• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bela Negara (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bela Negara (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang plural yang didalamnya terdapat berbagai macam keragaman baik dari suku, agama, ras, maupun antar golongan. Perbedaan itu membuat seseorang akan berusaha berkomunikasi dan beradaptasi dengan sekelompok orang yang berbeda budayanya, khususnya Provinsi Bali yang kita ketahui sebagai salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan wisata budaya yang cukup lengkap, sehingga Bali menjadi sebuah pulau yang dilirik banyak wisatawan mancanegara.

(2)

kebudayaan, karena itu dapat menjadi salah satu komponen bela negara dan pertahanan nasional.

Bela negara yang sekarang ini dapat kita pahami secara fisik maupun non fisik. Bela negara secara fisik adalah warga negara yang maju perang dengan memanggul senjata, sedangkan bela negara non fisik adalah bela negara yang dilakukan oleh warga negara dengan tidak angkat senjata, melainkan melalui sikap cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban, dan yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, serta taat pada aturan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, kajian tentang makna bela negara dapat dipahami pula dari berbagai aspek (perspektif), diantaranya aspek wilayah, aspek hukum kewarganegaraan, dan aspek ketahanan nasional.

Dalam perspektif wilayah, makna bela negara sebagai suatu sikap dan tindakan dari orang-orang (penduduk) dari manapun asalnya (asli/pendatang) yang menetap di wilayah tertentu untuk menjaga, melindungi, dan bertanggungjawab untuk keberlangsungan wilayahnya. Dalam perspektif hukum kewarganegaraan, makna belanegara terkait dengan status hukum warga negara (WNI dan WNA), artinya yang berhak dan wajib membela negara adalah warga negara Indonesia (WNI). Dalam konteks dengan aspek ketahanan nasional, makna bela negara menjadi sikap dan tindakan yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan suatu bangsa dan negara dalam menjaga dan melindungi wilayah negara secara keseluruhan.

(3)

banyak potensi nilai demokrasi yang sampai sekarang tetap menjadi dasar kehidupan masyarakat Bali. Kebudayaan Bali menyimpan banyak potensi nilai-nilai demokrasi yang hingga kini masih dijadikan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat.

(4)

Demikian pula sebaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan.

Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, dapat mengetahui budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain yang di hasilkan oleh masyarakat lokal dan berpengaruh negatif, yang terlihat pada masyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.

Menurut Koentjaraningrat (2002), Nilai-nilai itu yang merupakan lapisan pertama yaitu ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling substantif dalam kehidupan bermasyarakat, kemudian diikuti dengan lapisan yang lebih konkrit yaitu norma dan hukum akan banyak menentukan corak kehidupan demokrasi masyarakat. Oleh karena itu, Setiap Negara termasuk pelajar wajib menjaga toleransi di tengah keberagaman, sebagai salah satu bentuk bela Negara. Anak muda untuk berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dalam aktivitas kesehariannya di tengah masyarakat.

(5)

diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Rasa cinta tanah air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar rasa terhadap cinta tanah air tertananam di hatinya dan dapat menjadi manusia yang dapat menghargai serta membela bangsa dan negaranya.

Menurunnya rasa nasionalisme dan semangat Bela Negara diikuti semakin lemahnya ketahanan budaya bagi remaja Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang harus mendapat perhatian penting sehingga perwujudan ketahanan budaya serta sikap Bela Negara yang kokoh bagi siswa siswi SMA dapat dipertahankan. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah (Pemda) telah melaksanakan program Bela Negara bagi kaum muda di Bali dengan harapan dapat menambah rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda di seluruh daerah Indonesia. Meski harus diakui banyak orang Indonesia yang cerdas secara akademik, tetapi terbelakang secara emosi, sehingga berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan.

Penyebab lain, selama ini belum ada pendidikan karakter siswa dalam kurikulum pendidikan nasional tetapi yang ada hanya pengajaran pengetahuan karakter yang tertuang dalam mata pelajaran agama dan kewarganegaraan dan Pancasila. Kalaupun selama ini orientasi pendidikan Indonesia hanya memperoleh nilai bagus, maka tidak aneh bila terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku masyarakatnya. Dimungkinkan akar permasalahan dari krisis berat yang melanda Indonesia adalah karena permasalahan hancurnya karakter bangsa. Semua kondisi di atas membuktikan bahwa tujuan mendasar pendidikan nasional untuk membuat manusia yang baik dan pintar belum tercapai.

(6)

pihak luar. Bangsa Indonesia sudah dijajah sedari dulu sejak rasa nasionalisme pemuda memudar. Bukan dijajah dalam bentuk fisik, namun dijajah secara mental dan ideologi. Banyak sekali kebudayaan dan paham barat yang masuk ke dalam bangsa Indonesia. Banyak budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang seharusnya menjadi jati diri bangsa.

Kecenderungan penurunan sikap bela negara di sebagian masyarakat kita khususnya remaja sudah cenderung mengkhawatirkan, dan apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa ada solusi dan upaya yang signifikan tidak menutup kemungkinan dalam waktu yang tidak terlalu lama negara Indonesia akan mengalami persoalan-persoalan yang serius yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI, oleh sebab itu perlu adanya kajian yang mendalam untuk dapat menemukan solusi guna menyelamatkan remaja sebagai generasi penerus bangsa dari degradasi nilai dan moral tentang wawasan kebangsaan yang semakin dalam dan mengikis rasa kecintaan terhadap tanah air. Semangat bela negara yang tinggi dalam diri warga negara menjadi kekuatan negara dan dapat mempererat rasa persatuan di antara penduduk Indonesia yang saling berbhineka tunggal ika, menjaga dan membentengi remaja dari pengaruh-pengaruh negatif yang semakin berkembang.

(7)

mengkhawatirkan. Kontribusi Budaya Bali terhadap sikap bela negara dalam penelitian ini akan dilihat dari dua aspek yaitu pertama dari aspek kekuatan tradisi Bali yang berisi tradisi dimana Tradisi bagi masyarakat di Bali pada dasarnya bersifat dinamis, karena berisi nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang dapat menjawab tantangan. Sangat diperlukan untuk menghindari tradisionalisme, yaitu sikap atau pandangan yang menuju dan mempertahankan peninggalan masa lalu secara berlebihan atau tidak wajar. Tradisi merupakan Ketahanan Sosial yang akan mempengaruhi Ketahanan Nasional khususnya sikap bela negara ancaman serta upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala daya dan upaya.

Kedua dari tingkat pendidikan, terutama remaja siswa siswi SMA sebab pendidikan merupakan bagian dari budaya dan berkontribusi positif terhadap sikap bela negara generasi muda bangsa. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh kemampuan untuk menilai tentang kesadaran bela negara yang masih sesuai atau tidak terhadap perkembangan jaman.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan gambaran dari isi pokok yang dibahas dalam penelitian. Rumusan masalah berfungsi untuk menegaskan hal-hal utama dari suatu masalah serta rumusan-rumusan yang menjadi tolak ukur pencarian data. Oleh karena itu, berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah-masalah pokok yang ingin dijawab dalam penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana Pengaruh Pendidikan Bela Negara terhadap Budaya Lokal Siswa SMA di Kabupaten Bangli?

b. Bagaimanakah Pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Lokal siswa SMA di Kabupaten Bangli?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Penelitian tentang kontribusi budaya lokal terhadap sikap bela negara di Provinsi Bali maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang :

a. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Bela Negara terhadap Budaya Lokal Siswa SMA di Kabupaten Bangli

b. Untuk mengetahui pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Lokal Siswa SMA di Kabupaten Bangli

(9)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang kajian bela negara, terutama yang berkaitan dengan pendidikan bela negara pada siswa SMA.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan materi kajian Bela Negara.

c. Penelitian ini merupakan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan dokumentasi ilmiah.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam teori dan praktik penelitian ilmiah di bidang kajian bela Negara. b. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas

permasalahan-permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.

c. Meningkatkan wawasan dalam mengembangkan pengetahuan bagi peneliti akan permsalahan yang diteliti dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan pengetahuan bagi para pihak terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tetang gambaran yang bersifat umum yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, manfaat penelitian, serta ruang lingkup dan gambaran desain penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari peneltian terdahulu, uraian teoritori yang relevan dengan penelitian, dan kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam penelitian. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab in menjelasan cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan dalam menganalisis masalah penelitian. Selain itu, pada bagian ini dijelaskan pula tenik dalam menganalisis asil penelitian serta lokasi dan jadwal penelitian. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum subjek yang akan diteliti, analisis data hasil penelitian dan pembahasan penelitian dengan merujuk pada teori dan konsep yang dijelaskan pada Bab 2.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan hasil analisis yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian. Selanjutnya, rekomendasi dalam penelitian dituangkan dalam saran teoritis dan saran praktis.

1.5.2 Gambaran Desain Penelitian

(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan pusaka 2.1.1 Konsep Bela Negara

Suatu negara akan selalu menghadapi berbagai rintangan baik yang datang dari dalam dan luar negeri, bersifat langsung maupun tidak langsung dalam mencapai tujuan nasionalnya. Semua rintangan yang ada harus dihadapi oleh seluruh rakyatnya tanpa terkecuali sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing. Sebagai bangsa yang besar dan kuat negara Indonesia harus mampu untuk mempertahankan eksistensinya baik dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi, sosial budaya maupun kedaulatannya. Dalam hal mempertahankan kedaulatan diperlukan adanya kerjasama yang baik antara warga negara dan pemerintah melalui pertahanan negara. Jika antara warga negara dan pemerintah saling menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik, maka eksistensi kedaulatan negara akan tetap terjaga.

1. Pengertian dan Makna Bela Negara

Upaya bela negara dapat dilakukan oleh seluruh rakyat melalui pengabdian sesuai dengan profesinya yang pada hakikatnya kegiatan pembelaan negara merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional (Winarno, 2010).

Di dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Kegiatan pertahanan negara dapat dilaksanakan oleh semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali melalui upaya bela negara.

(12)

membela negara hanya terletak di tumpuan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Padahal bela negara merupakan tanggung jawab dari semua warga negara. Untuk memperjelas mengenai pengertian dan tanggung jawab dari bela negara maka dijelaskan dari berbagai sumber berikut ini :

a. Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara).

b. Bela negara atau pembelaan negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Kaelan, 2007).

c. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri (Winarno, 2010).

d. Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, serta berkeyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam neger, yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Darmadi, 2010).

(13)

Berbagai wujud dari usaha bela negara atau pembelaan negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Aturan maupun dasar hukum yang jelas mengenai hak dan kewajiban dari setiap warga negara untuk ikut serta dalam hal pembelaan negara atau bela negara telah tertuang jelas dalam berbagai peraturan, baik itu Undang-Undang Dasar 1945 maupun Undang-Undang. Berbagai peraturan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Di dalam amandemen UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

b. Pasal 30 UUD 1945 pasal 1 dan 2 secara lengkap sebagai berikut. 1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara.

2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

c. Selain itu dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

d. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 2, yaitu Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara serta kenyakinan pada kekuatan sendiri.

(14)

upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Berbagai undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30 UUD 1945 mengenai Pertahanan dan Keamanan Negara sebagai berikut.

1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam pasal 30 ayat 4. Polri sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum (Sunarso, 2006).

2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 9 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

3) Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, pasal 30 ayat 3. TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara (Sunarso, 2006).

(15)

turut serta dalam mengharumkan nama bangsa, maupun bangga untuk menjadi Indonesia dengan menggunakan produksi dalam negeri.

2. Pembelajaran Pendidikan Bela Negara

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2007). Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas) pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pengertian lain dari Pendidikan Bela Negara adalah pendidikan dasar bela negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi negara, kerelaan berkorban untuk negara serta memberikan kemampuan awal bela negara (Darmadi, 2010). Jadi dapat disimpulkan pembelajaran Pendidikan Bela Negara adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik dalam aktivitas belajar mengajar yang mengkaji materi dasar-dasar bela negara dengan tujuan menumbuhkan kesadaran bela negara kepada peserta didik.

3. Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

Tujuan Pendidikan Bela Negara tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3 UU No. 20 tahun 2003).

(16)

(Hankamneg), bahwa salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg yaitu dengan mengikuti Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) yang tidak dapat terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dengan dilaksanakannya Pendidikan Bela Negara di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah akan dihasilkan warga negara yang cinta tanah air, rela berkorban demi bangsa dan negara, yakin akan kesaktian Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggungjawab. Diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara ini tidak lepas dari tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menghadapi era globalisasi yang dapat mengancam eksistensi dan integritas bangsa Indonesia, yaitu dengan mendapatkan Pendidikan Bela Negara manusia Indonesia diharapkan akan dapat menjadi manusia yang berkualitas, yakni manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa (Subagyo, 2004).

Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara tidak saja ditujukan untuk menghasilkan kualitas manusia Indonesia yang dapat mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk mempertahankan dan membela bangsa, negara dan tanah air, tetapi juga memberikan bekal sebagai warga negara Indonesia yang baik, terutama dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan negara serta membangkitkan kehidupan bangsa dan negara serta membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut tanggungjawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna mewujudkan suatu masyarakat yang tata tentrem kertaraharja (Subagyo, 2004). Pada hakikatnya Pendidikan Bela Negara bertujuan untuk menumbuhkan :

a. Kecintaan kepada tanah air

b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia

(17)

e. Memiliki kemampuan awal bela negara (Subagyo, 2004).

Secara khusus sasaran yang hendak dicapai dari Pendidikan Pendahuluan Bela Negara adalah membentuk generasi penerus bangsa atau peserta didik agar sadar akan perannya sebagai tunas bangsa dan kader bangsa dimasa mendatang, mengenal dan mencintai tanah air, rela memberikan kehormatan martabat bangsa dan negara, memiliki watak dan sikap kejuangan dan ksatria (Subagyo, 2004)

Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dapat di bedakan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, seperti yang telah dijelaskan oleh Darmadi (2010) adalah sebagai berikut.

a. Tujuan umum adalah mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki tekad, sikap, dan tindakan yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan Kemerdekaan dan Kedaulatan Negara, kesatuan dan Persatuan Bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

b. Tujuan khusus ditujukan melalui gerakan Pramuka yang mana bertujuan agar para pelatih dan Pembina Pramuka dapat meningkatkan upaya pembinaan secara lebih efektif dan efisien dengan sasaran yang lebih konkrit demi terciptanya generasi muda yang sehat, cerdas dan berkarakter (Darmadi, 2010).

4. Implementasi Bela Negara

Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini implementasi bela negara tidak dilakukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik untuk mengadakan perlawanan fisik melainkan merupakan keikutsertaan warga negara melalui bidang profesinya masing-masing. Dengan kata lain implementasi bela negara dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui bidang profesi atau pekerjaan masingmasing.

(18)

masyarakat, seperti telah dijelaskan oleh Subagyo, dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan berikut.

a. Lingkungan Pendidikan (pendidikan formal) Implementasi upaya bela negara dalam lingkungan pendidikan formal dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, yang bertujuan mempersenjatai warga negara secara psikis/mental dengan ideologi Pancasila, kecintaan pada tanah air, kerelaan berkorban untuk bangsa, negara serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang bertanggungjawab.

b. Lingkungan pekerjaan (pendidikan nonformal) Sasaran utamanya adalah membentuk karyawan yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang tinggi, memiliki disiplin dan produktivitas yang tinggi pula sesuai profesinya masing-masing.

c. Lingkungan pemukiman (pendidikan informal) Sasaran yang ingin dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat memahami nilai-nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela berkorban serta mempunyai kemampuan awal bela negara, memiliki persatuan dan kesatuan bangsa yang diwujudkan dalam kehidupan secara gotong-royong, sehat, bersih, tertib dan aman, pelestarian lingkungan disetiap pemukiman (Subagyo, 2004).

(19)

Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda. Dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat dilakukan secara non fisik, yaitu melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Keikutsertaan dalam bela negara dapat dilakukan dengan cara :

1) Meningkatkan kesadran berbangsa dan bernegara, dengan menghayati arti demokrasi, menghargai perbedaan pendapat, dan tidak memaksakan kehendak.

2) Menanamkan kecintaan pada tanah air.

3) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika).

4) Meningkatkan kepatuhan dan kesadaran terhadap hukum/undangundang dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

5) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh budaya asing. (Winarno, 2010).

2.1.2 Teori Pendidikan

Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi. Sagala (2006), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi menerangkan makna.

(20)

tertuju pada mencapai hal-hal yang baik, dan pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan artiya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapakan.

Teori pendidikan ini dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan klasik, pendidikan personal, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional. Dari ke empat teori pendidikan tersebut akan menghasilkan desain kurikulum sendiri atau berbeda yang akan menciptakan masyarakat sesuai dengan tujuan. Menurut Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat) teori pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan Klasik

(21)

2. Pendidikan Pribadi

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

3. Pendidikan Teknologik

(22)

4. Pendidikan interaksional

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.

2.1.3 Teori Masyarakat

Masyarakat di dalam bahasa inggris disebut society, asal kata

sociotus yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk yang artinya bergaul, ini karena ada bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Menurut Koenjaraningrat (2002), masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sedangkan Syani (2012) mendefinisikan bahwa masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya Kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community

(23)

dalam Syani (2012), masyarakat merupakan kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan persatuan yang sama.

Menurut Soekanto (2012), ciri-ciri dari masyarakat yaitu Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, Bercampur untuk waktu yang cukup lama, Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan dan Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulam manusia (individu) yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu dan berinteraksi dalam kehidupan sosialnya.

2.1.4 Teori kearifan lokal (local wisdom)

Kearifan lokal (local wisdom) dalam disiplin antropologi dikenal juga dengan istilah local genius meru pakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. local genius adalah juga cultural identity,

identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri Sementara Moendardjito mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mampu bertahan terhadap budaya luar,

b. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, c. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar

ke dalam budaya asli

d. Mempunyai kemampuan mengendalikan,

e. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

(24)

dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti luas.

Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Salah satu unsur kebudayaan adalah sistem religi yang di dalamnya terkandung agama dan kepercayaan. Menurut Taylor (2006), mengenai budaya sebagai berikut Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

(25)

aspek psikologis, kebudayaan sebagai langkah penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya. Kelima, kebudayaan dipandang sebagai struktur, yang membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan serta fungsinya. Keenam, kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan. Ketujuh, definisi kebudayaan yang tidak lengkap dan kurang bersistem.

Tradisi atau adat-istiadat atau disebut juga adat tata kelakuan, menurut Koentjaraningrat (2002) dapat dibagi dalam empat tingkatan, yaitu:

a. Tingkat nilai budaya, b. Tingkat norma-norma, c. Tingkat hukum, d. Tingkat aturan

Khusus tingkat nilai budaya berupa ide- ide yang mengonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, biasanya berakar dalam bagian emosional dan alam jiwa manusia. Tingkat norma-norma yaitu berupa nilai-nilai budaya yang sudah terkait kepada peranan masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya dan tingkat adalah sistem hukum yang berlaku. Serta tingkat ukuran khusus yang mengatur kegiatan-kegiatan yang jelas terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat dan bersifat konkret. Dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi adalah tata kelakuan berdasarkan ide ide sesuai norma-norma yang berlaku pada aturan setempat dan bersifat konkret.

2.2. Penelitian Terdahulu

(26)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tohari

Kategori Tesis, Institut Agama Islam Negeri Surakarta (2014)

Judul Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Karanganyar Tahun 2014

Metodologi Penelitian dan Teori

(Deskriptif Kualitatif) Tinjauan Pustaka yang digunakan antara lain pendidikan budaya dan karakter bangsa; prinsip, pendekatan dan pelaksanaan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa; dan prosedur penyusunan kurikulum pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Hasil Menunjukkan bahwa Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Karanganyar telah terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian nilai nilai karakter tersebut memperhatikan kesesuaian dengan materi pelajaran.Nilai karakter peneliti terlihat dari pendekatan dan metode yang digunakan yaitu Kualitatif. Subjek penelitian adalah guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan informan penelitian adalah komite, kepala sekolah, dan wali murid. Pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan kepada anak adalah pendekatan kontektual sehingga ada hubungan antara materi pelajaran dan nilai yang disampaikan.

(27)

Hasil a. Hasil analisis menyatakan bahwa pemahaman materi perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan berpengaruh langsung terhadap sikap nasionalisme siswa SMA YP Unila.

b. Hasil analisis menyatakan bahwa pengaruh pemahaman materi perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan nasionalisme berpengaruh terhadap sikap patriotisme.

d. Hasil analisis menyatakan bahwa sikap nasionalisme tidak berpengaruh langsung terhadap pelestarian nilai budaya bangsa siswa SMA YP Unila.

e. Hasil analisis menyatakan bahwa sikap patriotisme berpengaruh terhadap pelestarian nilai budaya bangsa siswa SMA YP Unila.

f. Hasil analisis menyatakan bahwa pengaruh pemahaman materi perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan melalui nasionalisme berpengaruh terhadap sikap patriotisme siswa. g. Hasil analisis menyatakan bahwa pemahaman

materi perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan melalui nasionalisme tidak berpengaruh langsung tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya. Perbedaan dengan

Tesis Peneliti

Penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menitikberatkan pada Pengaruh Pemahaman Materi Perjuangan Bangsa

(28)

Metodologi Penelitian dan Teori

Deskripif Kualitatif

Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1.Penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran atau intrakurekuler yaitu

a). takut melanggar tata tertib sekolah, b).komitmen guru terhadap siswa,

c).intergeritas kejujuran guru disekolah.

2. Penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu.

a.) bidang kesenian,

b).pembinaan akhlak dan kemasyarakatan.

2. Faktor Pendukung dan Penghabat Penerapan pendidikan karakter berbasis budaya lokal meliputi:

1.faktor pendukung yaitu. a) faktor keteladan guru, b). keteladanan orang tua, c). keteladan tokoh masyarakat, d). faktor pembiasaan.

2.faktor penghambat yaitu

a). kemajuan teknologi seperti HP dan TV, b).kurangnya komunikasi guru dan orang tua.

3. Hasil Penerapan Pendidikan karakter berbasis budaya lokal yaitu:

a. siswa belum disiplin

b. siswa tidak menghargai guru.

Perbedaan dengan Tesis Peneliti

Penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari metode yaitu kualitatif. Penelitian ini membahas tentang Pendidkan Karakter Berbasis Budaya Lokal (Studi Kasus Pada SMA negeri 1 Wera Kab. Bima)

(29)

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh pendidikan bela Negara dan budaya asing terhadap karakteristik budaya lokasl siswa SMA, dengan alur pikir/kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sumber : diolah dari rumusan masalah

METODE :

ANALISIS KUANTITATIF

Digunakan untuk mengukur pengaruh pendidikan bela Negara dan budaya asing sebagai variabel bebas (independen)

(30)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hiptesis penelitian sebagai berikut :

1. Pendidikan Bela Negara berpengaruh langsung positif terhadap Karakteristik Budaya Lokal Siswa SMA

2. Budaya Asing berpengaruh langsung positif terhadap Karakteristik Budaya Lokal Siswa SMA

3. Pendidikan Bela Negara berpengaruh langsung positif terhadap Masuknya Budaya Asing

(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu mengungkapkan pengaruh antar variabel dan dinyatakan dalam angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori-teori yang telah ada dan menggunakan teknik analisis data yang sesai degan variabel dalam penelitian. Variabel yang diteliti yaitu Pendidkan Bela Negara dan Budaya Asing sebagai variable independen/bebas (x) dan Karakteristik Budaya Lokal sebagai variabel dependen/terikat (y).

Metode pengumpulan data menggunakan metode survey. Singarimbun (2011) menjelaskan bahwa penelitian dengan metode survey in meruakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Kuesioner adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Adapun langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam pelaksanaan survey adalah : 1) Merumuskan masalah pene;litian dan menentukan tujuan survey; 2) Menentukan konsep dan hipotesa erta menggali kepustakaan; 3) Pengambilan sampel; 4) Pembuatan kuesioner; 5) Pekerjaan lapangan; 6) Pengolahan data; dan 7) Analisa dan pelaporan.

3.2 Metode Penelitian

(32)

Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006). Sebelum alat pengumpulan data yang berupa angket/kuisioner digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah memenuhi syarat sebagai alat pengambil data atau tidak. Dalam penelitian ini instrumen yang dibuat adalah :

1. Angket/kuesioner yang diberikan kepada siswa untuk mengukur kecintaan siswa terhadap tanah air dan karakteristik budaya lokal siswa SMA di Kabupaten Bangli.

2. Pedoman wawancawa yang dibuat untuk menggali informasi mengenai Pendidikan Bela Negara serta pengaruh budaya asing di Kabupaten Bangli.

Metode penelitian dalam pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik survei atau penyebaran kuesioner. Program pengolahan data yang dipakai adalah perhitungan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa siswi SMA di Kabupaten Bangli. Populasi penelitian adalah seluruh siswa siswi SMA di Kabupaten Bangli yang termasuk dalam kategori usia remaja awal yaitu usia 15-17 tahun sesuai dengan kategori remaja menurut Mönks, Knoers & Siti (2004). Akan tetapi karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian ini populasi sasaran penelitian adalah remaja awal yang menjadi pelajar di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bangli. Sekolah yang diambil dua sekolah yaitu SMAN 1 Bangli dan SMAN 1 Susut Bangli. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Hal ini dikarenakan data terkait jumlah remaja yang berusia di antara 15-17 tahun tidak diketahui secara pasti.

(33)

Keterangan:

n = jumlah elemen/anggota sampel N = jumlah elemen/anggota populasi

e = error atau tingkat kesalahan (umumnya 5%)

3.4 Jenis Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara kepada remaja. Sampel penelitian adalah siswa siswi di SMAN 1 Bangli dan SMAN 1 Susut Bangli yang didapatkan dengan accidental sampling. Hasil penyebaran kuesioner tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan penghitungan statistik yang kemudian akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Data sekunder yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu data dari website resmi kedua sekolah tersebut. Data sekunder lainnya adalah referensi terkait yang akan membantu dalam menganalisis hasil pengumpulan data primer yang diperoleh dari berbagai sumber. Bentuk umum dari kuesioner yang akan dibagikan terdiri atas bagian pendahuluan yang berisikan petunjuk pengisian angket dan kesediaan responden. Terdapat bagian identitas yang berisikan inisial nama, umur, jenis kelamin, dan kelas.

3.5 Teknik pengumpulan data

(34)

3.6 Teknik analisis data

Teknik analisis data merupakan langkah kritis dalam sebuah penelitian, berdasar proses penarikan sampel dan pengumpulan data akan diperoleh data kasar, langkah selanjutnya adalah menginterpretasi data-data tersebut agar dapat ditarik suatu hasilpenelitian, dimana hal ini membutuhkan suatu metode. Metode statistik merupakan cara untuk memperoleh data dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang logis dari pengolahan data.

3.7 Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Melakukan survey lokasi penelitian

b. Memberikan kuesioner penelitian kepada Responden c. Memeriksa, menyelidiki kelengkapan data kuesioner d. Tabulasi data atau kuesioner

e. Melakukan analisis data terhadap data yang sudah dikumpulkan.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data yang telah diperoleh dari lapangan melalui penyebaran kuesioner dan wawancana akan melewati beberapa prosedur (Burhan, 2005), yaitu:

1. Pemeriksaan (editing)

Proses editing dilakukan setelah data berhasil terhimpun di lapangan. Proses ini dimulai dengan memberikan identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab. Kemudian melakukan pemeriksaan satu per satu lembar kuesioner.

2. Pengkodean (coding)

(35)

seperti penggunaan media. Sementara pengkodean lambang digunakan pada poin-poin yang tidak memiliki bobot tertentu, seperti umur, alamat, jenis kelamin. Pengkodean tersebut dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan

SPSS versi 16.

3. Tabulasi (tabulating)

Proses tabulasi merupakan proses terakhir dalam pengolahan data. Data yang telah ada dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan diatur angka-angka kemudian dilakukan penghitungan. Tabel yang digunakan adalah tabel data yang mendeskripsikan data sehingga memudahkan peneliti dalam memahami struktur data yang sudah diperoleh.

4. Tahap Pengujian Hipotesis

Hipotesis tersebut diji dengan menggunakan Analisis Bivariat. Analisis Bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi ama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya, bila ada nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji Chi-kuadrat dapat menggunakan rumus : (Hastono, 2007)

X2=

❑ ❑

❑(OE)❑

2

E

Keterangan :

O = Nilai Observasi

(36)

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian Pengaruh Pendidikan Bela Negara dan Budaya Asing terhadap Karakteristik Budaya Lokal Siswa SMA dengan kegiatan utama mengikuti jadwal sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian No Kegiatan Utama 2018

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

1 Penyiapan draft proposal

2 Pemaparan proposal

3 Perbaikan final proposal

4 Pengumpulan dan pengolahan data 5 Penyusunan

Laporan Penelitian 6 Pemaparan Laporan

Penelitian

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bagus, I. Barata. (2016). Keaifan Lokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal Bakti Saraswati. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan. Universitas Mahasaraswati Denpasar. Bali. Vol. 05. No.01. ISSN: 2008-2149.

Bungin, Burhan (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta. Prenadamedia.

Cheri S., Eddy Purnomo, dan Maskun. (2012). Pengaruh Pemahaman Materi Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan Terhadap Sikap Nasionalisme, Patriotism dan Pelestarian Nilai Budaya Bangsa. Tesis. FKIP. Universitas Lampung.

Darmadi, Hamid. (2010). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hastono (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta. FKM UI.

Kaelan. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Monks, Koers, Siti. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai. Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mubah, Safril. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. JurnalHuungan Interasional. FISIP. Universitas Airlangga. Surabaya. Vol. 24. No. 4. Hal. 302-308.

Mudyahardjo, R. (2002). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

(38)

Sagala, Saiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. CV Alfabeta.

Sibarani, Robert. (2012). Kearifan Lokal, Peran dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta. Asosiasi.

Singarimbun (2011). Metode Penelitian Survei. Jakarta PT.Pustaka LP3ES.

Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Press.

Subagyo (2004). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta. Kanisius.

Sukaya, Endang Zailani, dkk. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Sukmadinata (1997). Pengembangan Kurikulum. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Sunarso, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan, Buku Pegangan Mahasiswa Paradigma Baru. Yogyakarta: UNY Press.

Supriyadi, Dedi. (2005). Membangun Bangsa melalui Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syani, Abdul. (2012). Sosiologi sistematika Teori dan Terapan. Jakarta. Budi Aksara.

Syarbini, Syahrial. dkk. (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta & Jakarta: Graha Ilmu & UIEUUniversity Press

Taylor, D.A. & Altman, I. (2006). Social Penetration: The Development Or Interpersonal Relationship. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Tohari. (2014). Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Karanganyar. Tesis. Pascasarjana Intitut Agama Islam Negeri Surakarta.

Winarno. (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan-pernyataan tersebut berupa, bujukan ditandai dengan menggunaan kata penting, harus, sepantasnya, dan kata kerja imperatif jadikanlah. Kata-kata sejenis juga sering

4) Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum;

untuk upload file sendiri mengguanakan perintah PUT sebagai contoh ftp>put deden.jpg maka akan langsung file tersebut di upload dari komputer kita ke server. atau anda juga

Sistem pakar adalah suatu sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke dalam komputer agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 tidak dijalankan oleh pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa konsumen menyerahkan putusan tersebut kepada

Hasil pengujian regresi secara parsial faktor irritation, faktor credibility, faktor entertainment, dan faktor referensi pembelian memiliki pengaruh signifikan terhadap

Pada sistem kontrol yang kedua ini, digunakan sensor pembacaan debit aliran udara dan bahan bakar sebagai input untuk. mengontrol jumlah udara yang masuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan koneksi matematis siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open-ended dengan setting model