• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI MAKANAN. commit to user. SKRIPSI persyaratan. Maret. Oleh : H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKONOMI MAKANAN. commit to user. SKRIPSI persyaratan. Maret. Oleh : H"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANA

MA

Jur

ALISIS PE

AKANAN

(PEND

Unt guna m usan/Progr

UNIV

ERAN KO

DALAM

KABUP

DEKATAN

tuk memenu memperoleh di Fak Universi am Studi So DIAN H

FAKULT

VERSITA

SUR

OMODITI

PEMBAN

ATEN SR

N TIPOLO

SKRIPSI uhi sebagian h derajat Sa kultas Perta itas Sebelas osial Ekono Oleh : INDRASW H 0307040

TAS PERT

AS SEBEL

RAKART

2011

I TANAM

NGUNAN

RAGEN

OGI KLAS

n persyarat arjana Perta anian s Maret omi Pertania WARI

TANIAN

LAS MAR

TA

MAN BAHA

EKONOM

SSEN

) an anian an/Agrobisn

RET

AN

MI

nis

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan berkat dan perlindunganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Peran Komoditi Tanaman Bahan Makanan Dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen (Pendekatan Tipologi Klassen)”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, yang

telah sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang

telah sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

arahan dan masukan kepada Penulis.

6. Ibu Ir. Rhina Uchayani Fajarningsih, M.S. selaku Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan banyak nasehat dan bimbingan selama Penulis menempuh pendidikan sarjana (S1) Agrobisnis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

7. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah memberikan

izin dan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan Penulis.

8. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah

memberikan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan Penulis.

9. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah

(4)

10. Kepala Bapeluh Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah membantu dalam menyediakan data yang dibutuhkan Penulis.

11. Penyuluh lapangan Kecamatan Sragen dan Kelompok Tani Ngudi Rahayu,

atas kesediaan waktu untuk membantu dalam menyediakan data melalui wawancara.

12. Bapak Ir. Simon Nugroho Sri Yudanto dan Ibu Ir. Harmani Ening Jati

Wahyuni yang telah sabar dan banyak membantu Penulis dalam proses penelitian untuk skripsi ini.

13. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis

14. Bapak Syamsuri dan Mbak Iriawati N yang dengan sabar membantu

menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.

15. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan.

16. Kedua orang tuaku, Bapak Agustinus Indrarto dan Ibu Veronika Endang Sri

Sunarsih, terimakasih atas segala kebaikan, kesabaran dan curahan kasih sayang serta doa, bimbingan, nasehat dan semangat yang tiada henti diberikan kepada Penulis.

17. Keluarga besar di Sragen, Papah Simon Nugroho, Mamah Harmani Ening,

Budhe Budi Kahono dan Mbah Wi atas kebaikan, kasih sayang, doa dan nasehat yang selalu diberikan kepada Penulis serta kebersamaan yang indah khususnya selama penelitian di Sragen.

18. Kakak-kakakku, Mas Indraswono Eko Saputro, S.T. dan Mas Andreas Indri

Novianto, S.Psi., atas dukungan doa, nasehat dan segala bantuan yang selalu diberikan kepada Penulis.

19. Pendampingku, Mas Hilarius Prin Pujianto, A.Md, atas kesabaran, kasih

sayang, bantuan, doa dan kesediaannya untuk mengisi sisi-sisi yang kosong dalam diri Penulis sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

20. Sahabat-sahabatku, Elisabet, Widy, Dini, Fahmi, Serafina, Agnes, Nian, Eni,

(5)

persahabatan yang indah, kebersamaan dalam suka duka dan segala bantuan serta dukungan semangat yang selalu diberikan kepada Penulis.

21. Keluarga besar dari Sragen dan Wonogiri, Pakdhe, Budhe, Bulik, Om,

Kakak-kakak, Adik-adik, serta semua keponakanku, terimakasih atas semua doa dan dukungan untuk Penulis.

22. Keluarga besar KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Fakultas Pertanian

UNS, atas kebersamaan, pengalaman hidup, dukungan doa dan persaudaraan yang indah.

23. Keluarga besar Bursa Mahasiswa Fakultas Pertanian, pengurus periode tahun

2008 dan tahun 2009, atas kesempatan untuk menimba ilmu dalam berorganisasi, pengalaman, kebersamaan dan keceriaan selama ini.

24. Team Magang Aspakusa Makmur 2010, Elisabet, Dini, Sendi dan Santini,

atas kebersamaan yang indah dan kekompakan kita sehingga semua berjalan dengan baik.

25. Team PKM Kewirausahaan Dikti “Nugget Kacang Merah Edifela” tahun

2010, Elisabet, Lani dan Febri, atas pengalaman yang luar biasa, kebersamaan dalam suka duka membangun bisnis dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.

26. Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2007, atas persaudaraan,

kebersamaan yang indah dan segala bantuan yang diberikan kepada Penulis selama ini.

27. Teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2005, 2006, 2007,

2008, 2009, terimakasih atas kebersamaan selama ini.

28. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, April 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi RINGKASAN ... xii SUMMARY ... xiv I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Kegunaan Penelitian ... 10

II. LANDASAN TEORI ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12 B. Tinjauan Pustaka ... 15 1. Perencanaan Pembangunan ... 15 2. Pembangunan Ekonomi ... 15 3. Pembangunan Daerah ... 17 4. Pembangunan Pertanian ... 18

5. Peranan Sektor Pertanian ... 18

6. Pembangunan Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 19

7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ... 20

a. Metode Analisis LQ ... 20

b. Metode Analisis Shift-Share ... 20

c. Metode Input Output ... 21

d. Metode Tipologi Klassen ... 21

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 23

D. Pembatasan Masalah ... 27

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

III.METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar Penelitian ... 31

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 31

C. Jenis dan Sumber Data ... 31

(7)

IV.KONDISI UMUM KABUPATEN SRAGEN ... 36

A. Keadaan Umum Daerah ... 36

B. Keadaan Penduduk ... 40

C. Keadaan Perekonomian ... 44

D. Keadaan Sektor Pertanian ... 45

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Keragaan Umum Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen ... 52

A. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen ... 53

B. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen ... 60

B. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen dengan Pendekatan Tipologi Klassen ... 67

1. Komoditi Prima ... 68

2. Komoditi Potensial ... 71

3. Komoditi Berkembang ... 73

4. Komoditi Terbelakang ... 75

C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen ... 76

1. Alternatif Strategi Jangka Pendek ... 79

2. Alternatif Strategi Jangka Menengah ... 87

3. Alternatif Strategi Jangka Panjang ... 94

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A.Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun

2005-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) 2000 (dalam persen)... 3

2. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB

Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas

Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)... 4

3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten

Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) 2000 (dalam persen)... 5

4. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam

rupiah)... 7

5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan

Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam

persen)... 8

6. Matriks Tipologi Klassen... 22

7. Matriks Strategi Pengembangan... 23

8. Identifikasi dan Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan

Makanan dengan Pendekatan Tipologi Klassen... 33

9. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman

Bahan Makanan di Kabupaten Sragen... 34

10. Luas Kabupaten Sragen Dirinci Menurut Penggunaan Lahan

Tahun 2008... 37

11. Ketinggian di Atas Permukaan Laut dirinci Per Kecamatan di

Kabupaten Sragen Tahun 2008... 38

12. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 40

13. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten

Sragen Tahun 2005-2008... 41

14. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten

Sragen Tahun 2008... 42

15. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Mata

Pencaharian Tahun 2008... 43

16. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor

Perekonomian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam

(9)

17. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Sragen Tahun

2005-2008... 45

18. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan

Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008... 46

19. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan

di Kabupaten Sragen Tahun 2008... 48

20. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Peternakan di

Kabupaten Sragen Tahun 2008... 49

21. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Perikanan di

Kabupaten Sragen Tahun 2008... 50

22. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Kehutanan di

Kabupaten Sragen Tahun 2008... 51

23. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan

(Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008

(%)... 53

24. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di

Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)... 56

25. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di

Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)... 58

26. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi

dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (%)... 61

27. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di

Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%)... 63

28. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di

Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%)... 65

29. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan

Makanan di Kabupaten Sragen... 68

30. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi

Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi

Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen.. 26

2. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi

Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di

Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008... 55

3. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi

Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun

2006-2008... 58

4. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi

Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun

2006-2008... 60

5. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi

Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen

Tahun 2005-2008... 62

6. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi

Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 64

7. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha

ADHK 2000 Tahun 2005-2008 (Jutaan Rupiah)... 104

2. PDRB Kabupaten Sragen menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun 2005-2008 (Jutaan Rupiah)... 104

3. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (persen)... 105

4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005- 2008 Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (persen)... 105

5. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)... 106

6. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)... 106

7. Jumlah Produksi Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 107

8. Indeks Harga Konsumen Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 110 9. Harga Konstan Tingkat Produsen Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam Rupiah)... 110

10. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam Rupiah)... 113

11. Kontribusi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 116

12. Laju Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008... 117

13. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 119

14. Matrik Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008... 120

15. Matrik Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen... 121

16. Dokumentasi... 122

17. Peta Kabupaten Sragen... 124

(12)

RINGKASAN

Dian Indraswari, H0307040. 2011. Analisis Peran Komoditi Tanaman

Bahan Makanan dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen (Pendekatan Tipologi Klassen). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. dan Wiwit Rahayu, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen serta mengetahui alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Sragen dengan periode jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Metode dasar penelitian deskriptif analitis. Daerah penelitian adalah Kabupaten Sragen dan data yang digunakan sekunder dan primer. Data sekunder yang digunakan berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sragen tahun 2008, PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2008 ADHK 2000, jumlah produksi komoditi tanaman bahan makanan tahun 2005-2008 di Kabupaten Sragen, harga komoditi tanaman bahan makanan tahun 2008 di Kabupaten Sragen, indeks harga konsumen (IHK) tahun 2005-2008 Kabupaten Sragen, data Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Sragen, Bahan LKPJ Bupati tahun 2010 dan data yang ada pada Sragen Dalam Angka 2005-2008. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen, BAPPEDA Kabupaten Sragen, Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Dinas Peternakan Kabupaten Sragen, Dinas Perikanan Kabupaten Sragen dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sragen. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Penyuluh lapang, dan Ketua kelompok tani. Wawancara terkait dengan

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kegiatan on farm dan off farm

tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen.

Hasil penelitian dengan pendekatan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen terbagi menjadi empat. Komoditi prima terdiri atas jagung, ubi kayu, kacang tanah dan pisang. Komoditi potensial terdiri atas padi dan mangga. Komoditi berkembang terdiri atas ubi jalar, kedelai, ketimun, kangkung, rambutan, jeruk, pepaya dan nanas. Komoditi terbelakang terdiri atas kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat, bayam, terong, semangka, melon dan sawo.

Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan, jangka pendek meliputi dua macam strategi yaitu mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima dengan cara pengembangan agribisnis komoditi jagung, penerapan sistem tumpangsari pada komoditi ubi kayu dan kacang tanah, peningkatan produktivitas pisang, peningkatan kerjasama antara pihak swasta dengan petani dan mengembangkan komoditi potensial menjadi komoditi prima dengan cara peningkatan produktivitas padi, peningkatan akses petani terhadap lembaga keuangan, peningkatan produksi komoditi mangga dengan pemeliharaan yang intensif. Strategi jangka menengah meliputi tiga

(13)

macam strategi yaitu mengembangkan komoditi potensial menjadi komoditi prima dengan cara pengembangan padi organik di seluruh wilayah Kabupaten Sragen, mengembangkan komoditi berkembang menjadi komoditi potensial dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia (petani), pengembangan daerah sentra komoditi sayur dan buah, dan mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara penerapan budidaya pertanian yang baik untuk sayur dan buah, pengembangan demonstrasi plot (demplot) sayur dan buah. Strategi jangka panjang meliputi dua macam strategi yaitu mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara pembangunan Sub Terminal Agribisnis dan mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima dengan cara mengurangi alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian, pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian dan penerapan pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan tersebut dapat sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Sragen baik dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

(14)

SUMMARY

Dian Indraswari, H0307040. 2011. Analysis of Food Crops Commodity

Role in Economic Development of Sragen Regency (Klassen Typology Approach). Faculty of Agriculture, Surakarta Sebelas Maret University. Under

the guidance of Mr. Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. and Mrs. Wiwit Rahayu, S.P., M.P.

The aims of this research are to determine the classification of food crops commodity based on the Klassen typology approach and explore alternative strategies for developing food crops commodity within the Sragen Regency framework of regional economic development planning with periods of short-term, medium term and long term.

The basic method of research is descriptive analytical. The research area is Sragen Regency and used data are secondary and primary. Secondary data used in the form of data of Gross Regional Domestic Product (GRDP) 2005-2008 of Sragen Regency, GRDP 2005-2008 at constant price 2000 of Central Java Province, total production of food crops commodity in 2005-2008 of Sragen Regency, the price of food crops commodity years 2005-2008 in Sragen, the Consumer Price Index (CPI) 2005-2008 of Sragen Regency, Strategic Plan data of Sragen Regency, LKPJ 2010 material of Sragen Regency’s Regent and the data which available in Sragen in Figures 2005-2008. Secondary data in this study were obtained from the Central Statistics Agency (CSA) of Sragen Regency, BAPPEDA of Sragen Regency, Agriculture Service of Sragen Regency, Livestock Service of Sragen Regency, Fisheries Service of Sragen Regency, Forestry and Estate Service of Sragen Regency. Primary data were obtained from direct interview with Agriculture Service of Sragen Regency, field instructor, and Chairman of the farmer groups. Interviews are related to the strengths, weaknesses, opportunities and threats in the activities of food crops on farm and off farm in Sragen Regency.

The results of research by Klassen Typology approach shows that the classification of food crops commodity in Sragen Regency is divided into four. Prime commodity consists of corn, cassava, peanuts and bananas. Potential commodity consists of rice and mango. Developing commodity consists of sweet potato, soybean, cucumber, water spinach, rambutan, oranges, papaya and pineapple. Retarded commodity consists of green beans, long beans, chili, tomato, spinach, eggplant, watermelon, melon and sapodilla.

Development strategies alternative of food crops commodity, short-term strategy comprises two kinds of strategies, maintaining prime commodity remain a prime commodity by corn commodity agribusiness development, application of cropping system on cassava and peanuts commodity, bananas increase productivity, increase cooperation between the private sector with farmers and develop potential commodity into prime commodity by rice increase productivity, increase farmers access to financial institutions, improving the production of mango commodity with intensive maintenance. Medium-term strategy comprises three kinds of strategies, develop potential commodities become prime commodities which the way is development of organic rice in all regions of Sragen

(15)

Regency, develop evolve commodity into potential commodity by improving the quality of human resources (farmers), development of vegetables and fruit commodity regional centers, and develop retarded commodity into evolve commodity by the application of good agriculture practices for fruit and vegetables, the development of vegetable and fruit plot demonstration. Long-term strategy comprises two kinds of strategies, develop retarded commodity into evolve commodities by Agribusiness Sub Terminal development and maintaining prime commodities remain a prime commodity by reducing agricultural land conversion to non-agricultural land, water resources management for agriculture and the implementation of sustainable agriculture based on organic farming. That development strategy alternative of food crops commodity can be used in local economic development planning in Sragen Regency in both the short, medium and long term.

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia berpedoman pada tujuan pembangunan nasional yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Alinea ke empat dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah memajukan kesejahteraan umum, sehingga kebijakan pemerintah dalam pembangunan diharapkan mampu mendorong dan mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah.

Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Dalam proses perencanaan, lembaga perencanaan wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada di wilayah tersebut (Widodo, 2006).

Perencanaan perlu dilakukan dalam usaha pembangunan suatu daerah agar pembangunan daerah lebih terencana dengan baik. Perencanaan yang tepat menjadi syarat mutlak agar usaha pembangunan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan pembangunan sebaiknya memperhatikan kemampuan dan kondisi dari wilayah tersebut. Keunggulan wilayah didorong agar mampu memberikan kontribusi yang lebih besar pada pembangunan dan kelemahan wilayah diperbaiki agar mampu memberikan kontribusi yang mendukung pembangunan.

Berlakunya UU No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang memberikan wewenang yang lebih luas bagi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, mendorong daerah lebih menyiapkan diri untuk lebih mandiri. Sasaran pembangunan akan terwujud apabila pemerintah daerah mengetahui potensi daerah dan merumuskan strategi kebijakan pengembangan sektor perekonomian. Pembangunan pada masing-masing

(17)

daerah di Indonesia menentukan keberhasilan pembangunan Nasional. Keadaan perekonomian Nasional merupakan susunan dari keadaan perekonomian masing-masing daerah.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah dalam proses pembangunan ekonominya. Pemberian otonomi daerah ini bertujuan untuk lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakat, artinya agar keinginan masyarakat lebih diperhatikan dan terpenuhi. Dengan adanya otonomi di Kabupaten Sragen maka pemerintah daerah Kabupaten Sragen harus mampu untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga akan meningkatkan kemampuan dalam penyelenggaraan urusan daerah. Pendapatan asli daerah terdiri atas hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan ini dapat digunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan non pendapatan asli daerah sifatnya lebih terikat. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Sragen perlu mengenal dan mengelola keunggulan dan kelemahan daerahnya, sehingga dapat digunakan untuk merumuskan berbagai strategi pengembangan daerah untuk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Sragen.

Lapangan usaha di Kabupaten Sragen masing-masing memberikan sumbangan PDRB yang berbeda. Dari kesembilan lapangan usaha, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada setiap tahunnya dari tahun 2005-2008. Besar PDRB pada setiap lapangan usaha pada perekonomian Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 1.

(18)

Tabel 1. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)

NO LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 36,08 35,34 34,74 34,01

2 Pertambangan Dan Penggalian 0,30 0,29 0,30 0,30 3 Industri Pengolahan 21,54 21,80 22,02 22,27 4 Listrik, Gas, Dan Air Bersih 1,14 1,17 1,19 1,20 5 Bangunan/Konstruksi 4,37 4,41 4,45 4,50

6 Perdagangan 17,99 18,12 18,19 18,32

7 Pengangkutan Dan Komunikasi 3,28 3,28 3,27 3,28 8

Keuangan, Persewaan, Dan Jasa

Perusahaan 3,89 3,94 3,98 4,00

9 Jasa-Jasa 11,39 11,65 11,87 12,12

TOTAL 100 100 100 100

Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat besar kontribusi PDRB sektor pertanian terus mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2008, pada tahun 2005 sebesar 36,08%, pada tahun 2006 sebesar 35,34%, pada tahun 2007 sebesar 34,74%, dan pada tahun 2008 sebesar 34,01%. Namun, dari tahun 2005 sampai tahun 2008, sektor pertanian memberikan sumbangan PDRB terbesar dibanding sektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian tetap merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian di Kabupaten Sragen.

Sektor pertanian di Kabupaten Sragen terdiri dari lima subsektor pertanian. Kelima subsektor tersebut antara lain tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Kelima subsektor pertanian memberikan kontribusi yang berbeda terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Besarnya kontribusi masing-masing subsektor pertanian dapat dilihat dari distribusi kontribusi subsektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Sragen pada Tabel 2.

(19)

Tabel 2. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)

No Subsektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 Tanaman Bahan Makanan 82,22 82,19 82,10 81,86 82,09 2 Tanaman Perkebunan 6,52 6,51 6,54 6,65 6,56

3 Peternakan 7,73 7,73 7,79 7,84 7,77

4 Kehutanan 0,95 0,99 0,98 1,00 0,98

5 Perikanan 2,58 2,59 2,59 2,64 2,60

Total 100 100 100 100 100

Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kontribusi PDRB subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 82,09%, subsektor tanaman perkebunan sebesar 6,56%, subsektor peternakan sebesar 7,77%, sedangkan subsektor kehutanan sebesar 0,98% dan subsektor perikanan sebesar 2,60%. Dari besarnya nilai rata-rata kontribusi masing-masing subsektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan mempunyai nilai kontribusi PDRB yang paling besar dibanding dengan subsektor pertanian yang lain. Selama empat tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2005 hingga tahun 2008 subsektor tanaman bahan makanan memberi kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2005 sebesar 82,22%, pada tahun 2006 sebesar 82,19%, pada tahun 2007 sebesar 82,10%, dan pada tahun 2008 sebesar 81,86%. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Kontribusi yang besar pada subsektor tanaman bahan makanan ini salah satunya disebabkan karena luas penggunaan lahan untuk lahan sawah sebesar 43% (40.339 Ha) dari luas total wilayah di Kabupaten Sragen sebesar 94.155 Ha (BPS Kabupaten Sragen, 2009). Indikator yang menunjukkan peran masing-masing subsektor pertanian juga dapat dilihat dari laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan subsektor pertanian Kabupaten Sragen disajikan pada tabel 3.

(20)

Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)

No Subsektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 Tanaman Bahan Makanan 4,52 2,97 3,83 3,17 3,84 2 Tanaman Perkebunan 3,41 2,77 4,41 5,27 3,37

3 Peternakan 3,78 2,98 4,78 4,18 4,20

4 Kehutanan 4,70 7,47 3,16 5,50 5,55

5 Perikanan 3,03 3,35 4,17 5,18 4,26

Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009

Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian pada tahun 2005-2008 secara umum berfluktuatif. Nilai rata-rata laju pertumbuhan masing-masing subsektor berbeda, subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,84%; subsektor tanaman perkebunan sebesar 3,37%; subsektor tanaman peternakan sebesar 4,19%; subsektor kehutanan sebesar 5,55%; dan subsektor perikanan dengan nilai 4,26%. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor tanaman bahan makanan menempati urutan keempat dalam rata-rata laju pertumbuhan PDRB.

Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan, diketahui bahwa subsektor tanaman bahan makanan memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan terbesar dibanding subsektor pertanian yang lain dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga perlu diperhatikan dan direncanakan mengenai pembangunan daerah yang berbasis tanaman bahan makanan. Hal ini bertujuan agar laju pertumbuhan tanaman bahan makanan dapat tetap atau meningkat sehingga dapat tetap menjadi subsektor yang memiliki peran penting bagi Kabupaten Sragen. Dengan Tipologi Klassen dapat diketahui komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang dari subsektor tanaman bahan makanan yang selanjutnya dapat dibuat perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen. Perencanaan pembangunan ini

(21)

didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang

B. Perumusan Masalah

Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 km2 terbagi

dalam 20 kecamatan, 208 desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Sragen dibelah oleh sungai Bengawan Solo. Yang membagi menjadi dua daerah utama. Daerah di Utara aliran Bengawan Solo, cenderung bertanah kurang subur. Sedangkan daerah di Selatan aliran Bengawan Solo relatif lebih subur. Di wilayah Selatan sungai ini pula, lahan pertanian, sawah, dan perkebunan berkembang pesat. Dari luasan tersebut 40.339 Ha (43%) merupakan sawah dan 53.816 Ha (57%) merupakan lahan bukan sawah (BPS Kabupaten Sragen, 2009).

Kabupaten Sragen memiliki sektor pertanian yang kuat. Sumbangan PDRB sektor pertanian menempati urutan pertama dari keseluruhan sektor perekonomian yang lain. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memiliki kontribusi yang besar dalam PDRB daerah karena salah satunya didukung faktor luas penggunaan lahan di Kabupaten Sragen 43% digunakan untuk lahan sawah. Oleh karena itu, maka subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen menghasilkan komoditi tanaman bahan makanan utama yang besar jumlah produksinya, selain itu terdapat pula tanaman sayuran dan buah-buahan.

Tanaman bahan makanan utama terdiri atas padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Tanaman sayuran terdiri atas kacang panjang, cabe, tomat, ketimun, kangkung, bayam, dan terong. Buah-buahan terdiri dari semangka, pisang, mangga, rambutan, melon, jeruk, sawo, pepaya, dan nanas. Nilai produksi dari beberapa komoditi yang termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan disajikan pada Tabel 4.

(22)

Tabel 4. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam rupiah)

Komoditi Tanaman Bahan Makanan Tahun 2005 2006 2007 2008 Padi 528.531.110.504,20 553.325.110.319,41 620.461.721.541,55 573.873.072.194,90 Jagung 22.836.722.689,08 15.700.708.391,61 49.498.710.601,72 80.513.271.122,04 Ubi Kayu 30.592.767.537,82 48.782.248.157,25 41.216.395.638,97 35.907.046.267,32 Ubi Jalar 126.491.596,64 26.712.026,71 216.452.435,53 43.771.513,19 Kacang tanah 27.319.698.600,65 31.685.194.127,87 32.626.478.443,34 35.062.758.620,69 Kedelai 9.120.217.242,39 12.311.198.889,32 12.063.382.296,83 18.067.198.275,86 Kacang hijau 16.961.407.397,98 19.991.449.410,86 10.193.506.085,46 10.948.472.206,90 Kacang panjang 824.065.213,72 763.685.396,49 581.582.070,48 792.478.964,98 Cabe 16.148.777.090,04 7.531.390.909,00 9.043.100.825,27 9.499.515.845,12 Tomat 243.676.668,15 254.186.668,90 142.578.053,68 119.980.380,54 Ketimun 274.276.420,56 113.861.863,07 119.696.478,91 465.856.126,45 Kangkung 24.136.782,50 66.512.583,18 42.427.326,09 71.668.503,74 Bayam 39.588.653,27 20.438.201,17 25.470.147,89 32.740.430,89 Terong 499.528.144,78 367.790.925,30 437.620.960,38 439.260.607,09 Semangka 5.473.704.776,06 2.160.616.603,47 4.065.993.940,58 2.939.488.485,76 Pisang 11.935.608.178,74 20.338.476.301,14 45.098.218.958,17 70.148.780.648,84 Mangga 40.141.088.449,32 26.522.051.486,73 24.252.892.885,07 21.517.651.908,21 Rambutan 1.428.429.589,01 2.759.628.816,60 2.527.435.948,98 6.337.397.967,68 Melon 8.515.363.328,89 5.141.344.043,11 4.944.834.153,64 7.128.074.130,43 Jeruk 469.034.277,95 531.586.549,59 306.090.577,60 1.896.949.712,64 Sawo 1.345.687.711,39 1.301.356.676,31 1.386.452.183,35 1.040.764.483,59 Pepaya 2.023.416.029,52 2.113.064.453,20 2.095.691.253,91 3.688.596.304,35 Nanas 2.064.732,37 1.103.821,59 1.519.057,86 2.405.386,47 Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 10)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui beberapa jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Sragen. Komoditi yang memiliki nilai produksi terbesar pada tahun 2005-2008 adalah padi, dimana nilai produksinya mengalami penurunan pada tahun 2008 karena harga gabah kering panen lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Hampir semua komoditi pada Tabel 4 memiliki nilai produksi berfluktuatif yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat, ketimun, kangkung, bayam, terong, semangka, rambutan, melon, jeruk, sawo, pepaya, dan nanas. Komoditi padi, pisang dan kacang tanah memiliki nilai produksi yang cenderung meningkat. Komoditi mangga memiliki nilai produksi yang cenderung mengalami penurunan. Besarnya nilai produksi komoditi dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga komoditi di tingkat produsen pada waktu tertentu. Nilai produksi komoditi yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya kontribusi yang diberikan terhadap PDRB sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

(23)

Peranan subsektor tanaman bahan makanan, selain dapat dilihat dari nilai produksi juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan nilai produksi untuk komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam persen) Komoditi Tanaman Bahan Makanan Tahun Rata-rata 2006 2007 2008 Padi 4,69 12,13 -7,51 3,11 Jagung -31,25 215,26 62,66 82,22 Ubi kayu 59,46 -15,51 -12,88 10,36 Ubi jalar -78,88 710,32 -79,78 183,89 Kacang tanah 15,98 2,97 7,47 8,81 Kedelai 34,99 -2,01 49,77 27,58 Kacang Hijau 17,86 -49,01 7,41 -7,91 Kacang panjang -7,33 -23,85 36,26 1,70 Cabe -53,36 20,07 5,05 -9,41 Tomat 4,31 -43,91 -15,85 -18,48 Ketimun -58,49 5,12 289,20 78,61 Kangkung 175,57 -36,21 68,92 69,42 Bayam -48,37 24,62 28,54 1,60 Terong -26,37 18,99 0,37 -2,34 Semangka -60,53 88,19 -27,71 -0,02 Pisang 70,40 121,74 55,55 82,56 Mangga -33,93 -8,56 -11,28 -17,92 Rambutan 93,19 -8,41 150,74 78,51 Melon -39,62 -3,82 44,15 0,24 Jeruk 13,34 -42,42 519,73 163,55 Sawo -3,30 6,54 -24,93 -7,23 Pepaya 4,43 -0,82 76,01 26,54 Nanas -46,54 37,62 58,35 16,48

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui rata-rata laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan ada yang mengalami pertumbuhan positif dan ada yang mengalami pertumbuhan negatif. Komoditi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan nilai produksi yang positif adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, kacang panjang, ketimun, kangkung, bayam, pisang, rambutan, melon, jeruk, pepaya dan nanas. Komoditi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan nilai produksi yang negatif adalah kacang hijau, cabe, tomat, terong, semangka, mangga, dan

(24)

nilai produksi yang positif memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Sragen tahun 2006-2011, pemerintah daerah Kabupaten Sragen menetapkan beberapa kebijakan terkait dengan pembangunan sektor pertanian, antara lain:

1. Setiap desa/kelurahan memiliki sentra produksi dan produk unggulan.

2. Seluruh produk unggulan daerah memperoleh fasilitas pemasaran

3. Setiap desa/kelurahan memenuhi standart mutu lingkungan dan mampu

menyediakan bahan baku industri dari hutan rakyat yang lestari sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Program-program pembangunan daerah Kabupaten Sragen pada sektor pertanian, antara lain :

1. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan.

2. Peningkatan kesejahteraan petani.

3. Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan.

4. Peningkatan ketahanan pangan.

5. Peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.

6. Rehabilitasi hutan dan lahan.

7. Peningkatan penerapan teknologi pertanian dan perkebunan.

8. Perencanaan dan pengembangan hutan.

Berdasarkan kontribusi subsektor tanaman bahan makanan tahun 2005-2008 dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan tahun 2006-2008 di Kabupaten Sragen dan sejalan dengan Rencana Strategis Kabupaten Sragen tahun 2006-2011 maka perlu dilakukan perencanaan pembangunan ekonomi daerah agar dapat meningkatkan perekonomian daerah Kabupaten Sragen. Dengan melihat besarnya nilai produksi dan nilai laju pertumbuhan dari suatu komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen, maka dapat diketahui komoditi tanaman bahan makanan yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu dalam jangka pendek dan juga komoditi yang belum layak diprioritaskan dalam jangka pendek, tetapi tetap harus dikembangkan untuk kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang.

(25)

Setelah diketahui komoditi yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan maka perencanaan pembangunan ekonomi daerah berbasis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen dapat lebih jelas dan terarah sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah Sragen.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peran komoditi tanaman bahan makanan dalam pembangunan

ekonomi di Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan

dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis peran komoditi tanaman bahan makanan dalam pembangunan

ekonomi di Kabupaten Sragen.

2. Menganalisis strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan

dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Sragen.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang

berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, diharapkan hasil penelitian dapat

dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan-kebijakan dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah terutama komoditi tanaman bahan makanan.

(26)

3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

(27)

II. LANDASAN TEORI A.Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Palupi (2009), yang berjudul Dampak Permintaan Akhir

Terhadap Sektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sragen dengan Pendekatan Analisis Input-Output, menyatakan bahwa Sektor tanaman bahan makanan menduduki urutan pertama dan keseluruhan nilai output sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen. Hal ini menandakan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor yang relatif penting dalam menyumbang output perekonomian di Kabupaten Sragen. Output sektor tanaman bahan makanan terdiri dari padi dan palawija, buah-buahan dan sayur-sayuran. Output dari sektor tanaman bahan makanan yang relatif tinggi dapat memenuhi permintaan dari sektor perekonomian lain, baik itu permintaan antara maupun permintaan akhir.

Hasil penelitian Hastutiningsih (2010), yang berjudul Pembangunan

Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen, menyatakan bahwa komoditi pertanian yang paling menjadi basis di banyak kecamatan Kabupaten Sragen adalah padi sawah, kelapa, wijen, domba, dan katak hijau. Padi sawah menjadi basis pada sebelas kecamatan. Jenis padi yang ditanam di Kabupaten Sragen meliputi padi IR64, Menthik, Pandhan Wangi, dan padi organik. Kecamatan yang memiliki nilai LQ rata-rata tertinggi untuk komoditi padi sawah adalah kecamatan Sidoharjo yaitu sebesar 1,77, artinya keseluruhan produksi padi sawah yang ada sebanyak 1 bagian untuk memenuhi kebutuhan di kecamatan Sidoharjo dan 0,77 bagian lainnya untuk ekspor atau memenuhi kebutuhan di luar daerah Kecamatan Sidoharjo.

Hasil penelitian Hartanto (2010), yang berjudul Komoditi Tanaman

Bahan Makanan Dalam Pengembangan Perekonomian Daerah Kabupaten Wonogiri, dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen menyimpulkan bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Wonogiri terbagi dalam empat kategori komoditi, yaitu:

(28)

1. Komoditi Prima terdiri dari komoditi padi, kacang tanah, kedelai, mangga dan pisang.

2. Komoditi Potensial terdiri dari komoditi jagung dan ubi kayu.

3. Komoditi Berkembang terdiri dari komoditi cabai, sirsak, bawang merah

pepaya, buncis, kacang panjang, alpukat, sawo, jeruk, kentang, kacang hijau, sawi, bayam, terong, mentimun, ketela rambat, wortel, kangkung, tomat, sukun, kubis, labu siam, bawang putih, dan bawang daun.

4. Komoditi Terbelakang terdiri dari komoditi durian sorghum, rambutan, dan

nanas.

Hasil penelitian Julianti (2010), yang berjudul Strategi Pengembangan

Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen), menyimpulkan bahwa klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat kategori subsektor, yaitu :

1. Subsektor prima : subsektor peternakan

2. Subsektor potensial : subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor

perkebunan

3. Subsektor berkembang : subsektor kehutanan

4. Subsektor terbelakang : subsektor perikanan

Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bajarnegara, meliputi :

1. Strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk mempertahankan

subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima. Strategi pengembangan yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu), stabilisasi hasil peternakan dan sistem gaduh ternak.

2. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dari 3 macam alternatif

strategi :

a. Mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima yaitu

dengan meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial melalui upaya meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan

(29)

kritis, promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah (tanaman bahan makanan dan perkebunan), pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani dan peningkatan kualitas SDM petani.

b. Mengupayakan sub sektor berkembang menjadi sub sektor potensial,

yaitu dengan meningkatkan kontribusi sub sektor berkembang melalui upaya pengembangan hasil hutan non kayu (lebah madu), pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi.

c. Mengupayakan sub sektor terbelakang menjadi sub sektor berkembang,

yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang melalui upaya pengembangan bibit ikan unggul dan penguatan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan).

3. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi,

yaitu :

a. Mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang,

yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang, melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan produk perikanan dan memfasilitasi peningkatan akses pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan.

b. Mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu

dengan tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima melalui upaya inseminasi buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas. Penelitian-penelitian di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi dalam penelitian ini karena:

1. Adanya kesamaan topik penelitian, yaitu mengenai sektor pertanian dan

kesamaan lokasi penelitian di Kabupaten Sragen, yaitu dalam penelitian Palupi (2009) dan Hastutiningsih (2010).

2. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis

pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Hartanto (2010) dan Julianti (2010).

(30)

Hasil penelitian tersebut dapat memberikan informasi dan gambaran secara komprehensif, sehingga akan mempermudah penelitian ini untuk menentukan strategi pengembangan wilayah berbasis tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian tersebut juga digunakan sebagai pembanding, khususnya penelitian yang di Kabupaten Sragen untuk mengetahui perkembangan dari sektor pertanian.

B.Tinjauan Pustaka

1. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Artinya, dalam sebuah proses perencanaan, lembaga perencana wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan,kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada si wilayah tersebut (Widodo, 2006).

Perencanaan pembangunan pada umumnya dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi dan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan oleh aparat-aparat pemerintah, pengusaha swasta maupun pelaksana-pelaksana perusahaan pemerintah, dan individu-individu dalam masyarakat. Apabila pelaksana pembangunan menjalankan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh perencana pembangunan, maka proses pembangunan akan tidak berjalan seperti yang direncanakan dan menimbulkan corak pembangunan ekonomi yang tidak diharapkan. Oleh sebab itu adalah kurang pada tempatnya memundakkan seluruh tanggung jawab dari kepincangan yang terjadi dalam proses pembangunan kepada ahli-ahli ekonomi (Sukirno, 1985).

2. Pembangunan Ekonomi

Pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan tradisional menyatakan bahwa pembangunan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional

(31)

atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ditingkat daerah. Penggunaan indikator ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya (Widodo, 2006).

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakikatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikankeragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak lebih maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara materiil dan spiritual (Todaro dan Smith, 2006).

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat

lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan

ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi (Anonim, 2010).

Tujuan pembangunan ekonomi adalah disamping menaikkan pendapatan nasional. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan

(32)

ekonomi suatu negara. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Faktor Ekonomi

b. Faktor Non Ekonomi (seperti sistem pemerintahan, hukum, pendidikan,

agama, kebudayaan, adat istiadat, tradisi dan sebagainya).

Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia yang bersangkutan kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan tindakan tertentu (Martono, 2008).

3. Pembangunan Daerah

Basis otonomi daerah tersebut adalah daerah Kabupaten dan daerah Kota yang didasarkan pada azas desentralisasi, adapun daerah propinsi merupakan wakil pemerintah pusat yang menyelenggarakan urusan administrasi yang mencakup lintas daerah kabupaten dan daerah kota. Diberlakukannya Otonomi Daerah, harus kita sadari bahwa bersamaan pula adanya desakan dari arus globalisasi bagi masyarakat, antara lain menimbulkan beberapa tantangan; pertama, berbagai produk akan menghadapi persaingan yang sengit dengan produk yang datang dari luar. Bagi semua hasil produksi termasuk dari pertanian, industri mikro dan keluarga tidak ada jalan lain kecuali meningkatkan daya saing produk. Dalam posisi SDM rendah kualitas dan teknologi yang tidak tepat, maka akan kalah bersaing. Kedua, arus globalisasi akan mengundang semakin terbukanya peluang investasi asing, sehingga perusahaan domestik harus bersaing dengan usaha asing di negerinya sendiri. Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah tentang perlunya penyertaan partner lokal, agar usaha domestik ikut maju (Karsidi, 2000).

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya. Dan kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor

(33)

secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industri sedangkan daerah lain mengalami penurunan

(Kuncoro, 2004b).

4. Pembangunan Pertanian

Tantangan pembangunan pertanian Indonesia ke depan antara lain bagaimana memenuhi kebutuhan pangan serta keseimbangan gizi keluarga; memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan perbibitan; meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian; membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah bagi petani/peternak kecil; memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif di perdesaan; menciptakan sistem penyuluhan pertanian yang efektif; membudayakan penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah; mengupayakan adaptasi terhadap perubahan iklim dan

pelestarian lingkungan hidup; menciptakan kebijakan harga (pricing

policies) yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus;

mengupayakan pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) yang

mencakup angka kemiskinan, pengangguran, dan rawan pangan; memperkuat kemampuan untuk bersaing di pasar global serta mengatasi pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global; serta memperbaiki citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus (Deptan, 2009).

5. Peranan Sektor Pertanian

Pakar ilmu ekonomi mulai menyadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya ternyata tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan menentukan dalam strategi-strategi pembangunan secara keseluruhan, terutama pada negara sedang berkembang yang berpendapatan rendah (Todaro dan Smith, 2006).

(34)

Pertanian dapat bekerjasama secara harmonis dengan sektor-sektor lain untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat, mengurangi kemiskinan, dan melestarikan lingkungan. Dunia pertanian berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sebagai mata pencaharian dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga menjadikan sektor ini sebuah instrumen unik bagi pembangunan (Grup Bank Dunia, 2008).

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal : (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat. (ii) meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier. (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus. (iv) meningkatkan pendapatan untuk dimobilisasi pemerintah. (v) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan, 2007).

6. Pembangunan Sektor Tanaman Bahan Makanan

Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produktivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Dalam situasi dimana kenaikan produksi komoditi pertanian tertinggal di belakang pertumbuhan permintaannya, maka akan timbul kenaikan harga bahan makanan. Untuk menutup kelangkaan dalam negeri dan mencegah membumbungnya harga bahan pangan dapat saja di impor dari luar negeri, tetapi impor demikian mungkin akan mengorbankan barang-barang modal yang diperlukan untuk pembangunan. Kesemuanya ini menekan perlunya menaikkan produksi pangan dan surplus pertanian untuk pembentukan modal di negara terbelakang (Jhingan, 2007).

Program ketahanan pangan belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian bahwa sasaran indikatif produksi komoditas

(35)

utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras. Namun demikian, dengan semakin berkurangnya areal garapan per petani, keterbatasan pasokan air irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya harga produk dapat menjadi faktor-faktor pembatas/kendala untuk program peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya lokal tersebut (Darwanto dan Ratnaningtyas, 2007).

7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Metode analisis itu diantaranya adalah :

a. Metode Analisis LQ

Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah referensi (pola pengeluaran secara geografi adalah sama). Produktivitas tenaga kerja adalah sama dan setiap industri menghasilkan orang yang sama (homogen) pada setiap sektor (Arsyad, 1999).

b. MetodeAnalisis Shift-Share

Menurut Widodo (2006), analisis Shift Share adalah salah satu

teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan tiga informasi dasar yang berhubungan satu sama lain, yaitu:

1) Pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national

growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

2) Pergeseran proporsional (proportional shift), yang menunjukkan

perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional.

(36)

3) Pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi.

c. Metode Input output

Menurut Kuncoro (2004a), manfaat analisis input output antara

lain menyajikan gambaran rinci mengenai struktur ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu, memberikan gambaran lengkap mengenai aliran barang, jasa, dan input antar sektor, dan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasi/kebijakan ekonomi

Analisis IO dipergunakan untuk perencanaan ekonomi nasional maupun regional. Model IO memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama suatu jangka waktu atau suatu waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya ekonomi menuju cita-cita yang diinginkan. Selain dapat mengetahui besarnya keterkaitan antarsektor baik ke depan maupun ke belakang, perencana juga dapat mengetahui besarnya angka pengganda dari setiap sektor produksi dalam perekonomian tersebut. Angka pengganda yang dihasilkan dari model IO mencakup angka pengganda output, tenaga kerja serta pendapatan. Dari keduanya (angka pengganda dan koefisien keterkaitan antarsektor) dapat diketahui sektor apa yang menjadi unggulan daerah serta yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi regional (Widodo, 2006).

d. Metode Tipologi Klassen

Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial, dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis

(37)

Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori tersebut didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi Sektoral thd PDRB Rerata Laju Pertumbuhan Sektoral YSEKTOR≥ YPDRB YSEKTOR < YPDRB

rSEKTOR≥ rPDRB Sektor Prima Sektor Berkembang

rSEKTOR < rPDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang

Sumber: Widodo, 2006 Keterangan:

a. YSEKTOR = nilai sektor ke i b. YPRDB = rata-rata PDRB

c. rSEKTOR = laju pertumbuhan sektor ke i

d. rPDRB = laju pertumbuhan PDRB

Bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, dapat dilakukan dengan menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

(38)

Tabel 7. Matriks Strategi Pengembangan Jangka Pendek (1-5th) Jangka Menengah (5-10th) Jangka Panjang (10-25th)

- sektor prima - sektor berkembang

menjadi sektor prima - sektor terbelakang

menjadi sektor berkembang

- sektor berkembang menjadi sektor prima

Sumber : Widodo, 2006

C.Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Perencanaan memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan. Perencanaan pembangunan yang baik haruslah memperhatikan kondisi lingkungan, kekuatan dan kelemahan di suatu daerah, badan perencana pembangunan dan ruang serta waktu. Perencanaan pembangunan yang tepat dibutuhkan agar tujuan pembangunan dapat dicapai dan berjalan baik. Oleh karena itu perencanaan pembangunan diperlukan sebagai dasar dan arahan dalam melakukan proses pembangunan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembangunan daerah di Kabupaten Sragen mencakup dua sektor yaitu sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Sektor perekonomian terdiri dari sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana masing-masing sektor tersebut memberikan sumbangan yang beragam bagi PDRB Kabupaten Sragen. Sektor pertanian terdiri dari lima subsektor antara lain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Sedangkan untuk sektor non pertanian terdiri dari delapan sektor antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air minum; sektor bangunan/kontruksi; sektor perdagangan, restoran, dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa.

Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar dari sektor pertanian, sehingga tanaman bahan

(39)

makanan memiliki peranan penting bagi sektor pertanian di Kabupaten Sragen. Subsektor ini memperoleh kontribusi dari berbagai komoditi tanaman pangan (padi dan palawija), sayuran dan buah-buahan. Dari hasil produksi komoditi tersebut dapat diketahui besarnya nilai produksi dan laju pertumbuhan komoditi dengan melihat jumlah produksi dan harga komoditi tingkat produsen pada tahun tertentu. Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan dapat diketahui yaitu dengan membandingkan nilai produksi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan di Kabupaten Sragen.

Besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan klasifikasi tanaman bahan makanan dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen, masing-masing komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen diidentifikasi sehingga dapat diketahui komoditi yang menjadi prioritas atau unggulan di Kabupaten Sragen. Komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan Tipologi Klassen diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. Berdasarkan hasil klasifikasi, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dapat melakukan kegiatan perencanaan untuk pembangunan ekonomi daerahnya di masa yang akan datang yaitu dengan menentukan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan.

Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan ini dapat disusun melalui matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang berdasarkan pada periode waktu, meliputi pengembangan untuk masa jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi pengembangan yang telah disusun berdasarkan periode waktu tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah, sehingga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerah Kabupaten Sragen. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah merupakan

(40)

tindak lanjut dari penetapan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di KabupatenSragen.

Gambar alur kerangka pemikiran dalam penelitian Perencanaan

Pembangunan Ekonomi Daerah Berbasis Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen disajikan pada Gambar 1

(41)

                       

Gambar 1. Alur Pemikiran Penentuan Klasifikasi dan Alternatif Strategi

Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen

Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen

Sektor Perekonomian Sektor Non Perekonomian

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian

Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Subsektor Tanaman Perkebunan

Subsektor Peternakan Subsektor Kehutanan Subsektor Perikanan Komoditi Tanaman Bahan Makanan Pendekatan Tipologi Klassen Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Sragen

Komoditi Prima

Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan

Jangka Pendek 1-5 Tahun Jangka Menengah 5-10 Tahun Jangka Panjang 10-25 Tahun Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Kabupaten Sragen Komoditi Potensial Komoditi Berkembang Komoditi Terbelakang

(42)

D.Pembatasan Masalah

1. Model Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif

perekonomian suatu wilayah adalah meliputi model teori ekonomi basis,

model Shift Share, model input-output, maupun pendekatan Tipologi

Klassen. Dalam penelitian ini analisis dibatasi hanya menggunakan pendekatan Tipologi Klassen.

2. Komoditi tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman padi, tanaman

palawija, dan tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias. Dalam penelitian ini komoditi tanaman bahan makanan terdiri dari padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan.

3. Harga komoditi tanaman bahan makanan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah harga rata-rata tahunan komoditi tanaman bahan makanan di tingkat produsen di Kabupaten Sragen pada tahun 2005-2008.

4. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan

mengacu pada matrik strategi pengembangan dari buku Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer karangan Tri Widodo.

E.Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis pada sejumlah objek,

gagasan, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan Tipologi Klassen yang mengklasifikasikan komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Tipologi Klassen membagi komoditi tanaman bahan makanan menjadi empat kategori yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang.

2. Komoditi adalah suatu produk yang diperdagangkan atau barang

perdagangan. Dalam penelitian ini, komoditi adalah suatu produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia di Kabupaten Sragen.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008  menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)  2000 (dalam persen)
Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen  Tahun  2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000   (dalam persen)
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan  Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam persen)
Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Keuangan berdasarkan Analisis Rasio yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio

Berdasarkan pada sumber yang di dapatkan pH optimum untuk bakteri tumbuh adalah pada pH 7, dan jika pH di atas 8 bakteri akan mati.. Berarti hasil

tergantung pada petunjuk guru, kerangka kerja pengajarnya memiliki tahapan seperti kurikulum sebagai acuan mengajar, konsep belajarnya adalah mengulang bukan memahami,

Biasa digunakan dalam bentuk dosis aerosol, karena berefek pesat dan mempunyai efek samping yang ringan dibanding dengan dosis

Pada Contoh [7] dapat dianalisa konsep yang muncul dari “Tree” adalah a woody perennial plant, typically having a single stem or trunk growing into a considerable height and

Dengan permasalahan – permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan

Kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Maospati, Kabupaten Magetan pada lansia yang melakukan pemeriksaan asam urat pada bulan Januari sampai Maret 2020

Analisa Perbandingan Kondisi Aktual dan Desain Kondisi data aktual digunakan untuk membandingkan hasil dari inlet dan outlet setiap komponen untuk menganalisa dari perpindahan