• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Eksistensialisme Simone de Beauvo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Telaah Eksistensialisme Simone de Beauvo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 Telaah Eksistensialisme Simone de Beauvoir dan Albert Camus

dalam Novel Raumanen

Edy Nugraha

Sastra seringkali didefinisikan dan dipersamakan dengan cerita fiksi. Terlebih memang sastra adalah sebuah cerita, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai. Horatius pernah berkata bahwa sastra bersifat dulce et utile, yaitu menghibur dan memiki kegunaan (Wahyudi, dkk. 2008: 19).

Dulce et utile tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya tokoh

dan penokohan. Dari segi tokoh, kita bisa melihat nilai-nilai yang ada, terlebih jika dikaitkan dengan perihal lain, salah satunya adalah filsafat eksistensialisme.

Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala fenomena berpangkal pada eksistensi yang bertitik pada manusia. Eksistensi itu diartikan dengan bagaimana cara manusia berada di dunia ini. Segala benda yang ada di luar manusia tidak bereksistensi, sebab benda beresensi sekaligus bereksistensi sedangkan eksistensi manusia mendahului esensi.

Salah satu novel yang tokohnya unik untuk dikaji dengan filsafat eksistensialisme adalah adalah Raumanen. Novel Raumanen tergolong sebagai novel yang fenomenal karena memenangkan sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta, 1975, memperoleh hadiah Yayasan Buku Utama, 1977. Melalui novel itu pula, Marianne memenangkan SEA Write, hadiah sastra untuk sastrawan Asia Tenggara yang panitianya berpusat di Bangkok. Novel ini terbit pertama kali tahun 1977 dan diterbitkan kembali tahun 2006 oleh Metafor Publishing.

(2)

2 bernama Monang. Hubungannya kian mesra hingga di Cibogo, mereka “bercinta” layaknya pasangan suami istri.

Hubungan mereka terus berlanjut sampai akhirnya Manen hamil, sementara itu, keluarga Monang telah memilih jodoh untuk Monang. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, anak yang dikandung Raumanen cacat karena sipilis yang diderita Monang. Manen merasa tidak bisa menerima kenyataan. Akhirnya dia bunuh diri, sementara Monang tidak bahagia dengan perempuan pilihan ibunya.

Tulisan ini membahas eksistensialisme tokoh Raumanen dengan pendekatan Eksistensialisme Simone de Beauvoir dan Albert Camus.

Raumanen sebagai Perempuan yang Bereksistensi

Simone de Beauvoir dalam buku The Second Sex menjelaskan bahwa betapa perempuan dikonstruksi untuk tidak bisa menjadi “the self”, melainkan “the other”. Berikut merupakan kutipannya.: “She is defined and differentiated with reference to man and not he with reference to her, she is the incidental, the inesseceential as

opposed to the essential. He is the subject, he is the absolute- she is the other.” (1948: 16).

Perempuan didefinisikan dengan referensi kepada laki-laki dan bukan referensi kepada dirinya sendiri, dengan demikian perempuan adalah insidentil semata, tidak esensial, sementara laki-laki adalah subyek dan dia absolut sedangkan perempuan adalah “sang liyan”.

Pandangan tersebut karena adanya kultur patriarkal dan mitos tentang tubuh perempuan. Dalam hal tersebut, sesungguhnya perempuan tidak bereksitensi. Perempuan harus membebaskan diri dari kultur patriarkal dengan mandiri dan diantar menjadi kaum intelektual yang akan membawanya pada kebebasan.

(3)

3 from the traditional feminine world, they get from neither society nor their husbands

the assistance they would need to become in concrete fact equals of the men.” (1948: 690).

Simone de Beauvoir pun menjelaskan bahwa kebanyakan eksistensi perempuan adalah etre en soi (ada pada dirinya) bukan etre pour soi (ada bagi dirinya). Agar dapat mengubah menjadi makhluk yang mandiri diperlukan konsep transendensi (kesadaran diri). Sesuai dengan perkataan Simone de Beauvoir bahwa

“Let them be provided with living strength of their own, let them have the means to attack the world and wrest from it their own subsistence, and their dependence will abolished-that of man also. There is no doubt that both of men and women will profit greatly from the new situation.” (Simone de Beauvoir, 1948: 733).

Perempuan harus hidup dengan kekuatannya dan menantang dunia yang patriarki ini. Perempuan harus bergelut dengan subsistensinya dan kemandiriannya. Dalam situasi ini, tidak ada yang dirugikan.

Tokoh Raumanen adalah tokoh yang penokohannya mendobrak stereotip tentang perempuan, yaitu makhluk yang tidak mandiri, pasif, dan tersubordinasi. Sosok Raumanen adalah sosok perempuan Manado yang cantik, rajin, aktif dalam organisasi, serta independen. Terbukti dia aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang biasanya didominasi oleh laki-laki, yang dibuktikan dalam kutipan “Manen mengemasi pakaiannya. Ia dan Ilyas diutus ke Bandung guna mewakili pengurus pusat.” (hlm. 25).

(4)

4 Kutipan tersebut semakin membuktikan bahwa dalam novel ini tokoh perempuan bereksitensi, yaitu bebas memilih pilihannya sendiri sedangkan tokoh laki-laki, Monang, harus tunduk pada budayanya, yaitu Batak. Bahwasanya orang tuanya menyuruh bahwa jika menikah, dia harus mencari perempuan Batak pula.

Sesuai pandangan Simone de Beauvoir dalam buku The Second Sex, eksistensi Raumanen ada pada etre por soir. Dia bukan menjadi sosok “the others” yang dikonstruksi laki-laki, tetapi dia bisa menjadi “the self” yang menyadari eksistensinya sebagai manusia yang bebas bertindak atas kehendaknya sendiri. Kemandirian Raumanen membuat dia menjadi sosok perempuan yang bereksistensi karena tidak tersubordinasi oleh laki-laki. Dia pun menyadari bahwa pendidikan adalah hal yang penting bagi dirinya dan perempuan.

Bunuh Diri sebagai Peristiwa yang Menghabisis Eksisrtensi Raumanen

Namun yang menjadi problem lain adalah bahwa Raumanen mengalami problem eksistensial ketika tahu bahwa anak yang dikandungnya akan cacat. ketika Kejadian tersebut merupakan buah dari peristiwa di Bandung, dia bersama Monang, kekasihnya, bercumbu di sebuah bilik. Semua dilakukan atas penuh kesadarannya.

Monang, kekasih yang menghamilinya dan berjanji menikahinya justru menikah dengan perempuan lain. Sebenarnya, dia sudah ikhlas mengetahui hal tersebut. Namun di akhir cerita dia mengakhiri hidupnya, bukan karena Monang menikah dengan orang lain, tetapi karena anak yang dikandungnya akan cacat.

Albert Camus dalam Myth of Sysyphus (1955: 3—7) menjelaskan perihal absurd dan masalah bunuh diri. Albert Camus membuka bagian Absurd and Suicide dengan pernyataan “There is but one truly serious philosophical problem, and that is suicide.”

(5)

5 kehidupannya itu sendiri. Bahwasanya bagi Camus adalah kehidupan itu absurd. Justru dalam keabsurdan hidup itulah manusia harus membuat hidup lebih bermakna.

Bagi Camus, tidak ditemukan seorang pun yang nekad mati demi membela prinsip yang sangat ontologis. Camus berpendapat bahwa manusia meniada karena merasa kehidupan tidak layak untuk dilanjutkan. Di sini harus dilihat kembali soal pemaknaan atas kehidupan itu sendiri. Bagi Camus, orang yang bunuh diri mengisyaratkan bahwa dia kalah dalam hidup dan tidak mengerti hidupnya sendiri. Penderitaan yang dibawa pun tiada manfaatnya, dan seakan-akan hidup tidak ada passion.

Pada akhir cerita, Raumanen mengalami problem eksistensinya, yaitu sebagai sosok perempuan yang kuat harus dihadapkan pada permasalahan dia hamil dan anaknya pun akan cacat. Selain itu, kekasihnya yang berjanji menikahinya, Monang, menikah dengan perempuan lain yang sesuku dengan Monang. Pada saat itu Raumanen memang sudah mengikhlaskan hal tersebut. Yang dia permasalahkan adalah anaknya yang akan cacat, yang bisa dilihat dalam kutipan berikut ini.

“tetapi kalau aku berjalan terus di jalan yang kini terpaksa kutempuh…terpaksa kubunuh anakku yang tak bersalah. Kata Philip anakku pasti cacat. Aku pernah belajar ilmu kesehatan di sekolah, dan aku tahu betapa ngerinya bentuk cacat yang disebabkan penyakit sifilis keturunan.” (hlm. 126).

(6)

6 Jelaslah bahwa dalam novel Raumanen, tokoh Raumanen, perempuan Manado yang sangat bereksistensi karena merupakan sosok yang aktif, cerdas, mandiri, dan bisa bertindak atas kehendaknya sendiri tanpa intervensi dari laki-laki. Eksistensi Raumanen adalah etre pour soi, dan dia bisa menjadi “the self”, bukan “the others”. Namun pada akhirnya malah Raumanen mengakhiri eksistensi hidupnya karena permasalahan anak di kandungannya akan mengalami kecacatan. Bisa dibilang Raumanen adalah perempuan yang mengalami problem eksistensialis, yang akhirnya memilih untuk bunuh diri.

O e is ot or , ut rather e o es, a o a Simone de Beauvoir

I see many people die because they judge that life is not orth li i g Albert Camus Tu uhku ya g per ah egitu esra di elai ya… egitu keja kuakhiri

kebergunaannya Raumanen

Sumber Rujukan

Camus, Albert. 1955. The Myth of Sysyphus and Other Essays (translated Justin O’Brien).

de Beauvoir, Simone. 1948. The Second Sex (terjemahan Jonathan Cape). Paris: Paul Morihien Publishing Co.

Katoppo, Marianne. 1977. Raumanen. Jakarta: Metafor Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam bentuk softcopy di Satuan Polisi Pamong Praja Kota. Palembang, diminta kepada penyedia yang akan mendaftar membawa flash disk

Demikian Pengumuman Pemenang Seleksi ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal dan bulan sebagaimana tersebut di atas untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sebagai bahan klarifikasi diharapkan membawa seluruh dokumen isian kualifikasi yang asli atau yang telah dilegalisir oleh instansi/lembaga yang menerbitkan, mengingat

Pada hari ini Sabtu tanggal Sepuluh bulan November tahun Dua Ribu Dua Belas , kami yang bertandatangan di bawah ini Panitia Pangadaan Barang dan Jasa Konstruksi Dinas Tata

Nomor : 30/09/POKJA-BLPBJ.MKS/VIII/2017 tanggal 14 Agustus 2017, kami Pokja 3 Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa (BPLPBJ) Kota Makassar, dengan ini

No right are granted to Recipient under any patent, patent application or other proprietary rights of institute other than the right to use the Materials for.. diagnostic

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun

[r]