Halaman 1 dari 7
DASAR-DASAR PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2016 BAGIAN 1
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Oleh:
Fitri Hady Amrullah
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kotabaru http://www.fitrihadyamrullah.my.id
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlu upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
A. Pengendalian Pencemaran Air
1. Undang-Undang Nomor 32 Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. Pasal Isi Keterangan
1. Pasal 20
ayat (3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Pasal 68
huruf c Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: c. menaati ketentuan tentang baku mutu
lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 98
ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 99
Halaman 2 dari 7
No. Pasal Isi Keterangan
tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 100
ayat (1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). dilakukan lebih dari satu kali.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
No. Pasal Isi Keterangan
1. Pasal 25 Setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana penanggulangan
pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya. 2. Pasal 31 Setiap orang wajib :
melestarikan kualitas air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
mengendalikaan pencemaran air pada sumber air sebagaimana dimaksud didalam Pasal 4 ayat (4).
3. Pasal 32 Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan kewajiban pengelolan kualitas air dan pengendalian
4. Pasal 34 ayat (1), (2) dan (3)
(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib menyampaikan laporan tentang penataan persyaratan izin aplikasi air limbah pada tanah (2) Setiap penanggung jawab usaha dan
atau kegitan wajib menyampaikan laporan tentang penaatan persyaratan izin pembuangan air Iimbah ke air atau sumber air.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan kepada Bupati /Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri
Pasal ini menjadi dasar bahwa periode pelaporan dari izin pemanfaatan dan pembuangan air limbah adalah setiap 3 (tiga) bulan sekali
5. Pasal 35
Halaman 3 dari 7
No. Pasal Isi Keterangan
tertulis dari Bupat / Walikota
6. Pasal 37 Setiap penanggung usaha dan atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mencegah dan menangulangi terjadinya pencemaran air 7. Pasal 38
ayat (1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan yang ditetapkan dalam izin
Pembuangan air limbah adalah pemasukan air limbah secara pelepasan (discharge) bukan secara dumping dan atau
pelepasan dadakan (shock discharge). Pembuangan air limbah yang berupa sisa dari usaha dan atau
kegiatan penambangan, seperti misalnya “air terproduksi” (produced water), yang akan dikembalikan ke dalam formasi asalnya juga wajib menaati baku mutu air limbah yang ditetapkan secara spesifik untuk jenis air limbah tersebut. Air yang keluar dari turbin
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bukan merupakan sisa kegiatan PLTA, sehingga tidak termasuk dalam ketentuan Pasal ini. 8. Pasal 40
ayat (1) Setiap usaha dan kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mendapatkan izin tertulis dari Bupati / Walikota.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
Untuk itu, beberapa hal penting berikut yang dilaksanakan oleh PPLH/PPLHD dalam pemeriksaan kegiatan pembuangan air limbah:
a. Pemeriksaan terhadap sumber
pabrik pendukung dan kegiatan utilitas sepert
oil thermal heater (OTH), oil catcher pada genset, cogen, power plant, tungku pembakaran, air limbah dari wet scrubber, stock pile batubara, regenerasi resin pada water treatment plant, pencucian kemasan bekas bahan kimia, air limbah domestik serta laboratorium.
b. Pemeriksaan kondisi seluruh saluran dari proses produksi hingga kegiatan utilitas. Tim pengawas harus melakukan beberapa langkah berikut pada kondisi yang bersesuaian:
1) Jika menemukan pintu air pada dalam saluran tersebut.
2) Ada atau tidaknya potensi saluran tidak menuju ke IPAL.
3) Jika ditemukan aliran pada saluran dari proses produksi yang tidak m
menuju ke sungai maka saluran tersebut disebut saluran by pass. Hal yang harus dilakukan adalah:
a) Mengambil sampel. Pada kondisi seperti ini, penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan juga dapat mengambil sampel (split sample) untuk cross
b) Mengambil gambar/foto saluran tersebut.
c) Menetapkan titik koordinat lokasi saluran bypass.
d) Mewajibkan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk menutup secara permanen saluran tersebut.
e) Apabila penutupan saluran by pass secara permanen
pelaksanaan pengawasan tersebut, tim pengawas meminta kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan tim pengawas tentang pe
saluran bypass tersebut. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan harus mengirim foto setelah saluran itu ditutup kepada tim pengawas.
c. Pemeriksaan tersedianya alat pencatat debit ( saat pengawasan. Jika
melakukan estimasi besarnya debit air limbah.
d. Pemeriksaan terhadap Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL)
Halaman 6 dari 7
Untuk itu, beberapa hal penting berikut yang dilaksanakan oleh PPLH/PPLHD dalam pemeriksaan kegiatan pembuangan air limbah:
Pemeriksaan terhadap sumber-sumber air limbah mulai dari ruang proses produksi utama, pabrik pendukung dan kegiatan utilitas seperti air blowdowm steam boiler, power boiler, boiler oil thermal heater (OTH), oil catcher pada genset, cogen, power plant, tungku pembakaran, air limbah dari wet scrubber, stock pile batubara, regenerasi resin pada water treatment plant,
kas bahan kimia, air limbah domestik serta laboratorium.
Pemeriksaan kondisi seluruh saluran dari proses produksi hingga kegiatan utilitas. Tim pengawas harus melakukan beberapa langkah berikut pada kondisi yang bersesuaian:
Jika menemukan pintu air pada saluran, periksa dari mana dan kemana arah aliran di dalam saluran tersebut.
Ada atau tidaknya potensi saluran-saluran lain yang berasal dari proses produksi yang Jika ditemukan aliran pada saluran dari proses produksi yang tidak m
menuju ke sungai maka saluran tersebut disebut saluran by pass. Hal yang harus Mengambil sampel. Pada kondisi seperti ini, penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan juga dapat mengambil sampel (split sample) untuk cross
Mengambil gambar/foto saluran tersebut.
Menetapkan titik koordinat lokasi saluran bypass.
Mewajibkan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk menutup secara permanen saluran tersebut.
Apabila penutupan saluran by pass secara permanen tidak dapat dilakukan pada saat pelaksanaan pengawasan tersebut, tim pengawas meminta kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan tim pengawas tentang pe
saluran bypass tersebut. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan harus mengirim foto setelah saluran itu ditutup kepada tim pengawas.
Pemeriksaan tersedianya alat pencatat debit (flowmeter) dan pencatatan debit air limbah pada tidak tersedia alat pencatat debit maka tim pengawas dapat melakukan estimasi besarnya debit air limbah.
Pemeriksaan terhadap Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL)
Untuk itu, beberapa hal penting berikut yang dilaksanakan oleh PPLH/PPLHD dalam sumber air limbah mulai dari ruang proses produksi utama, i air blowdowm steam boiler, power boiler, boiler oil thermal heater (OTH), oil catcher pada genset, cogen, power plant, tungku pembakaran, air limbah dari wet scrubber, stock pile batubara, regenerasi resin pada water treatment plant,
kas bahan kimia, air limbah domestik serta laboratorium.
Pemeriksaan kondisi seluruh saluran dari proses produksi hingga kegiatan utilitas. Tim pengawas harus melakukan beberapa langkah berikut pada kondisi yang bersesuaian:
saluran, periksa dari mana dan kemana arah aliran di saluran lain yang berasal dari proses produksi yang Jika ditemukan aliran pada saluran dari proses produksi yang tidak menuju ke IPAL atau menuju ke sungai maka saluran tersebut disebut saluran by pass. Hal yang harus Mengambil sampel. Pada kondisi seperti ini, penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan juga dapat mengambil sampel (split sample) untuk cross check.
Halaman 7 dari 7
e. Pemeriksaan persyaratan teknis dalam melakukan pengelolaan air limbah sekurang-kurangnya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Apakah melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui BMAL yang telah ditetapkan?
2) Apakah membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan?
3) Apakah sudah memasang alat ukur debit (flowmeter) atau laju alir air limbah dan melakukan pencatatan debit harian air limbah tersebut?
4) Apakah melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan air limbah?
5) Apakah sudah memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpahan air hujan?
6) Apakah sudah memeriksakan kadar parameter air limbah secara periodik setiap bulan sekali?
7) Apakah sudah melaporkan kadar kualitas air limbah, debit harian dan kapasitas produksi bulanan secara rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali?
f. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemanfaatan air limbah untuk land aplication sekurang-kurangnya dilakukan pada:
1) Kondisi saluran air limbah menuju dan di lokasi pemanfaatan (saluran fleetbed, furrow). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah:
a) Ada atau tidaknya kebocoran yang disebabkan rusaknya dan/atau kurang terawatnya saluran pemanfaatan air limbah.
b) Ada atau tidaknya potensi pembuangan air limbah dari kolam IPAL ke air atau sumber air dengan kualitas yang tidak sesuai dengan BMAL yang dibuang ke sumber air. c) Pengaliran air limbah menuju lokasi yang tidak sesuai dengan lokasi pemanfaatan
yang ditetapkan di dalam izinnya.
d) Memeriksa ada atau tidaknya hubungan saluran pemanfaatan dengan sumber air di lokasi pemanfaatan.
2) Memeriksa potensi runoff.
3) Kondisi dan pemilihan lokasi sumur pemantauan kualitas air tanah. 4) Kondisi lahan dan pemilihan titik pemantauan kualitas tanah.
5) Pencocokan lokasi lahan, dan jenis tanah pemanfaatan disesuaikan dengan izin dan dokumen laporan pengkajian pemanfaatan air limbah sebagai persyaratan permohonan izin pemanfaatan air limbah