• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EKONOMI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL EKONOMI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL EKONOMI

AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

ISSN : 1412 – 5366 Volume XII No. 1 April 2013

Variabel Penentu dalam Keputusan Memilih Tabungan Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jember

Ahmad Roziq Rinanda Fitri D Buy Back Saham Sebagai Sebuah Alternatif Kebijakan Ana Mufidah Analisis Pengaruh Faktor Internal Emiten Terhadap Bagi

Hasil Investor Pada Obligasi Syariah Mudharabah di Indonesia

Sri Rahayu Isti Fadah Novi Puspitasari Pengaruh Citra, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Terhadap

Loyalitas Pasien di Poliklinik Eksekutif Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Kabupaten Jember

Nurullah Andi Sularso Imam Suroso PengaruhCSR disclosureterhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Rulyanti S. W

PENERAPAN SAK-ETAP PADA ENTITAS KOPERASI (Studi Kasus Pada KUD Tri Karsa Jaya Kec. Bangsalsari Kab. Jember)

Yulinartati

JEAM

Vol. XII No. 1 Hal. 1- 103 April 2013Jember 1412 – 5366ISSN:

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

(2)

JURNAL EKONOMI

AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

ISSN : 1412 – 5366

Penanggungjawab: Dr. Imam Suroso.,SE.,M.Si

Ketua Dewan Penyunting: Wahyu Agus Winarno, SE.,M.Sc.,Ak

Penyunting Ahli: Prof. Dr.Hj.Istifadah, MSi Dr. Siswoyo Hari Santosa

Dr. Siti Maria

Penyunting Pelaksana: Bunga Maharani,SE.,MSA

Ema Desia P, SE.,MM Fifien Muslihatiningsih, SE.,MSi

Penyunting Tamu:

Prof.Dr.FX.Sugianto (Universitas Diponegoro) Dr.Syihabuddin (Universitas Negeri Malang) Dr.Jurica Lucyanda (Universitas Bakrie Jakarta)

Pelaksana Administrasi: Biben Iswahyudi Taufik Purwanto

Dwi Rekto

Jurnal Ekonomi, Akuntansi, dan Manajemen (JEAM) diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Jember, sebagai media transformasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Terbit 2 (Dua) kali dalam setahun, setiap bulan April, dan September. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah dimuat di media lain, dengan mengacu pada pedoman penulisan yang ada. Alamat penyunting: Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Tlp. (0331) 337990, 322852, Fax (0331) 332150 Jember 68121.

(3)

JURNAL EKONOMI

AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

ISSN : 1412 – 5366 Volume XII No. 1 April 2013

Daftar Isi

Ahmad Roziq

Rinanda Fitri D Tabungan Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri CabangVariabel Penentu dalam Keputusan Memilih Jember

Halaman 1- 24

Ana Mufidah Buy Back Saham Sebagai Sebuah Alternatif Kebijakan

Halaman 25 – 30

Sri Rahayu Isti Fadah Novi Puspitasari

Analisis Pengaruh Faktor Internal Emiten Terhadap Bagi Hasil Investor Pada Obligasi Syariah Mudharabah di Indonesia

Halaman 31–38

Nurullah Andi Sularso Imam Suroso

Pengaruh Citra, Kualitas Layanan, Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pasien di Poliklinik Eksekutif Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Kabupaten Jember

Halaman 39–53

Rulyanti S. W PengaruhCSR disclosureTerhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Halaman 54–86

Yullinarti PENERAPAN SAK-ETAP PADA ENTITAS KOPERASI

(Studi Kasus Pada KUD Tri Karsa Jaya Kec. Bangsalsari Kab. Jember) Halaman 87- 103

(4)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 25

BUY BACK SAHAM SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF KEBIJAKAN

Ana Mufidah1

mupid_ah@yahoo.co.id

Abstrak

Buy back saham atau pembelian kembali saham adalah

pembelian kembali saham-saham yang telah diterbitkan oleh suatu perusahaan dan dimiliki oleh perseroan untuk jangka waktu tertentu yaitu maksimum selama 3 tahun. Buy back saham merupakan bentuk tanggung jawab dari perseroan yang dilakukan oleh perseroan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan perseroan.

Meningkatnya jumlah perusahaan yang melaksanakan pembelian kembali saham serta keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan terebut menunjukkan bahwa pembelian kembali saham merupakan salah satu kebijakan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang ingin meningkatkan harga saham serta ingin memperoleh keuntungan yang lainnya. Kebijakan pembelian kembali saham oleh perusahaan penting untuk dipertimbangkan terutama untuk perusahaan yang memiliki arus kas bebas (free cash flow) yang tersedia untuk didistribusikan kepada para investor setelah perusahaan melakukan investasi-investasi dalam aset-aset tetap dan modal kerja yang penting untuk kelangsungan operasi perusahaan.

Kata kunci: Buy Back Saham, Free Cash Flow

1. LATAR BELAKANG

Pembelian kembali saham (share buy back ) merupakan tindakan emiten untuk membeli kembali sebagian saham yang telah beredar atau berada di tangan pemegang saham publik. Dalam kondisi pasar normal pembelian kembali saham yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik diwajibkan untuk memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) terlebih dahulu, namun untuk kondisi pasar berpotensi krisis hanya diwajibkan untuk melakukan disclosure.

Jumlah perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (harian kontan, 19 Desember 2008). Selain itu dalam sebuah artikel di majalah fortune meyebutkan bahwa “pembelian kembali saham telah memberikan keuntungan bagi para pemegang saham yang setia dengan perusahaan yang melakukannya (Brighamn dan Houston, 2006:104).

Meningkatnya jumlah perusahaan yang melaksanakan pembelian kembali saham serta keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan terebut

(5)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 26

menunjukkan bahwa pembelian kembali saham merupakan salah satu kebijakan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang ingin meningkatkan harga saham serta ingin memperoleh keuntungan yang lainnya. Kebijakan pembelian kembali saham oleh perusahaan penting untuk dipertimbangkan terutama untuk perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang tersedia untuk didistribusikan kepada para investor setelah perusahaan melakukan investasi-investasi dalam aset-aset tetap dan modal kerja yang penting untuk kelangsungan operasi perusahaan.

Latar Belakang Dilaksanakannya Buy Back Saham

Pelaksanaan pembelian kembali saham oleh sebuah perusahaan dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Situasi dimana perusahaan memiliki kas yang tersedia untuk didistribusikan pada para pemegang sahamnya, dan perusahaan akan mendistribusikan kas ini melalui pembelian kembali saham dari pada membayarkan dividen tunai. 2. Situasi dimana perusahaan menyimpulkan bahwa struktur modalnya dibebani

terlalu berat oleh ekuitas, dan kemudian menjual utang serta menggunakan hasil penjualannya untuk membeli kembali saham-sahamnya.

3. Situasi dimana sebuah perusahaan telah menerbitkan opsi kepada karyawannya dan kemudian menggunakan pembelian kembali di pasar terbuka untuk memperoleh saham yang akan digunakan ketika opsi tersebut dilaksanakan.

Alasan pembelian kembali saham menurut Young (1969), Lane dan Sarker (1989) dalam Evans dkk (2003):

1. Meningkatkan leverage perusahaan. Teori leverage menyatakan bahwa para investor akan merespon dengan positif untuk sebuah program pembelian kembali saham, karena adanya penyimpanan pajak yang dihubungkan dengan meningkatnya penggunaan hutang.

2. Adanya kelebihan kas. Sebuah perusahaan dengan kelebihan kas yang tersedia setelah mendanai seluruh investasi yang menciptakan nilai akan menambah nilai dengan membayarkan kelebihan kas tersebut untuk membeli kembali saham.

3. Menyediakan saham untuk rencana pemberian bonus bagi karyawan. Hal ini menjelaskan bahwa buy back saham bertanggung jawab untuk program pemberian bonus, pelaksanaan opsi saham, atau penggunaan penerbitan kembali (reissue) yang lainnya.

4. Sebagai pengganti dividen kas. Penjelasan penggantian dividen menyatakan bahwa investor merespon secara positif untuk distribusi kas dalam bentuk buy

back saham adanya pertolongan dari perlakuan pajak secara historis. Alasan

lainnya adalah karena kita tidak mampu untuk melihat arus kas di masa depan, peruahaan dengan kas bebas yang berlebih, lebih memungkinkan untuk menarik kembali sahamnya dari pada meningkatkan dividen.

(6)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 27

5. Sebagai bagian dari strategi bertahan untuk menghindari pengambil alihan. Sebuah perusahaan dapat menggunakan buy back saham sebagai sebuah pertahanan dari pengambil alihan.

Selain hal-hal di atas, buy back saham juga dilatarbelakangi hal-hal berikut:

1. Dividen substitution hypothesis.

Pembagian dividen yang berkelanjutan adalah faktor penting bagi perseroan untuk menarik minat calon investor untuk menginventasikan uangnya pada saham perseroan. Investor memandang dividen sebagai indikator penting untuk menetukan keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Karena pembagian dividen didasarkan pada peningkatan arus kas perseroan yang tetap saja, maka sebagai alternatif pay out policy bagi perseroan atas peningkatan arus kas yang bersifat sementara atau tidak tetap dapat mempergunakan program share buy back.

2. To signal to the market the shares are undervalued.

Dengan melakukan pembelian kembali saham, manajemen perseroan memberikan signal bahwa harga saham seharusnya lebih tinggi dari harga pasar atau dengan kata lain harga saham undervalue. Justifikasi yang digunakan untuk menetukan bahwa harga saham undervalue adalah ketika nilai intrinsik (nilai sebenarnya dari saham) lebih tinggi dari harga saham. Terdapat beberapa cara bagi perseroan untuk memberikan signal kepada pemegang saham antara lain :

a. Size of buyback program

Semakin besar jumlah pembelian kembali saham maka akan semakin besar saham yang akan masuk ke dalam treasury stock dan akan semakin besar pula kepecayaan pemegang saham terhadap saham perseroan;

b. Premium to market

Besaran harga pembelian kembali saham mencerminkan kepercayaan dari manajemen perseoan bahwa nilai sahamnya di bawah nilai wajar dan karenanya akan mengambil tindakan atas hal tersebut.

c. Insider selling

Ketika perseroan melaksanakan program buy back dan kemudian direksi mengindikasikan tidak berminat menjualnya saham yang dimilikinya, maka hal ini akan memberikan signal positif kepada pasar mengenai nilai saham perseroan.

3. To manage earning per shares.

Salah satu motivasi perseroan yang paling umum dalam melaksanakan program

buy back adalah meningkatkan laba per saham dengan cara mengurangi jumlah

yang beredar. Tindakan ini terkadang menimbulkan konflik karena EPS tidak mencerminkan nilai saham secara nyata. Hal tersebut dikarenakan EPS tidak memperhitungkan biaya dari modal dan juga tidak memperhitungkan kebutuhan investasi dari perseroan. Meskipun demikian manajemen perseroantetap melakukan usaha untuk memaksimalkan EPS karena biasanya investor melakukan penilaian terhadap saham berdasarkan current earning selain itukomponen remunerasi dari direksi umumnya dikaitkan dengan target EPS perseroan.

(7)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 28

Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

Baik akademisi maupun pengamat pasar modal melihat bahwa buy back membawa keuntungan baik kepada pemegang saham maupun kepada perseroannya sendiri yang antara lain :

1. Efesiensi pajak.

Karena dividen dikenakan pajak lebih besar daripada capital gain, maka buy

back memberikan keuntungan bagi pemegang saham dibandingkan dengan

pembagian dividen. Selain itu dalam pembagian dividen maka semua pemegang saham dikenakan pajak atas dividen yang diterimanya sedangkan apabila perseroan melakukan buy back maka pajak hanya dikenakan kepada pemegang saham yang menjual sahamnya;

2. Mengurangi biaya transaksi.

Pada umumnya pemegang saham dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu pemegang saham yang mencari likuiditas (menukar saham menjadi uang tunai) dan pemegang saham yang tidak mencari likuiditas. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa distribusi laba melalui buy back dapat mengurangi biaya transaksi dibandingkan dengan pembagian dividen. Pendapatnya adalah sebagai berikut, jika perseroan membagikan dividen maka kelompok pemegang saham yang mencari likuiditas akan mendapatkan apa yang mereka cari yakni uang tunai, namun apabila jumlah dividen yang dibagikan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya maka mereka akan menjual sahamnya untuk memenuhi kebutuhannya yang mana transaksi jual tersebut membutuhkan biaya. Sedangkan kelompok yang tidak membutuhkan likuiditas juga akan melakukan transaksi beli saham untuk menginvestasikan kembali dana yang diperoleh dari dividen menjadi saham yang juga memerlukan biaya. Jika perseroan memilih untuk melakukan buy

back maka kelompok yang tidak membutuhkan likuiditas tidak akan

mendapatkan uang tunai karena mereka tidak menjual sahamnya dan karenanya mereka tidak melakukan transaksi untuk menginvestasikan kembali uangnya. Atas dasar hal tersebut muncul argumen bahwa buy back mengurangi biaya transaksi bagi pemegang saham;

3. Meningkatkan fleksibilitas keuangan perseroan.

Dengan memberikan dividen maka perseroan memberikan signal kepada masyarakat mengenai komitmen perseroan untuk tetap membayar dividen pada masa yang akan datang, hal ini cendrung memberikan gambaran yang tidak tepat bagi pemegang saham yang mengharapkan distribusi laba perseroan secara berkelanjutan pada masa yang akan datang. Di sisi lain buy back tidak memberikan gambaran yang sedemikian karena investor memahami bahwa pengumuman buy back yang akan dilakukan oleh perseroan tidak membuat perseroan terikat untuk melakukan pembelian kembali sahamnya pada masa yang akan datang walaupun hanya satu saham;

4. Employee stock option plans (ESOP)

Keuntungan lainnya dari share buy back adalah perseroan dapat menggunakan saham hasil share buy back untuk menjalankan program ESOP, pelaksanaan

program ini dapat sssmeningkatkan motivasi karyawan terhadap perseroan karena mereka juga merupakan pemilik perseroan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perseroan.

(8)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 29

Sedangkan alasan-alasan yang menentang pelaksanaan buy back saham antara lain :

1.Creditor’s interest.

Hukum sebagai mekanisme aturan semestinya memperhatikan kepentingan dari kreditor. Karena buy back mengakibatkan pengembalian modal kepada para pemegang saham, maka tindakan buy back harus dibatasi. Kreditor memberikan kredit kepada perseroan dengan mempertimbangkan modal perseroan dan perseroan berkewajiban untuk memelihara modalnya tersebut; 2. Trafficking in shares and rigging of prices.

Insider selalu mempunyai akses terhadap insider information dari perseroan,

Sehingga pelaksanaan buy back dapat menimbulkan praktik insider trading disamping itu selalu terdapat kemungkinan bahwa perseroan menggunakan

dummy investor untuk memanipulasi harga saham dengan melakukan

perdagangan.

Pada dasarnya praktik buy back saham di Indonesia diperbolehkan sepanjang perseroan memenuhi ketentuan buy back saham yang diatur dalam UUPT (undang-undang perseroan terbatas) dan khusus untuk perseroan terbuka diwajibkan pula memenuhi peraturan Bapepam-LK tentang pembelian kembali saham. Buy back saham bagi perseroan terbuka diatur dalam dua peraturan yang berbeda yang didasarkan pada kondisi pasar yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelian kembali tersebut. Kondisi tersebut terdiri dari kondisi pasar normal dan kondisi pasar berpotensi krisis. Pada kodisi pasar normal berlaku peraturan Bapepam-LK XI.B.2 sedangkan dalam kondisi pasar berpotensi krisis berlaku ketentuan XI.B.3. Dimana ketentuan buy back saham pada pasar berpotensi krisis diberikan lebih banyak kelonggaran dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan pada kondisi pasar normal.

Pada tanggal 9 Oktober 2008, Bapepam-LK menerbitkan peraturan No. XI.B.3 tentang Pembelian Kembali Saham yang dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berpotensi Krisis. Kondisi ini didefinisikan dimana indeks harga saham gabungan (IHSG) pada BEI mengalami penurunan yang signifikan dalam jangka waktu paling kurang 20 (dua puluh) hari bursa akibat kondisi perekonomian yang tidak mendukung pergerakan harga pasar efek yang wajar dan dapat bersifat sistemik. Angka 15 Peraturan No. XI.B.3 menyatakan kondisi sebagaimana dimaksudkan tersebut ditetapkan oleh Bapepam-LK. Pada kenyataanya Bapepam-LK tidak pernah mengeluarkan penetapan lebih lanjut mengenai kondisi yang didefinisikan tersebut, namun dengan diterbitkannya peraturan ini maka Bapepam-LK menyatakan bahwa pasar modal Indonesia tengah berada pada kondisi yang berpotensi krisis.

Pembelian kembali saham di Indonesia pada Oktober 2008, dimana saat itu kondisi pasar berpotensi krisis, tidak dipengaruhi oleh kondisi harga saham yang

undervalued maupun faktor levrage perusahaan. Akan tetapi lebih dipengaruhi oleh

adanya free cash flow (arus kas bebas) yang dimiliki oleh perusahaan . Sedangkan menurut Ikenberry dan Vermaelen (1995), dalam penelitiannya mengatakan bahwa para manajer seringkali berargumentasi bahwa keputusan membeli kembali saham itu seringkali dipengaruhi oleh adanya kepercayaan mereka bahwa saham perusahaan mereka berada pada kondisi undervaluation.

II. KESIMPULAN

Restrukturisasi dan reorganisasi merupakan salah satu kebijakan perseroan yang dapat diambil untuk memenuhi tuntutan agar perseroan lebih kompetitif

(9)

Mufidah, Buy Back Saham… ISSN: 1412-5366

JEAM Vol XII No. 1/2013 30

sehingga perseroan dapat bertahan dan terus berkembang. Restrukturisasi dan regorganisasi perseroan dapat dilakukan antara lain dengan cara penggabungan, peleburan, pengambilalihan, kompensasi piutang, pemisahan, penambahan dan pengurangan modal serta pembelian kembali saham. Pembelian kembali saham (buy

back saham) adalah bagian dari strategi financial dan harus ditujukan sesuai dengan

hal tersebut.

Buy back saham menjadi alternatif kebijakan yang layak dipertimbangkan

dengan berbagai nilai positif yang akan diperoleh perusahaan dari pelaksanaan buy

back saham tersebut. Meskipun masih ada kemungkinan akan terjadi hal-hal negatif

yang bisa saja muncul dari pelaksanaan tindakan tersebut. Misalnya creditor’s

interest dan trafficking in shares and rigging of prices yang sudah dijelaskan pada

bagian sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E.F, and Daves, P.R. 2006. Intermediate Financial Management. 8th Edition. Thomson. South Western.

Emiten Bursa Pelaksana Buy Back. 2008. Harian Kontan, 19 Desember 2008. H. 6. Evans.,John P., Robert T, and Gentry, J.A., 2003. Decision to Repurchase Shares : A

Cash Flow Story. Journal of Business And Management 9 (2): 99-123.

Ikenberry, D., Lakonishok, J and Vermaelen, T. 1995. Market Underreaction to Open Market Share Repurchases. Journal of Financial Economics 39 : 181-208

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari terjadinya pembahasan masalah yang terlalau luas dan keterbatasan waktu penelitian, maka peneliti membatasi masalah pada pengaruh antara struktur

Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai χ 2 yang

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan indikator ROA, jika indikator tersebut dihubungkan dengan indikator yang memberikan kontribusi

Namun demikian, ELA dapat membantu untuk mengidentifikasi daerah yang dimanipulasi jika gambar asli memiliki tingkat kualitas lain dengan daerah disalin, adapun

Ha1 = Diduga terdapat pengaruh antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA dan EPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan

Setelah program sistem pakar dibuat dan diuji pada emulator, maka siap untuk diimplementasikan pada PDA, dengan melakukan sinkronisasi PC dan PDA sehingga informasi yang disimpan

Hasil analisis matriks IFAS yang disajikan dalam Tabel 3.3 dapat dijelaskan bahwa diantara faktor-faktor strategi internal, skor tertinggi untuk faktor

Tangga besi harus disediakan dan dipasang pada bendung dan bangunan lain sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Tangga besi terbuat dari besi bulat diameter 19. Besi