1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1.1.1.Semarang sebagai lahan incaran investor
Sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah dengan lokasi strategis dan fasilitas transportasi yang lengkap, Semarang merupakan pusat perekonomian di Jawa Tengah. Berpotensi sebagai kawasan industri menjadikan Semarang sebagai incaran para investor, terutama investasi di bidang properti. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pembagunan di Semarang, salah satunya munculnya mall dan kafe baru seperti Spiegel Bar&Bistro, Nest’co The Bistro, 7 Degrees Cafe&Bistro, Blackbone Coffee, Goodfellas Resto, serta Semarang Town Square yang merupakan mall dengan wahana permainan sebagai daya tarik utama dan didukung fasilitas lainnya.
Maraknya pembangunan tersebut berdampak pada meningkatnya perekonomian di Semarang, terutama pada pemasukan APBD Pemerintah Kota Semarang. Peningkatan perekonomian ini dibuktikan dengan diagram yang menunjukkan pertumbuhan perekonomian di Semarang pada tahun 2010 sampai 2014 di bawah ini.
Diagram 1. 1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Sumber : http://semarangkota.bps.go.id/ 0 1 1 2 2 3 3 4 2010 2011 2012 2013 2014 Pendapatan Belanja
2
Dari pertumbuhan perekonomian Semarang tersebut, keberadaan kafe yang termasuk dalam sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memberi kontribusi sebanyak 3,46%. Sedangkan sektor konstruksi sendiri memberikan kontribusi terbesar sebesar 26,37%
Diagram 1. 2. Rincian Pendapatan Perekonomian Kota Semarang tahun 2014 Sumber : http://semarangkota.bps.go.id/
Dengan profit yang menjanjikan, para investor mengincar Semarang sebagai lahan investasi. Terlebih lagi Pemerintah Kota Semarang yang sangat terbuka akan investasi membuat investor akan datang dan melakukan apa saja untuk meraup keuntungan. Namun sayangnya lahan kosong dengan lokasi strategis yang selalu diincar sebagai lahan investasi semakin sedikit, terutama di kawasan pusat kota.
1.1.2.Jumlah sarana rekreasi di Semarang minim
Dibandingkan dengan kota lainnya, sarana rekreasi di Semarang tergolong minim. Sebagai kawasan industri, Semarang lebih berpotensi sebagai tempat berdagang, bukan sebagai tempat untuk berwisata. Sarana rekreasi yang dimiliki Semarang saat ini antara lain wisata pantai, wisata religi dan bangunan kuno, wisata candi, wisata alam, dan wisata museum. Beberapa di antaranya terletak jauh dari
Pertanian, kehutanan, perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Pengadaan listrik dan gas Pengadaan air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan pergudangan
3
pusat kota bahkan berada di luar Kota Semarang seperti di Ungaran, Ambarawa, Getasan, dan lain sebagainya.
Untuk wisata museum yang memiliki fungsi edukasi sendiri kurang diminati masyarakat. Hal ini disebabkan karena kondisi yang tidak terawat dan alat peraga yang tidak interaktif cenderung membosankan, terlebih lagi dengan lokasinya yang cukup jauh. Alhasil, masyarakat cenderung lebih memilih mall dan kafe untuk mengisi waktu senggang.
Keberadaan mall dan kafe baru yang saat ini menjamur menuai berbagai respon dari masyarakat, baik pro maupun kontra. Mall dan kafe memang alternatif termudah dan mudah dijangkau untuk mengisi waktu senggang. Selain untuk berkumpul dan bersantai, mall dan kafe mewadahi kebutuhan masyarakat akan eksis di media sosial. Sayangnya mall dan kafe hanya mewadahi sifat konsumtif masyarakat Semarang, tanpa memiliki fungsi edukasi maupun nilai historis. Keberadaan kafe dan mall juga berdampak pada kebisingan dan kemacetan lalu lintas di lingkungan sekitar.
Gambar 1. 1. Kepadatan pengunjung di Mall Paragon, Semarang
Sumber : www.kotawisataindonesia.com/wisata-belanja-murah-mall-paragon-city-semarang/ramai-pengunjung-di-mall-paragon-semarang/
4
1.1.3.Kebudayaan Semarang tidak terwadahi
Semarang terkenal akan perpaduan budayanya, yaitu Budaya Jawa, Budaya Tionghoa, Budaya Arab, maupun Budaya Pesisir. Dengan latar belakang budaya yang beragam, terdapat beragam festival kebudayaan di Semarang. Dugderan dengan ikon Warak Ngendog merupakan festival yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Bulan Ramadhan, festival ini adalah salah satu festival terbesar dan ikon perpaduan budaya di Semarang. Tak hanya itu, sangat banyak acara-acara kebudayaan lainnya di Semarang, seperti acara kebudayaan Jawa yang biasanya diselenggarakan di Taman Budaya Raden Saleh atau Sobokartti maupun acara kebudayaan Tionghoa yang biasanya diselenggarakan di Semawis.
Gambar 1. 2. Warak ngendog sebagai ikon Semarang dan perpaduan budayanya Sumber : www.semarangkota.go.id/main/menu/11/profil-kota-semarang/city-branding
Selain kebudayaan yang beragam, di Semarang juga terdapat banyak komunitas yang bergerak di berbagai bidang. Komunitas-komunitas tersebut antara lain Komunitas Lopen yang mencintai sejarah, Komunitas Teater Lingkar, Komunitas Mata Semarang Photography Club, Komunitas OASE yang mencintai Kota Lama, Komunitas Orart Oret yang mencitai seni, dan lain sebagainya. Terdapat berbagai acara yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas tersebut, seperti pameran fotografi oleh Mata Semarang Photography Club, pertunjukkan oleh Teater Lingkar, pameran kesenian oleh Orart Oret, maupun diskusi mengenai sejarah oleh Lopen.
5
Sayangnya jumlah public space yang minim tidak mampu mewadahi kebutuhan festival kebudayaan maupun kebudayaan komunitas di Semarang. Kebudayaan Semarang dan komunitas-komunitas di Semarang membutuhkan tempat untuk menyalurkan ekspresinya dan mampu mewadahi kebutuhan yang kompleks.
1.1.4.Potensi Kota Lama tidak terjamah
Kota Lama merupakan kawasan bersejarah yang terletak di Kecamatan Semarang Utara. Kawasan ini merupakan pusat perdagangan pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada abad ke 19-20. Memiliki fungsi penting, pembangunan di kawasan ini cukup berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan Stasiun Tawang, Gedung Marabunta, dan bangunan-bangunan perkantoran yang sebagian besar saat ini masih berdiri kokoh. Adanya Gereja Nederlandsch Indische Kerk atau yang biasa disebut Gereja Blenduk yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan pada saat itu menunjukkan pentingnya peran kawasan ini pada zaman dahulu.
Seiring perkembangan zaman, pusat perdagangan mulai bergeser ke sekitar Kawasan Simpang Lima. Ditambah dengan banjir rob dan wabah malaria yang sempat melanda, kawasan ini mulai ditinggalkan oleh penghuninya. Bangunan-bangunan kolonial tersebut kini usang dimakan zaman dan dibiarkan tidak terawat. Tidak dapat mewadahi kebutuhan yang berkembang dan tingginya biaya perawatan bangunan lama membuat bangunan tersebut dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Sebagian besar bangunan tersebut saat ini tidak berpenghuni, baik dijual, disewakan, maupun dibiarkan begitu saja. Alhasil, Kota Lama terlihat seperti kawasan yang mati, menjadi rumah bagi tuna wisma dan menjadi objek uji nyali, serta menjadi tempat bagi kegiatan illegal seperti sabung ayam dan prostitusi.
6 Gambar 1. 3. Bangunan di Kota Lama yang tak terawat dan dijadikan kandang ayam
Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 1. 4. Bangunan di Kota Lama yang kosong tak berpenghuni dan tak terawat Sumber : Dokumentasi pribadi
Kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan bangunan pusaka merupakan penyebab Kota Lama seperti kota mati saat ini. Padahal, Kota Lama berpotensi sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dengan bangunan kolonial bersejarah. Memiliki nilai yang cukup penting, bangunan-bangunan kolonial di Kota Lama merupakan bangunan pusaka yang harus dilestarikan.
7
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Rumusan Masalah Umum
a. Dibutuhkan sarana rekreasi edukatif di Semarang
Memanfaatkan sifat konsumtif masyarakat Semarang, mall dan kafe merupakan investasi yang menjanjikan untuk meraup profit. Namun saat ini pembangunan sarana rekreasi terlalu berfokus pada mall dan kafe yang tidak memiliki fungsi edukasi maupun nilai historis. Hal ini dapat menyebabkan tingkat konsumtif masyarakat semakin meningkat dan mengurangi kecintaan masyarakat akan pendidikan, kebudayaan, maupun nilai sejarah. Maka dibutuhkan alternatif sarana rekreasi selain mall dan kafe, yaitu sarana rekreasi edukatif yang jumlahnya saat ini masih sedikit di Semarang. b. Kebudayaan Semarang tidak terwadahi
Minimnya jumlah public space sebagai tempat menyalurkan ekspresi membuat ruang gerak kreativitas masyarakat terbatas. Fasilitas yang kurang lengkap dan jumlah yang tidak memadai dirasa tidak dapat mewadahi kebutuhan komunitas dan acara kebudayaan yang kompleks. Terlebih dengan isu digusurnya Taman Budaya Raden Saleh dan pengelolaannya yang buruk, Semarang semakin membutuhkan suatu ruang untuk kebutuhan acara kebudayaan maupun komunitas.
1.2.2.Rumusan Masalah Khusus
Lokasi strategis dan kondisinya yang saat ini terbengkalai membuat Kota Lama menjadi incaran para investor. Namun tingginya biaya perawatan bangunan lama membuat para investor berpikir untuk menghancurkan bangunan lama dan membangun bangunan baru yang dapat memenuhi kebutuhan akan ruang yang lebih kompleks dengan harga yang lebih terjangkau. Penghancuran bangunan pusaka yang dilindungi dapat dilakukan dengan cara apa saja, misalnya dengan terlihat seperti bencana karena ketidaksengajaan.
8 Bagan 1. 1. Rumusan Permasalahan Khusus Di Kota Lama Semarang
Sumber : Analisa Pribadi 1.3. Tujuan
1. Menyusun konsep sebuah sarana rekreasi edukatif di Semarang yang dapat mewadahi kebutuhan kebudayaan dan komunitas yang kompleks.
2. Menyusun konsep yang memanfaatkan status Semarang sebagai lahan investasi dengan kebutuhan yang ada untuk meningkatkan perekonomian di Semarang.
3. Menyusun konsep sebagai upaya revitalisasi Kota Lama melalui Tindakan Olah Desain Arsitektur Pusaka dan mendukung Kota Lama sebagai World Heritage UNESCO.
9
1.4. Metode Penulisan
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal penting untuk mendukung perumusan konsep, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa metode, yaitu:
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan melalui buku, makalah penelitian, dan internet untuk memperoleh informasi mengenai tipologi bangunan dan kebutuhannya, pedoman bangunan cagar budaya, strategi revitalisasi bangunan pusaka, dan lain sebagainya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat, baik itu penduduk sekitar, pemerintah, maupun stakeholder, untuk memperoleh informasi mengenai masalah lingkungan dan potensi yang ada, serta gambaran akan bangunan pusaka.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan meninjau lapangan secara langsung untuk mengamati kondisi eksisting, masalah, dan potensi yang ada. d. Studi Kasus
Studi kasus dilakukan dengan melihat contoh-contoh yang sudah ada, seperti perancangan Taman Budaya dan penerapan upaya revitalisasi bangunan pusaka.
2. Metode Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan akan didapat analisis berupa analisis site, analisis kegiatan, analisis analisis tipologi bangunan, serta pendekatan yang digunakan.
3. Metode Pengambilan Kesimpulan
Dari hasil analisi data, dirumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan yang diaplikasikan pada perencanaan dan perancangan bangunan.
10
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika pada penulisan Pra Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka BAB III Tinjauan Lokasi BAB IV Pendekatan Konsep
BAB V Rumusan Konsep Perancangan BAB VI Hasil Desain
1.6. Keaslian Penulisan
Penulisan Pra Tugas Akhir mengenai Taman Budaya sudah banyak dilakukan sebelumnya. Sebagai perbandingan keaslian penulisan, Pra Tugas Akhir ini dapat dibandingkan dengan judul lainnya pada tulisan berikut ini:
1. Maghzaya, A. Robbi. 2007. Taman Budaya Tradisional Yogyakarta sebagai Landmark Kawasan. Universitas Gadjah Mada.
2. Adistianti, Prama. 2008. Taman Budaya Lampung sebagai Ruang Publik yang Ramah Lingkungan. Universitas Gadja Mada
3. Rosiawan, Angga. 2008. Taman Budaya Jogjakarta Transformasi Ruang Dalam Infill Design untuk Pengembangan Kawasan Taman Budaya Gedung Societeit. Universitas Gadjah Mada.
4. Saputro, Eko Cahyo. 2014. Pusat Ritel Tematik pada Arsitektur Pusaka di Yogyakarta dengan Pendekatan Olah Desain dan Pengembangan Ekonomi Arsitektur Pusaka.
5. Elhasani, Dicki. 2015. Taman Budaya di Benteng Vastenburg Surakarta. Universitas Gadjah Mada
Adapun penulisan memiliki kesamaan tema Taman Budaya maupun Olah Desain Arsitektur Pusaka, namun penekenan pada aspek pusaka Semarang, konsep revitalisasi arsitektur pusaka, dan bangunan arsitektur pusaka berbeda. Maka, penulisan Pra Tugas Akhir berjudul Taman Budaya di Kota Lama Semarang Berbasis Olah Desain Arsitektur Pusaka belum pernah dilakukan sebelumnya.