• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Yulia Dwi Safitri A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Yulia Dwi Safitri A"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PLANKTON DI SUNGAI PEPE BENGAWAN SOLO JAWA TENGAH YANG TERKENA DAMPAK LIMBAH DOMESTIK

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Juruan Pendidikan biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Oleh: Yulia Dwi Safitri

A420120098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

IDENTIFIKASI PLANKTON DI SUNGAI PEPE BENGAWAN SOLO JAWA TENGAH YANG TERKENA DAMPAK LIMBAH DOMESTIK

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

YULIA DWI SAFITRI A 420 120 098

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh

Dosen pembimbing

EFRI ROZIATY, S.Si.,M.Si. NIP. 197904242005012004

(3)

ii

IDENTIFIKASI PLANKTON DI SUNGAI PEPE BENGAWAN SOLO JAWA TENGAH YANG TERKENA DAMPAK LIMBAH DOMESTIK

OLEH

YULIA DWI SAFITRI A 420 120 098

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Rabu, 3 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Efri Roziaty, S.Si., M.Si. (……..….…..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Aminah Asngad, M.Si. (………..……) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Triastuti Rahayu, M.Si (………..……) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno NIP. 196504281993031001

(4)

iii PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 26 Juli 2016

Penulis

YULIA DWI SAFITRI A 420 120 098

(5)

1

IDENTIFIKASI PLANKTON DI SUNGAI PEPE BENGAWAN SOLO JAWA TENGAH YANG TERKENA DAMPAK LIMBAH DOMESTIK

PLANKTON IDENTIFICATION AT PEPE RIVER BENGAWAN SOLO CENTRAL JAVA THAT WAS EFFECTED BY DOMESTIC WASTE

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis plankton di Sungai Pepe Bengawan Solo Jawa Tengah yang terkena dampak limbah domestik. Penelitian ini menggunakan metode purpose sampling dengan 2 stasiun yaitu inlet dan outlet, setiap stasiun terdapat 3 sub stasiun. Sampling dilakukan dengan 3 kali ulangan dengan selang waktu 1 minggu. Faktor fisika kimia yang diukur meliputi suhu air dan udara, pH, dan kelembaban. Analisis data yang digunakan meliputi indeks kelimpahan (N), indeks keanekaragaman (H’), indeks kemerataan (E) dan indeks dominansi (C). Indeks kelimpahan plankton inlet (1825 ind/l), outlet (2575 ind/l). Indeks keanekaragaman plankton inlet (2.2), outlet (1.4), pencemaran Sungai Pepe berada di tingkat sedang. Indeks kelimpahan plankton inlet (1), outlet ( 0.7), dan indeks dominansi plankton inlet (0.3), outlet (0.7), terdapat genus plankton yang mendominasi perairan karena terdapat pencemaran. Plankton yang ditemukan di inlet adalah 14 jenis plankton, 3 zooplankton meliputi Euglena, Cyclops (Egg), Vorticella dan 11 fitoplankton meliputi Halosphaera, Noctiluca, ,Oscilatoria, Epigloeosphaera, Chlorella, Bacullaria, Lyngbia, Meridion, Nitzschia, Synura dan Mycrocytis. Di outlet di temukan 17 jenis plankton, 3 zooplankton meliputi Euglena, Paramaecium dan Amoeba, 14 fitoplankton meliputi Oscilatoria, Chlorella, Bacullaria, Lyngbia, Nitzschia, Skeletonema, Volvox, Anabaena, Rhyzosolenia, Gonatozygon, Spirogyra, Meridion, Planktoniella dan Merismopedia. Chlorella adalah genus plankton yang paling banyak ditemukan.

Kata kunci : ekosistem sungai pepe, identifikasi, limbah domestik, plankton

Abstract

This research was conducted to identify kind of plankton at Pepe river Bengawan Solo Central Java that was effected by domestic waste. This research used purpose sampling method with 2 stations there are inlet and outlet, at each station there are 3 sub station. Sampling was done 3 times with interval 1 week. The physic-chemical factors were measured included water and air temperature, pH, and humidity. The data analysis ware used included abundance index (N), diversity index (H’), evenness index (e) and dominance index (C). abundance index of plankton in inlet (1825 ind/l), outlet (2575 ind/l). Diversity index of plankton in inlet (2.2), outlet (1.4), it was mean there was low level waste at Pepe river. Evenness index of plankton inlet (1), outlet (0.7), and dominance index of plankton in inlet (0.3), outlet (0.7), it was mean there was genus of plankton that was dominant in the river because of the waste. The plankton that was found at inlet were 14 kind of plankton, 3 from Zooplankton included Euglena, Cyclops (Egg), Vorticella and 11 Phytoplankton included Epigloeosphaera, Noctiluca, Oscilatoria, Epigloeosphaera, Chlorella, Bacillaria, Lyngbia, Meridion, Nitzschia, Synura and Mycrocytis. At outlet was found 17 kind of plankton 3 from Zooplankton included Euglena, Paramaecium, Amoeba and 14 from phytoplankton included Oscilatoria, Chlorella, Bacullaria, Lyngbia, Nitzschia, Skeletonema, Volvox, Anabaena, Rhyzosolenia, Gonatozygon, Spirogyra, Meridion, Planktoniella and Merismopedia. Chlorella was genus of plankton who most were found.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Perairan sungai merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting dalam lingkungan. Sungai biasa dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air dan sumber daya yang lain. Namun kelestarian sungai tidak seiring sejalan dengan pesatnya pembangunan perumahan di sepanjang bantaran sungai. Kenyataannya sungai juga dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah domestik dari masyarakat.

Menurut Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, limbah domestik terbagi dalam dua kategori. Kategori pertama yaitu limbah yang berasal dari air cucian seperti limbah sabun, detergen, minyak dan peptisida. Kategori kedua adalah limbah kakus seperti air seni, tinja, dan sampo (Fachrizal, 2004). Komponen – komponen pencemar ini dapat mengakibatkan proses eutrofikasi terjadi, dimana pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau sangat pesat karena banyaknya zat anorganik di perairan. Kecepatan pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau ini dapat mengganggu biota perairan yang lain karena dapat mengurangi kadar O2 terlarut (BOD), sehingga perairan akan sulit dihuni oleh biota perairan

dan ekosistem akan terganggu (Prawiro, 1983).

Salah satu sungai di kota Solo yang dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah domestik adalah Sungai Pepe. Sungai Pepe merupakan anak Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke sebelah barat melewati kota Sukoharjo. Limbah domestik yang dibuang ke sungai Pepe akan mempengaruhi komponen yang ada di ekosistem tersebut. Komponen-komponen ekosistem tersebut adalah air, bebatuan, tanah, udara, ikan, enceng gondok, dan juga plankton.

Plankton merupakan makhluk hidup yang melayang-layang di permukaan perairan dengan pergerakan yang relatif pasif (Suin, 2002). Plankton tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam ekosistem perairan. Dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan awal di bumi, karena dengan sifatnya yang autotrof mampu merubah bahan anorganik menjadi bahan organik dan dapat menghasilkan O2 dalam perairan tersebut (Isnansetyo & Kurniatuty, 1995).

Plankton terdiri dari zooplankton dan fitoplankton. menurut (Rosyidi, 1998) peranan fitoplankton dalam ekosistem sungai sangat berarti. Fitoplankton merupakan produsen utama yang menopang kehidupan akuatik, penghasil oksigen utama dan memiliki klorofil untuk fotosintesis. Fitoplankton ditemukan dalam bentuk uniseluler, multiseluler, filamen, atau seperti pita, hidup secara individual, koloni, atau epifit pada tumbuhan air, batuan dan substrat lain. Ekosistem perairan tersebut, zooplankton berperan sebagai konsumen primer. Zooplankton juga memiliki peranan penting dalam perairan yaitu sebagai makanan dari biota-biota yang ada di

(7)

3

perairan tersebut, seperti ikan dan lain-lain. Menurut (Wiadnyana & Praseno, 1997) bahwa di dalam lingkungan yang kondisinya normal, bergerombolnya biota perairan hampir selalu berkaitan erat dengan banyaknya mangsa pakan di suatu perairan. Ketika diteliti lebih dalam, pada kadaan yang demikian banyak didapatkan pankton berupa sekelompok Copepoda.

Pada Sungai Pepe di daerah inlet, tengah dan outlet teridentifikasi 20 jenis plankton, yaitu Spirogyra, Eustbidentat, Pleurosigma, Oscilatoria, Euglena, Aungilospora, Gonatozygon, Dendrospora, Amoeba, Blepharisma sp, Hapalosiphon, Skeletonema, Synura, Stentor, Worochinia, Leptomitus, Peridinium, Paramecium, Volvox, Rhizosolenia, and Lyngbia (Indrowati, et al., 2012). Perkembangan pembangunan rumah yang pesat tiap tahun di sepanjang sungai Pepe beserta aktifitas-aktifitas manusia berupa kegiatan domestik dapat mengubah faktor fisik dan kimia secara langsung dan tidak langsung. Kurangnya pengkajian mengenai pengaruh limbah domestik terhadap komponen ekosistem terutama plangkton menjadi alasan perlu diadakan identifiksi plankton pada perairan tersebut.

2. METODE

Sungai Pepe atau Kali Pepe merupakan salah satu sungai yang melintas di dalam kota Surakarta. Daerah inlet dimulai dari lereng gunung Merapi, melintasi beberapa kabupaten sebelum memasuki kota Surakarta dan daerah outlet bermuara di Sungai Bengawan Solo. Anak sungai Bengawan Solo itu mengalir dari utara ke tenggara melalui beberapa kelurahan. Antara lain, Kelurahan Sumber, Gilingan, Penggawan, Kestalan, Ketelan, Keprabon, Stabelan, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Kampungbaru, Sudiroprajan, Kedunglumbu, Gandekan Tengen, Kampungsewu, dan Sangkrah (Prayitmoko, 2008). Perkembangan pembangunan rumah yang pesat tiap tahun di sepanjang sungai Pepe beserta aktifitas-aktifitas manusia berupa kegiatan domestik dapat mengubah faktor fisik dan kimia secara langsung dan tidak langsung. Kurangnya pengkajian mengenai pengaruh limbah domestik terhadap komponen ekosistem terutama plangkton menjadi alasan perlu diadakan identifiksi plankton pada perairan tersebut.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei tahun 2016, selama 3 minggu. Penelitian ini dilakukan di Sungai Pepe dengan 2 stasiun. Stasiun 1 adalah inlet sungai yang berada di belakang terminal Tirtonadi yang, sedangkan stasiun 2 adalah outlet sungai dari stasiun balapan hingga melintasi pasar Nangka. Penelitian dilakukan di tempat tersebut karena teknik penelitian yang digunakan adalah Purposive Sampling, dimana lokasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi plankton di perairan yang terkena limbah domestik. Berikut adalah gambar penentuan titik substasiun pada masing-masing stasiun.

(8)

4

Identifikasi diperlukan untuk mendapatkan data berupa taksonomi plankton yang diperoleh dari sampel air Sungai Pepe pada stasiun 1 dan stasiun 2 yang tercemar limbah domestik. Cara mengidentifikasinya dengan membandingkan ciri-ciri morfologi yang ada pada plankton tersebut dengan kunci determinasi. Identifikasi plankton berdasar pada (Isnansetyo & Kurniatuty, 1995), (Nybakken, 1992), (Oemarjati & Wardana, 1990) (Tjitrosoepomo, 2011) dan internet.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data

3.1.1 Parameter Abiotik

Tabel 1 IndikatorKeadaan Sungai Pepe

Indikator Inlet Outlet

pH 6 6

Suhu permukaan 31 0C 32 0C

Kelembapan 67 % 67 %

Tabel 1 tersebut memperlihatkan keadaan fisik dan kimiawi Sungai Pepe, dimana keduanya memiliki kesamaan yaitu ph air yang diteliti bernilai 6 yang berarti memiliki tingkat keasaman yang masih wajar. Suhu permukaan sungai berkisar antara 28-32 0C, sedangkan suhu airnya berkisar antara 32-34 0C dan kelembapan udara daerah inlet dan outlet rata-rata 67%. Keadaan fisik dan kimiawi Sungai Pepe pada inlet dan outlet tidak terdapat perbedaan.

3.1.2 Parameter Biotik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Pepe, Surakarta, Jawa Tengah yang dilakukan selama 3 minggu, ditemukan 24 jenis plankton, meliputi 19 jenis fitoplankton dan 5 jenis zooplankton.

Tabel 2 Hasil Penelitian Identifikasi Plankton di Sungi Pepe

Ordo Famillia Genus Zoopla

nkton Fitopla nkton Inle t Out let Pyramimonad ales Pyramimonadac eae Halosphaera 1 - √ √ -

Chlorococales Chlorellacea Chlorella2 - √ √ √

Volvocales Volvocaceae Volvox3 - √ - √

Oscilatoriales Oscilatoriaceae Oscilatoria

4

- √ √ √

Lyngbia5 - √ √ √

Nostocales Nostocaeae Anabaena6 - √ - √

(9)

5 Merismopedi a8 - √ - √ Synechocales Langenidiaceae Epigloeospha era9 - √ √ - Synechocaceae Bacullaria10 - √ √ - Rhyzosolenial es Rhyzosoleniace ae Rhyzosolenia 11 - √ - √

Fraginales Fragilariaceae Meridion12 - √ √ √ Bacillariales Coscinodiscace ae Skeletonema 13 - √ - √ Bacillariaceae Nitzschia14 - √ √ √

Cynurales Synuraceae Synura15 - √ √ -

Centrales Thallassisiceae Planktoniella16 - √ - √

Zynemetales Peniaceae

Gonatozygon

17 - √ - √

Zygnemetaceae Spirogyra18 - √ - √ Noctilucales Noctilucaceae Noctiluca19 - √ √ - Holotricida Paramaecidae Pamaecium20 √ - - √

Amoebida Amoebidae Amoeba21 √ - - √

Petricales Petrichichaceae Vorticella22 √ - √ -

Euglenida Euglenidae Euglena23 √ - √ √

Cyclopida Cyclopidae Cyclops

(egg)24 √ - √ -

Pada tabel 2 tersebut fitoplankton yang ditemukan berasal dari 4 kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Charophyceae terlihat bahwa fitoplankton yang lebih banyak ditemukan berasal dari kelas Cyanophyceae yang berasal dari 7 genus yaitu, Mikrocytis, Merismopedia, Lyngbia, Anabaena, Epiglosphaera, dan Oscilatoria. Hal tersebut dikarenakan penelitian dilakukan pada bulan Mei saat air surut dan pada saat intesitas cahaya bagus. Zooplankton yang banyak ditemukan berada di kelas Cilliata dan Flagellate. Genus yang berada pada kelas Cilliata meliputi Vorticella dan Paramaecium, sedangkan genus yang berada pada kelas Flagellate adalah Euglena.

Penelitian yang dilakukan di inlet dan outlet Sungai Pepe, teridentifikasi plankton berasal dari genus yang berbeda – beda, namun terdapat beberapa genus yang sama pada inlet dan outlet Sungai Pepe, yaitu Oscilatoria, Chlorella, Bacularia, Lyngbia dan Nitzschia. Hal tersebut dikarenakan keadaan fisik dan kimawi inlet dan

(10)

6

outlet Sungai Pepe yang tidak jauh berbeda sehingga masih terdapat beberapa genus yang didapat di kedua wilayah tersebut.

345 485 20 105 0 100 200 300 400 500 600 Inlet Outlet

Jumlah Spesies Ind/L

Fitoplankton Zooplankton

Gambar 1. Grafik Jumlah Spesies Plankton di Sungai Pepe

Grafik di atas memperlihatkan perbandingan jumlah zooplankton dan fitoplankton yang berada di inlet dan outlet Sungai Pepe. Pada daerah Inlet didapatkan fitoplankton sebanyak 350 individu/liter dan zooplankton sebanyak 20 individu/liter. Pada daerah outlet didapatkan fitoplankton sebanyak 485 individu/liter dan zooplankton sebanyak 105 individu/liter. Jumlah spesies lebih banyak berada di outlet Sungai Pepe, hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk keperairan pada daerah inlet lebih banyak dari pada daerah outlet. Pada daerah inlet perairan lebih keruh dan dalam sehingga cahaya yang masuk hanya sedikit. Jumlah zooplankton lebih sedikit dari pada fitoplankton dikarenakan pada siang hari zooplankton akan menuju ke dasar sungai dan pada malam hari baru akan menuju ke permukaan.

3.2Pembahasan

Penelitian dilakukan pada inlet dan outlet Sungai Pepe sesuai dengan tujuan penelitian yaitu identifikasi jenis plankton yang dapat ditemukan pada Sungai Pepe yang tercemar limbah domestik. Identifikasi jenis plankton tidak akan luput dari bagaimana keadaan ekosistem yang berada di Sungai Pepe. Keadaan fisika dan kimia pada inlet dan outlet Sungai Pepe memiliki nilai pH 6. Pada tingkat pH tersebut biota perairan masih dapat

(11)

7

bertahan. Effendi (2003) pHyang baik untuk perairan berkisar antara 6,5 – 7,5. Besarnya pH dipengaruhi oleh besar konsentrasi ion hidrogen dalam air. Apabila ukuran pH melebihi batas akan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalamnya bahkan sampai menyebabkan kematian. Pada kedua tempat tersebut memiliki keadaan fisika dan kimia tidak jauh berbeda, suhu permukaan dan suhu air pun masih normal bekisar antara 28-32 oC dan 32-34 oC dan rata - rata kelembapannya sebesar 67%. Menurut (Ekawati, 2005) suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton adalah 20-30 0 C. Keadaan sungai Pepe berakisar anatara 28- 32 sehingga fitoplankton dapat secara optimum meningkatkan pertumbuhannya. Penelitian yang telah dilakukpan pada inlet Sungai Pepe teridntifikasi 14 jenis plankton yang meliputi 3 jenis Zooplankton dan 11 jenis Fitoplankton. Zooplankton yang teridentifikasi berasal dari genus Euglena, Cyclops (Egg) dan Vorticella. Fitoplankton yang teridentifikasi berasal dari genus Halosphaera, Noctiluca, Oscilatoria, Epigloeosphaera, Chlorella, Bacullaria, Lyngbia, Meridion, Nitzschia, Synura dan Mycrocytis. Pada daerah outlet teridntifikasi 16 jenis plankton yang meliputi 2 jenis Zooplankton dan 14 jenis Fitoplankton. Zooplankton yang teridentifikasi berasal dari genus Paramaecium dan Amoeba. Fitoplankton yang teridentifikasi berasal dari genus Oscilatoria, Chlorella, Bacullaria, Lyngbia, Nitzschia, Skeletoneme, Volvox, Amoeba, Anabaena, Rhyzosolenia, Gonatozygon, Spirogyra, Planktoniella, dan Merismopedia.

Genus yang dapat ditemukan tiap stasiun hampir berbeda – beda, namun terdapat beberapa genus yang dapat ditemukan pada inlet dan outlet, yaitu meliputi Oscilatoria, Chlorella, Bacularia, Lyngbia dan Nitzschia. Hal tersebut disebabkan oleh kondisik fisik dan kima pada inlet dan outlet tidak jauh berbeda. Genus- genus tersebut memiliki kondisi fisik yang dapat resistan terhadap tingkat pencemaran yang terjadi pada perairan tersebut. Tingkat pencemaran yang terjadi di wilayah perairan tersebut masih tergolong ringan, jadi genus-genus tersebut masih mampu bertahan.

Perbandingan jumlah zooplankton dan fitoplankton sebesar 125 : 835 individu/liter. Jumlah zooplankton lebih sedikit dari pada fitoplankton dikarenakan pada siang hari zooplankton akan menuju ke dasar sungai dan pada malam hari baru akan menuju ke permukaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Nybakken, 1992) zooplankton akan melakukan migrasi harian dimana zooplankton akan bergerak ke dasar perairan pada siang hari karena rangsangan cahaya di permukaan. Sama halnya dengan pendapat (Davis, 1955) dimana zooplankton akan bergerak ke dasar perairan apabila intensitas cahaya di permukaan

(12)

8

meningkat, dan akan bergerak ke permukaan perairan jika intensitas cahaya di permukaan menurun.

Perbandingan jumlah zooplankton dan fitoplankton yang berada di inlet dan outlet Sungai Pepe, zooplankton daerah inlet dan outlet berbenading 20 : 105 individu/liter. Fitoplankton daerah inlet dan outlet berbanding 350 : 485 individu/liter. Jumlah individu lebih banyak berada di outlet Sungai Pepe, hal tersebut disebabkan karena outlet Sungai Pepe memiliki kedalaman yang cukup dalam dibandingkan perairan inlet dan kekeruhan perairan outlet lebih keruh dibandingkan perairan inlet sehingga cahaya yang dapat masuk kedalam perairan outlet lebih sedikit. Kekeruhan terjadi karena terdapatnya limbah dimestik yang dibuang di sepanjang aliran Sungai Pepe hal inilah yang menyebabkan ketidak stabilan ekosistem di daerah outlet. Sehingga terdapat genus yang mendominasi yaitu Chlorella.

Jenis plankton yang paling banyak jumlahnya pada penelitian yang dilakukan adalah chlorella yang mencapai 130 individu / liter. Hal tersebut dikarenakan lingkungan sungai cukup memungkinkan genus tersebut untuk tetap hidup. Pengambilan sampel juga dapat menjadi alasan paling banyaknya genus tersebut ditemukan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei, sesuai dengan penelitian (Purwanti, Hariyanti, & Wiryani, 2011) pada saat surut di bulan Mei di temukan Chlorella sp. (Chlorophyta).

Menurut (Wels, 2005), genus Chlorella merupakan komponen utama fitoplankton. Chlorella merupakan alga hijau yang memiliki dinding seperti tumbuhan yaitu selulose, selain itu dinding selnya juga mengandung sporopellenin yang merupakan biopolymer dari karotenoid yang memiliki kemampuan resisten terhadap degradasi enzim atau reagen-reagen kimia yang kuat. Selain itu, sporopollenin juga memiliki kemampuan mengadsorbsi ion logam dari suatu larutanmembentuklogam kompleks dengan ligan. Hal tersebut menyebabkan chlorella dapat bertahan di lingkungan yang tercemar (Anonim, 2015).

4. PENUTUP

Plankton yang teridentifikasi sebanyak 24 jenis, meliputi 19 jenis fitoplankton dan 5 jenis zooplankton. Zooplankton berasal dari genus Euglena, Amoeba, Paramaecium, Cyclops (Egg) dan Vorticella. Fitoplankton berasal dari genus Epigloeosphaera, Noctiluca, Oscilatoria, Halosphaera, Chlorella, Bacularia, Lyngbia, Meridion, Nitszchia, Synura Mycrocytis, Skeletonema, Volvox, Anabaena, Rhyzosolenia, Gonatozygon, Spirogyra, Planktoniella, dan Agmenellum. Plankton yang paling banyak ditemukan adalah Chlorella.

(13)

9 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015, mei 10). chlorella. Retrieved juli 14, 2016, from www.planktonologiunpad.wordpress.com:

http://planktonologiunpad.wordpress.com/?s=Chlorella&submit=search

Davis, C. C. (1955). The Marine And Fresh Water Plankton. Michigan: Michigan State University Press.

Ekawati, A. W. (2005). Budi Daya Makanan Alami. Malang: Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Fachrizal. (2004). Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik Di Kali Mas. Jakarta: Lembaga Kajian Ekologi dan Konervasi Lahan Basah.

Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Filliazati, Mega; Apriani, Isna; Zahara, Titin Anita. (2013). Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan Biofilter Aero Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Indrowati, M., Purwoko, T., Retnaningtyas, E., Yulianti, R. I., Nurjanah, S., Purnomo, D., et al. (2012). Identifikasi Jenis, Kerapatan dan Diversitas Plankton Bentos, sebagai Bioindikator Perairan Sungai Pepe Surakarta. Bioedukasi, 5 (2), 81-91.

Isnansetyo, A., & Kurniatuty. (1995). Teknik Kultur Fitoplankton dan Zoopankton . Yogyakarta: Kanisius.

Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi . Jakarta: PT Grmedia Pustaka Utama.

Odum, m. S. (1993). Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga diterjemahkan oleh Ir. Tjahjono Samingan. Yogyakarta: Gajah Mda University Press.

Oemarjati, B. S., & Wardana, W. (1990). Taksonomi Avertebrata Pengantar Praktikum Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Prawiro, R. H. (1983). Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Surya Wacana.

Prayitmoko, H. (2008, September Rabu). Merawat Kali Pepe. Retrieved juli kamis, 2016, from suaramerdeka.com: www.suaramerdeka.com

Purwanti, S., Hariyanti, R., & Wiryani, E. (2011). Komunitas Plankton pada saat Pasang dan Surut di Perairan Muara Sungai Demaan Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro. Rosyidi, M. I. (1998). Alga Sebagai Indikator Awal Biologis Kualitas Air. Workshop on Water

Riner Quality Ssessments. Jember: Universitas Negeri Jember. Suin, N. M. (2002). Metoda Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Thoha, H. (2007). Kelimpahan Plankton di Perairan Teluk Gilimanuk Taman Nasional Bali Barat. Makara Sains, 11 (1), 44-48.

(14)

10

Tjitrosoepomo, G. (2011). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wels, K. (2005). Chlorella. In Gale Encyclopedia of Alternative Medicine. Encyclopedia.com. Wiadnyana, N. N., & Praseno, D. P. (1997). Dampak Munculnya Spesies Red Tide Terhadap

Perairan Indonesia. Berkala Perikanan Terubuk XXIII, 69 (1), 15-27.

Wibowo, H. P., Purnomo, T., & Ambarwati, R. (2014). Kualitas Perairan Sungai Bengawan Solo di Wilayah Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Plankton. Lentera Bio, 3 (3), 209-215.

Yudo, S. (2010). Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. JAI, 6 (1), 34-42.

Gambar

Tabel  1  tersebut  memperlihatkan  keadaan  fisik  dan  kimiawi  Sungai  Pepe,  dimana keduanya memiliki kesamaan yaitu ph air yang diteliti bernilai 6 yang berarti  memiliki  tingkat  keasaman  yang  masih  wajar
Gambar 1. Grafik  Jumlah Spesies Plankton di Sungai Pepe

Referensi

Dokumen terkait

The SEM immages observation at month 3 as shown in Figure 6(b), shows clearly that inside of unsaturated polyester coating there are a lot of voids and cracks also

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia

PERAN KEJAKSAAN DAN KEPOLISIAN DALAM KORDINASI MELENGKAPI BERITA ACARA PEMERIKSAAN PADA TAHAP PRA-PENUNTUTANG. Diajukan oleh: ROY

In the late 1990s when the old International Accounting Standards Committee (IASC), on which I was privileged to represent investors, circulated a proposal for full fair value

Data hasil pengumpulan, kemudian dilakukan perhitungan dengan algoritma tertentu yang kemudian hasil tersebut dikembalikan lagi kepada user sebagai sebuah

Variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman (cm) umur 30 dan 40 HST dan jumlah daun (helai) umur 30 dan 40 HST.Umbi segar perumpun (umbi), berat umbi segar

KUD Mina Jaya telah berkontribusi dengan baik terhadap pembangunan di Provinsi Lampung dari tahun 2010 hingga 2014, dengan kategori baik pada ketaatan koperasi

pervasive dan merupakan modifikasi dari aitem-aitem skala optimisme yang telah disusun oleh Amarullah (2016). Para responden penelitian merupakan mahasiswa Psikologi