• Tidak ada hasil yang ditemukan

Husnain, Maswar, dan Wiratno Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Husnain, Maswar, dan Wiratno Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Husnain, Maswar, dan Wiratno

Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi Indonesia sebagai negara yang mengharapkan kelestarian sumber daya alamnya. Namun dewasa ini, berbagai permasalahan degradasi lahan dan penurunan kualitas produk pertanian mulai bermunculan akibat dari praktek pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan harkatnya. Penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan dalam kurun waktu yang panjang telah berdampak pada kepunahan musuh alami hama dan penyakit, dan kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. Selain itu, degradasi lahan akibat ketidakseimbangan hara dalam tanah juga terjadi, seperti penurunan kandungan bahan organik, akumulasi unsur hara P, dan defisiensi unsur hara mikro.

Selain itu tuntutan terhadap produk pangan yang sehat, bebas dari cemaran bahan agrokimia sebagai syarat dalam perdagangan bebas di kawasan Asia dan Internasional patut pula menjadi perhatian khusus. Sebagai contoh negara Uni-Eropa mensyaratkan keamanan pangan (

food

safety

) hingga tingkat dapat dilacak proses produksinya, legal aspek keamanan pangan. Australia dengan

Biosecurity Act

mensyaratkan

ecolabeling

, kandungan bahan kimia dan bahan tambahan yang rendah sedangkan Amerika Serikat melalui

Bioterrorism Act

mensyaratkan tentang keamanan kesehatan masyarakat dan persiapan menghadapi

bioterorisme

yang sudah berlaku sejak Desember 2003. Dengan adanya persyaratan yang ketat tersebut, dan agar dapat bersaing dalam pasar bebas, maka semestinya kita juga memiliki standar sendiri (standar nasional), minimal sama dengan yang berlaku umum tersebut.

Berkaitan dengan berbagai permasalahan tersebut, perhatian terhadap lahan dan bagaimana mengelola lahan dengan baik perlu dikembangkan. Pada saat kondisi populasi penduduk masih rendah, budi daya pertanian yang diterapkan masih alami dan selaras dengan alam atau dapat dikatakan daya

buffer

lingkungan terhadap dampak budi daya pertanian masih cukup tinggi (berbagai bahan cemaran masih dapat didaur ulang secara alami). Namun dengan kondisi sekarang, yang mana populasi penduduk Indonesia hampir mencapai 250 juta jiwa, kebutuhan pangan sangat tinggi sehingga eksploitasi terhadap lahan juga meningkat terutama dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, akibatnya telah terjadi berbagai kerusakan lahan pertanian. Banyak praktisi pertanian yang belum menyadari bahwa investasi terpenting adalah dalam menjaga keseimbangan lingkungan sehingga sistem

(2)

pertanian berkelanjutan dapat dicapai. Disaat degradasi lahan telah terjadi, ditambah pencemaran air irigasi, air tanah, serta tercemarnya tanah dan bahan makanan dengan bahan kimia sintetis maka upaya pemulihan lahan menjadi sangat berat dan sangat sulit untuk mengembalikannya ke kondisi semula.

Sistem pertanian ramah lingkungan, merupakan bagian dari sistem pengembangan pertanian berkelanjutan yang mencakup lima pilar utama yaitu: 1) produktif; 2) berisiko kecil; 3) meminimalkan terjadinya degradasi lahan dan air; 4) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang; dan 5) diterima oleh masyarakat (Abdurachman

et al

. 2000). Pertanian ramah lingkungan didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis ekologi dan memiliki konsep keberlanjutan hasil pertanian yang tinggi serta menguntungkan secara ekonomi. Sesuai dengan konsep

Good Agricultural Practices

(GAP) pertanian yang baik adalah

practices

that address environmental, economic and social sustainability for

on-farm processes, and result in safe and quality food and non-food

agricultural products

(FAO 2003). Lebih lanjut menurut Sumarno (2006), terdapat 4 komponen penciri pertanian ramah lingkungan yaitu: 1) pengendalian erosi dan aliran permukaan untuk mitigasi degradasi lahan; 2) bebas dari cemaran polutan yang berasal dari luar usaha tani, 3) rendah emisi gas rumah kaca; dan 4) produk pertanian bebas residu B3 dan aman dikonsumsi.

Berdasarkan definisi di atas, maka konsep pertanian ramah lingkungan ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila potensi dan tantangan sumber daya lahan pertanian juga diketahui dengan baik. Hal ini sejalan dengan UU No. 41/2009 dimana untuk keperluan kemandirian, keamanan, dan ketahanan pangan maka diperlukan upaya penyelamatan lahan pertanian. Dalam upaya mengimplementasikan sistem pertanian yang sehat dan sekaligus ramah lingkungan, maka beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti adalah : 1) memproduksi bahan makanan yang berkualitas tinggi (bebas dari senyawa/polutan anorganik racun) dalam jumlah yang cukup ; 2) memperbaiki dan mendukung siklus biologis dalam usaha tani dengan memanfaatkan mikroba, flora, dan fauna tanah, serta tanaman; 3) mengelola dan meningkatkan kelestarian kesuburan tanah; 4) meminimalkan segala bentuk kerusakan dan polusi dalam tanah; serta 5) memanfaatkan dan menghasilkan produk pertanian organik yang mudah dirombak dari sumber yang dapat didaur ulang.

Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup besar, dari total luas wilayah daratan Indonesia (188,20 juta ha) (Puslitbangtanak 2000), sekitar 148 juta ha adalah lahan kering, dan 40,20 juta ha adalah lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, lebak) serta lahan yang sudah menjadi sawah permanen. Dari luasan tersebut, lahan yang

(3)

telah digunakan terdiri atas lahan sawah seluas 8,1 juta ha (Kementan 2011), lahan kering masam sesuai untuk kawasan budi daya pertanian adalah 62,6 juta ha (BBSDLP 2012). Khusus lahan sawah, permasalahan yang umum ditemukan adalah: degradasi tanah,

leveling off

produktivitas akibat menurunnya kesuburan tanah, dan

soil sickness/fatigue

akibat menurunnya kualitas tanah seperti kandungan C-organik yang rendah (<2%),

eutrofikasi

akibat pengkayaan hara sehingga terjadi pendangkalan badan air, serta kelangkaan dan penurunan kualitas air. Hasil penelitian Kasno (2003), 65% lahan sawah memiliki kandungan C organik lebih rendah dari 2%. Penurunan kandungan C organik tanah ini adalah akibat dari tidak kembalinya bahan organik ke dalam tanah. Pengembalian residu tanaman ke lahan, belum menjadi budaya oleh petani, sehingga dalam jangka panjang berdampak permanen terhadap penurunan kesuburan tanah atau degradasi lahan. Pengelolaan limbah terutama jerami padi yang tepat sangat mempengaruhi kualitas lahan sawah.

Usaha pertanian lahan kering di Indonesia umumnya dilaksanakan pada lahan suboptimal seperti lahan masam yaitu Ultisols dan Oxisols. Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa-basa di dalam tanah cukup intensif, sehingga kandungan basa-basa menjadi rendah dan tanah menjadi masam (Subagyo

et al.

2000). Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar tanah-tanah di lahan kering bereaksi masam (pH 4,6-5,5) dan miskin unsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanah mineral. Sebaliknya daerah timur Indonesia dengan curah hujan yang sedikit tidak bermasalah dengan kemasaman, namun mengalami masalah dalam ketersediaan air untuk irigasi. Mulyani

et al.

(2004) telah mengidentifikasi lahan kering masam berdasarkan data sumber daya lahan eksplorasi skala 1:1.000.000, yaitu dari total lahan kering sekitar 148 juta ha dapat dikelompokkan menjadi lahan kering masam seluas 102,8 juta ha dan lahan kering tidak masam seluas 45,2 juta ha.

Luasan lahan sulfat masam sekitar 3,5 juta ha, termasuk lahan pasang surut potensial untuk dikembangkan sebagai areal pertanian yang produktif asal dikelola dengan baik sesuai dengan karakteristik lahannya (Mulyani dan Agus 2006). Mulyani

et al.

(2004) dan Nugroho

et al

. (1991) telah menghitung luasan lahan sulfat masam potensial yaitu sekitar 2,07 juta ha (kedalaman lapisan sulfidik > 50 cm, pH tanah > 5,5). Pengembangan lahan sulfat masam untuk lahan pertanian menghadapi banyak kendala, antara lain kemasaman tanah yang tinggi dan ketersediaan hara P yang rendah karena difiksasi oleh Al dan Fe. Dent (1986) menambahkan bahwa rendahnya produktivitas lahan sulfat masam selain disebabkan oleh tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan meningkatnya kelarutan unsur beracun seperti Al, Fe, dan

(4)

Mn juga karena rendahnya kejenuhan basa. Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur beracun dan meningkatnya kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif.

Program aksi setiap sektor yang bersifat jangka panjang dan mendasar sangat memerlukan dukungan kajian ilmiah, baik kajian dampak yang bersifat langsung (pada berbagai tingkat dan sektor) maupun kajian yang bersifat tidak langsung pada tingkat yang lebih tinggi (wilayah dan nasional), seperti dampak perubahan iklim pada kondisi sosial dan pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian juga kajian tentang implikasi dari adanya perubahan kebijakan dalam merespon masalah perubahan iklim terhadap kemampuan sektor untuk memenuhi target dalam menyumbang laju pertumbuhan ekonomi nasional, karena dampak sosial dan ekonomi perubahan iklim tidak bisa dilihat secara parsial untuk masing-masing sektor pembangunan. Diharapkan dengan adanya hal tersebut, program adaptasi dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi dan memberikan dampak yang lebih besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim.

Agar lahan dapat dikembangkan sebagai area pertanian yang produktif, berkelanjutan, serta ramah lingkungan, maka diperlukan dukungan kajian ilmiah, khususnya terkait karakteristik dan kendala-kendala pengembangannya sehingga penanganannya dapat menjadi lebih tepat dan terarah. Pengelolaan lahan yang tepat yaitu dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, menerapkan teknologi yang adaptif terhadap perubahan iklim, menjaga tingkat emisi gas rumah kaca yang rendah, meminimalkan residu agrokimia, pengendalian hama penyakit dengan pestisida nabati/hayati yang ramah lingkungan, meningkatkan keanekaragaman hayati serta menekan degradasi tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi. Dengan adanya hal tersebut, maka program pengelolaan lahan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi serta memberikan dampak yang lebih besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan terhindar dari proses degradasi atau kerusakan.

Dalam bab-bab selanjutnya buku ini membahas potensi pencemaran akibat penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan, dan pendekatan pengelolaan lahan dari 3 ekosistem yaitu lahan sawah, lahan kering iklim kering, dan lahan sulfat masam.

Daftar Pustaka

Abdurachman, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas tanah Ultisols terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Hal.

(5)

303-319

dalam

Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Buku II. Bogor, 6-8 Des. 1999. Puslittanak. Bogor. BBSDLP. 2012. Update Peta Lahan. Balai Besar Sumber Daya Lahan

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Dent, David. 1986. Acid sulphate soils: A base line for research and development. ILRI Publication 39. International institute for Land Reclamation and Improvement, Wageningen, The Netherlands. FAO. 2003.

FAO Committee on Agriculture (COAG).

Development of a

Framework for Good Agricultural Practices.

Kasno, A., D. Setyorini, dan Nurjaya. 2003. Status C organik lahan sawah di Indonesia. Hal. 480-495

dalam

Agustian

et al.

(

Eds.

). Prosiding Kongres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia VIII HITI. Buku II. Kearifan Pendayagunaan Sumber Daya Tanah sebagai Aset Utama Peningkatan Kemampuan Daerah. Padang, 21-23 Juli 2003.

Kementan. 2011. Audit lahan pertanian.

http://psp.deptan.go.id/index.php/page/lahan_audit. Diunduh 25

Desember 2013

.

Mulyani, A. dan Agus, F. 2006. Potensi lahan mendukung revitalisasi pertanian. Hal. 279-295

dalam

Ai Dariah

et al

. (

eds.

). Prosiding Seminar Multi fungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, MAFF dan ASEAN Secretariat Jakarta.

Mulyani, A., Hikmatullah, dan H. Subagyo. 2004. Karakteristik dan potensi tanah masam lahan kering di Indonesia. Hal. 1-32

dalam

Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Nugroho, K., Alkasuma, Paidi, W. Wahdini, Abdulrachman, H.Suhardjo,

dan I P.G. Widjaja-Adhi. 1991. Laporan Akhir. Penentuan Areal Potensial Lahan Pasang Surut, Rawa, dan Pantai skala 1:500.000. Laporan Teknik No. 1/PSRP/1991. Proyek Penelitian Sumber Daya Lahan. Puslittanak. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Puslitbangtanak. 2000. Atlas Sumber Daya Tanah Eksplorasi Indonesia. Skala 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Subagyo H., Nata Suharta, dan A. B. Siswanto. 2000. Tanah tanah pertanian di Indonesia. Hal. 21-66

dalam

Buku Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Sumarno. 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari. Buletin Iptek Tanaman Pangan 1 (1) : 1-15.

Referensi

Dokumen terkait

Increased drought stress (80% - 40% of field capacity/FC) tends to lower total soluble protein. In general, antioxidant treatment of chitosan increase the

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli – buli melalui prostat miksi. Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli – buli melalui prostat

Sarjana Manajemen 3.71 Magister Manajemen 3.88 Sarjana Akuntansi 3.68 Profesi Akuntansi 3.91 Magister Akuntansi 3.81 Sarjana Hukum 3.65 Magister Hukum 4.23 Doktor Ilmu Hukum

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata

Setelah konfirmasi, peserta melakukan pembayaran melalui rekening yang akan diberikan CP lomba.. Konfirmasi pembayaran peserta mengirim bukti pembayaran ke

Penyiaran lslam Wajib Kursus Bahasa Inggri s Berpeluang mendapat beasi swa 31 Achmad Khoirul Faqih 62002t10082 Manajemen Pendidikan Islam Wajib Kursus Bahasa Inggris

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Degradasi Lingkungan terhadap Mata

Sejauh ini dalam proses desain, anda telah mengidentifikasi kebutuhan target audiens anda dan menentukan beberapa tujuan dan sasaran untuk pelatihan. Isi utama dari pendidikan