• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Kata ”prestasi” berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990). Prestasi tidak akan pernah berhasil selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Perjuangan dengan berbagai tantangan harus dihadapi untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan.

Pengertian prestasi belajar menurut Tirtonegoro (2001) adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Penilaian hasil belajar yang telah dicapai seseorang dapat diukur setiap semester atau periode waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka, huruf dan kalimat. Djamarah (2002) mengatakan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Winkel (2004), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses yang dialami siswa mengalami perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Pendapat lain dari Azwar (1996) prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.

Prestasi belajar siswa adalah performance dan kompetensinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa semester atau tahun pelajaran (Slameto, 2002). Performance dan kompetensi tersebut meliputi: ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/knowledge, konsep dan prinsip (undersatnding), pemecahan masalah dan kreatifitas; ranah psikomotorik/skill; dan ranah efektif seperti perasaan, sikap, nilai dan integritas pribadi.

Menurut Tu’u (2004) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hinda (2004) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf

(2)

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Mengacu pada Tirtonegoro (2001) maka prestasi belajar adalah hasil usaha belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berupa angka maupun huruf, atau yang disebut dengan nilai yang diberikan oleh guru setelah menempuh pengalaman belajar. Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha belajar siswa pada pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berupa angka maupun huruf, atau yang disebut dengan nilai yang diberikan oleh guru setelah menempuh pengalaman belajar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya setiap individu itu unik, sehingga prestasi belajar tiap individu berbeda satu sama lain. Hal ini juga dipengaruhi beberapa faktor dalam proses pembelajarannya. Prestasi belajar sangat bergantung kemampuan siswa untuk mereaksi dan mengelola faktor-faktor tersebut. Slameto (2003) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern atau faktor dari dalam diri siswa antara lain faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Intelegensi merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena intelegensi yang tinggi akan mudah menyerap informasi yang disampaikan dan seseorang akan mudah mencapai prestasi yang tinggi pula. Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Siswa yang lelah jasmani, seperti lapar, mengantuk, kecapekan akan mengganggu prosen belajar sehingga prestasi belajar menjadi rendah. Kelelahan rohani seperti tekanan mental, masalah akut serta stres akan menghambat informasi yang masuk dalam pikiran.

Faktor ekstern atau faktor dari luar siswa yang mempengaruhi proses belajar siswa menurut Slameto (2003) adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat dilihat dari cara mendidik orang tua terhadap anak, hubungan antar anggota keluarga yang kurang baik atau harmonis, pemenuhan ekonomi dan fasilitas yang mencukupi untuk menunjang prestasi, perhatian orang tua yang cukup terhadap anak, serta latar belakang budaya di mana anak bertempat

(3)

tinggal yang membentuk watak anak. Faktor sekolah meliputi metode mengajar guru yang relevan dan variatif, hubungan guru dan murid yang demokratis, hubungan siswa dengan siswa yang kooperatif dan kompetetif, waktu belajar yang tepat, gedung atau ruangan yang standar, metode belajar yang tepat, kurikulum yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, standar pengajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, alat pengajaran yang memadai, disiplin belajar siswa yang tinggi serta tugas rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak berarti bagi prestasi belajar di sekolah, media massa atau elektronik yang diakses secara positif akan menambah wawasan yang luas bagi siswa, teman yang bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai prestasi belajar, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat di mana siswa tinggal.

Hal tersebut didukung oleh Syah (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu: faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar diri peserta didik) dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Faktor internal adalah keadaan atau kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Adapun yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis, faktor psikologis, perhatian, minat, motivasi dan bakat. Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan sekitar peserta didik yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Faktor ketiga adalah faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini juga dikemukakan oleh Winkel (2004) yang menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor pada pihak siswa dan faktor dari luar siswa. Faktor pada pihak siswa, yaitu: faktor-faktor intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosial kultural atau ekonomis; dan faktor-faktor fisik yang meliputi keadaan fisik. Faktor dari luar siswa , yaitu: faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher efectiveness, fasilitas belajar dan pengelompokkan siswa; faktor-faktor sosial disekolah yang meliputi sistem sosial, status sosial, dan interaksi guru dan siswa; dan faktor situasional,

(4)

yang meliputi keadaan politik ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.

2. Kemandirian Belajar Matematika

a. Pengertian Kemandirian Belajar Matematika

Yulianti (2004) mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Pendapat lain dikemukakan Thoha (1996) dan Surya (2003) bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya untuk menggerakan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya.

Slameto (2002) menyatakan bahwa kemandirian belajar yang menjadi keinginan dari adanya studi mandiri adalah kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensif yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik yang kreatif atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan dalam: penetapan tujuan belajar; pemilihan materi yang akan dipelajari; Intensitas penggunaan ketrampilan belajar; Penerapan teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar; Penetapan standar keberhasilan belajar; Peningkatan prakarsa siswa yang bersangkutan dibanding intervensi guru.

Mengacu pada pendapat Thoha (1996) dan Surya (2003) maka kemandirian belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya dalam permasalahan belajarnya. Kemandirian belajar matematika adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya dalam permasalahan belajar matematika.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Menurut Basri (2000), kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat dalam dirinya (faktor endogen)

(5)

dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor endogen). Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir merupakan bekal ddasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan di dalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.

Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negative maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriaannya.

Thoha (1996) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa juga dibedakan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor intern

antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak cenderung semakin mandiri jika semakin tua usianya. Intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. Sedangkan faktor ekstern

meliputi faktor kebudayaan dan faktor keluarga terhadap anak. Kemandirian dipengaruhi faktor kebudayaan dapat dilihat dari masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibandingkan dengan masyarakat yang sederhana. Faktor keluarga terhadap anak berarti kemandirian anak dipengaruhi keluarga meliputi aktifitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara member penilaian pada anak bahkan sampai pada cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak.

(6)

c. Aspek-Aspek Kemandirian Belajar

Yulianti (2004) menyatakan bahwa terdapat lima aspek dalam kemandirian belajar yaitu: bebas bertanggung jawab yang memiliki ciri-ciri bahwa tindakan dilakukan atas dasar kehendak sendiri, bukan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain; progresif dan ulet yang memiliki ciri-ciri yaitu usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya; inisitaif yang memiliki ciri-ciri mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif; pengendalian diri yang ditunjukan dengan mempunyai perasaan, mampu mengatasi masalah yang dihadapai, mampu mengendalikan tindakan serta mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri; dan kemantapan diri yang ciri-cirinya merasa percaya pada kemampuan sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dan usaha sendiri.

d. Ciri-Ciri Program Belajar Mandiri

Menurut Yulianti (2004) orang yang mandiri mempunyai ciri-ciri yaitu: memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan-tindakan, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Menurut Kemp (1994), ciri-ciri kemandirian belajar yaitu: siswa dikembangkan dengan cermat dan dirinci artinya pengajaran sendiri berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil, masing-masing membahas suatu konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan; kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memperhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan; penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya, sehingga kita perlu menanyai atau menantang siswa untuk menunjukan kepahaman mereka atau penggunaan bahan yang dipelajari; siswa kemudian harus segera menerima kepastian (balikan) tentang kebenaran jawabannya atau upaya lainnya dan setiap keberhasilan menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk melanjutkan ke langkah berikutnya; serta apabila muncul kesulitan,

(7)

maka siswa secara terus-menerus ditantang harus menyelesaikan kegiatan yang diikutinya, langsung mengetahui hasil belajarr atau usahanya dan merasakan keberhasilannya.

Nurjanah (1995) menyatakan ciri-ciri kemandirian belajar yaitu: tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa percaya pada diri sendiri atas kemampuannya, tidak tergantung secara terus-menerus pada orang lain dan menentukan sendiri arah belajarnya; tegas dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat adanya kebebasan, dan membuat minat baru dalam hal ini bertindak kreatif, keberanian mencoba hal baru dan mampu menyatakan buah pikiran.

3. Motivasi Belajar Matematika

a. Pengertian Motivasi Belajar Matematika

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motif berarti suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu (Handoko, 1994). Suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur diatas terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang diluar diri manusia, misalnya cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah, 2006). Indikator-iindikator tersebut antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Pengertian motivasi belajar menurut Sardirman (1986) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati & Mudjiono, 2009).

(8)

Mengacu pada pendapat Sardirman (1986) maka motivasi belajar adalah kekuatan atau dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa yang menggerakkannya untuk melakukan kegiatan belajar agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi belajar matematika adalah kekuatan atau dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa yang menggerakkannya untuk melakukan kegiatan belajar matematika agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Baharudin dan Wahyuni, 2007). Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik yaitu adanya dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia lebih luas; sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju; keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan misalnya dari orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya; serta adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya. Pengertian dari morivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar individu tetapi member pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Faktor ekstrinsik misalnya pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.

Makmun (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain adalah usia, jenis kelamin, kondisi fisik, kemampuan, dan suasana lingkungan. Usia yang berbeda akan menimbulkan motivasi yang berbeda pula, misalnya motivasi orang dewasa akan berbeda dengan motivasi anak. Adanya perbedaan jenis kelamin memungkinkan adanya perbbedaan motivasi, hal ini karena perhatian, obsesi, dan penafsirannya akan berbeda jika jenis kelaminnya berbeda. Kondisi fisik seseorang akan berpengaruh pada motivasinya karena hal ini terkait dengan kecenderungan perhatian siswa terhadap sesuatu melihat keadaan dirinya. Kemampuan juga berpengaruh terhadap motivasi karena siswa akan melakukan suatu kegiatan jika sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Suasana lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa karena suasana yang mendukung akan menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar.

(9)

Secara umum faktor-faktor motivasi belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor intern dan fakor ekstern. Faktor intern adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri siswa yang belajar, baik aspek fisik (fisiologis) maupun aspek psikis (psikologis). Faktor intern yang pertama adalah aspek fisik (fisiologis) yaitu seorang atau siswa yang sedang belajar tentunya membutuhkan fisik yang sehat. Keadaan fisik yang sakit akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga motivasi belajar tidak akan terarah. Siswa harus mengusahakan kesehatannya agar dapat belajar dengan baik. Aspek yang kedua adalah aspek (psikologis) dimana sedikitnya terdapat delapan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Aspek-aspek tersebut adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat, dan motif. Faktor ekstern adalah seluruh aspek yang terdapat diluar diri siswa yang sedang belajar. Faktor ekstern

dapat dikelompokan menjadi lima faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat, faktor kelompok (peer group) dan faktor budaya.

B. Penelitian yang Relevan

Febriana dan Sarbiran (2001) melakukan kajian tentang pengaruh kemandirian dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap prestasi belajar siswa full day school hasilnya menunjukkan variabel kemandirian berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi belajar. Berbeda dengan hasil penelitian Febriana dan Sarbiran (2001) bahwa penelitian Abdulkahar (1990) tentang hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa yang hasilnya menunujukkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r = 0.073 dan signifikansi p > 0.05.

Penelitian yang dilakukan oleh Kundori (2004) tentang hubungan antara minat menjadi guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah micro teaching mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi FKIP-UMS angkatan 2004 menunjukkan t-hitung motivasi belajar 5,973 dengan t-table 1,960, karena t-hitung > t-table maka motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Wibowo dan Emita (2010) yang meneliti hubungan antara motivasi belajar siswa dan partisipasi dalam interaksi edukatif dengan prestasi belajar kepada siswa kelas XI IPS yang berjumlah 44 siswa di SMA Negeri 1 Sambungmacan. Hasil penelitian menunjukkan adanya

(10)

hubungan positif antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Akuntansi pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sambungmacan tahun ajaran 2009/2010. Kesimpulan ini berdasarkan analisis diperoleh koefisien korelasi ry1 sebesar 0,664 dan nilai sig. < 0,05 yaitu 0,0002).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Issu (2005) tentang hubungan kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas 1 di SMA Negeri 1 Mollo Selatan dengan sampel 83 orang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika (r = 0,301). Berbeda dengan hasil pra penelitian Issu (2005) kepada 24 siswa I4 SMA Negeri 1 Mollo Selatan diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar tidak berkorelasi dengan prestasi belajar matematika (r = -0,101).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa sudah banyak dilakukan penelitian yang mengkaitkan antara kemandirian belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil-hasil penelitian tersebut meskipun penelitiannya sama, namun memberikan hasil yang berbeda-beda. Febriana dan Sarbiran (2001) memberikan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar, namun hasil penelitian Sakti (2010) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r = 0.073 dan signifikansi p < 0.05. Penelitian yang dilakukan oleh Kundori (2004) serta Wibowo dan Emita (2010) tentang motivasi belajar menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar, tetapi hasil pra penelitian Issu (2005) bahwa motivasi belajar tidak berkorelasi dengan prestasi belajar matematika (r = -0,101).

C. Kerangka Berpikir

Kemandirian belajar (x1) sebagai variabel bebas diperkirakan mempunyai hubungan dan meningkatkan prestasi belajar matematika (Y) siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Kemandirian yang dimiliki oleh siswa dapat dikatakan sebagai salah satu komponen kepribadian seseorang untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya sendiri serta menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemandirian belajar memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri,

(11)

mengejar prestasi dengan penuh ketekunan. Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran matematika.

Motivasi belajar (x2) sebagai variabel independen (variabel bebas) juga diperkirakan mempunyai hubungan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika (Y) siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Semangat belajar timbul dengan adanya motivasi belajar. Makin kuat motivasi belajar siswa, makin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan belajar yaitu untuk memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam pelajaran matematika. Makin kuat seseorang dalam mengetahui tujuan yang akan dicapai dengan jelas dan tujuan tersebut sangat penting, makin kuat pula usaha untuk mencapainya.

Uraian diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan sebagai berikut:

Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), terdapat dua hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (H1). Berdasarkan kajian teori dalam penelitian ini, maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian dan motivasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Hipotesis statistik penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H0 : tidak ada hubungan yang positif sinifikan antara Kemandirian (x1) dan motivasi (x2) belajar matematika dengan prestasi belajar matematika (y) siswa kelas X SMK Kemandirian belajar matematika (x1) (x1) Motivasi Belajar matematika (x2) (x1) Prestasi belajar matematika (Y)

Variabel independen

Variabel Bebas ( X1.2 ) Variabel Terikat ( Y )

(12)

Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester 1 tahun ajaran 2011/2012.

H1 : ada hubungan yang positif sinifikan antara kemandirian (x1) dan motivasi belajar matematika (x2) dengan prestasi belajar matematika (y) siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Dugaan sementara dari hipotesis di atas adalah bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara kemandirian dan motivasi belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester 1 tahun ajaran 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

dua sentuhan sendiri mengharuskan pemain harus melakukan sentuhan bola tidak boleh lebih dari dua kali sentuhan. Apabila pemain melakukan sentuhan bola lebih dari

Solusi yang ditawarkan pada Model Divided Transit Material Processing (Fehr, 2006) pada pengelolaan limbah padat domestik adalah dengan melakukan pengurangan sampah

Selain pelayanan yang terjadi di dalam toko pada saat konsumen berkunjung, bentuk pelayanan lain yang lebih khusus dapat menjadi pilihan bagi pengelola toko

Oleh sebab itu, penelitian ini akan menguji pengaruh opini audit tahun lalu terhadap kinerja pemerintah daerah se-Sumatera serta bagaimana pengaruh tingkat korupsi dalam

Pada bab ini penulis menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ataupun observasi dari Dinas Perhubungan Kota Dumai dan Satlantas Kota Dumai serta

Hubungan tersebut bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi keduanya adalah searah, artinya semakin baik due professional care yang dimiliki auditor

Berdasarkan keseluruhan hasil perhitungan dari pengolahan data yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa memberikan respon