• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LAHAN KRITIS DENGAN BUDIDAYA SENGON MELALUI SISTEM BAGI HASIL DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LAHAN KRITIS DENGAN BUDIDAYA SENGON MELALUI SISTEM BAGI HASIL DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

¹Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya ²Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya

PEMANFAATAN LAHAN KRITIS DENGAN BUDIDAYA SENGON MELALUI SISTEM BAGI HASIL DI DESA TANJUNGSARI

KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS ¹H. Nedi Sunaedi Drs., M.Si (nedi_pdil@yahoo.com) ²Nenden Setia Astuti (nendensetia888@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK

NENDEN SETIA ASTUTI. 2015. “Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis”. Latar belakang penelitian ini adalah pemanfaatan lahan kritis di area yang rawan terjadinya erosi. Dalam pemanfaatannya pemerintah dan masyarakat memanfaatkan lahan tersebut agar kelestariannya dapat terjaga sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tanjungsari yang termasuk kategori daerah IDT, yaitu Inpres Desa Tertinggal. Mengingat keadaan lahan tidak cocok untuk pertanian sehingga dalam pemanfaatannya pemerintah dan masyarakat melakukan budidaya tanaman hutan yaitu budidaya sengon. Dalam melakukan budidaya sengon pada lahan kritis milik pemerintah yang digarap masyarakat, terdapat mekanisme sistem bagi hasil yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah. Namun, terdapat pula faktor-faktor penghambat dalam sistem bagi hasil.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pemanfaatan lahan kritis di Desa Tanjungsari (2) Bagaimana mekanisme sistem bagi hasil di Desa Tanjungsari (3) Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam sistem bagi hasil di Desa Tanjungsari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, studi literatur, dokumentasi dan analisis data. Sampel penelitian yang dilakukan teknik jenuh dan padat dalam penelitian ini adalah 40 masyarakat petani sebagai responden yang berpartisipasi dalam sistem budidaya sengon melalui sistem bagi hasil dan Judgement Sampling adalah informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Tanjungsari.

Hasil penelitian menunjukkan:

1. Adanya upaya pemanfaatan lahan kritis oleh pemerintah dan masyarakat yaitu dengan penanaman kaliandra, pembagian lahan dan budidaya sengon.

2. Terdapat mekanisme sistem bagi hasil budidaya sengon antara masyarakat dengan pemerintah Desa Tanjungsari dimana dari budidaya sengon 10% hasil panen diberikan kepada pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur desa.

3. Dan terdapat faktor-faktor penghambat dalam sistem bagi hasil yang dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya sengon, buruknya aksesibilitas sarana dan prasarana, kurang tercukupinya modal dalam pembudidayaan sengon, terdapat hama dan penyakit yang menyerang pada sengon dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam upaya peningkatan infrastruktur sarana dan prasarana di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa.

(2)

2 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

ABSTRACT

NENDEN SETIA ASTUTI. 2015. “The Utilization of Degraded Land by Sengon Cultivation through Profit Sharing System in Tanjungsari Region Rajadesa Subdistrict Ciamis Regency”. The background of this research is the utilization of degraded land in an area which is prone to erosion. In this utilization people and government use the land to keep its sustainability and to improve people’s welfare in Tanjungsari region which is the part of IDT land, it isInstruction Rural Disadvantaged. Since the land is not suitable for farming so that in this utilization the government and people do cultivation on forest plant called sengon. In doing sengon cultivation on degraded land owned by the government worked by the people, there is a profit sharing system that occurs between the people and the government. However, there are also obstacle factors in this profit sharing system.

The problems studied in this research are :(1) How the utilization of degraded land in Tanjungsari region (2) How the mechanism of profit sharing system in Tanjungsari region (3) What obstacle factors they are that distract profit sharing system in Tanjungsari region.

The method used in this research is descriptive quantitative method by using observation, interview, study literature, documentation study, and data analysis to collect the data. Sampling of saturated and solid technique is used in this research to get the sample, they are 40 farmers as the respondents that participate in this sengon cultivation system through profit sharing system and Judgement Sampling is information obtained from the headman of Tanjungsari region.

The result of this research show :

1. There are the utilization of degaraded land carried out by the government and people by planting kaliandra, division of land, and sengon cultivation.

2. There is profit sharing system between people and the government of Tanjungsari region in which it is 10% out of the harvest from sengon cultivation given to the government of Tanjungsari region to improve village infrastructure.

3. And the obstacle factors in profit sharing system are caused by the lack of people’s knowledge about sengon cultivation, the poor accessibility of facilities and infrastructure, the lack of fund to carry out sengon cultivation, plant disease and infection that attack sengon and the lack of people’s awareness in improving infrastructure and facilities in Tanjungsari region.

Keywords: Utilization of degraded land, sengon cultivation, profit sharing system.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelestarian hutan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang sering kali menjadi topik penting. Terkait dengan merambahnya topik tersebut sering dikaitkan dengan sejumlah masyarakat yang berada di sekitar hutan yang kekurangan pangan, yang berakibat pada penebangan pohon secara liar di hutan sehingga berdampak pada timbulnya suatu kerusakan yang dapat menimbulkan berbagai masalah.

(3)

3 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan, akan tetapi ketersediaan lahan tidak akan bertambah bahkan akan cenderung semakin menyempit. Oleh karena itu perlu dioptimalisasi produktivitas lahan dan hutan dalam menghasilkan pangan, energi dan mengkonservasi air dengan cara memanfaatkan hutan untuk mendukung pada ketahanan pangan masyarakat khususnya di sekitar hutan tanpa menimbulkan gangguan kerusakan hutan.

Di wilayah Kabupaten Ciamis masih memiliki berbagai macam lahan yang belum optimal dalam pengelolaannya, sehingga tidak berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat sekitar. Hal ini dapat terlihat khususnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis, dimana di daerah tersebut masih banyak terdapat banyak lahan.

Lahan tersebut dikatakan lahan kritis dimana telah terjadi erosi sehingga mengakibatkan keadaan tanah kurang produktif dari segi pertanian, hal ini karena telah hilangnya lapisan tanah bagian atas. Lahan-lahan tersebut banyak ditumbuhi semak belukar ataupun rumput ilalang.

Keberadaan lahan di Desa Tanjungsari tersebut kurang terawat dan terpelihara terutama oleh masyarakat setempat, sehingga terkesan menjadi lahan yang terlantar. Dalam rangka mencari solusi alternatif untuk mencegah kerusakan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka solusi yang relatif cocok dilakukan adalah dengan penanaman pohon yaitu dengan program budidaya sengon. Budidaya sengon selain dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat

memperbaiki/mempertahankan kesuburan lahan.

Budidaya sengon dimanfaatkan oleh pemerintah Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa, dimana desa tersebut memiliki area lahan kritis milik pemerintah yang terlantar yang digarap masyarakat setempat memanfaatkan dengan budidaya sengon. Permintaan kayu sengon yang semakin meningkat setiap tahunnya, baik untuk pasar lokal maupun

(4)

4 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

pasar regional. Kayu sengon merupakan bahan mentah yang mudah diaplikasikan untuk berbagai keperluan yaitu untuk bangunan rumah.

Menanam dan memelihara sengon dapat dikatakan hal yang mudah, masyarakat Indonesia khususnya di daerah dan di desa-desa secara turun temurun menanam dan membudidayakan pohon ini secara tradisional. Biasanya mereka melakukan penanaman dan pemeliharaan hingga mencapai tinggi sekitar 2 meter, karena dengan tinggi pohon sengon tersebut, resiko terhadap gangguan hewan seperti kambing bisa ditanggulangi dan biasanya setelah mencapai setinggi itu masyarakat biasanya membiarkan sengon tersebut tumbuh seadanya secara alami. Dalam hal ini dapat diartikan dengan tidak adanya perlakuan yang khusus dan perawatan yang teratur. Karakteristik daya hidup sengon dapat dikatakan bisa tumbuh dengan sendirinya, tidak memerlukan tanah yang subur maupun tidak memerlukan banyak air.

Sengon dapat ditanam di daerah yang curam atau tebing. Hal ini jelas menguntungkan mengingat harga tebing yang biasanya jauh lebih murah, sehingga investasi terhadap budidaya sengon tersebut dapat meningkatkan pola fikir masyarakat tentang pemanfaatan lahan yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat.

Lahan kritis yang ditanami dengan budidaya sengon dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat guna melaksanakan program pemerintah daerah Desa Tanjungsari untuk melaksanakan sistem bagi hasil, yang hasilnya diperuntukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana daerah tersebut. Hal ini karena Desa Tanjungsari merupakan salah satu daerah IDT yaitu Inpres Desa Tertinggal.

Hasil di lapangan tidak semulus apa yang diharapkan, seiring dengan proses pelaksanaan dan pertumbuhan sengon. Dalam kurun waktu tertentu memungkinkan adanya penghambat dari pelaksanaan sistem bagi hasil, hal ini dikarenakan terjadi gangguan dalam pertumbuhan sengon sendiri yang disebabkan oleh faktor fisikal seperti aksesibilitas, modal ataupun faktor biologis terutama gangguan hama atau penyakit pada sengon, serta alasan

(5)

5 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

lain yaitu faktor sosial penghambat proses bagi hasil yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan program pemerintah dengan sistem bagi hasil tersebut.

Terhambatnya sistem bagi hasil di Desa membuat pemerintah kesulitan untuk meningkatkan infrastruktur umum karena sistem bagi hasil yang dilakukan sebenarnya diperuntukkan dalam peningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur umum contohnya dalam membantu upaya relokasi rumah warga yang rawan longsor.

Meskipun dalam pelaksanaan program sistem bagi hasil menghadapi permasalahan. Akan tetapi program pemerintah dalam pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya sengon melalui sistem bagi hasil masih tetap dilaksanakan, walaupun pemerintah desa memberikan kelonggaran akan bagi hasil yang terjadi.

2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(1) Bagaimana upaya pemanfaatan lahan kritis di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

(2) Bagaimana mekanisme sistem bagi hasil yang terjadi di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

(3) Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam sistem bagi hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sumaatmadja (1988:115) adalah mengolah dan menginterpertasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik, dikenal juga sebagai metode analisa statistik. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik studi literatur, observasi lapangan,

(6)

6 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

wawancara, dan dokumentasi. Pada instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah pedoman observasi lapangan dan wawancara.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat petani di Desa Tanjungsari tepatnya yang memanfaatkan lahan kritis dengan budidaya sengon melalui sistem bagi hasil di Desa Tanjungsari.

Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah teknik sampling jenuh dan padat. Menurut Nasution (2012:100) sampling jenuh dan padat adalah sampling itu dikatakan jenuh (tuntas) bila seluruh populasi jadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat petani lahan kritis dengan budidaya sengon melalui sistem bagi hasil di Desa Tanjungsari.

Selain itu, penelitian ini melakukan teknik Judgement Sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Yang menjadi sampel pada teknik

Judgement Sampling adalah Kepala Desa Tanjungsari.

C. PEMBAHASAN

Deskripsi Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis merupakan salah satu desa yang termasuk daerah IDT yaitu Inpres Desa Tertinggal. Dimana merupakan salah satu desa yang masih minimnya infrastruktur umum bagi masyarakat. Selain membutuhkan pembangunan infrastruktur umum, masyarakat sebagai penduduk yang mendiami daerah, Desa Tanjungsari masih membutuhkan bantuan dalam peningkatan perekonomian dan pembangunan lainnya.

Menurut penuturan Kepala Desa Tanjunggsari Bapak Emor Ma’mur, Desa Tanjungsari merupakan daerah sekitar hutan atau yang biasa disebut “leuweung”. Pada awalnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, masyarakat yang berada di sekitar hutan menebang pohon secara liar sehingga berdampak pada timbulnya suatu kerusakan yang dapat menimbulkan berbagai masalah.

(7)

7 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

Lahan yang sudah tidak ditumbuhi pohon besar sebagai pengikat air membuat masalah pada saat musim hujan yaitu terjadinya longsor Sehingga permasalahannya dapat berdampak pada pemerintah dan masyarakat akibat kerusakan lingkungan.

Lahan yang telah kehilangan lapisan tanah bagian atas karena telah tererosi kurang cocok diperuntukkan dalam segi pertanian. Lahan yang telah kritis tersebut bahkan masih terancam tanah longsor. Dalam pemanfaatan lahan di daerah rawan bencana longsor solusi alternative yang cocok dilakukan adalah budidaya sengon. Dalam pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya sengon, ditanggapi baik oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini terlihat dari ikut peran serta masyarakat dalam penanaman budidaya sengon.

Tujuan pemerintah desa selain dalam mengoptimalkan keadaan lahan serta ikut berperan membantu perekonomian masyarakat, sehingga secara tidak langsung pemerintah Desa Tanjungsari telah ikut berperan memajukan daerah.

Lahan kritis yang ditanami dengan budidaya sengon dimanfaatkan pemerintah dengan melakukan sistem bagi hasil, yang diperuntukkan untuk meningkatkan infrastruktur umum di daerah tersebut. Hal ini karena Desa Tanjungsari merupakan salah satu daerah Inpres Desa Tertinggal.

Meskipun dalam pelaksanaannya masyarakat yang mengelola lahan kritis dengan budidaya sengon terkesan tidak ikut berpastisipasi tetapi sistem bagi hasil tetap dilaksanakan dengan memberikan kelonggaran akan bagi hasil yang terjadi. Sehingga lahan-lahan kritis milik pemerintah Desa Tanjungsari tidak terlantar keberadaannya karena masih digarap oleh masyarakat dengan budidaya sengon.

1. Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon

Menurut penuturan Kepala Desa Tanjungsari pada awalnya pemanfaatan lahan kritis ditanami tanaman kaliandra. Kaliandra merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kategori semak belukar. Kawasan lahan kritis ditanami kaliandra dengan tujuan agar dapat

(8)

8 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

mengkonservasi lahan kritis sehingga meminimalkan dampak terjadinya erosi.

Dinilai belum optimal penggunaannya bagi masyarakat, pemerintah Desa Tanjungsari memberikan kesempatan kepada masyarakat petani untuk mengolah lahan tersebut.

Pada awalnya pembagian lahan di Desa Tanjungsari seluas 1.200 bata digarap oleh 40 masyarakat, itu artinya :

= 30 bata/KK

Itu artinya setiap 1 Kepala Keluarga memperoleh 30 bata lahan kritis untuk digarap oleh masyarakat petani. Namun menurut penuturan Kepala Desa seiring berjalannya waktu dan perkembangan akan kebutuhan lahan, pembagian lahan di Desa Tanjungsari tidak merata hal tersebut dikarenakan ada beberapa Kepala Keluarga yang memperluas lahan garapan dan adapun yang mengalami penyempitan lahan akibat adanya relokasi lahan bencana longsor.

Dalam pemanfaatan lahan kritis dan upaya konservasi lahan kritis, seluruh masyarakat ikut serta dalam budidaya sengon. Dengan budidaya sengon selain mampu mengkonservasi lahan kritis tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sengon merupakan pohon penghasil kayu yang memiliki nilai ekonomi serta dapat tumbuh pada keadaan lahan yang kritis sekalipun.

Berikut merupakan cara masyarakat dalam pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya sengon :

(1) Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan dilakukan untuk membersihkan lahan dari tanaman kaliandra dan tanaman pengganggu lainnya sehingga dalam penanamannya pertumbuhan sengon dapat optimal.

(2) Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan penyengkedan garis kontur, agar jarak sengon ke sengon lain dapat teratur. Pengolahan

(9)

9 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

tanah dilakukan dengan pecangkulan agar keadaan tanah tidak terlalu padat dan bongkahan tanah dapat tercampur dengan rata.

(3) Pembuatan Lubang

Pembuatan lubang dilakukan sebelum melakukan penanaman, pembuatan lubang dibuat sedalam 20-30 cm. (4) Penyiapan Bibit Sengon

Bibit sengon yang dipilih adalah bibit sengon yang baik dengan ciri-ciri seperti keadaan batang yang baik/tidak rusak, daunnya berwarna hijau dan lebat serta tidak terserang hama atau penyakit pada sengon.

Kemudian sengon yang telah disiapkan sebelum ditanam akan dibiarkan terlebih dahulu dan dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menjaga kebersihan sengon sehingga terhindar dari hama atau penyakit dan dapat beradaptasi dengan kondisi lahan.

(5) Penanaman

Penanaman dilakukan setelah hujan mulai turun sehingga keadaan tanah segar dengan air hujan serta bibit sengon telah beradaptasi dengan tempat tumbuhnya.

(6) Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan agar dalam pertumbuhan sengon dapat optimal. Pemeliharaan sengon dilakukan sebagai berikut :

a. Pemupukan

Pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan sengon yang baik adalah berupa pupuk organik atau yang biasa disebut dengan pupuk kandang.

b. Penyulaman dan penyiangan

Penyulaman dan penyiangan dilakukan untuk memantau bibit sengon yang telah mati dengan bibit baru.

(10)

10 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

Untuk meminimalkan dampak buruk dari pertumbuhan sengon yang tumbuh, masyarakat memantau tanaman sengon yang tumbuh.

(7) Panen

Dengan aksesibilitas yang buruk biasanya petani menjual hasil panen tersebut ke tengkulak/bandar yang langsung melihat kondisi kayu sengon sehingga dapat langsung menentukan harga dari kualitas jenis kayu hasil panen.

2. Mekanisme Sistem Bagi Hasil

Status lahan yang dirap dengan budidaya sengon merupakan status kepemilikan pemerintah Desa Tanjungsari. Desa Tanjungsari yang merupakan daerah IDT yaitu Inpres Desa Tertinggal memanfaatkan budidaya sengon yang dilakukan masyarakat dalam sistem bagi hasil yang diperuntukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur umum.

Sistem bagi hasil yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat desa adalah dari keseluruhan budidaya sengon 10% diberikan kepada pemerintah Desa Tanjungsari dalam meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur umum contohnya dalam membantu upaya relokasi rumah warga yang rawan longsor.

Dalam pelaksanaannya masyarakat yang mengolah lahan kritis dengan budidaya sengon terkesan tidak ikut berpastisipasi dalam sistem bagi hasil. Tetapi dalam pelaksanaan pengolahan pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya sengon masih tetap dilaksanakan.

Tujuan pemerintah Desa Tanjungsari sebagai pemilik tanah hanya terkesan sebagai penyedia lahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun dalam Undang-Undang Perjanjian Bagi Hasil tetapi pemerintah sebagai pemilik tanah tidak melakukan semena-mena pembatalan pemanfaatan tersebut. Pemerintah Desa Tanjungsari bahkan memberikan kelonggaran akan bagi hasil yang terjadi.

(11)

11 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

3. Faktor-faktor Penghambat dalam Sistem Bagi Hasil

Dalam pelaksanaannya pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya sengon melalui sistem bagi hasil mengalami hambatan diantaranya : a. Pengetahuan

Pengetahuan masyarakat tentang budidaya sengon masih terbilang belum kompeten, hal ini terlihat dalam proses penanaman dan pemeliharaan yang masih secara tradisional serta turun-temurun. Pola fikir masyarakat tentang budidaya sengon yang mudah membuat masyarakat biasanya membiarkan sengon tersebut tumbuh seadanya tumbuh secara alami dengan mengandalkan alam.

b. Modal

Modal yang digunakan dalam penanaman sengon digunakan dari awal pengelolaan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemupukan, perawatan. Masyarakat dalam budidaya sengon masih menanggung sendiri resiko modal itu berasal dari uang sendiri atupun sumber-sumber lain seperti keluarga atau kerabat dan sumber-sumber lainnya.

c. Aksesibilitas

Aksesibitas di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis sebenarnya jarak antara lokasi budidaya sengon tidak jauh dengan pusat Kecamatan Rajadesa, namun akses jalan yang buruk sangat menghambat transportasi, yaitu apabila masyarakat dalam memperoleh bibit sengon dan pengangkutan langsung hasil panen akan merasakan kesulitan.

Sulit terjangkaunya masyarakat untuk langsung memasarkan hasil panennya, memaksa masyarakat untuk langsung menjual ke tengkulak/bandar sehingga membuat nilai ekonomi sengon yang relatif kecil.

(12)

12 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

d. Hama atau Penyakit pada Sengon

Faktor lingkungan fisik (faktor biotik) yang disebabkan karena adanya penyakit hutan yang membuat pertumbuhan sengon terhambat. Penyakit hutan ini berupa gangguan hama yang dapat menimbulkan kerugian yaitu dapat mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kayu sehingga menimbulkan kematian pada tanaman sengon siap panen, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas kayu sehingga berakibat menurunnya terhadap harga jual sengon.

e. Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam menjalankan program pemerintah dengan sistem bagi hasil membuat program sistem bagi hasil terhambat.

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

a. Dalam upaya pemanfaatan lahan kritis di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa salah satu diantaranya yaitu : penanaman kaliandra, pembagian lahan dan budidaya sengon.

b. Dalam pemanfaatan lahan kritis tersebut terdapat suatu mekanisme sistem bagi hasil yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintahan di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

c. Terjadi penghambat dalam sistem bagi hasil yaitu : pengetahuan, modal aksesibititas, hama atau penyakit pada sengon dan kesadaran masyarakat.

2. Saran

a. Kepada masyarakat petani perlu memperdalam pengetahuan tentang budidaya sengon, agar dapat meningkatkan kualitas kayu yang nantinya akan memiliki nilai ekonomis.

(13)

13 | H. Nedi Sunaedi dan Nenden Setia Astuti

Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Budidaya Sengon melalui Sistem Bagi Hasil di Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

b. Kepada pemerintah Desa Tanjungsari diharapkan dapat meningkatkan

aksesibilitas sehingga memudahkan dimana masyarakat dalam pergerakannya/aktivitasnya.

c. Dalam peningkatan perkembangan ekonomi, masyarakat dan

pemerintah harus bekerjasama sehingga dapat memberikan

kenyamanan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S (2012) Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Rukmana, Rahmat (1995) Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis :

Yogyakarta : Kanisius.

Saragih, Djaren (1984) Pengantar Hukum Adat Indonesia. Bandung : Tersito. Siregar, Iskandar Z (2008) Prospek, Bisnis, Budi Daya, Panen dan Pascapanen

Kayu Sengon. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sumaatmadja, Nursid (1988) Studi Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi yang dimaksud adalah dengan penerapan tematik akan memperkuat fungsi ruang yang ingin diciptakan sehingga dengan melihat ruang tersebut dengan adanya tematik maka pengguna

Pada perancangan ruang tunggu Bandar udara Jendral Ahmad yani, penulis menyediakan area foto yang terinspirasi dari gaya foto kaum Hypebeast dan Millenial¸ yakni baik

Dari audit kualitas pembelajaran diketahui perusahaan telah memiliki dasar yang baik untuk menjadi perusahaan pembelajar namun karyawan menginginkan pencapaian yang lebih baik

Untuk mengamati trikoma (daun durian, daun waru, daun jarak hutan) ambillah daun yang telah disediakan, lalu kerik bagian atas daun dengan menggunakan silet!. Usahakan

Guru jurusan geografi begitu juga dengan mata pelajaran yang lain. Ketika ada kebijaksanaan yang.. mengharuskan adanya keterpaduan pada beberapa mata pelajaran yang

Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan menginjeksikan arus listrik di permukaan bumi melalui

Untuk mengetahui usaha yang telah di tempuh oleh pekerja sosial dalam meningkatkan sikap toleransi antara lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha

Berdasarkan hasil pengamatan sumberdaya alam di Pantai Nyalo, pantai ini memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan.Panorama bukit-bukit