• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

44

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabilitas elemen iklim dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Aktivitas ekonomi dilihat melalui kinerja perekonomian pada sektor perikanan dan sektor pariwisata. Sektor perikanan dan sektor pariwisata merupakan dua sektor yang menjadi sektor unggulan dalam perencanaan Kawasan Bahari Terpadu. Sektor Pariwisata diwakili oleh jumlah tangkapan sedangkan sektor pariwisata diwakili oleh jumlah kunjungan di Pantai Kartini, Rembang.

Keterbatasan data membuat analisis regresi tidak dapat dilakukan sehingga analisis korelasi yang dipilih. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan bahwa variabilitas elemen iklim memiliki hubungan dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu, Kabupaten Rembang. Setiap indikator elemen iklim, memiliki kekuatan hubungan/koefisien yang berbeda-beda namun secara garis besar, elemen iklim memiliki keterkaitan dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu.

Estimasi menunjukkan korelasi antara variabilitas elemen iklim dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pada sektor perikanan hubungan antara angin topan dengan jumlah tangkapan ikan memiliki pengaruh yang paling besar. Ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar -0,57 yang berarti intensitas terjadinya angin topan yang meningkat cenderung akan mengurangi jumlah tangkapan ikan. Terjadinya angin topan memberikan kesulitan bagi nelayan untuk melakukan kegiatam melaut. Sedangkan pada sektor pariwisata, suhu udara merupakan variabel elemen iklim yang memiliki nilai koefisien terbesar pada jumlah kunjungan di Pantai Kartini, hal ini ditunjukkan oleh koefisien sebesar 0,25. Artinya, suhu udara yang semakin memanas cenderung akan meningkatkan jumlah pengunjung di Pantai Kartini, Kabupaten Rembang. Dengan kecenderungan para wisatawan menikmati wisata pantai pada saat cuaca cerah.

(2)

45 Jika dibandingkan antara nilai koefisien angin topan dengan nilai koefisien suhu udara, angin topan memiliki nilai korelasi tertinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa elemen iklim melalui angin topan memiliki hubungan yang paling kuat dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu, Kabupaten Rembang.

Topik korelasi variabilitas elemen iklim terhadap aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu, Kabupaten Rembang masih menarik untuk diteliti. Dalam jangka waktu yang lebih panjang (lebih dari 30 tahun) dapat melihat perubahan iklim secara menyeluruh. Penelitian ini hanya menggunakan data 10 tahun saja, maka tidak dapat mengetahui perubahan iklim secara menyeluruh. Indikator dari elemen iklim hanya menggunakan data curah hujan, suhu udara, abrasi air laut, angin topan. Sedangkan indikator dari sektor perikanan menggunakan jumlah tangkapan ikan, jumlah kapal nelayan dan jumlah nelayan. Pada sektor pariwisata, indikator yang digunakan hanya jumlah pengunjung dan jumlah hotel. Perlu ditambahkan juga indikator dari elemen iklim, sektor perikanan dan sektor pariwisata agar dapat melihat keterkaitan lebih menyeluruh. Bahkan penelitian ini juga dapat digunakan pada wilayah yang lain, tidak hanya Kabupaten Rembang saja. Keterbatasan data menyebabkan penelitian ini masih menggunakan metode korelasi sehingga belum mampu mengetahui sebab-akibat antara perubahan iklim dengan aktivitas ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu.

5.2 Implikasi Kebijakan

Berdasarkan penelitian ini, maka kebijakan terkait adalah kebijakan mengenai perubahan iklim. Kebijakan mengenai perubahan iklim, antara lain adalah kebijakan adaptasi dan mitigasi dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim. Mitigasi merupakan langkah-langkah dalam rangka mengurangi penyebab perubahan iklim, seperti mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui pembangunan ruang terbuka hijau. Sedangkan, adaptasi merupakan langkah-langkah bentuk penyesuaian manusia terhadap dampak perubahan iklim, contohnya pada sektor perikanan yakni meningkatkan kuantitas dan kualitas terumbu karang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Penurunan Gas Rumah Kaca (RAP-GRK) pada pasal 2 ayat 2. RAP-GRK bertujuan untuk mengurangi emisi GRK pada kurun waktu 2010-2020 dengan mengacu pada

(3)

46 pembangunan daerah. Dalam rangka mendukung tujuan RAP-GRK, kebijakan yang dapat dilakukan khususnya di Kabupaten Rembang adalah meningkatkan kualitas dan kuantias hutan bakau dalam upaya penurunan emisi GRK. Menurut Natural Resources Development Center bahwa sektor kehutanan memiliki potensi yang besar dalam upaya penurunan emisi GRK. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bajo, masyarakat lokal dapat menjaga kelestarian sumber daya alam; salah satunya hutan bakau (Paino, 2014). Tentu hal tersebut mampu dilakukan oleh masyarakat lokal di Kabupaten Rembang agar kelestarian dari hutan bakau dapat terjaga. Gerakan dari masyarakat harus didukung pula oleh LSM bahkan pemerintah agar peraturan/ regulasi dan pengawasan dapat dilakukan sehingga kelestarian dari hutan bakau bisa terjaga.

Pemerintah juga membuat kebijakan adaptasi dalam bentuk Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Kebijakan tersebut bertujuan terselenggaranya sistem pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Sasaran dan tujuan RAN -API adalah pembangunan berkelanjutan dan adaptif perubahan; dibagi menjadi lima sub -bidang, salah satunya adalah Ketahanan Ekosistem.

Dalam rangka mendukung kebijakan diatas hal yang dapat dilakukan khususnya di Kabupaten Rembang adalah peningkatan kuantitas dan kualitas terumbu karang, selain itu pembangunan hutan bakau juga dapat dilakukan dengan tujuan mencegah maupun mengurangi dampak dari perubahan iklim, yakni abrasi laut. Bentuk riil yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas terumbu karang adalah pembinaan masyarakat lokal dan dukungan dari pemerintah. Pemerintah memberikan pembinaan agar masyarakat sadar akan sumber daya alam (hutan bakau) yang dimiliki sehingga eksistensi terumbu karang bertambah dan tetap lestari.

(4)

47

DAFTAR PUSTAKA

Amelung, B., & Viner, D. (2006). Mediterranean Tourism: Exploring the Future with the Tourism Climate Index. Sustainable Tourism, 14 (4), 349-366.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Jakarta: BAPPENAS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2002). Rembang dalam Angka Tahun 2002 (Katalog No. 1403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab. Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2006). Rembang dalam Angka Tahun

2006 (Katalog No. 403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab. Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2007). Rembang dalam Angka Tahun

2007 (Katalog No. 1403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab. Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2009). Rembang dalam Angka Tahun

2008/2009 (Katalog No. 1403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

Rembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2010). Rembang dalam Angka Tahun 2010 (Katalog No. 1403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab. Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2011). Rembang dalam Angka Tahun

2011 (Katalog No. 1403.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab. Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2012). Rembang dalam Angka Tahun

2012 (Katalog No. 1102001.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

Rembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2013). Rembang dalam Angka Tahun

2013 ( Katalog No. 1102001.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

Rembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2014). Rembang dalam Angka Tahun

2014 (Katalog No. 1102001.3317100). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

(5)

48 Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2015). Rembang dalam Angka Tahun

2015 ( Katalog No. 1102001.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

Rembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. (2016). Rembang dalam Angka Tahun

2016 ( Katalog No. 1102001.3317). Kabupaten Rembang: BPS Kab.

Rembang.

Diksominfo Provinsi Kaltim. (2013). Pariwisata cukup penuhi infrastruktur

penunjuang. Dikutip pada tanggal 3 November 2016, dari :

http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-menparekraf---pariwisata-cukup-penuhi-infrastruktur-penunjang.html

Djula, B. (2013). Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Gernowo, R., & Yulianto T. (2010). Fenomena Perubahan Iklim dan Karakteristik Curah Hujan Ekstrim di DKI Jakarta. Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY (hal. 13-16). Semarang.

Hadad, I. (2010). Perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Prisma Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi, 29 (2), 3-34.

Kawilarang, R. R., & Adiati, H. F. (2009). Asia Tenggara Area Terparah Perubahan

Iklim. Dikutip pada tanggal 24 Agustus 2016, dari :

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/52799-asia-tenggara-area-terparah-perubahan-iklim

Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. (2016). Indonesia Sekilas. Dikutip pada

tanggal 18 Agustus 2016, dari :

http://pesonaindonesia.travel/D/SK/20160811041720/0/0.html

Pengaruh investasi infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di kabupaten pesisir selatan provinsi sumatera barat. Dikutip pada tanggal 29 November 2016, dari : jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/download/5680/2400

(6)

49 Muflikhati, I. H., Sumarwan, U., Fahrudin, A., & Puspitawati, H. (2010). Kondisi

Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Keluarga dan Konsumen (hal. 1-10). Bogor.

National Institute of Open Schooling. (2005). Development of infrastructure and growth of tourism. Dikutip pada tanggal 2 November 2016, dari : www.nios.ac.in/media/documents/316coursee/e-jha-31-10b.pdf

Natural Resources Development Center. (2013). Kebijakan Nasional Perubahan Iklim. Jakarta: The Nature Conservancy

Paino, C. (2014). Mongabay Indonesia. Dikutip pada tanggal 12 Juni 2017, dari :

http://www.mongabay.co.id/2014/01/26/kearifan-suku-bajo-menjaga-kelestarian-pesisir-dan-laut/

Patriana, R., & Satria, A. (2013). Pola Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus Nelayan Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 8 (1), 11-23.

Perdana, T. A. (2015). Dampak perubahan iklim terhadap nelayan tangkap(Skripsi, Universitas Dipenogoro, Semarang).

Pitana, I. G. (2015). Marine Tourism in Indonesia. World Congress Blue Economy. Surabaya: Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata.

Rani, C. (2007). Perubahan iklim : kaitannya dengan terumbu karang. Dikutip dari

tanggal 27 Agustus 2007, dari :

repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/85/Prbhiklim-trb krg _munas T-krg_.pdf

Setyolaksono, M. P. (2014). Perubahan iklim dampak dan pengaruhnya. Dikutip

pada tanggal 12 November 2014, dari :

http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-332-perubahan-iklim-dampak-dan-pengaruhnya.html

Sosiawan, K. (2008). Peran kawasan bahari terpadu rembang terhadap ekonomi lokal di desa tasikagung rembang. thesis, Universitas Dipenogoro- Semarang

(7)

50 Suwarto, T. (2011). Pengaruh iklim dan perubahannya terhadap destinasi pariwisata

pantai pangandaran. Perencanaan Wilyah dan Kota, 22(1), 17-32.

Unipdu. (2014). Korelasi dan regresi linier sederhana. Dikutip pada tanggal 10 Oktober 2016, dari : http://www.fia.unipdu.ac.id/download/modul-korelasi-dan-regresi-2014-01-04.pdf

United Nations Framework Convention on Climate Change. (2012). Sekilas tentang

perubahan iklim climate change at a glance. Dikutip pada tanggal 30

Oktober 2016, dari :

https://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang _perubahan_iklim.pdf.

Wiadnya, D. G. (2012). Keanekaragaman sumber daya hayati laut. Dikutip pada tanggal 15 November 2016, dari :

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film dari campuran 3g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 1 g ektrak kulit

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep

Skema pendekatan dan pemecahan masalah disajikan dalam Gambar 1. Untuk mengetahui salinitas ideal maka dilakukan percobaan penambahan salinitas dengan tingkat berbeda.

Sekarang kita lihat kalau data yang dimasukan lebih dari 13 karakter maka hanya 12 karakter pertama yang disimpan pada teks, mengingat argumen kedua dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kelelahan kerja (burnout) yang signifikan antara

Sikap jujur dibiasakan dengan cara guru harus berkerja sama dengan orang tua untuk memantau siswa, misalnya jika di sekolah maka tugas guru untuk memantau siswa bersikap jujur

Di dalam kelas dimulai dari guru mengucapkan salam, menyapa anak, berdo‟a dan bernyanyi (kegiatan rutin), absensi, dan tanya jawab mengenai tema pada hari ini.

Pembentukan Peraturan Presiden No.45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan satu gagasan program dan peraturan yang