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam buku Secangkir Kopi dan Sepotong

Roti karya Widi Astuti, dkk pada kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan

khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum

maupun pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak melalui

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi

masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menciptakan

karya sastra yang bukan hanya bersifat komersial dan menghibur

saja. Tetapi yang lebih penting adalah kualitas karya dan pembaca

dapat menyerap pelajaran sebanyak-banyaknya dari karya sastra

tersebut.

b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi

media pembelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa/

mahasiswa dalam memahami pendidikan akhlak melalui

kisah-kisah teladan.

c. Bagi civitas akademica,penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan

di masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian

di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang

terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha menumbuhkembangkan potensi sumber daya

manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran

(28)

meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi. (Syah, 1995: 1)

Pengertian di atas merupakan pengertian pendidikan dalam ruang

lingkup pendidikan formal. Sedangkan pendidikan bukan hanya diperoleh

dari lembaga pendidikan formal saja, namun lebih luas pendidikan dapat

didapatkan dari mana saja manusia berada.

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai

sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

sesuai dengan kebutuhan. (Syah, 1995: 10)

Dengan kata lain, pendidikan yaitu upaya seseorang untuk

mendapatkan sebuah pengetahuan, baik dengan secara formal, informal,

maupun nonformal agar terpenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya

pendidikan dilakukan dari generasi ke generasi, artinya disampaikan oleh

seseorang kepada orang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan

pendidikan juga dilakukan dengan cara otodidak.

Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah, karena sekolah telah

memiliki kurikulum dan manajemen pendidikan yang telah diatur, bahkan

oleh Negara. Pendidikan diluar sekolah (nonformal) dapat juga dilakukan

dalam keluarga, pengalaman di lingkungan sekitar, bahkan pengalaman

(29)

2. Akhlak

Secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk

jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabiat. Berakar dari katakhalaqayang berarti menciptakan. Seakar dengan

katakhaliq(Pencipta),makhluq(yang diciptakan), dankhalq(penciptaan).

(Ilyas, 2007: 1)

Dengan demikian, maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang

digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian

diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan

untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri.

(Halim, 2000: 8-9).

Di samping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga

istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan

perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing.

Bagi akhlak, standarnya adalah Al Qur’an; bagi etika standarnya

pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang

umum berlaku di masyarakat. (Ilyas, 2007: 3)

3. Buku

Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku dalam

bentuk antologi, yang berisi potongan-potongan cerita namun memiliki

satu tema walau satu cerita dengan yang lain tidak ada hubungannya.

Antologi, secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang

(30)

kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup

kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu

volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain

seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian

modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang

ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi.

(id.wikipedia.org)

F. Metode Penelitian

Metode secara harfiah berarti cara, yaitu cara yang digunakan untuk

melakukan sesuatu agar tercapai suatu tujuan. Dengan adanya metode, maka

suatu pekerjaan akan lebih terarah dan mudah dilakukan.

Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula

dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada

dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik

yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. (Maslikhah,

2013: 66).

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. (Arikunto, 2010: 203).

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.

(31)

Metode yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

metode dokumentasi.

Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah:

1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),

karena data yang diteliti berupa buku, majalah, dokumen, dan media

cetak lainnya. Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai

objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah buku antologi

yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan

menjelaskan teks-teks dalam buku antologi yang mengandung

nilai-nilai pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta

memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek

kegunaan dan manfaat karya sastra yang dapat diperoleh pembaca.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Cara menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan

dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan

penggunaannya. (Arikunto, 2005: 100)

Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai

(32)

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

(Arikunto, 2010: 201)

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode dokumentasi

dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh

dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan,

baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.

(sarjanaku.com)

Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian diperoleh

dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel,

jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan

penelitian ini guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah

beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun

sumber data terdiri dari dua macam yaitu:

a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang

(33)

Sepotong Roti karya Widi Astuti, dkk yang diterbitkan oleh CV

Citra Adi Cemerlang.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literatur yang

berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu

berupa transkrip, wawancara, buku, artikel di surat kabar,

majalah, tabloid, website, multiplay, dan blog di internet yang

berupa jurnal.

4. Metode Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis Life History

atau pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang ingin penulis teliti

ini tertulis dalam sebuah buku antologi yang menyajikan sebagian

kecil dari pengalaman-pengalaman pribadi para penulis buku tersebut.

Dapat dikatakan bahwa pendekatan yang penulis gunakan adalah

pendekatan otobiografi.

Dalam istilah ilmiah, pengalaman pribadi dikenal Individual’s Life

History atau lebih banyak dikenal dengan Life History (saja), juga

dikenal dengan istilah personal document dalam psikologi, dan juga

umumnya dipanggil dengan human document dalam sosiologi,

sedangkan dalam antropologi-budaya lebih dikenal dengan

individual’s life history, adalah sebuah pendekatan dalam penelitian

kualitatif yang digunakan untuk memperoleh bahan keterangan

mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu di dalam

(34)

Moleong menyatakan bahwa otobiografi merupakan teknik

penelitian dengan menggunakan dokumen pribadi. Menurut Moleong

(2008: 217) dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang

secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan.

Autobiografi atau otobiografi (dari bahasa Yunani autos sendiri +

bios hidup + graphein menulis) adalah biografi yang ditulis oleh

subjeknya (atau, dalam penggunaan modern, dikarang bersama-sama

dengan penulis lain dan disebutkan sebagai "sebagaimana diceritakan"

atau "dengar"). Dalam bahasa Inggris istilah "autobiography" pertama

kali digunakan oleh penyair Robert Southey pada 1809, namun bentuk

otobiografi sendiri sudah ada sejak zaman kuno. (id.wikipedia.org)

Otobiografi juga banyak ditulis oleh orang-orang tertentu, seperti

guru atau pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, ahli, bahkan orang

biasa pun ada juga yang menulis otobiografi, antara lain karena senang

menulis, upaya mengurangi ketegangan, mencari popularitas, dan

kesenangan akan sastra. Motif penulisnya akan mempengaruhi isi

penulisan otobiografi. (Moleong, 2008: 219)

Untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi biasanya digunakan

teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan ialah content

analysisatau di sini dinamakan analisis isi. (Moleong, 2008: 219-220)

Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan

dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang

(35)

Moleong (2008: 220-221) menjelaskan bahwa analisis isi memiliki

ciri-ciri, yaitu: proses mengikuti aturan, kajian isi adalah proses

sistematis, kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk

menggeneralisasi, kajian isi mempersoalkan isi yang termanifestasikan,

dan kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif namun hal itu

dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Secangkir

Kopi dan Sepotong Roti yang mengandung nilai-nilai pendidikan

akhlak.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data

adalah:

a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan

nilai-nilai pendidikan akhlak.

b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam buku

Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan

nilai-nilai pendidikan akhlak.

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku

Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan dengan

nilai-nilai pendidikan akhlak.

d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan

dari buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti yang berhubungan

(36)

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu

bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,

lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan

persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,

halaman daftar lampiran.

Bagian Inti atau Isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima

bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

penulisan penelitian.

BAB II BIOGRAFI BUKU Dalam bab ini akan diuraikan mengenai:

Biografi penulis yang terdiri dari Widi

Astuti, dkk; karakteristik buku Secangkir

Kopi dan Sepotong Roti; karya-karya Widi

Astuti, dkk; unsur-unsur intrinsik buku,

Sinopsis buku Secangkir Kopi dan Sepotong

Roti.

BAB III HASIL TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil temuan

(37)

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU

SECANGKIR KOPI DAN SEPOTONG

ROTI

BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan disajikan analisis

mengenai: NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM BUKU SECANGKIR

KOPI DAN SEPOTONG ROTI dan

implikasi nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Dalam Buku Secangkir Kopi dan Sepotong

Roti dalam kehidupan sehari-hari.

(38)

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Penulis

Widi Astuti adalah nama asli penulis. Widi Astuti tidak pernah

mencantumkan biografinya dalam setiap karya-karyanya. Berbeda dengan

penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir

karya. Widi Astuti memang sepertinya tidak ingin mempublikasikan kepada

umum terkait kehidupan pribadinya. Itulah cara yang Widi Astuti pilih, hanya

berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana, yang penting

dapat memberikan manfaat bagi orang banyak melalui karya-karyanya tanpa

mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

Penulis mendapatkan biografi Widi Astuti melalui wawancara yang

penulis lakukan langsung ke rumahnya. Berikut yang penulis dapatkan dari

wawancara mengenai biografinya. Widi Astuti adalah seorang ibu rumah

tangga yang tinggal di kota Salatiga. Perempuan kelahiran 3 April 1980 ini

memiliki hobi membaca dan menulis. Sehingga, banyak sekali karya-karya

yang telah dimilikinya. Dia pernah bekerja di salah satu Bank Syariah di

Cilacap, namun kemudian dia memilih untuk resign setelah menikah. Tujuan

utamanya memutuskan untukresignyaitu agar terhindar dari dosa riba, namun

di samping itu dia juga ingin fokus menjaga dan mendidik putra putrinya

secara langsung. Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna dilakukan oleh

(39)

Meski backgroundnya adalah Fakultas Ekonomi, namun dia sangat

menaruh minat pada sejarah. Salah satu paper yang dikerjakannya bersama

rekannya yang berjudul “The Impact of Marginalizing Heroines in Indonesia”,

menyebabkan dia diundang untuk presentasi di Edinburg University United

Kingdom. Tetapi saat itu dia sedang mengandung putri keduanya, sehingga

tidak bisa memenuhi undangan tersebut.

Widi Astuti menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 2 Buayan,

Kebumen. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Gombong, Kebumen.

Saat usianya 15 tahun, dia pindah ke Sorong Papua, sehingga masa-masa

SMAnya dihabiskan di Sorong. Dia menempuh pendidikan atas di SMA

Negeri 3 Sorong. Selesai menempuh studi di SMA, dia melanjutkan

pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Soedirman (Unsoed)

Purwokerto. Selain itu, dia juga pernah mengambil Akta IV di STAIN

Purwokerto.

Alumni Fakultas Ekonomi Unsoed yang memilih menjadifull time mother

ini berprinsip “Jadi lah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain”. Prinsip ini

yang menyebabkan dia berusaha untuk senantiasa berkarya melalui tulisan.

Beberapa buku telah dia terbitkan, salah satunya yaitu buku antologi

Secangkir Kopi dan Sepotong Roti. Buku solo yang berjudul “Perempuan

Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa”

menjadi bukti kecintaannya pada sejarah. Selain buku, di media sosial

facebook pun seringkali penulis temukan tulisannya yang bernuansa sejarah.

(40)

memahaminya, diunggahnya ke media agar masyarakat membuka mata

mengenai fakta sebenarnya tentang sejarah Indonesia. Dia bisa dihubungi

melaluiemail[email protected] atau akunfacebookWidi Astuti.

B. Karakteristik Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti merupakan buku antologi yang

berisi 38 kisah yang ditulis oleh 37 penulis. Namun, dari ke-38 kisah tersebut

ada beberapa cerita yang mengandung konten yang sama. Jadi, dalam buku

tersebut terbagi menjadi lima bagian kisah secara garis besar. Bagian satu

berjudul “Peluk Cium untuk Anakku”, bagian dua berjudul “To Be a Greet

Mommy”, bagian tiga berjudul “Jodoh, oh Jodoh”, bagian empat berjudul

“Suamiku”, dan bagian lima berjudul “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku”.

Ciri khas yang melekat pada buku ini adalah bahasa yang digunakan bukan

bahasa sastra atau pun bahasa yang mengandung majas. Para penulis

menggunakan bahasa sehari-hari, sederhana tapi mampu mengajak pembaca

untuk seolah-olah sedang mengalami langsung kisah tersebut.

Kisah-kisah yang disampaikan para penulis memiliki makna dan nilai

pembelajaran yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat bagi para ibu rumah

tangga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Buku ini mengangkat

kisah-kisah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, setiap

kisah dapat menjadi bahan renungan atau pengetahuan baru bagi pembaca.

(41)

Bahkan, pembaca dibuat berurai air mata ketika membaca kisah-kisah yang

menyedihkan.

Cerita-cerita yang ditulis dalam buku tersebut memberikan pemahaman

bahwa ujian demi ujian yang bila tepat dalam menghadapinya akan berbuah

manis pada akhirnya. Para penulis juga ingin menyampaikan bahwa setiap

segi kehidupan adalah ujian, namun semangat dan optimisme serta usaha

untuk mencari jalan keluar yang tepat adalah sikap yang terbaik dalam

menghadapi setiap masalah dalam kehidupan.

C. Karya-karya Penulis

Widi Astuti memiliki banyak karya tulisan berbentuk buku yang telah

diterbitkan. Sebagian besar di antaranya berbentuk antologi dan satu buku solo.

Karya-karyanya yang berbentuk buku antologi di antaranya:

1. Dahsyatnya Cinta Pertama

Buku ini diterbitkan oleh Gazza Media pada tahun 2012. Buku ini berisi

pemaparan kisah nyata para penulis yang menceritakan perjalanan cinta

pertama mereka.

2. Di Balik Kesulitan Terdapat Kemudahan

Buku ini diterbitkan oleh Ruang Kata pada tahun 2011. Buku ini

menceritakan bahwa sesulit apa pun perjalanan kehidupan pasti ada jalan

kemudahan di kemudian hari.

(42)

Buku ini diterbitkan oleh Adi Citra Cemerlang, Surakarta pada tahun

2015. Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif perempuan. Menceritakan

seluk beluk masalah perempuan terutama yang sudah berkeluarga dan

menjadi ibu.

4. Hei, Ini Aku Ibu Profesional!

Buku ini diterbitkan oleh Leutikaprio pada tahun 2012. Buku ini

menceritakan bagaimana kemahiran seorang ibu rumah tangga dalam

melaksanakan segala aktivitas rumah yang harus dilakukannya dengan

profesionalisme tinggi.

Buku solonya berjudul “Perempuan Pejuang, Jejak Perjuangan Perempuan

Islam Nusantara dari Masa ke Masa” diterbitkan oleh Konstanta Publishing

House pada tahun 2013. Buku ini berkisah mengenai perjuangan para

perempuan Islam Indonesia yang namanya sering terlupakan. Widi Astuti

menyuguhkan 17 profil perempuan pejuang di dalam buku ini. Kisah

perjuangan yang penuh inspiratif dan membuka cakrawala pembaca dalam

memahami sejarah.

D. Unsur Intrinsik Karya Sastra

Dalam sebuah karya sastra pasti memuat unsur pembangun karya tersebut.

Unsur pembangun tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Penulis

hanya akan membahas unsur intrinsiknya saja karena yang penulis soroti

(43)

sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam Buku Secangkir Kopi

dan Sepotong Roti adalah sebagai berikut:

1. Tema

Tema dalam buku ini adalah seputar masalah perempuan dengan

berbagai seluk beluknya. Sebagian besar kisah yang disampaikan berbicara

mengenai kehidupan rumah tangga. Namun, ada beberapa kisah yang

bercerita mengenai sulitnya bertemu jodoh, perang batin antara memilih

karir atau keluarga, ada juga yang bercerita mengenai ayahnya yang

kurang menjalankan ajaran agama Islam. Namun, semua cerita yang

disampaikan dalam buku ini ditulis oleh perempuan.

2. Penokohan

Penokohan adalah watak pelaku dalam sebuah cerita. Watak para

tokoh yang ditampilkan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

a. Bagian satu, “Peluk Cium untuk Anakku”

1) Kehadiranmu Mengusir Duka Kami.

Kisah ini ditulis oleh Wahyu Setyaningsih. Karakter Wahyu

yang terlihat dalam kisah ini yaitu dia sempat trauma dan putus asa

setelah kehilangan anaknya. Dia takut akan kejadian masa lalu

akan terulang kembali.

2) Engkau lah, Penyemangat Hidupku, Nak

Penulis kisah ini bernama Riski Amalia. Dia seorang janda

muda yang sabar, tegar, dan penuh keyakinan bahwa anaknya akan

(44)

egonya yang iri melihat wanita hamil lain, dia tetap berdiri tegak

untuk menyambut kelahiran anaknya.

3) Semua Akan Indah Pada Waktunya

Kisah ini ditulis oleh Endang Agustina. Kehilangan anak yang

baru dilahirkannya membuatnya sempat terjatuh dan putus harapan.

Selain itu, dia seorang yang ulet dan pekerja keras. Selalu sabar

dalam menghadapi keprihatinan.

4) Anakku AmanahMu

Ditulis oleh Nur Khamalah yang mengenang enam tahun

kepergian anaknya yang baru berusia tujuh bulan. Dia memiliki

ketegaran yang luar biasa, terlihat dari kesabarannya merawat dua

anak yang sama-sama sakit. Dia juga ibu yang cekatan dan enerjik.

5) Ujian itu Pernah Kita Tempuh, Nak

Ditulis oleh Khadijah yang menceritakan kesabaran dan

ketelatenannya bersama suami untuk merawat anaknya yang sakit.

Ketabahan terlihat dari upaya yang tidak berhenti untuk

pengobatan anaknya.

6) Aqilaku Sayang

Penulis kisah ini yaitu Suparsih, yang memiliki hati yang kuat

dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Meskipun dia memiliki

(45)

7) Kehadiranmu adalah Rencana Allah yang Indah

Ditulis oleh, Annisa Eka Hakiki. Mampu mengambil keputusan

yang tepat untuk tidak menggugurkan janinnya yang kedua walau

anak pertama masih berusia enam bulan. Berpendirian kuat dan

sangat peduli pada anak-anaknya. Terbukti walau mengandung

anak kedua, anak pertama tidak boleh kehilangan kesempatan

untuk tetap mengonsumsi ASI.

8) Anakku Aaminah

Kisah ini disampaikan oleh ibu empat anak, Carmelita.

Awalnya dia sangat tertutup pada suaminya. Kejernihan pikiran

Carmelita membat komunikasi terjalin baik kembali. Carmelita

sangat menjaga rasa malu dan harga dirinya, karena ingin sekali

melahirkan dengan dibantu bidan.

9) Semua ini Bagai Mimpi

Ditulis oleh Enis Duwi Fitriani Habibah Solehan. Dia memiliki

kesabaran yang tinggi dalam merawat anaknya yang menderita

meningitis. Berhati besar dan tetap tegar menghadapi setiap ujian.

10) Belajar Dari Fadila

Ditulis oleh Bunda Fadila dengan nama asli Mery Mina.

Kekurangperhatiannya pada tumbuh kembang anaknya membuat

anaknya mengalami keterlambatan perkembangan. Kesabaran yang

luar biasa ditunjukkan olehnya dan suami menghadapi kondisi

(46)

Dengan segala kemampuan yang ada, mereka mengupayakan yang

terbaik untuk anaknya.

b. Bagian dua, “To Be a Greet Mommy”

1) To Be a Greet Mommy

Ditulis oleh Nichole Ahmad. Dia seorang yang terlalu polos

ketika ibunya meninggal. Namun, dia sangat mencintai mamanya

yang sudah lama dipanggil oleh Allah SWT.

2) Perubahan itu...

Ditulis oleh Teni. Tetap bersyukur dan tidak menyesal walau

banyak sekali perubahan yang terjadi pada fisik dan kebiasaannya

setelah menjadi ibu rumah tangga.

3) Aku Pulang

Kisah ini disampaikan oleh Tri Suryaningsih, seorang

karyawan pabrik yang rela resign untuk memenuhi kewajibannya

sebagai ibu rumah tangga. Hatinya sangat mantap dan tanpa ragu

memutuskan untuk resign. Selain resign dari pabrik, dia juga

resign untuk berpakaian lebih syar’i. Dia adalah wanita yang ulet,

karena banyak sekali yang bisa dilakukannya untuk membantu

perekonomian keluarga, mulai dari membuat telur asin, membuka

rumahlaundry, sampai membuka butik syar’i.

4) Memasak Membawa Berkah

Ditulis oleh Kiki Susanti. Dengan penuh semangat dia

(47)

sambil menggendong anaknya. Dia rela dan ikhlas melakukan itu

semua demi anaknya. Walau berat, tapi dia memiliki optimisme

yang tinggi bahwa Allah akan meridai langkah yang ditempuhnya.

5) Perjuangan untuk Mendapatkanmu

Kisah ini ditulis oleh Christin Mendrova yang dengan penuh

kesabaran dan usaha yang maksimal untuk mendapatkan keturunan.

Tidak pernah menyerah dalam berusaha, tetap setia pada pasangan

juga ditunjukkan oleh suami dan dirinya walau belum memiliki

keturunan. Punya harapan yang tinggi untuk terus berusaha walau

sempat putus asa. Berpendirian kuat sehingga goncangan dalam

rumah tangganya mampu diatasinya bersama suami.

6) Balada Tanggal Tua

Ditulis oleh Nadiena Shofa Andriani. Seorang istri yang pandai

mengatur keuangan keluarga, sehingga uang yang tersisa pada

tanggal tua tetap cukup digunakan sampai tanggal muda lagi.

Kreatif dalam meracik menu makanan ketika uang semakin

menipis, tetapi tetap memenuhi standar gizi. Tetap bersyukur

walau kesulitan dalam mengelola keuangan pada penghujung bulan,

(48)

7) Young Mother, Why Not?

Kisah ini dituliskan oleh Sapta Suci. Seorang mahasiswi aktif

sekaligus ibu muda yang mandiri, tidak ingin merepotkan orang tua

maupun mertua dalam hal pengasuhan anak. Komitmen yang tinggi

bersama suami untuk tidak bergantung pada siapa pun ketika

mereka repot mengurus anak. Pandai mengelola jadwal kuliah yang

disesuaikan dengan jadwal mengajar suami agar tidak bertabrakan.

8) Proud To Be A Full Time Mother

Ditulis oleh Widi Astuti, seorang ibu rumah tangga yang dulu

pernah bekerja di Bank Syariah. Seorang wanita yang cekatan,

ramah, murah senyum, dan penuh percaya diri. Keirian pada teman

sejawatnya ketika mengetahui mereka sukses menjadi wanita karir

membuatnya sedih berat. Dia merasa mampu melebihi kemampuan

teman-temannya. Namun, dia kembali tersadar akan kebanggannya

menjadi ibu rumah tangga dengan berbagai aktivitasnya dan

kebersamaan dengan anak-anaknya.

9) Kuperjuangkan ASI Hingga Tetes Terakhir

Dikisahkan oleh Dewi Amarthani, seorang wanita karir yang

memperjuangkan ASI untuk anaknya. Dia tetap mempertahankan

pekerjaannya namun juga ingin anaknya tetap minum ASI. Dia

berjuang keras agar anaknya mau menyusu langsung padanya,

walau kadang ada rasa putus asa dan sedih karena anaknya

(49)

c. Bagian tiga, “Jodoh, oh Jodoh”

1) Babhi, Sushu, dan Istri

Diceritakan oleh Hestutianty Sham yang berdomisili di

Pakistan. Dia gemar mempelajari bahasa Urdu karena dia tinggal di

Pakistan. Dia seorang yang banyak tahu berbagai bahasa, terbukti

dia lancar berbahasa Inggris dan mengenal bahasa Jerman.

2) Bila Aku Jatuh Cinta

Kisah ini ditulis oleh Iir Lismawati, seorang yang kuat

prinsipnya dan gigih membentengi diri dari jatuh cinta.

Sebelumnya dia memiliki pandangan yang sangat buruk tentang

pernikahan, dan hidup dengan berfoya-foya. Setelah menikah, dia

menjadi yakin bahwa pernikahan adalah jalan terbaik bagi mereka

yang ingin merasakan jatuh cinta.

3) Lelaki Abu-abu

Ditulis oleh Sefri Antini S., kesabaran yang ditunjukkannya

ketika dia memutuskan untuk resign tetapi saat itu juga usaha

suaminya sedang bangkrut. Mereka mempertahankan optimisme

dan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan keluar, dengan

sabar dia hadapi juga kekecewaan keluarga pada suaminya.

4) Antara Aku, Kau, dan Ayahmu

Dikisahkan oleh Eyka Baihaqie Nariendra. Dia teguh

memegang agamanya dan tidak mau menikah dengan laki-laki

(50)

adalah kawan baik karena mampu menenangkan hati temannya

yang sedang kalut karena masalah keluarga mengenai kebebasan

beragama.

5) Jodoh dan Sedekah

Ditulis oleh Shobar Yuni Rahma. Ketegaran dan kesabarannya

menghadapi ujian karena menderita kista sejak SMA dan

kemungkinan hamil sangat tipis. Hatinya tidak goyah walau

banyak cemoohan orang menerpa dirinya, malah semakin rajin

berikhtiyar untuk mendapat solusi terbaik dari Allah. Pasrah dan

tawakkal atas kehendak Allah, dan percaya bahwa Allah

mempunyai rencana terindah untuk mereka.

6) Anak Pasar

Ditulis oleh Ireneati Zhou, seorang yang ketika masih remaja

merupakan remaja yang gaul, masih labil, dan masih mencoba

mencari jati dirinya. Semasa remajanya dia sering berganti-ganti

pacar, bahkan sempat meminta handphone pada kenalannya di

facebook.Pergaulannya sedikit terbilang bebas.

d. Bagian empat, “Suamiku”

1) Kesabaran Suamiku

Penulis bernama Eka Bundanya Fathir atau Eka Wijayanti.

Kesabaran yang besar ditunjukkan lewat ujian yang mereka hadapi

ketika kesulitan mendapatkan keturunan, di samping perekonomian

(51)

termasuk bermuhasabah dengan menyesali dosa masa lalu yang

kemungkinan menjadi penghalang kehamilan dan tawakkal pada

Allah. Dia berusaha untuk tetap membahagiakan suaminya dengan

jalan menawari suaminya untuk menikah lagi.

2) My ASI Journey

Ditulis oleh Nadiena Shofa Andriani. Gempa Bantul membuat

rumahnya hancur, namun dengan ketabahan dan keyakinan mereka

bisa melewati ujian demi ujian. Masalah ekonomi juga menjadi

cobaan untuk mereka. Namun mereka tetap mensyukuri apa pun

yang mereka terima dan tidak mengambil hati omongan orang. Dia

ibu yang sangat memperhatikan hak anak-anaknya, terlihat saat dia

memilih NWP daripada menyapih anak pertamanya.

3) Atlet Tarik Tambang

Kisah yang dituliskan oleh Yully Brelly Haskori. Kecelakaan

saat lomba tarik tambang membuat kakinya tidak bisa normal

seperti semula. Semua terapi penyembuhan yang memakan waktu

dan tentunya mengurangi aktivitasnya tidak membuatnya patah

semangat. Hatinya dipenuhi harapan besar bahwa dia akan segera

pulih. Ketabahan juga ditunjukkannya ketika mengetahui kakinya

tidak bisa normal lagi, ditambah kalimat indah sang suami yang

(52)

4) Liku-liku Kehidupan Awal Rumah Tanggaku

Penulis kisah ini yaitu Nila Kurniasari. Ujian yang sering Allah

berikan padanya dan suami yaitu kesulitan suami mendapat

pekerjaan. Ada saja kejadian yang membuat suaminya kehilangan

pekerjaannya. Semua itu dijalaninya dengan hati yang lapang dan

tetap menjaga kesabaran serta keyakinan bahwa akan ada jalan

terbaik setelah ini. Kemungkinan operasi caesar anak pertamanya

juga menjadi ujian selanjutnya, karena terbentur biaya. Namun

dengan penuh harapan, dia meminta pada Allah untuk

mempermudah segalanya, kemudian dipasrahkannya segala takdir

kepada Allah. Ketaatan pada suami tercermin dari sikapnya yang

menuruti kata-kata suami untuk tidak ikut mencari kerja.

5) Selalu Ada Pelangi Setelah Badai

Dikisahkan oleh Ryen Azaleya. Rasa terpukul pada sikap

kakaknya membuat dirinya dan suami pindah dari rumah sang ibu

menuju rumahnya sendiri. Semua itu dilakukannya demi menjaga

hubungan baik dengan keluarga, terutama kakaknya. Kejadian

yang menimpa diri dan suaminya membuatnya belum bisa

sepenuhnya memaafkan kakaknya. Namun begitu dia tetap

menghormatinya.

6) Engkau lah, Oemar Bakriku

Kisah ini dituliskan oleh Shinta Yunia Setha. Karakter yang

(53)

keadaan suaminya yang ekonominya rata-rata. Segala kesulitan

hidup yang dialami suaminya sewaktu masih menempuh sekolah,

sampai menjadi guru, sampai menjadi suaminya membuatnya

banyak belajar tentang makna hidup. Menghargai usaha keras

suaminya walau berat dijalani. Belajar lebih benar lagi dalam

memaknai hidup, karena selama ini dia sangat idealis.

e. Bagian lima, “Antara Aku, Ayah, Ibu, dan Mertuaku”

1) Aku dan Ibuku

Ditulis oleh Misbachul Chasanah, seorang anak yang sangat

mencintai ibunya. Dia menceritakan bagaimana akhlak ibunya

pada anak-anaknya. Ibunya seorang ibu yang tangguh, tidak

banyak berkeluh kesah pada beratnya pekerjaan yang harus

dilakukannya walau usianya tidak lagi muda. Seorang ibu yang

dengan ikhlas melepas anaknya menikah tanpa beban sedikit pun.

2) Ibu, Kuseberangi Lautan Mencarimu

Dikisahkan oleh Ervina Sentak. Hidup bersama adiknya

membuatnya harus berpikir keras untuk makan dirinya dan adiknya.

Kehidupan yang serba kekurangan membuat dia menjadi wanita

yang tangguh. Keikhlasan juga tepancar manakala dia harus

menjalani kesulitan hidup sejak kecil yang jauh dari ibunya yang

merantau mencari uang. Karena sulitnya makan, dia dan adiknya

(54)

Dengan keyakinan kuat, disusulnya ibunya di pulau seberang.

Berbekal harapan yang tinggi, ditempuhnya perjalanan yang

memakan waktu lama. Kesulitan hidup juga membuatnya semakin

mensyukuri kehidupan ini.

3) Sungguh Janji Ada untuk Ditepati

Dikisahkan oleh Nadidah Safitri. Dia menceritakan adiknya

yang sering sakit, dan menyampaikan keteledoran ayahnya ketika

mengucapkan nadzar. Dia sendiri seorang yang sangat menyayangi

adiknya. Sampai-sampai ketika adiknya sakit dia berikhtiyar

dengan melakukan shalat malam untuk mendoakan adiknya yang

sedang sakit.

4) Keikhlasan Papa

Dikisahkan oleh Erika Purnamasari yang menceritakan

keikhlasan ayahnya. Kecelakaan yang menimpa keluarganya tidak

membuat mereka putus asa. Bahkan, ayah Erika yang ingin

menebus mobil dari bengkel tidak sampai hati menagih piutang

pakdhenya Erika. Ayahnya dengan ikhlas dan tanpa berat hati

menolak usul Erika untuk menagih uang pada pakdhenya dengan

alasan pakdhenya lebih membutuhkan uang.

Kebaikan ayahnya juga terlihat saat memberi resep obat

generik pada pasien-pasiennya. Musibah yang menimpa mereka

tidak membuat mereka putus harapan, mereka tetap sabar dan

(55)

5) Emak is My Queen Of Universe

Ditulis oleh Siti Nuraida yang menceritakan keluarbiasaan

emaknya. Emak yang tidak muda lagi tetap enerjik melakukan

aktivitas sehari-hari. Sakit yang dideritanya tidak membuatnya

lantas bermalas-malasan di tempat tidur. Beliau tetap melakukan

pekerjaan yang setiap hari dilakukan.

Emak sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya walau

beliau sendiri bukan orang yang berpendidikan. Tidak pernah

mengeluh pada beratnya hidup yang harus ditanggung bersama

kesepuluh anaknya. Menyayangi anak-anaknya walau tidak bisa

sepenuhnya memberi perhatian karena banyaknya anak dan

banyaknya beban hidup yang ditanggung.

Emak sangat humoris, lugu, tapi sangat percaya diri. Tidak

mengharapkan materi dari pendidikan yang diusahakan untuk

anaknya. Emak juga seorang pemurah dan pengasih.

Siti sendiri berwatak sangat patuh pada orang tua, sangat

menyayangi emaknya, dan sangat menjaga kepercayaan emaknya

dalam hal keseriusan belajar. Bangga memiliki emak yang seperti

emaknya.

6) Mama Mertuaku

Ditulis oleh Dina Nugraeni. Dia seorang yang pencemburu

(56)

sekaligus ibu mertuanya. Namun dia sangat bersyukur memiliki

suami yang sempurna di matanya.

7) Peci Merah Bapak

Ditulis oleh Khodijah Asy-Syahidah. Rasa benci pada

bapaknya yang baginya sangat menyakiti ibunya membuatnya

menutup mata seolah-olah bapaknya adalah orang paling buruk

sedunia. Dia pun geram pada ibunya yang masih saja mencintai

bapaknya dengan sifatnya yang sangat buruk itu. Rasa bencinya

pecah dan sempat mengusir bapaknya dari rumah. Namun

kebencian pada bapaknya akhirnya menghilang ketika ibunya

menceritakan bahwa bapaknya sebenarnya orang yang baik. Kini,

dia sangat menyayangi bapaknya.

3. Alur/ Plot

Alur dalam buku ini sebagian besar alur maju. Ada sebagian kecil yang

menggunakan alur maju-mundur. Contoh alur maju-mundur dalam buku

ini yaitu:

Saat ini kami adalah orang paling berbahagia sedunia. Jauh berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun terakhir merupakan tahun penuh perjuangan yang menguras tenaga, baik lahir maupun batin. Tahun-tahun yang hampir membuatku putus asa karena sulitnya mendapat momongan.

(57)

mimpi dulu sepuas-puasnya. Kami juga berusaha mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk acara pesta pernikahan. (Astuti, 2015: 100-101)

4. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara penulis bercerita. Dalam buku ini sudut

pandang yang digunakan adalah orang pertama, karena dalam setiap cerita

menggunakan kata “aku”.

Kutipan dalam buku:

Terkenang suatu masa saat usiaku berada di penghujung tahun ke 29. Ada gejolak yang menghentak-hentak di dalam jiwa ini. Gejolak yang entah bagaimana wujudnya dan darimana sumbernya. Aku tersadar bahwa usiaku sudah cukup dewasa. Aku sudah tak pantas lagi berperilaku seperti remaja. Aku harus berpikir jernih dan bertindak sebagaimana orang dewasa. (Astuti, 2015: 90)

5. Latar/ Setting

Latar dalam buku ini yaitu di wilayah Indonesia meliputi berbagai

provinsi. Ada latar yang berada di provinsi Jawa Tengah, Nias Sumatra

Utara, Kalimantan, bahkan ada yang berlatar di Papua. Ada juga yang

berlatar di luar negeri, yaitu Pakistan.

Kutipan dalam buku:

(58)

Nehi, acha, nehi, acha. Hanya kedua kata itu yang aku tahu saat pertama kali ke Pakistan. Aku pikir tidak perlu repot belajar bahasa Urdu, bahasa nasional suamiku, Pakistan. Toh, keluarga suamiku bisa berbahasa Inggris, begitu pikirku. Tapi semakin lama aku menetap di Pakistan semakin repot karena tidak paham bahasa Urdu. Meski bahasa Inggris cukup umum di Pakistan, nyatanya tidak semuanya lancer berbahasa Inggris. Aku ingat benar saat pertama kali tiba di Pakistan rasanya pusing mendengar semua orang bicara dalam bahasa Urdu. Dalam pikiranku saat itu semua orang berlomba bicara tiada terputus sedikit pun. (Astuti, 2015: 132)

6. Amanat

Amanat yaitu pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Amanat

dalam buku ini yaitu takdir seorang perempuan yaitu menjadi istri dan ibu

bagi anak-anaknya. Kewajiban utama seorang istri adalah taat pada suami.

Selain itu, perempuan yang sudah menjadi ibu bertanggung jawab atas

anak-anak, mengurus rumah, dan melayani suami. Suami istri harus saling

mendukung dalam segala hal. Jika suami dalam keadaan sulit maka istri

menjadi penghibur dan penguat hati suami. Begitu juga sebaliknya. Ujian

dalam rumah tangga pasti ada, maka bersikap bijak dalam menghadapi

ujian adalah langkah yang paling tepat untuk tetap meraih ridho Allah

SWT.

E. Sinopsis Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti

Buku Secangkir Kopi dan Sepotong Roti terdiri dari 5 bagian, yaitu bagian

satu berjudul “Peluk Cium untuk Anakku”, bagian dua berjudul “To Be a

(59)

Mertuaku”. Berikut sinopsis ke-5 bagian tersebut beserta masing-masing

kisah-kisahnya:

1. Bagian satu, “Peluk Cium untuk Anakku”

a. Kehadiranmu Mengusir Duka Kami, penulis Wahyuni Setyaningsih.

Idul Fitri 2011 adalah hari berduka untuk keluarganya. Bayi yang

dikandungnya selama delapan bulan meninggal karena keracunan

ketuban dan lemah jantung. Dia sangat putus asa, sampai-sampai dia

merasa ingin segera menyusul anaknya ke alam sana. Malam-malam

dilewatinya hanya dengan menangis dan meratapi buah hatinya yang

telah pergi.

Hingga tiga bulan kemudian dia baru hamil lagi. Dia sangat

bersyukur. Namun kejadian sebelumnya terulang lagi, ketuban pecah

dini saat dia pulang kerja. Segera dia ke klinik, dan dokter

mengharuskan operasi caesar. Namun, setelah operasi caesar bayinya

masih harus dirawat di rumah sakit. Ketakutan akan terulangnya masa

lalu sering menghantuinya. Pada akhirnya bayinya baik-baik saja dan

sudah sehat.

b. Engkau lah, Penyemangat Hidupku, Nak, penulis Riski Amalia

9 September 2013 dilangsungkan pernikahannya. Namun, Januari

2014 mereka bercerai padahal Riski sedang hamil. Bulan-bulan dilalui

dengan sangat sulit. Mulai dari omongan tetangga untuk

menggugurkan kandungan, karena nanti akan terbebani karena

(60)

sang suami membuatnya iri. Namun dia tetap tegar dan sabar

menjalani takdir.

10 Juni 2014 Riski melahirkan. Lahirnya buah hatinya membuat

Riski semakin bersemangat menjalani hidup. Anaknya telah menjadi

pelecut dalam melanjutkan kehidupan selanjutnya.

c. Semua Akan Indah Pada Waktunya, penulis Endang Agustina

Setelah menikah, Endang dan Mas Harmin kembali bekerja di

perkebunan sawit. Namun setelah hamil, Endang memutuskan untuk

fokus menjaga janin dalam perutnya. Perekonomian mereka dibilang

pas-pasan. Gaji suaminya hanya cukup untuk makan. Keadaan ini

memaksa mereka untuk menjual motor tuanya untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

Waktu melahirkan pun tiba. Tetapi bayi mereka tidak selamat.

Endang begitu putus asa, dia sangat terpuruk dengan kematian bayinya.

Dia lebih banyak diam dan duduk di depan pintu merenungi nasibnya.

Suatu malam, dia melihat suaminya tengah shalat Tahajjud. Dalam

doanya, suaminya memohon kepada Allah untuk mengembalikan

istrinya seperti sedia kala. Doa suaminya lah yang membuat hatinya

kembali terang. Akhirnya, Endang kembali bekerja di perkebunan

sawit. Setelah menunggu selama dua tahun, akhirnya Endang hamil

lagi. Penantian yang cukup lama. Pada 10 Februari 2013 lahir lah anak

(61)

d. Anakku AmanahMu, Nur Khamalah

Nur Khamalah dikaruniai dua orang putra dan putri. Putra pertama

bermana Naufal, dan putri keduanya bernama Nafis. Saat mereka

berempat berencana untuk liburan ke rumah kakek nenek di Tegal,

tiba-tiba Naufal sakit. Akhirnya dibawa lah Naufal ke klinik,

sedangkan Nafis dititipkan ke tetangga karena suaminya sedang

bekerja.

Selama tiga hari, Nur Khamalah bolak-balik ke klinik, karena

Naufal sangat rewel dan hanya mau disuapi ibunya sewaktu makan.

Pada saat seperti itu, tiba-tiba Nafis panas. Nafis dibawa ke klinik yang

sama tempat Naufal dirawat. Keduanya divonis tifus.

Namun ketika kondisi Naufal membaik, Nafis malah diare dan

kondisinya sangat mengkhawatirkan. Nafis harus dirujuk ke rumah

sakit yang ada ruangan PICU anaknya. Sesampainya di rumah sakit,

berbagai upaya dilakukan dokter untuk menyelamatkan Nafis. Setelah

dokter melakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa

kemungkinan Nafis sembuh sangat tipis. Akhirnya pada malam hari

Nafis meninggal dunia pada usia 7 bulan.

e. Ujian itu Pernah Kita Tempuh, Nak, penulis Khadijah

Saat menjelang kelahiran sampai pasca melahirkan, Khadijah harus

mondok di rumah bidan selama tiga hari. Upaya ini dilakukan agar

anaknya lahir dengan baik. Berbagai upaya dilakukan oleh Khadijah

(62)

tempat tinggal mereka. Suaminya meruqyah calon bayinya agar lahir

selamat. Namun, setelah kelahiran ada keganjilan dari buku-buku jari

anaknya. Berwarna hitam, bibirnya gelap, dan kesulitan saat menyusu.

Kemungkinan ada jaringan jantung atau paru-paru anaknya bermasalah.

Sejak usia anak mereka dua minggu sampai empat bulan, mereka

harus bolak-balik periksa ke dokter. Alhamdulillah, keadaan anaknya

berangsur membaik. Mereka menjalani ujian ini dengan penuh

kesabaran, terbukti dari mereka tetap menjalani pengobatan anaknya

dan mendidiknya dengan baik agar kelemahan anaknya tidak

membuatnya menjadi anak manja.

f. Aqilaku Sayang, penulis Suparsih

Delapan bulan menanti kehadiran sang buah hati akhirnya berbuah

manis.Test packmenunjukkan dua garis merah, artinya positif. Setelah

lama menunggu kelahiran, maka lahirlah sang bayi dengan selamat.

Namun, sang bayi mengalami infeksi pada tali pusarnya yang

membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Suparsih rela tidur di lantai

rumah sakit untuk tetap dekat dengan anaknya. Setelah keadaan

membaik, mereka pun diperkenankan membawa bayi mereka pulang

(63)

g. Kehadiranmu adalah Rencana Allah yang Indah, penulis Annisa Eka

Hakiki

Eman bulan setelah kelahiran anak pertama, Eka berencana KB

IUD, tapi menunggu menstruasi selesai agar tidak sakit ketika IUD

dipasang. Lama menunggu dengan gelisah karena dia tak kunjung

haidh. Ternyata dia hamil lagi. Suami sempat menanyakan mau

digugurkan atau tidak, namun Eka tetap ingin merawatnya. Akhirnya

mereka sepakat melakukan NWP (Nursing While Pregnant).

Mereka tinggal serumah dengan mertua, namun sampai usia lima

bulan kandungan mertua tidak tahu kehamilannya. Sampai akhirnya

orang tua Eka tahu akan kehamilannya dan marah-marah karena

dituduh tidak sayang anak.

Saat melahirkan pun tiba. Eka melahirkan di rumah tanpa dibantu

bidan atau dokter. Menggunakan peralatan seadanya karena memang

kurang persiapan. Anak yang awalnya belum diharapkan kehadirannya

itu lahir dengan sangat mudah tanpa merepotkan siapa pun.

h. Anakku Aaminah, penulis Carmelita

Carmelita adalah seorang ibu tiga anak yang sedang menunggu

kelahiran anak keempat. Dia sering ditinggal suami berlayar, jadi

masa-masa kehamilan dijalaninya tanpa suami sebelum suami cuti.

Carmelita menderita eklamsia, tekanan darahnya selalu tinggi, jadi

sangat beresiko saat persalinan. Persalinan keempat diperkirakan akan

Referensi

Dokumen terkait