• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

1.1.1 Pembelajaran (IPS) SD

IPS lahir dari keinginan dari para pakar pendidikan untuk “membekali” para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. Perkembangan seperti itu kelak dapat membawa berbagai dampak yang luas. Akibat terlalu luasnya dampak yang terjadi maka lahirlah masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Para siswa akan menghadapi masalah tersebut, oleh karena itu siswa perlu pemahaman tentang tantangan yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang. Mereka harus mampu memadukan informasi dari ilmu-ilmu sosial, alam dan humaniora. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya “IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya (Suradisastra, D, dkk: 1992: 4)”.

Menurut Sumantri (2001: 89) “IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomeklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan”. Lain halnya dengan Widiarto & Suwarso (2007: 1) “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humanoria”. IPS merupakan mata pelajaran tentang kehidupan sosial yang berdasarkan bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penelitian ini adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin supaya siswa menjadi manusia yang berakhlak baik terhadap sesama, bertanggung

(2)

jawab, dan dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan problematika dikehidupannya.

Sifat dasar dari Ilmu Pengetahuan Sosial apabila dilihat dari siswanya adalah sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda untuk belajar ke arah positif. Alma, Buchari (2003:105) mengemukakan bahwa:

“Generasi muda yang terdidik merupakan generasi yang diharapkan dapat melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa dan negara. Di pundak merekalah kepemimpinan dan perjuangan masa depan bangsa diletakkan. Merekalah yang akan membawa bangsa ini kepada kemajuan dan pencaturan dunia”. Langkah untuk menciptakan generasi yang terdidik inilah tugas guru melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, hakekat mata pelajaran IPS dalam penelitian ini adalah mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi zaman sekarang (modern) dan prinsip-prinsip dasar serta sistem nilai yang dianut masyarakat guna membina kehidupan masyarakat yang lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya.

Menurut Alma, Buchari (2010: 6) “tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat”. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, “tujuan mata pelajaran IPS di SD supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,

3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta

(3)

4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global”.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, tujuan dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar dalam penelitian ini adalah untuk memperkaya dan mengembangkan potensi siswa, kemampuan dasar (berpikir logis dan kritis dalam memecahkan suatu masalah), kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai”.

Menurut Komalasari, K (2010:3) mengemukakan “pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan Sagala, S (2003:61) mengartikan “pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yang dimaksud dengan pembelajaran IPS di sekolah dasar dalam penelitian ini adalah suatu proses atau kegiatan dua arah dalam suatu pembelajaran di kelas untuk menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat menguasai tiga

(4)

aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang akhirnya dapat menjadikan siswa sebagai warga negara yang cinta damai.

Dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan bagi siswa kelas V SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan (Peraturan Pemerintah RI No. 222 tahun 2006 tentang Standar Isi)

1.1.2 Pendekatan Inkuiri

Banyak usaha yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang ada. Guru harus pandai dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang ada, hal ini dikarenakan banyaknya jenis pendekatan pembelajaran. Jenis-jenis pendekatan pembelajarannya antara lain quantum learning, pembelajaran PAKEM, eskpositori, inkuiri, pembelajaran berbasis masalah (PBM), kooperatif, dan contextual teaching and learning (CTL). Masing-masing pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda.

Dalam penelitian yang akan dilakukan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri. Dalam pembelajaran pendekatan inkuiri, belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki (Hamruni, H. 2012:174). Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman maka akan

(5)

semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh. Pembelajaran pendekatan inkuiri mengarahkan siswa kepada proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh bukan hanya perkembangan intelektual tetapi juga mental dan emosionalnya. Hal ini sesuai dengan materi dalam mata pelajaran IPS yang lebih banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini juga menekankan pada pengetahuan yang disusun sendiri oleh siswa melalui kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan oleh guru, sehingga makna dari pembelajaran akan lebih terekam lebih lama dalam otak siswa.

Menurut Nanang dan Cucu (2009) mengemukakan “pendekatan inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku”. Pendekatan inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis.

Siswa dibagi ke dalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru. Menurut Hamruni (2012:132) pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang dipertanyakan. Hamruni (2012:133) menyatakan ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:

1. Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

(6)

3. Tujuan dari pendekatan inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Jadi, pendekatan inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) untuk bertindak aktif melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis guna untuk mencari jawaban dan menarik kesimpulan atas masalah-masalah yang dihadapinya sehingga menemukan sesuatu.

Menurut Mulyasa, E (dalam Siti, 2009), langkah-langkah pendekatan inkuiri sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan 2. Merumuskan masalah yang ditemukan 3. Merumuskan hipotesis

4. Merancang dan melakukan eksperimen 5. Mengumpulkan dan menganalisis data

6. Menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab.

Menurut Sund dan Trowbridge (dalam Hamruni, 2012:144-145) ada 3 macam pendekatan inkuiri berdasarkan besar bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya, yaitu :

1. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu suatu pendekatan inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap awal, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

2. Inkuiri yang Dimodifikasi (Modified Inquiry)

Pendekatan ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Selain itu, guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya

(7)

memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.

3. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)

Pada pendekatan ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang yang dipelajari dan dipecahkan. Salah satu keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menurut Suwiji, B (2010) adalah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan

(8)

mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Jadi langkah-langkah pendekatan inkuiri adalah: 1. Orientasi

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

3. Merumuskan masalah yang ditemukan 4. Merumuskan hipotesis

5. Merancang dan melakukan eksperimen 6. Mengumpulkan dan menganalisis data

(9)

7. Menarik kesimpulan

1.1.3 Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak lanjut. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses kegiatan evaluasi belajar terhadap siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar yang menjadi bukti dari usaha yang telah mereka lakukan. Menurut Hamalik (2002:155) “hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan”.

Menurut Benjamin Bloom dalam Sagala, S (2003: 33-34) ada 3 domain (ranah) hasil belajar, antara lain:

1) Domain kognitif

Mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,dan penilaian.

2) Domain afektif

Mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi 5 macam kemampuan yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri.

3) Domain psikomotor

Mencakup kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskurtif (isyarat).

Hasil belajar siswa dapat dilaporkan oleh guru, apabila guru sudah melakukan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi dalam pembelajaran ada dua yaitu evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Menurut Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012: 18) “evaluasi proses adalah evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung”. Selanjutnya di bagian lain Wardani Naniek Sulistya dan

(10)

Slameto (51) juga mengungkapkan bahwa “evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan”. Mendasarkan dua pendapat Wardani NS, maka evaluasi hasil belajar mencakup evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar itu sendiri.

Menurut Sudjana, N (2011: 22) mengatakan bahwa “hasil belajar terdiri dari (a) ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita”. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang diperoleh siswa, untuk itu perlu dilakukan evaluasi atau penilaian. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa

“penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah”.

Penilaian yang dimungkinkan digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

2. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

3. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

(11)

pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran. Pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012, 47) adalah kegiatan atau

(12)

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakan alat penilaian hasil belajar sebagai berikut:

1. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan

secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar

kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian kompetensi pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3. Penilaian kompetensi keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan

(13)

pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

Teknik penilaian dibagi menjadi 2, yakni teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik Tes

Menurut Wardani Naniek Sulistya, 2012: 142) “tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama”. Sedangkan menurut Sudjana, N (2011: 35) “tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, dan perbuatan”. Menurut Poerwanti Endang (2008: 4-9) jenis-jenis tes yaitu:

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1.Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk lisan. Biasanya hasil dari tes lisan tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen yang lain.

2.Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya misalnya tes formatif. 3.Tes Tindakan

Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor misalnya unjuk kerja.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1) Tes esei (essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2) Tes jawaban pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

(14)

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3) Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2.Teknik Non Tes

Teknik non tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Menurut Djemari, M (2007: 31) ada beberapa macam teknik non tes antara lain:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara dan spontan.

3. Angket

Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif.

4. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes), sebagai akhir atau puncak dari suatu kegiatan pembelajaran.

1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Agus Aris (2012) dengan judul penelitian penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV

(15)

semester 2 SDN 3 Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan dari nilai rata-rata 58,5 dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA IV nilai rata-ratanya menjadi 82.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Anggitya C. (2012) dengan judul penelitian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri kelas II SD Kristen Satya Wacana semester II tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran IPA kelas II SD Kristen Satya Wacana semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan dari nilai rata-rata 70,94 dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA IV nilai rata-ratanya menjadi 92,2.

Berdasarkan kedua penelitian yang ada, keduanya menghasilkan penelitian yang sama bahwa peningkatan hasil belajar siswa dapat diupayakan dengan menggunakan pendekatan inkuiri.

1.3 Kerangka Berpikir

Pada prinsipnya pendekatan inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) untuk bertindak aktif melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis guna untuk mencari jawaban dan menarik kesimpulan atas masalah-masalah yang dihadapinya sehingga menemukan sesuatu. Sedangkan hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes), sebagai akhir atau puncak dari suatu kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SD dalam proses pembelajaran guru tidak menggunakan metode yang menarik sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah daripada mata pelajaran lainnya. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari

(16)

nilai ulangan harian dari siswa yang berjumlah 42, baru 25 siswa yang mencapai nilai KKM. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPS. Apabila dalam penggunaan model ini dilakukan efektif maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

Langkah-langkah pendekatan inkuiri: 1. Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

3. Merumuskan masalah yang ditemukan 4. Merumuskan hipotesis

5. Mengumpulkan informasi dari video pembelajaran dan menyimak 6. Menganalisis data

7. Menarik kesimpulan

Kerangka berpikir dalam penelitian dapat dilihat pada skema di bawah:

(17)

Gambar 2.1 Sistematika Kerangka Pikir Pendekatan pembelajaran konvensional/ceramah Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Hasil belajar siswa < KKM Observasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi “perjuangan

mempertahankan kemerdekaan”

Merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

Mendiskusi tentang rumusan jawaban tentang “perjuangan mempertahankan kemerdekaan”

Merumuskan masalah yang ditemukan

Mengumpulkan informasi dan menyimak dari video pembelajaran tentang materi “perjuangan mempertahankan kemerdekaan”

Tes formatif

Menarik kesimpulan tentang materi “perjuangan mempertahankan kemerdekaan” Siswa merumuskan masalah Siswa menjawab Siswa merumuskan jawaban Siswa menyimak Siswa membuat kesimpulan Siswa berdiskusi Siswa memperhatikan Skor tes Skor observasi Hasil belajar siswa ≥ KKM

(18)

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, penulis mengambil hipotesis tindakan sebagai berikut “Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Salatiga 02 Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014”.

Gambar

Gambar 2.1 Sistematika Kerangka Pikir  Pendekatan pembelajaran konvensional/ceramah Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Hasil belajar siswa &lt; KKM Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan menggunakan metode alpha test dan beta test , partisipan pengujian ini ialah pengguna sistem informasi pembayaran SPP SMK Insan Mulia yakni super

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan

yang terlalu pendek kurang dari 85 hari akan memperpendek panjang laktasi yang berakibat kepada berkurangnya jumlah produksi susu pada laktasi yang sedang berjalan

penulis angkat yaitu terletak pada tema interaksi sosialnya. Tetapi yang membedakan yaitu dalam penelitian ini berfokus pada pola interaksi sosial pasca konflik yang

Dari penguraian di atas, dapat dipahami bahwa Sistem pemasaran produk di Koperasi KBIH Uswah adalah rangkaian kegiatan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi pemikiran dan

Pada MK 2001, isolat bakteri Xoo yang berasal dari tanaman padi stadium anakan dan pembungaan didominasi oleh patotipe bakteri Xoo kelompok VIII, sedangkan isolat bakteri Xoo

1.2 Program ini dikhususkan untuk melatih bakal guru di Institut Pendidikan Guru (IPG) yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia dalam pelbagai

Usecase Diagram digunakan untuk menggambarkan fitur apa saja yang dibuat pada sistem klasifikasi ketepatan waktu kelulusan mahasiswa Program Studi Sistem