• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Kematian Ibu di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Angka Kematian Ibu di Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

DI INDONESIA

OLEH KELOMPOK 4

1. Meiliza Izzatika 10121001013 2. MHD Yazid Zuhdey 10121001034 3. Marsanelah Jusniany 10121001054 4. Widya Naralita 10121001073 5. Mawasumi Ayu Andini 10121001096 6. Septri Anggraini 10121001105

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

1.1 Latar Belakang

Ibu adalah anggota keluarga yang berperan penting dalam mengatur semua terkait urusan rumah tangga, pendidikan anak dan kesehatan seluruh keluarga. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk dilakukan pemantauan. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu negara.

Kematian Ibu menurut defenisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengana tau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cidera.

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium Development Goals ke-5 adalah menurunkan angka kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan Ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih kehulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan essay ini adalah untuk mengetahui defenisi dari kematian ibu, klasifikasi kematian ibu, penyebab dan factor-factor yang

berhubungan dengan kematian ibu. Setelah itu, diharapkan dapat menjadi bahan untuk evaluasi program yang akan dilakukan untuk intervensi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

(3)

2.1 Kerangka Teori

2.2 Angka Kematian Ibu 2.2.1 Definisi

Pada International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10), WHO mendefinisikan kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau

pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental (WHO, 2007).

Tabel 2.1. Definisi alternatif kematian maternal pada ICD-10

Pregnancy-related death

Kematian seorang wanita selama kehamilan atau 42 hari setelah terminasi kehamilan, tanpa mempedulikan penyebab kematiannya.

Late maternal death

Kematian seorang wanita karena penyebab langsung atau tidak langsung yang lebih dari 42 hari, namun kurang dari setahun setelah terminasi

kehamilan.

Angka Kematian Ibu

Faktor Pelayanan Kesehatan Rujukan

Faktor

Reproduksi Faktor SosialEkonomi

Faktor

Antenatal Care Faktor Saranadan Fasilitas Faktor Penolong

(4)

Sumber: WHO, UNICEF, UNFPA and The World Bank

2.2.2 Klasifikasi

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung adalah merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Prawirohardjo, 2008).

Klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu kematian ibu langsung, kematian ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu langsung mencakup kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau rangkaian kejadian yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya adalah kematian ibu akibat perdarahan karena ruptur uteri. Kematian ibu tidak langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara langsung disebabkan oleh kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau masa nifas, tetapi diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilannya. Contohnya adalah kematian ibu akibat penyulit stenosis mitral. Kematian nonmaternal adalah kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan atau kausa insidental yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Contohnya adalah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Cunningham, 2005).

2.2.3 Status Kematian Maternal

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015. Sejak tahun 1990, kematian ibu di seluruh dunia telah turun 47%. Berdasarkan data Maternal Mortality 2005 yang dikeluarkan oleh WHO, UNICEF, UNFPA and The World Bank (2007), diestimasi terjadi 536.000 kematian maternal di dunia setiap tahunnya. Antara tahun 1990 dan 2010, rasio kematian ibu sedunia menurun hanya 3,1% per tahun. Ini jauh dari penurunan tahunan 5,5% yang dibutuhkan untuk mencapai MDGs (WHO, 2012).

(5)

ibu masih tinggi. Sekitar 800 wanita di seluruh dunia setiap hari meninggal karena kehamilan atau persalinan. Pada tahun 2010, 287.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian terjadi di negara berkembang, dan sebagian besar dapat dicegah. Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan ketidakadilan dalam akses terhadap pelayanan kesehatan, dan menyoroti kesenjangan antara kaya dan miskin. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang. Lebih dari separuh kematian ini terjadi di sub-Sahara Afrika dan sepertiga terjadi di Asia Selatan (WHO, 2012).

Rasio kematian ibu di negara berkembang adalah 240 per 100.000 kelahiran, sedangkan di negara maju 16 per 100.000 kelahiran. Ada perbedaan besar dalam suatu negara, antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah, serta perbedaan antara orang yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan (WHO, 2012).

Di negara berkembang jumlah rata-rata wanita hamil lebih banyak daripada di negara maju, dan lifetime risk karena kehamilan yang juga lebih tinggi. Risiko kematian ibu tertinggi adalah remaja perempuan di bawah 15 tahun, 1 dalam 3.800 di negara maju, dibandingkan 1 dalam 150 di negara berkembang. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan

Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung dari penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya karena infeksi, eklampsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma operasi, dan sebagainya.

b. Sebab Obstetri Tidak Langsung

Sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia, penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal, dan sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada dan bertambah berat selama kehamilan.

c. Sebab Bukan Obstetri

(6)

d. Sebab Tidak Jelas

Sebab tidak jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada salah satu yang tersebut di atas. Dari penyebab-penyebab di atas, dapat pula dibagi dalam dua golongan, yaitu:

1) Kematian yang dapat dicegah disebut juga preventable maternal death atau

avoidable factors, adalah kematian ibu yang seharusnya dapat dicegah jika penderita mendapat pertolongan atau datang pada saat yang tepat sehingga dapat ditolong secara profesional dengan fasilitas dan sarana yang cukup. 2) Kematian yang tidak dapat dicegah atau unpreventable maternal death, adalah

kematian ibu yang tidak dapat dihindari walaupun telah dilakukan segala daya upaya yang baik.

Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan, eklampsia atau tekanan darah tinggi saat kehamilan, infeksi, partus lama, komplikasi aborsi

(Prawirohardjo, 2008).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Maternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu adalah sebagi berikut (Mochtar, 1998).

1) Faktor Reproduksi

 Faktor Umur Ibu

Perkawinan, kehamilan, dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat, terutama pada usia muda. Hal ini ditengarai , karena tingginya kawin muda dan perilaku seksual remaja yang bergeser lebih muda, seperti umur menstruasi pertama 10-11 tahun, 77 persen perempuan usia 15-24 tahun sudah punya pacar dan perilaku pacaran semakin membahayakan. Usia ibu yang terlalu tua untuk melahirkan juga dapat beresiko terhadap kematian ibu. Risiko kematian pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan pada kelompok di atas 35 tahun adalah tiga kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat, yaitu 20-34 tahun.

 Faktor Paritas

Ibu dengan riwayat hamil dan bersalin lebih dari enam kali (grandemultipara) berisiko delapan kali lebih tinggi mengalami kematian. 2) Faktor Pelayanan Kesehatan Rujukan

Infrastruktur dipastikan sebagai penyebab utama sulitnya ibu mencari pelayanan kesehatan. Dari hasil Riskesdas 2010 mencatat, bahwa 84 persen ibu meninggal di Rumah dan Rumah Sakit Rujukan pada jam-jam pertama. Perlu ada gerakan Nasional untuk melindungi kaum Ibu, agar tingkat Kematian Ibu menurun. Agar pelayanan kebidanan mudah dicapai, pemerintah telah menetapkan seorang ahli kebidanan di setiap ibu kota kabupaten, namun belum sempurna.

(7)

Kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya masih rendah. Hal ini menyebabkan faktor risiko yang sebenarnya dapat dicegah menjadi meningkat atau memperburuk keadaan ibu.

4) Faktor Penolong

Sekitar 70-80% persalinan masih ditolong oleh dukun beranak. Setelah persalinan terlantar dan tidak dapat maju dengan disertai komplikasi kemudian dikirim ke fasilitas kebidanan yang memadai.

5) Faktor Sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat-obatan yang murah masih ada yang belum terjangkau oleh masyarakat.

6) Faktor Lainnya

Yaitu faktor sosial ekonomi, kepercayaan, budaya. Pendidikan, ketidaktahuan, dan sebagainya.

Faktor-faktor berpengaruh terhadap akses yankes ibu dan reproduksi adalah sebagai berikut:

a) Geografi

b) Ekonomi keluarga

c) Health seeking care behaviour

d) SDM kesehatan

e) Ketersediaan obat & alat kesehatan f) Kebijakan Pemda

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi:

1) Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan 2) Terlambat dirujuk

3) Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu:

1) Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%

2) Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6% 3) Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%

4) Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

(8)

pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu dan bayi (Kemkes, 2011).

BAB III

UPAYA – UPAYA PERBAIKAN 3.1 Upaya Perbaikan

Pemerintah harus mengambil tindakan untuk segera meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Kebijakan untuk memberikan

fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan dan remaja harus segera diberikan. Selain itu, kebijakan anggaran kesehatan, khususnya kesehatan

perempuan pun harus menjadi komitmen pemerintah untuk menjalankan amanah Undang-Undang Kesehatan. Semakin lambat kebijakan tersebut diberikan dapat dipastikan angka KTD dan AKI di Indonesia akan terus meningkat. Rekomendasi untuk pelayanan kesehatan pasca 2015 di Indonesia antara lain:

1. Memiliki persepsi bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap warga negara

2. Pemerintah berkomitmen mengalokasikan dana kesehatan 5% APBN 2013 serta memastikan daerah-daerah untuk menganggarkan 10% APBD untuk kesehatan diluar gaji

3. Memastikan bahwa 2/3 dari total anggaran kesehatan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan bukan untuk insfrastruktur seperti yang selama ini banyak dilakukan pemerintah daerah

4. Pemerintah membuat kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkan kesehatan perempuan, misalnya dengan mengharuskan 20% anggaran kesehatan untuk kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan memastikan anggaran tersebut tepat sasaran

5. Penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED), posyandu dan unit transfusi darah yang belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh seluruh penduduk

6. Menjamin kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, untuk mendukung kinerja mereka sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan

7. Memastikan sistem rujukan dari rumah ke puskesmas dan ke rumah sakit berjalan optimal

8. Memperbaiki infrastruktur jalan dan fasilitas kesehatan sebagai upaya multisektor

(9)

10. Memasukkan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi (melalui pendidikan kesehatan reproduksi) untuk remaja dan perempuan ke dalam indikator SPM serta mengupayakan tersedianya layanan kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas yang secara aktif juga memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah sesuai jenjang pendidikan

11. Membentuk peer conseling untuk remaja terkait kesehatan reproduksi 12. Menyediakan fasilitas konsultasi KTD hingga pelayanan aman untuk

pemulihan haid

13. Menghapus praktik aborsi tidak aman yang berpotensi menyebabkan AKI di Indonesia

14. Melakukan pendekatan budaya kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir agar permasalahan kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja, merupakan masalah bersama dan tidak lagi menganggapnya sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan

(10)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

WHO mendefinisikan kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau incidental.

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut sumber dari (Cunningham, 2005) klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu kematian ibu langsung, kematian ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal.

Negara-negara berkomitmen untuk menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015. Sejak tahun 1990, kematian ibu di seluruh dunia telah turun 47%. Antara tahun 1990 dan 2010, rasio kematian ibu sedunia menurun hanya 3,1% per tahun. AKI menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, namun perlu kerja keras dan perhatian khusus untuk mencapai target MDG sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (BAPPENAS, 2010).

Menurut Mochtar (1998), penyebab kematian maternal dapat dikelompokkan menjadi: Sebab Obstetri Langsung, Sebab Obstetri Tidak Langsung, Sebab Bukan Obstetr dan Sebab Tidak Jelas. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan, eklampsia atau tekanan darah tinggi saat kehamilan, infeksi, partus lama, komplikasi aborsi (Prawirohardjo, 2008).

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kematian maternal, antara lain faktor reproduksi, faktor pelayanan kesehatan rujukan, faktor perawatan antenatal, faktor penolong, faktor sarana dan fasilitas serta faktor lainnya.

(11)

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yang mungkin dapat digunakan dan diperlukan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kepada para pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah hendaknya mengeluarkan kebijakan – kebijakan yang terkait atau yang dapat membantu penurunan angka kematian ibu di Indonesia.

2. Melakukan pelatihan dan memberikan pendidikan kepada tenaga kesehatan yang berhubungan dengan persalinan ibu ataupun ibu hamil, dalam hal ini bidan, dokter dan perawat.

3. Perlu juga adanya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan sarana prasarana serta fasilitas yang baik dan distribusinya yang merata.

4. Memberikan KIE kepada seluruh elemen masyarakat tidak hanya ibu tetapi seluruh orang yang berada disekitarnya agar dapat mendukung upaya penurunan angka kematian ibu.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bab 2 Tinjauan Pustaka. [On Line]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35226/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2015

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Ayo, Tekan Angka Kematian Ibu. [On Line]

http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/86-ayo-tekan-angka-kematian-ibu-melahirkan. Diakses tanggal 20 Oktober 2015

Fibriana, Arulita. 2010. Faktor – faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). Jurnal Epidemiologi. Haryono. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu Pada

Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. [On Line]

http://library.usu.ac.id/download/e-book/Haryono.pdf Diakses tanggal 20 Oktober 2015

RH Roeshadi. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada Penderita Preelamsia dan Eklamsi. Disampaikan dalam acara

pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kebiidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran, Diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumater Utara. 2006. Sumber www.library.usu.ac.id

Gambar

Tabel 2.1. Definisi alternatif kematian maternal pada ICD-10

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, pengambilan telur dan sperma 1) Ikan mas (Cyprinus carpio L) betina dan jantan diletakkan dalam satu kolam pemijahan sampai memijah kemudian dilakukan stripping.

mempunyai efek meredam nyeri yang terjadi pada penderita asam urat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat. sebelumnya diberikan terapi air rebusan

Bangunan Pembentuk Floc, bangunan ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (kolodial) dengan

peningkatan produktivitas karet kering lima kali lebih tinggi dengan menggunakan klon - klon unggul dibandingkan bahan tanaman.. semaian terpilih dan mas a

Pada keterampilan berpikir internal sebanyak 40% mahasiswa tidak dapat melakukan pemecahan masalah dengan skor 0 dari skor maksimal 10 dan sebanyak 82.50% mahasiswa belum

Selaras dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mengetahui pemahaman wirausahawan kecil dan mene- ngah

Berdasarkan hasil penelitian (seperti yang disajikan pada grafik 1) menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak metanol buah Rivina humilis L. menurun seiring

Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Kota Depok memiliki beragam potensi wisata, seperti wisata religi,