• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDI pengobatan dalam pandangan islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDI pengobatan dalam pandangan islam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS IDI

PENGOBATAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun oleh:

Adiana Vikasanti (31101300328)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG

(2)

PENGERTIAN

Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama yang di anut manusia.

Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah medis dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :

1. Pendapat pertama

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Pendapat ini di nisbat kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-hafidz.

2. Pendapat kedua

Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh manusia untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya dari kondisi sakit.

3. Pendapat ketiga

Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.

Definisi-definisi tersebut walaupun kata-kata dan ungkapannya berbeda tetapi memiliki arti dan kandungan yang berdekatan, meskipun definisi ketiga lah yang memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup makna yang ditujukan oleh definisi pertama dan kedua.

(3)

ketika kondisi tidak sehat. Pengobatan medis sendiri dalam sejarah manusia merupakan hasil proses panjang yang di awali secara tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.

PETUNJUK Al-QUR’AN TENTANG PENGOBATAN

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82).

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11). “Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”. (QS An-Nahl:69)

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya: Nabi Isa AS

(4)

Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an”. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

1. Doa Mukjizat

Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.

2. Dengan Memakai Madu

Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.

(5)

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.

Rasullullah SAW. adalah suri tauladan seluruh aspek kehidupan umat manusia, termasuk memelihara kesehatan, dan mengobati penyakit. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada ( diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hati kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-ahzab: 21)

WAKTU PALING BAIK UNTUK BERBEKAM

Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas bin Malik r.a.

menceritakan bahwa : "Rasulullah SAW biasa melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya. Beliau melakukannya pada hari ketujuhbelas, kesembilanbelas atau keduapuluhsatu." (Diriwayatkan oleh Ahmad). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika diperlukan. Hal ini berdasarkan ucapan Rasulullah SAW : "Jangan sampai mengalami ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan."

Imam asy-Syuyuthi menukil pendapat Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam sebelumnya.

Larangan Berbekam.

Orang tua renta yang sakit tanpa daya dan upaya. Penderita tekanan darah sangat rendah (dianjurkan minum habbatussauda). Penderita sakit kudis. Penderita diabetes mellitus . Perut wanita yang sedang hamil. Wanita yang sedang haid. Orang yang sedang minum obat

pengencer darah. Penderita leukemia, thrombosit, alergi kulit serius. Orang yang sangat letih / kelaparan / kenyang / kehausan / gugup. Anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-bekam : Mata, telinga,

hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka .

Dalam era teknologi yang semakin canggih ini, ilmu pengobatan kian maju pesat. Tetapi, masih saja dijumpai orang menderita sakit, bahkan jumlah penyakit semakin banyak. Inilah ketentuan Allah yang berlaku, dan tiada sesuatu pun yang dapat mengubahnya.

(6)

hal-hal yang berhubungan dengan mizaj, humor, tenaga, pembagian jenis penyakit, gejala penyakit, dan penyebab sakit.

Sedangkan pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan dengan ilmu cara melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan. Misalnya, ilmu yang menjelaskan cara menjaga kesehatan tubuh atau cara merawat tubuh yang sakit.

Jenis pengobatan secara praktik dibagi menjadi dua:

a. Ilmu kesehatan, yakni cara mempertahankan kesehatan atau menjaga tubuh selalu tetap sehat.

b. Ilmu keperawatan, yakni mengenai bagaimana mengembalikan kondisi tubuh dari keadaan sakit ke kondisi sehat.

Kaitannya dengan pengobatan di dalam bahasa Arab, kata ath-thibb dapat diartikan dengan berbagai macam pengertian, antara lain.

1. Al-Ishlah, perbaikan. Jika dikatakan “Thabbab-tuhu”, artinya aku memperbaiki keadaannya.

2. Al-Luthfu was-siyasah, kelembutan dan pengaturan. Dikatakan kepada orang lain dengan kalimat, “Annahu thabba bil umuri” bahwa dia pandai mengurus masalah.

3. Al-Hidzqu, pintar dan pandai. Menurut al-Jauhari, dikalangan bahasa Arab, setiap orang pintar disebut tabib. Abu Ubaid berkata , “Makna dasar ath-thibb adalah kepintaran dan kepandaian tentang segala sesuatu. Jika dikatakan “thabba wa thabib”, maka artinya mahir, cakap, dan pandai, meskipun belum tentu bisa mengobati orang yang sakit. Menurut pendapat lain, seseorang yang disebut thabib, karena kepandaian dan kepintarannya.

4. Al-’Addah, kebiasaan. Jika dikatakan, “Laisa bithibbi”, artinya itu bukan kebiasaanku. 5. As-Sihr, sihir. Orang yang terkena sihir disebut mathbub, karena mereka menamai ath-thibb dengan sihir.

Ibnu Sayyid berkata, “Kata ath-thabb berarti orang yang mengetahui banyak hal. Begitu juga ath-thabib.” Adapun ath-thibb secara istilah diartikan ilmu untuk mengetahui keadaan badan manusia dari segi kurangnya kesehatan, agar dapat menjaga kesehatan dan mengembalikan yang hilang.

A. Konsep Pengobatan

Dalam Sahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW., “Kesembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala), sayatan pisau bekam (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku melarang umatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”

(7)

Masih banyak dalil sahih yang menjelaskan pengobatan Nabawi. Tetapi dari cuplikan 2 hadis tersebut dapat diketahui bahwa pengobatan yang dianjurkan oleh Rasullullah SAW. adalah Al-Quran, madu, dan bekam (sayatan pisau/bekam). Akan tetapi, Rasulullah melarang melakukan pengobatan dengan besi panas.

1. Mengobati penyakit dengan Al-Quran

Menurut Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun Nabawy bahwa penyakit itu digolongkan 2 jenis, yakni penyakit batin dan penyakit lahir (fisik). Penyakit batin adalah penyakit yang berkaitan dengan jauhnya batin ( hati) seseorang dari Allah SWT. Penyakit ini menyerang unsur ruh manusia; seperti kesurupan. Pengobatan penyakit ini adalah al-Qur’an (ibadah, doa, ruqyah, syar’iyah). Sedangkan yang kedua, adalah penyakit lahir (fisik). Penyakit ini obat-nya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan Al-Qur’an.

2. Mengobati dengan madu

Allah SWT. berfirman, “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bemacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. an-Nahl (16):69)

Madu merupakan makanan sekaligus obat yang disebutkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. menyukai madu sebagai makanan atau sebagai penyembuh penyakit. Bahkan, Beliau suka meminum madu di pagi hari dengan dicampur air dingin untuk menjaga atau mengobati penyakit usus.

3. Pengobatan dengan Bekam

Bekam nama lainnya adalah hijamah. B. Prinsip-prinsip Pengobatan

Di dalam penyembuhan penyakit ala Rasulullah SAW., diterapkan tertentu sebagai pedoman yang perlu diketahui dan dilaksanakan.

1. Meyakini bahwa Allah SWT. yang Maha Menyembuhkan segala penyakit

Rasulullah SAW. menyajarkan bahwa Allah SWT. adalah dzat yang Maha Penyembuh. Allah SWT. berfirman “Dan apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku.” (QS. asy-Syu’ara (26): 80).

Jika memerhatikan pengobatan masa sekarang yang serba modern ternyata kebalikan dengan pengobatan jaman Rasulullah. Banyak orang yang menggantungkan penyembuhan dengan obat. Padahal, keyakinan semacam itu mendekati perbuatan syirik. Yang memberikan kesembuhan bukanlah obat itu, tapi Allah SWT.

Jika kita merasa yakin, insya Allah akan diberi kesembuhan dengan cepat. Rasulullah SAW. mengajarkan agar orang yang sakit senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Salah satunya doa nabi Yunus: “Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimiin.”

(8)

Rasulullah mangajarkan supaya obat yang dikonsumsi penderita harus halal dan baik. Allah SWT. yang menurunkan penyakit kepada seseorang, maka Dia-lah yang menyembuhkannya. Jika kita menginginkan kesembuhan dari Allah, maka obat yang digunakan juga harus baik dan diridhai Allah SWT. karena Allah melarang memasukan barang yang haram dan merusak ke dalam tubuh kita.Allah berfirman:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah direzekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. al-Maidah (5): 88)

Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap daging (jaringan tubuh) yang tumbuh dari makanan haram, maka api nerakalah baginya.” (HR. at-Tirmidzi)

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud) Menggunakan obat yang halal, selain mendatangkan ridha Allah juga akan menjaga supaya badan tetap sehat.

3. Tidak menimbulkan madharat

Dalam menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan kemudharatan obat. Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat sesuai dengan penyakitnya.

4. Pengobatan tidak bersifat TBC (tahayul, bid’ah, churafat)

Pengobatan yang disyariatkan dalam Islam adalah pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah. Pengobatan dalam Islam tidak boleh berbau syirik (pergi ke dukun, kuburan, dsb.).

5. Selalu ikhtiar dan tawakal

Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklan mencari obat atau dokter yang lebih baik. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda beliau,

Abu Dawud, An Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya; katanya, “Telah berkata Rasulullah SAW., ‘Barangsiapa yang melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak diikenal sebelum itu, maka dia bertanggung jawab (atas perbuatannya).”

C. Kaidah Pengobatan

(9)

“Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)

Allah membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.

2. Pengurangan Allah berfirman,

“Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 196)

Ayat di atas mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang yang di kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur rambutnya saat ihram.

3. Preventif

Allah SWT. berfirman,

“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa (4) : 43)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan debu sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak kena sesuatu yang menyebabkan sakit.

Pengobatan Ala Nabi (Thibbun Nabawi)

berasal dari ilahiah dan pada dasarnya bahan-bahan yang dijadikan obat terbuat dari herbal.

Dalam Al-Quran disebutkan bagaimana Allah SWT memberikan informasi tentang madu.

ننوررككنفنتنين ممووقنلل ةةينآلن كنللذن يفل نكنإل سلانكنللل ءءافنشل هليفل هرنراونلوأن فءللتنخومر بءارنشن اهننلوطربر نومل جرررخوين “

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah ta’ala) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 69)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(10)

Sesungguhnya pada habbatussauda’ terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian (HR. Bukhari - Muslim)

Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuh beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya (HR.Abu Dawud).

PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM PANDANGAN ISLAM

Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini di namai pengobatan tradisional yang banyak berdasarkan pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia), adalah yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan. Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu. Jamu bukan mistik dan bukan pula magic, tetapi tetapi berupa pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.

Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur yang berasal dari cina, dan juga bekam.

Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-garis besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-mantera yang membawa kepada syirik.

PENGOBATAN MODERN DALAM PANDANGAN ISLAM

(11)

pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al-Qur’an dan untuk fisik adalah materi contohnya madu.

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya. “Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova dan Granada di spanyol merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di

Baghdad.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan pihak Instansi tidak melihat tingkat kepentingan dari setiap kriteria yang ada atau dengan kata lain menyamakan semua nilai setiap kriteria

Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat menggambarkan bahwa uraian tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Daerah Provinsi Banten sudah dijalankan oleh

Seperti yang terjadi pada masyarakat petani Pulutan, sikap komunal ketika bermata pencaharian sebagai petani, setelah adanya pembangunan JLS menjadi sikap yang transaksional karena

Sedangkan Akuntan Publik adalah seorang praktisi dengan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan untuk

Szöul után az 1992-ben Barcelona városában megrendezett olimpia lett legköltségesebb (lásd 1. Az infrastrukturális beruházások, a körgyű­ rű építése, az utak,

(2002), hasil uji in vitro bawang putih terhadap beberapa bakteri yang sensitif telah menunjukkan hasil yang signifikan, salah satu bakteri yang juga diujikan salah satunya

Tidak terdapat perbedaan bilangan peroksida minyak goreng sebelum dan setelah penambahan bawang putih (p value=0,309).Hasil analisis uji F menunjukkan penambahan

Dalam mengumpulkan data undang- undang dan SOP, saya akan menggunakan fasilitas kantor dengan efektif dan efisien sehingga data yang dicari dapat terkumpul