• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOGRAFI I NYOMAN JIRNA STUDI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER SEJARAH REVOLUSI FISIK DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOGRAFI I NYOMAN JIRNA STUDI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER SEJARAH REVOLUSI FISIK DI SMA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Judul

BIOGRAFI I NYOMAN JIRNA STUDI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN

DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER SEJARAH REVOLUSI FISIK DI

SMA

Oleh

GEDE ARIS ADI SANJAYA

NIM.1014021039

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

(2)

Biografi I Nyoman Jirna Studi Nilai-Nilai Kepahlawanan dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah Revolusi Fisik di SMA

Oleh:

Gede Aris Adi Sanjaya

Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: Sanjayaaris85@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Biografi I Nyoman Jirna; dan. (2) nilai-nilai kepahlawanan yang terdapat dalam biografi I Nyoman Jirna. (3) Aspek-aspek yang terdapat pada Biografi I Nyoman Jirna dan Nilai-nilai kepahlawanannya yang dapat di kembangkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah Revolusi Fisik di SMA. Menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: (1) heuristik(studi dokumen, wawancara, danobservasi); (2) kritik sumber (ekstern dan intern); (3) intepretasi data; (4)historiografi. Hasil penelitian menunjukkan(1) Biografi I Nyoman Jirna dibagi menjadi lima tahapan, yaitu (a) situasi politik pada revolusi fisik (b) latar belakang keluarga; (c) masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa; (d) masa perjuangan I Nyoman Jirna ; dan (e) masa-masa akhir kehidupan I Nyoman Jirna. Biografi kepahlwanan I Nyoman Jirna dijabarkan sebagai berikut: (1) I Nyoman Jirna adalah putra ketiga dari I Ketut Pasek dan Ni Nengah Seroni. I Nyoman Jirna lahir pada tahun 1927 di Desa Banyuning Barat. (2) Nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung pada I Nyoman Jirna yaitu : (a) patriotisme; (b) keberanian; (c) kemandirian; (d) solidaritas; (e) tanpa pamrih; dan (f) spiritual. Biografi kepahlawanan I Nyoman Jirna,dapat dijadikan sumber belajar sejarahpada pembelajaran sejarah materi Revolusi Fisik di SMA kelas XII pada silabus dan kurikulum 2013.

Kata Kunci: Biografi, Nilai Kepahlawanan, Sumber Belajar Sejarah

ABSTRACT

This study aimed to determine : ( 1 ) Biography I Nyoman Jirna ; and . ( 2 ) heroic values contained in the biography I Nyoman Jirna . ( 3 ) The aspects contained in the biography I Nyoman Jirna and heroic values that can be developed as a source of learning history in high school physical revolution . Using the methods of historical research , namely : ( 1 ) heuristic ( study of documents , interviews , and observations ) ; ( 2 ) criticism of sources ( external and internal ) ; ( 3 ) interpretation of the data ; ( 4 ) historiography . Results showed ( 1 ) Biography I Nyoman Jirna divided into five stages , namely ( a) the political situation in the physical revolution ( b ) family background ; ( c ) childhood , adolescence , and adulthood ; ( d ) the struggle I Nyoman Jirna ; and ( e ) the last years of life , I Nyoman Jirna . Biography kepahlwanan I Nyoman Jirna described as follows : ( 1 ) I Nyoman Jirna was the third son of I Ketut Pasek and Ni Nengah Seroni . I Nyoman Jirna was born in 1927 in the village of West Banyuning . ( 2 ) The values of heroism is contained in I Nyoman Jirna namely : ( a) patriotism ; ( b ) courage ; ( c ) independence ; ( d ) solidarity ; ( e ) unconditionally ; and ( f ) spiritual . I Nyoman Jirna heroic biography , can be a source of learning the history of the teaching of history in high school physical revolution material class XII syllabus and curriculum in 2013 .

(3)

Setelah Jepang bertekuk lutut kepada pihak sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, maka selesailah Perang Dunia II.Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya. Jadi antara 14 Agustus s/d 17 Agustus terdapatlah kekosongan kekuasaan di Indonesia secara formil, walaupun secara faktuil, Jepang masih tetap memegang kekuasaan. Ini sesuai dengan perintah Sekutu kepadanya, untuk menjaga ketertiban di Indonesia sambil menunggu datangnya pasukan Sekutu ke daerah ini.Pada saat kekosongan kekuasaan inilah, terjadi kegiatan-kegiatan yang luar biasa di Indonesia untuk mengadakan suatu maklumat kemerdekaan. (Dekker, 1980: 11).

Pada tanggal 17 Agustus 1945 sampailah perjuangan Rakyat Indonesia menghantarkan Rakyat dan Bangsa Indonesia ke “Jembatan Emas Kemerdekaan”. Namun kemerdekaan itu harus dibela dan didasarkan atas kekuasaan Pemuda-pemuda Indonesia tampil ke depan dan mengambil tindakan-tindakan yang nyata. Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia itu mewujudkan Negara Kesaatuan Republik Indonesia, dari Sabang hingga Merauke.(Kansil dan Julianto, 1993: 44-45).

Pada tanggal 28 September 1945, Panglima AEAC menunjuk Letjen Sir Philip Christion untuk memimpin pasukan Sekutu yang akan dikirim ke Indonesia. Pasukan sekutu ini dinamakan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).Letjen Christion merupakan adalah mantan Panglima Korps Ke-15 dari Tentara Kerjaaan Inggris, yang mempunyai pengalaman bertempur mengahadapi Jepang di Arakan (Birma-India) pada tahun berkahir Perang Dunia II.Christion akan mengambil-alih pimpinan tentara Sekutu di Indonesia dari Laksada Patterson yang sudah berada di Tanjug Priok sejak 15 sepetember (Saleh, 2000: 75). Tujuan Belanda dalam bentuk NICA ini, yakni mencoba untu mendapatkan kembali kekuasaanya sebagai sebelum Perang Dunia II dan dengan demikian kembali menjajah Indonesia.Terhadap tujuan itulah

pemuda dan seluruh rakyat Indonesia bertekad bulat untuk menentangnya.

Karena perlakuan tentara NICA yang semena-mena, maka di Bali terjadi berbagai perlawanan oleh para pemuda pejuang (gerilyawan) yang secara sembunyi-sembunyi dalam usahanya mengusir Kolonialisme Belanda. Para pemuda pejuang yang tidak terima dengan sikap serdadu NICA tersebut dengan semangat patriotisme mulai mengadakan perlawanan dengan cara gerilya. Pada tanggal 5 Maret 1946 giliran kota Singaraja dimasukinya. Pada waktu menduduki ibu kota Sunda Kecil ini mereka menamakan dirinya AMACAB (Allied Military Affairs Civil Administration Branch, kesatuan Negara tentara Sekutu urusan pemerintahan sipil) dan NEFIS (Netherleands Forces Interlegence Service, pasukan intelejen Belanda). Yang mewakili pasukan Sekutu melucuti tentara Jepang kalah perang. Karena dalih itulah pemuda pejuang Singaraja tidak akan mengadakan reaksi ketika mereka datang. Desa Banyuning merupakan desa yang terletak di kawasan sebelah timur Kota Singaraja yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pegawai dan pedagang, Desa Banyuning yang letaknya berbatasan dengan sebelah selatan Desa Padangkeling dan sebelah barat Kelurahan astina. Dalam sejarah perjuangan rakyat Banyuning dalam revolusi fisik diawali dari NICA datang ke Desa Banyuning pada tanggal 15 Januari 1946 dan NICA melakukan kurungan secara besar-besaran sehingga menewaskan dua orang korban yakni, bernama Ngebek dari Desa Jinangdalem dan Sri Madya dari Desa Padangkeling.

Dalam Revolusi Fisik ini terjadilah perlawanan antara masyarakat Banyuning dengan NICA yang di mana di dalam perlawanan tersebut muncul seorang pejuang yang bernama I Nyoman Jirna beliau merupakan seorang pemimpin yang sangat gigih berjuang dan rela berkorban demi tanah air tercinta untuk bebas dari belenggu penjajahan. Beliau merupakan seorang pemimpin dari Laskar Pemuda Banyuning Barat, yang berjuang untuk

(4)

menentang NICA di Banyuning. Dalam hal ini perjuangan beliau dalam menentang NICA tidak hanya di Banyuning saja melainkan Beliau ikut serta dalam penghadangan NICA di Pangkung Bangke (Km. 16-17) pada 10 juni 1946.(Hasil wawancara dengan Dangin, umur 87 tahun pada tanggal 14 Maret 2014).

Kajian tentang sosok I Nyoman Jirna ini sudah pernah dilakukan oleh Meraku T.Y , dkk (2000) yang berjudul Sejarah Perjungan Kemerdekaan Rakyat Buleleng 1945-1950. kajian ini membahas tentang Revolusi Fisik yang terjadi di Buleleng, yang dimana dalam kajian ini mencantumkan gambaran umum perjuangan I Nyoman Jirna dalam menentang NICA di Desa Banyuning pada tahun 1946 hingga perjungannya sampai ke Pangkung Bangke. Namun dalam kajian ini belum membahas secara intens tentang Biografi dan Nilai-nilai Kepahlawanan dari sosok beliau yang dapat dikaitkan dalam pembelajaran Sejarah tentang materi Revolusi Fisik di SMA. Mengenai tentang Biografi dan niali-nilai kepahlawanan I Nyoman Jirna sangat penting di gunakan dan di hubungkan dengan Kurikulum 2013 SMA kelas XII.

LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa landasan teori yaitu : (1) Kajian Biografi, (2) Nilai Kepahlawanan di balik peristiwa, dan (3) Tinjauan Sumber belajar

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai I Nyoman Jirna menggunakan metode penelitian sejarah (Historis). Ada enam tahap dalam penelitian yaitu (1) Pengumpulan Sumber (Heuristik), (2) teknik studi dokumen, (3) teknik wawancara (4) kritik sumber (5) iterpretasi dan (6) Penulisan sejarah (historiografi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tanggal 15 Januari 1946 situasi politik di Buleleng khususnya di Singaraja pada masa Revolusi Fisik sangat menegangkan karena para pemuda berjuang melawan tentara NICA untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Karena dalam hal ini Belanda datang ke Indonesia dalam bentukan NICA atau bersekutu untuk bisa menguasai kembali daerah jajahannya. Karena itu para pemuda tidak tinggal diam terhadap perlakuan tentara NICA yang semena-mena terhadap orang pribumi. Para pemuda di berbagai daerah khususnya di Buleleng bersatu padu dengan penuh semangat untuk berjuang demi membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Dalam menentang tentara NICA para pejuang bersatu padu ke dalam organisai-organisasi pejuangan.Salah satu organisasi pemuda pejuang di Desa Banyuning adalah Laskar Banyuning Barat, yang diketuai oleh I Nyoman Jirna. Selain itu juga para pejuang Laskar Banyuning Barat di bantu oleh desa-desa disekitarnya seperti Padang keling dan Jinang Dalem untuk bersatu padu untuk berjuang dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara NICA.

Dalam hal ini, perjuangan organisasi tersebut juga tergabung ke dalam MBO (Markas Besar Umum) yang tempatnya berada di Munduk Malang, Tabanan yang dipimpin oleh Gusti Wayan Debes, diadakan pertemuan para pemimpin oraganisasi perjuangan. Pertemuan Munduk Malang pada tanggal 14 April 1946, memutuskan pembentukan wadah organisasi perjuangan yang dinamakan Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Sunda Kecil, seperti yang sudah digariskan oleh pemerintah pusat RI di Yogyakarta Maret 1946.DPRI Sunda Kecil adalah wadah organisasi-organisasi perjuangan yang berfungsi yaitu Resimen PRI Sunda Kecil, organisasi tentara dengan organisasi sipil pemuda, PRI, AMI, API, dan

(5)

PESINDO.Mereka membentuk pusat komandan untuk Provensi Sunda Kecil yaitu Markas Besar Oemum (MBO) DPI Sunda Kecil di bawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai, Komandan Tri Resimen Sunda Kecil.Wakilnya adalah Made Wija Kusuma dan PRI.Setelah terbentuknya DPRI, Individu-individu yang heterogen dalam perjuangan menerima tugas dan pengangkatan sebagai halnya anggota-anggota militer lainya.Dengan demikian perbedaan antara organisasi perjuangan dan kesatuan militer ditiadakan (Nyoman S.Pendit, 1997:158).

MBO membawahi Markas Besar (MB) untuk setiap daerah swapraja.Pembentukan MB di delapan daerah di Swapraja didasari oleh intruksi dari DPRI Sunda Kecil.Berdasarkan intruksi tersebut maka di Buleleng juga dibentuk Markas Besar (MB) DPRI yang pada awalnya diketuai oleh Kompyang Sujana.Namun Kompyang Sujana dimutasi ke Denpasar dan sebagai penggantinya dipercayakan kepada Ida Bagus Indra. Pelantikan dan serah terima jabatan dilakukan di Puncak Landep sebuah bukit di atas Desa Panji, dengan sisaksikan oleh seluruh Kepala Markas Timur, Tengah, Kota dan Barat (Meraku T.Y, Gusti Bagus, 2000:48).

Persenjataan MB (kemudian dikenal juga dengan nama Batalyon) Buleleng kemudian bertambah dengan menyerahnya dan bergabungnya beberapa tentara Jepang lengkap dengan senjata mereka. Mereka menyerahkan jiwa raga mereka seikhlas-ikhlasnya untuk mempertahankan Indonesia Merdeka, dan senjata yang mereka bawa di antaranya juga ada mitraliur (dikenal dengan pemuda-pemuda gerilya dengan namakeki).

Dalam hal ini pada masa Revolusi Fisik tentara NICA datang ke Buleleng khususnya di Desa Banyuning pada tanggal 15 Januari 1946, dan melakukan serangan besar-besaran untuk bisa kembali merebut kekuasaan di Bali khususnya di Buleleng. Akan tetapi tentara NICA mendapatkan

perlawanan dari para pejuang laskar Banyunig Barat yang dipimpin oleh I Nyoman Jirna. Untuk bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

I Nyoman Jirna adalah putra ketiga dari pasangan Ketut Pasek dan Ni Nyoman Sekar. Kedua orang tuanya berasal dari Desa Banyuning.I Nyoman Jirna lahir di Desa Banyuning pada tahun 1927.Beliau mempunyai tiga saudara yakni, saudara pertama bernama I Wayan Jiwa Dul, kemudian saudara yang kedua bernama Made Mas, dan saudara bungsunya bernama Ketut Nasih. Keluarga I Nyoman Jirna merupakan keluarga yang hidup secara sederhana. Ayahnya bekerja sebagai supir cikar, dipergunakan untuk mengangkut gerabah sedangkan ibunya bekerja sebagai pengerajin gerabah. Ekonomi keluarga beliau sangatlah terbatas

Pada masa kanak-kanak I Nyoman Jirna sama seperti anak-anak pada umumnya di Desa Banyuning yaitu beliu gemar berolahraga seperti pencak silat dan lompat tinggi dengan kawan-kawan sebayanya, yakni Ketut Sandi, Wayan Sandi Lilit, Nyoman Gede dan Luh Kawi. Beliau mengenyam pendidikan pertamanya di SR (Sekolah Rendah) pada tahun 1933 dan tamat kelas 5 pada tahun 1938.I Nyoman Jirna adalah anak yang disiplin dan mandiri, beliau selalu sepulang dari sekolah selalu ingat untuk membantu orang tuanya menggarap sawah.

Pada masa remaja I Nyoman Jirna setelah tamat di Sekolah Rendah (SR) yang berada di Banjar Paketan Singaraja. Beliau memilih melanjutkan sekolahnya ke pendidikan militer Angakatan Laut HEIHO (pada masa kependudukan Jepang di Indonesia), sejak umur 17 tahun. Dari sinilah awal beliau mendapatkan pengalaman kemiliteran selain itu juga beliau mahir dalam menggunakan senjata api(Karben). Dalam mengenyam pendidikan militer, I Nyoman Jirna dalam kesehariaanya sangat disiplin dan tanggung jawab sebagai angkatan laut kemiliteran.

(6)

Setelah beliau berumur 18 tahun, beliau selesai mengenyam pendidikan Kemiliteran HEIHO, dan berpangkat kopral. Dalam hal ini beliau memiliki peran penting di Desa Banyuning, beliau mengajak para pemuda untuk bergabung dan membuat suatu organisasi perjuangan dengan nama

“Laskar Banyuning Barat” yang diketuai langsung oleh beliau untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda pada masa revolusi fisik.

Menginjak masa dewasa, I Nyoman Jirna setelah berumur 20 tahun ayah beliau ingin mengkawinkannya dengan Luh Pulu. Akan tetapi beliau menolak untuk menikah di usia 20 tahun, beliau bertekad bulat sebelum Indonesia khususnya Buleleng bebas dari penjajahan Belanda secara defakto beliau tidak akan menikah. Karena beliau memiliki tanggung jawab dan sikap patriotisme terhadap bangsa dan negara ini untuk bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan NICA walaupun harus mengorbankan jiwa raga.

Karena perlakuan tentara NICA yang semena-mena, maka di Bali terjadi berbagai perlawanan oleh para pemuda pejuang

(gerilyawan) yang secara sembunyi-sembunyi dalam usahanya mengusir Kolonialisme Belanda.para pemuda pejuang yang tidak terima dengan sikap serdadu NICA tersebut dengan semangat patriotism mulai mengadakan perlawanan dengan cara gerilya. Akan tetapi perlawanan yang terjadi di Bali menjadi dilema, karena terjadi perpecahan dan perbedaan antara Bali Utara (Buleleng) yang mendukung Republik dan Bali Selatan (Badung, Gianyar, Karangasem, Bangli, dan Klungkung) yang mendukung system kerajaan. Walaupun demikian, hampir seluruh desa di wilayah Bali pada umunya dan khusunya di Buleleng bangkit serentakan dan pemuda-pemuda desa yang didukung sepenuhnya oleh rakyat pedesaan berpegangan tangan membulatkan tekad membela dan mempertahankan

Kemerdekaan Nusa dan Bangsa (Tirtayasa, 2000: 30).

Salah satu perlawanan dalam menentang serdadu NICA pada masa Revolusi Fisik terjadi di Desa Banyuning.Dalam perlawanan tersebut muncul sosok pejuang yang gigih berjuang demi membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di Buleleng beliau adalah I Nyoman Jirna yang merupakan pejuang lokal yang juga memliki perang penting dalam hal membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa revolusi fisik. Beliau berjuang dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun, untuk bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam menentang tentara NICA para pejuang bersatu padu ke dalam organisai-organisasi pejuangan.Salah satu organisai-organisasi pemuda pejuang di Desa Banyuning adalah Laskar Banyuning Barat, yang diketuai oleh I Nyoman Jirna. Selain itu juga para pejuang Laskar Banyuning Barat di bantu oleh desa-desa disekitarnya seperti Padang keling dan Jinang Dalem untuk bersatu padu untuk berjuang dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara NICA.

Dalam hal ini perjuangan I Nyoman Jirna dalam menentang NICA terjadi di sebelah selatan Kota Singaraja tepatnya di Km 16-17 Banjar Pangkung Bangka Desa Gitgit. Beliau bergabung bersama pasukan Penghadang (Staf Selatan Gerilya) yang dimana pasukan penghadang tersebut di bagi menjadi dua pleton, yaitu Pleton Markas Kota yang diketuai oleh Letnan Wayan Mudana dan Markas Sukasada diketuai oleh Gusti Ngurah Mayor Sukasada. Strategi penghadangan tentara NICA yang dilakukan oleh para pasukan Staff Selatan Gerilya tersebut yakni membuat suatu lubang perlindungan dan membuat stelling di lubang perlindungannya masing-masing di tanah ketinggian sebelah timur jalan raya.

(7)

Pada tanggal 12 Mei 1946 kurang lebih pukul 06.00 Wita, mereka kembali tempat penghadangan tersebut. Persenjataan para pejuang Staf Selatan Gerilya terdiri dari karben dan geranat, selebihnya hanya senajata tradisional seperti keris, pedang sejenisnya. Perjuangan I Nyoman Jirna sebagai pasukan penghadaang atau Staff gerilya, beliau bertugas sebagai Penembak Jitu dan berada di lubang perlindungan paling depan untuk menembak konvoi tentara NICA yang di perkirakan datang dari arah selatan.

Dalam perjuangan para pemuda penghadangan dalam melawan tentara NICA di Pangkung Bangka, para pejuang menggunakan persenjataan seperti karben

(senapan), keris, pedang, dan lain-lain. Walaupun dengan persenjataan seadanya dibandingkan dengan tentara NICA yang memiliki persenjataan lebih modern, para pejuang tetap gigih dengan semangat patriotisme untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.

Tetapi ternyata rombongan tentara

NICA datangnya dari arah bawah

(utara) pada pukul 06.30 Wita.

Pada saat itulah tembakan pertama dari I Nyoman Jirna dimulai dan selanjutnya terjadi pertempuran yang sengit, beberapa tentara NICA memutahkan pelurunya ke arah staff selatan gerilya hingga menyebabkan beberapa pasukan yang lainnya gugur, beberapa buah geranat di lemparkan oleh I Nyoman Jirna dan staff gerilya lainnya ke arah truck tentara NICA, hingga truck yang di bawa oleh tentara NICA hancur compang camping dan tentara NICA hampir semuanya mati. Setelah diperkirakan keadaan sudah aman, I Nyoman Jirna dan tiga staff selatan gerilya yang masih selamat di dalam pertempuran tadi keluar dari lubang perlindugan dan bergegas menuju truck NICA yang sudah terkena ledakan geranat untuk merampas senjata dan perlengkapan logistik yang berada di dalam truck NICA tersebut. Tetapi di dalam truck tersebut masih ada beberapa tentara NICA yang masih hidup namun ia terluka

parah, tentara NICA yang terluka parah tersebut menembakkan pistolnya berkali-kali ke arah langit sebagai tanda perang.

Setelah beberapa jam kemudian datang pasukan tentara NICA lainnya dari arah selatan tepatnya di atas bukit untuk menyergap para staff gerilya tersebut. I Nyoman Jirna dan tiga staff gerilya lainnya mengira rombongan yang datang dari arah selatan tersebut adalah teman-teman gerilya lainnya yang ikut perperang melawan tentara NICA, ternyata itu musuh, maka terjadilah pertempuran yang sengit. Satu persatu staff selatan gerilya lainnya gugur terkena tembakan peluru tentara NICA, I Nyoman Jirna dengan nafas terengah-engah bergegas berlari menuju ke dalam hutan, dengan jumlah tentara NICA yang cukup banyak menyebabkan I Nyoman Jirna susah untuk bersembunyi dari musuh, tembakan demi tembakan terus diluncurkan oleh tentara NICA dan I Nyoman Jirna pun rebah tak berdaya terkena tembakan peluru tentara NICA tepat di bagian kepalanya, I Nyoman Jirna pun gugur di dalam pertempuran melawan tentara NICA.

Dalam pertempuran yang terjadi di sebelah selatan kota Singaraja tepatnya di Banjar Pangkung Bangka, Desa Gigit. Sebanyaknya sembilan pejuang yang gugur dalam pertempuran melawan tentara NICA termasuk I Nyoman Jirna. Perjuangan para pemuda ini merupakan bukti bahwa para pejuang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela dan mempertahankan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda yang semena-mana ingin kembali menguasai Indonesia. Termasuk I Nyoman Jirna dan para Staff Selatan Gerilya lainya yang berjuang dalam menghadang serangan tentara NICA di Km 16-17 Pangkung Bangka pada masa revolusi fisik.

Dalam hal ini masa akhir kehudupan I Nyoman Jina pasca terjadinya pertempuran di Km 16-17 di Pangkung Bangka yang mewafatkan I Nyoman Jirna beserta para pejuang lainya dalam melawan tentara NICA demi membela dan

(8)

mempertahankan Kemerdekaan Indonesia khususnya di Buleleng, masyarakat dan pihak keluarga dari I Nyoman Jirna merasakan kehilangan seorang tokoh yang mereka jadikan panutan. Namun demikianlah akhir dari sebuah kehidupan seorang pahlawan yang menghembuskan nafas terakhirnya dimedan perang dalam pertempuran dengan tentara NICA demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bagi masyarakat Desa Banyuning dan khususnya Buleleng, tokoh I Nyoman Jirna merupakan seorang Pahlawan yang pernah menbangkitkan semangat masyarakat Desa Banyuning Barat untuk tidak menyerah terhadap Belanda. Untuk mengenang jasa dari I Nyoman Jirna dan delapan staff selatan gerilya yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan melawan tentara NICA maka dibangunlah sebuah monumen perjuangan di Km 16 Banjar Pangkung Bangka Desa Gitgit yang bernama Monumen Perjuangan Bumi Wirabhuwana pada tanggal 10 Agustus tahun 1968 oleh Yayasan Kebangkitan Pejuang (YKP) yang di ketuai oleh Pak Cilik dan telah di resmikan pada tanggal 5 Oktober 1969 oleh Pangdam Udayana Brigadir Jendral Soekertijo. Monumen tersebut terletak disamping kanan jalan raya Desa Gitgit jalur Singaraja-Denpasar. Dengan demikian I Nyoman Jirna merupakan tokoh sejarah yang sangat berjasa dalam memperjuangkan keutuhan negara Republik Indonesia pada masa Revolusi Fisik.

Beliau berjuang dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun demi membela dan memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.dalam sanubari hati beliau agar kelak generasi bangsa tidak mendapatkan perlakuan dan sikap otoriter dari penjajahan. Tidak hanya I Nyoman Jirna saja yang mengharapkan kemerdekaan dan bebas dari belenggu penjajahan.Semua pahlawan selalu mendedikasikan untuk Kemerdekaan Indonesia.

Dalam peristiwa perjuangan pada masa Revolusi Fisik yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari serangan NICA khususnya di Buleleng.Perjuangan I Nyoman Jirna demi membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia merupakan suatu sikap patriotisme untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari serangan NICA demi terbebas dari belenggu penjajahan Belanda.

Secara keseluruhan perjuangan I Nyoman Jirna dari mengenyam pendidikan kemiliteran Angkatan Laut Jepang (HEIHO), kemudian menjadi ketua Organisasi Pemuda Laskar Banyuning Barat hingga bergabung ke Organisasi Perjuangan Pemuda Penghadang yang tergabung dalam Markas Besar Umum (MBO). Dalam pertempuran yang terjadi di Buleleng bagian Selatan tepatnya di Km 16-17 Pangkung Bangka, beliau merupakan pasukan di barisan terdapat yakni bertugas sebagai penembak jitu untuk serdadu pasukan NICA yang menyerang dari arah utara.

Beliau tidak kenal rasa takut terhadap serangan NICA, walaupun jumlah serdadu NICA berbeda jauh dengan jumlah pemuda penghadangan (Staff Selatan Gerilya) akan tetap berjuang demi berkibarnya Sang Saka Merah Putih di tanah air tercinta. Pengorbanan I Nyoman Jirna dan para pemuda pejuang penghadangan patut diberikan apresiasi bagi generasi bangsa.Karena beliau merupakan sosok pejuang yang membela tanah air tercinta dari serangan penjajahan Belanda demi terciptnya Indonesia merdeka. Untuk mengenang jasa dan pengorbanan Beliau beserta para pejuang lainya yang gugur di medan pertempuran dalam melawan tentara NICA (Belanda). Pemerintah Dinas Kebudayaan Buleleng membangun sebuah taman makam pahlawan yang dinamakan “ Taman Makam Pahlawan Curastana” yang berada di Jalan Pahlawan, tepatnya di depan kantor Bupati Buleleng.

(9)

NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN I NYOMAN JIRNA

Dalam hal ini perjuangan para pahlawan untuk mempertahamkan dan membela kemerdekaan Indonesia sangatlah besar kontribusinya bagi bangsa dan Negara untuk bebas dari penjajahan Belanda pada masa Revolusi Fisik.Karena berkat jasa dan pengorbanan para pahlawanlah kita sebagai generasi bangsa bisa mendapatkan kemerdekaan dalam hal “Kebebasan” dari kaum penjajah.Seperti pepatah mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai dan menghormati jasa-jasa para pahlawannya”.Para pahlawan rela mengorbankan jiwa dan raganya tanpa mengharapkan imbalan apapun, berjuang dengan tulus ikhlas demi mencapai kemerdekaan.

Para pahlawan rela mengorbankan jiwa dan raganya tanpa mengharapkan imbalan apapun, berjuang dengan tulus ikhlas demi mencapai kemerdekaan. Perjuangan Bangsa Indonesia pada masa Revolusi Fisik dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadi di berbagai daerah, seperti peristiwa pertempuran 10 November yang terjadi di Surabaya, pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa di Kota Semarang dan peristiwa pertempuran dalam membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pun terjadi di Bali. Karena Pulau Bali merupakan wilayah yang juga memberikan kontribusi dalam hal perjuangan untuk mencapai kemerdekaan secara mutlak dari penjajahan Belanda yang ingin kembali menguasai khususnya Bali dan pada umumnya Indonesia.

Selain perjuangan para pahlawan Nasional yang berasal dari Bali, seperti I Gusti Ngurah Rai yang sudah di akui secara

Nasional jasa dan pengorbananya dalam hal untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi Fisik. Terdapat juga para pahlawan-pahalwan lokal yang memiliki peran penting untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia secara mutlak.Walaupun perjuangan mereka masih bersifat kedaerahan, namun perjuangan tersebut juga memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hal ini mencapai Kemerdekaan Indonesia.

Salah satu pahlawan lokal yang berjuang demi membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia adalah I Nyoman Jirna. Karena beliau berjuang ikhlas dengan sikap patriotisme dan nasionalisme rela mengorbankan jiwa dan raganya dalam melawan dan mengusir Kolonialisme Belanda di tanah air tercinta. Walaupun dalam lingkup yang kecil banyak meninggalkan cerita sejarah dan telah meninggalkan nilai-nilai kepahlawanan yang patutnya digali dan diteladani oleh generasi muda untuk bisa mengharagai dan menghormati jasa-jasa beliau. Berdasarkan analisis dari studi dokumen serta hasil wawancara yang terkait dengan ketokohan I Nyoman Jirna, maka nilai kepahlawanan yang terkandung di dalam sosok I Nyoman Jirna dapat diungkapkan antara lain, (1) Nilai Patrotisme, (2) Nilai Keberanian, (3) Nilai Kemandirian, (4) Nilai Solidaritas, (5) Nilai Tanpa pamrih dan (6) Nilai Spiritual.

ASPE-ASPEK YANG TERDAPAT PADA BIOGRAFI I NYOMAN JIRNA DAN NILAI-NILAI KEPAHLAWANANNYA YANG DAPAT DI KEMBANGKAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH REVOLUSI FISIK DI SMA.

Menghadapi era globalisasi yang seperti sekarang ini, pendidikan sangat diperlukan agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama IPTEK. Maka untuk itulah proses belajar mengajar

(10)

dalam proses pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia agar mampu bertahan dalam perkembangan zaman yang terus berubah. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Pendidikan sekarang dalam proses belajar mengajar tidak lagi selalu bertumpu pada guru. Tanpa guru pun, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Yang tentunya dapat mendukung aktifitas belajar siswa agar tidak hanya bertumpu pada sosok seorang guru.

Proses pembelajaran dalam mata pelajaran sejarah tentunya memiliki sumber belajar atau pembelajaran yang bisa dipakai selain melalui guru saja. Tentang sumber belajar atau pembelajaran dapat diperoleh dari buku-buku teks, majalah, koran, berita yang ditayangkan di TV dan dapat berupa isu dalam masyarakat atau obyek yang berupa peninggalan-peninggalan sejarah (Wahyuni, 2005:26-27).

Dalam proses pembelajaran guru sejarah kaitannya dengan materi Revolusi Fisik, guru sejarah cenderung lebih sering menyinggung sosok pahlawan-pahlawan Nasional seperti I Gusti Ngurah Rai, Bung Tomo, Jendral Sudirman dan sebagainya tanpa pernah menyinggung sosok pahlawan-pahlawan lokal. Guru sejarah bisa mengaitkan sosok pahlawan lokal I Nyoman Jirna khususnya di Buleleng dalam hal perjuangannya pada masa Revolusi Fisik dan menyelipkan nilai-nilai kepalawanan di saat pembelajaran agar bisa nilai-nilai kepahlawanan tersebut di teladani oleh siwa di SMA.

Dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk belajar dengan pendekatan Saintifik yang dimana dalam proses pembelajaran ini menuntut siswa agar belajar secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Intinya dalam pendekatan

ini siswa tersebut tidak harus tergantung pada sumber belajar yang hanya ada di buku saja tetapi disini siswa harus lebih aktif dalam menemukan sumber-sumber belajar yang baru dari sebuah peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta. Karena akan mampu mengembangkan dan melatih siswa berfikir logis dan sistematis.

Pembelajaran sejarah

terutama yang menyangkut Revolusi

Fisik, disini guru

cenderung perpedoman dengan sumber belajar yang sudah ada tanpa pernah menyinggung sumber belajar lainnya, karena guru sejarah dalam proses pembelajarannya monoton begitu saja. Sehingga sumber-sumber belajar lainya terlupakan seakan-akan tidak bermanfaat bagi sumber pembelajaran.

Sesuai dengan Silabus Kurikulum 2013 pada Kompetensi Dasar (KD) SMA kelas XII 3.1 Menganalisis perjungan Bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan Kemerdekaam dari ancaman Jepang, sekutu dan Belanda. Berikut ini adalah aspek-aspek yang terdapat pada Biografi I Nyoman Jirna dan Nilai-nilai kepahlawannya yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah Revolusi Fisik di SMA.

Aspek-aspek yang terdapat pada Biografi I Nyoman Jirna yang dapat di kembangkan sebagai Sumber dan media pembelajaran sejarah Revolusi Fisik di SMA kelas XII yaitu; (1) Aspek Sejarah (Historis), (2) Aspek Artefak (Peninggalan-peninggalan dalam peristiwa sejarah), (3) Aspek Sosial, (4) Aspek Spritual dan (5) Aspek Kultural.

KESIMPULAN

Secara garis besar biografi kepahlwanan I Nyoman Jirna dapat dijabarkan sebagai berikut: I Nyoman Jirna adalah putra ketiga dari empat saudara dari pasangan Ketut Pasek dan Ni Nengah Seroni kedua orang tuanya berasal dari Desa Banyuning. I Nyoman Jirna lahir di Desa Banyuning pada tahun 1927.Pada

(11)

masa remaja I Nyoman Jirna setelah tamat di Sekolah Rendah (SR) yang berada di Banjar Paketan Singaraja. Beliau memilih melanjutkan sekolahnya ke pendidikan militer Angakatan Laut HEIHO (pada masa kependudukan Jepang di Indonesia), sejak umur 17 tahun. Dari sinilah awal beliau mendapatkan pengalaman kemiliteran selain itu juga beliau mahir dalam menggunakan senjata api(Karben).

Dalam hal ini beliau memiliki peran penting di Desa Banyuning, beliau mengajak para pemuda untuk bergabung dan membuat suatu organisasi perjuangan denagan nama “Laskar Banyuning Barat”

yang diketuai langsung oleh beliau untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda pada masa revolusi fisik. Menginjak masa dewasa, I Nyoman Jirna setelah berumur 20 tahun ayah beliau ingin mengkawainkanya dengan Luh Pulu. Akan tetapi beliau menolak untuk menikah di usia 20 tahun, beliau bertekad bulat sebelum Indonesia khususnya Buleleng bebas dari penjajahan Belanda secara defakto beliau tidak akan menikah. dalam hal ini masa perjuangan I Nyoman Jirna dalam membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia beliau merupakan pasukan staff selatan gerilya dalam pertempuran melawan tentara NICA yang terjadi di Km 16-17 Banjar Pangkung Bangka desa Gitgit pada masa Revolusi Fisik. Beliau merupakan sosok pejuang yang memiliki sikap patriotisme dan nasinalisme dalam meraih kemerdekaan secara mutlak dari belenggu penjajahan Belanda.

I Nyoman Jirna merupakan sosok pejuang yang berjuang dengan gagah berani serta tulus ikhlas tanpa mengaharapkan suatu imbalan apapun. Dari kisah dan jasa-jasanya sebagai pemimpin dalam melakukan perlawanan terhadap tentara NICA dalam upaya membela dan mempertahankan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dapat dipetik beberapa nilai-nilai kepahlawanan

yang dapat diteladani oleh generasi muda bangsa seperti, (1) nilai patriotism; (2) keberanian; (3) kemandirian; (4) solidaritas; dan (5) tanpa pamrih.

Biografi dan nilai-nilai kepahlawanan I Nyoman Jirna sebagai sosok pahlawan lokal memberikan kontribusi terkait sumber pembelajaran sejarah Revolusi Fisik di SMA pada kurikulum 2013. Nantinya biografi dan nilai-nilai kepahlawanan tersebut bisa dikaitkan pada beberapa aspek seperti: (1) aspek sejarah (historis); (2) aspek atefak (peninggalan-peninggalan dalam peristiwa sejarah; dan (3) aspek sosial. Pada aspek-aspek tersebut bisa memberikan manfaat dalam proses pembelajaran terkait dengan materi Revolusi Fisik dalam hal biografi dan nilai-nilai kepahlawanan I Nyoman Jirna sebagai sosok pejuang dalam upaya membela dan memepertahankan Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda (NICA).

Ucapan terimakasih ditunjukkan kepada:  Ibu Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum.

Selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal penyusunan artikel sehingga lancar dan dapat terselesaikan dengan baik dan

Dr. I Ketut Margi, M.Si

Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal penyusunan artikel sehingga lancar dan dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

(12)

Daftar Rujukan

Dekker, Nyoman.1980. Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kansil dan Julianto, 1993.Sejarah

Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Leirissa, R.Z. 1983. “Biografi”.Pemikiran Biografi, Kepahlawanan dan Kesejarahan Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Lokakarya Jilid I. (hlm. 34). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Pendit. 1978. Bali Berjuang. Jakarta: PT.

Gunung Agung

Tirtayasa, Gusti Bagus Meraku, dkk. 2000.

Sejarah Kemerdekaan Rakyat Buleleng 1945 – 1950, Bandung : Ganesha Exact.

Referensi

Dokumen terkait