• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN BANDAR UDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN BANDAR UDA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN BANDAR UDARA

Amir Hamzah1, AnditaDwi Sefiani2, Eman Serius Waruwu3

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680

Email: amirhamzahsil49@gmail.com1, anditadwisefiani@rocketmail.com2, waruwu15.ew@gmail.com3

Abstrak : Karyawan Bandara dan penduduk sekitar Bandara sangat rentan terhadap kerusakan pendengaran, ambang dengar temporer atau permanen. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian bising di lingkungan bandara. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengambilan dan pembacaan data tingkat kebisingan di bandar udara pada waktu tertentu, mengetahui tingkat kebisingan bandar udara pada titik tertentu, dan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu tingkat kebisingan. Penelitian ini menggunakan metode WECPNL dengan menggunakan data penelitian Ramadhania (2012). Penelitian tersebut dilakukan di Apron Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang. Tingkat kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang dinyatakan tidak memenuhi baku mutu tingkat kebisingan dengan nilai diatas 55 dB (A), sehingga dapat diidentifikasikan tidak memenuhi Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang diisyaratkan oleh KEP. No.48/MenLH/1996 yaitu sebesar 55 dB (A). Berdasarkan hasil yang didapat dari perhitungan nilai WECPNL sebesar 55.763 dB (A). Menurut Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan (BKK) Disekitar Bandar Udara, kawasan tersebut termasuk pada kawasan kebisingan tingkat I. Upaya pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan pemasangan insulasi atau peredam suara pada gedung administrasi perkantoran dan operasional bandar udara, menanam tanaman disekitar badan jalan yang menuju bandar udara serta mempertahankan dan mengembangkan penanaman tumbuhan perindang pada zona penyangga yang berbatasan dengan pemukiman.

Kata kunci : Kebisingan di bandara, WECPNL, Bandar Udara Ahmad Yani

Abstract: PT Airport and surrounding residents Airport is very vulnerable to damage hearing, the threshold hearing schedule or permanent. By because it is necessary to control noise in environmental airport. The purpose of this research is to make the decision making and reading the data noise levels in airport in a certain time, know noise levels at a certain point airport, and compare measurements with quality standard noise levels. This research uses WECPNL by using data or Ramadhania (2012). Research was done in the Apron Airport Ahmad Yani, Semarang. Noise levels Airport Ahmad Yani Semarang were stated did not fulfill quality standard noise levels with the above 55 dB (A), so it could be identified did not fulfill Quality Standard Noise levels that hinted at by CONCERNING. No. 48/baq/1996 of 55 dB (A). Based on the results obtained from the calculation of the WECPNL 55,763 dB (A). According to The agreement and The results of research area Noise (BKK) Around Airport, the area was included in the region noise level I. Establish environmental management can be done with the installation-grade insulation or shock absorbers votes in administration office building and operations plant crops airport, the main road around the airport and maintain toward and develop planting buffer zone perindang plant on the border with humans.

(2)

PENDAHULUAN

Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan

keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya. Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung, selain itu dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode, saat dan lama kejadian, kompleksitas spektrum/kegaduhan dan tidak teraturnya suara kebisingan. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologi dan gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas kerja (Sasongko 2000).

Karyawan Bandara dan penduduk sekitar Bandara sangat rentan terhadap kerusakan pendengaran dalam bentuk pergeseran, ambang dengar temporer atau permanen. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian bising di lingkungan bandara yang mencakup pengendalian untuk karyawan penerbangan dan juga untuk lingkungan sekitar bandara. Dalam upaya pengendalian kebisingan di lingkungan bandara agar lebih efektif, maka perlu dilakukan identifikasi masalah kebisingan di bandara, dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan bandara dan penduduk sekitar bandara. Kegiatan operasional Bandara Ahmad Yani Semarang yang umumnya mengoperasian pesawat terbang baik take off maupun

landing serta pada saat bergerak ke apron mengeluarkan suara kebisingan yang perlu diamati terus menerus dan apakah mempunyai dampak pada karyawan operasional penerbangan dan penduduk di sekitar Bandara. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan kerja yang diisyaratkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 yaitu 85 dBA. Pengukuran kali ini dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) dengan cara sederhana. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengambilan dan pembacaan data tingkat kebisingan di bandar udara pada waktu tertentu, mengetahui tingkat kebisingan bandar udara pada titik tertentu, dan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu tingkat kebisingan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehiingga menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko et al 2000). Emisi kebisingan dari segi kejadiannya dibagi menjadi dua yaitu bising seketika (impulse noise) dan bising menerus (continous noise). Bising seketika adalah bising dalam waktu yang singkat dan intensitas yang besar. Sementara bising menerus adalah bising dalam durasi waktu yang lebih lama dan intensitas yang lebih rendah (Sugiharto 2000).

(3)

WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu dengan pembobotan tertentu.

Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo 1995). Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak hanya mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko et al 2000). Menurut (Olishifski 1971 dalam Primanda F.B 2012), Salah satu karakteristik kebisingan yang penting untuk kesehatan adalah intesitas. Intensitas adalah energi yang mengalir per satuan luas. Semakin jauh sumber suara, intensitas yang diterima akan semakin kecil, karena luas permukaan total yang dilalui semakin besar. Kebisingan berasal dari sumber suara, baik dari mesin pabrik, suara kendaraan bermotor, suara dari mesin pesawat terbang, dan lain-lain (Pratomo 2010).

METODE PRAKTIKUM

Penelitian mengenai penentuan tingkat kebisingan lingkungan di Bandar udara menggunakan metode WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) dilakukan dengan menggunakan data penelitian Ramadhania pada tahun 2012. Penelitian tersebut dilakukan di Apron Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang. Pengukuran mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 yaitu 85 dBA. Tahapan penelitian kebisingan pada bandar udara dimulai dari melakukan pencatatan jumlah pesawat tinggal landas dan terbang landas beserta waktunya. Selanjutnya Sound Level Meter

diletakkan pada beberapa titik pengukuran pada jarak yang telah ditentukan. Jarak titik pengukuran ditentukan berdasarkan rekomendasi ICAO (International Civil Avitation Organization) sehingga kebisingan bandar udara dapat terukur. Hasil pengukuran tersebut kemudian dapat dihitung menggunakan metode WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level).

Pengukuran dilakukan dari pukul 09.00 WIT hingga 11.00 WIT sehingga dihasilkan 10 jumlah pesawat. Data tersebut kemudian dihitung dengan rumus berikut ini.

TNEL = 10 Log ∑𝑁 (𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝐸𝑃𝑁𝐿 (𝑛)10

𝑛−1 )...(1)

ECPNL=TNEL-(10 logtoT)………..………(2)

𝑊𝐸𝐶𝑃𝑁𝐿 = 𝐸𝐶𝑃𝑁𝐿 + 10 log 𝑁 − 27………..(3)

Keterangan :

T = Total periode waktu pengukuran

EPNL (n) = Effective Perceived Noise Level untuk pengukuran pada saat ke-n (terbang lintas atau di landasan)

N = Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat dari pukul 19.00-22.00 to = 1 detik

ECPNL = Equivalent Continous Perceived Noise Level

(4)

Setelah semua data perhitungan diperoleh, maka dibandingkan nilai hasil pengukuran kebisingan dengan nilai baku mutu Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 yaitu 85 dBA. Kemudian dibuat simpulan berdasarkan perhitungan yang telah didapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep. MenLH. No.48 Tahun 1996), atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kep. MenNaker. No.51 Tahun 1999).

Kebisingan bandar udara adalah produk samping yang tidak diinginkan dari sebuah lingkungan Bandara Udara yang disebabkan oleh kegiatan operasional Bandara yaitu bunyi suara mesin pesawat terbang yang menimbulkan kebisingan yang tidak hanya mempengaruhi aktifitas karyawan bandara dan penduduk yang tinggal disekitar Bandara (Sasongko 2000). Tingkat kebisingan di Bandar Udara dan sekitarnya ditentukan dengan indeks kebisingan WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu dengan pembobotan tertentu.

Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus Kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, sebagai pelaksana Rahmadhania. Data yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan hasil data berupa data sekunder. Berdasarkan penelitian yang telah dialakukan, diperoleh data hasil pengukuran sebagai berikut.

Tabel 1. Data pengukuran kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang No Jenis Pesawat Waktu Landing [dB(A)] Take Off [dB(A)]

Sumber : Rahmadhania 2012. Analisis Pengaruh Suhu Udara Terhadap Intensitas Kebisingan di Bandar Udara (Studi Kasus Bandar Udara Ahmad Yani Semarang).IPB

(5)

penduduk sekitar dalam tingkat bising yang tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang dinyatakan diatas baku mutu tingkat kebisingan, sehingga diidentifikasikan tidak memenuhi Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang diisyaratkan oleh KEP. No.48/MenLH/1996 yaitu untuk perumahan dan pemukiman sebesar 55 dB (A) dan untuk kegiatan lainnya dapat disesuaikan dengan baku tingkat kebisingan yang ada (Lampiran 1). Sumber kebisingan tersebut berasal dari aktifitas pesawat terbang dari berbagai jenis pesawat (Tabel 1) yang tinggal landas (take off), mendarat (landing), dan terbang landas (flyover) yang mengeluarkan sumber bising dari mesin pesawat tersebut.

Tingkat kebisingan di Bandar Udara dan sekitarnya ditentukan dengan indeks kebisingan WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu dengan pembobotan tertentu. Perhitungan pada nilai TNEL (Total Noise Exposure Level), ECPNL (Equivalent Continous Perceived Noise Level), Jumlah kedatangan dan keberangkatan dalam 24 jam (N), dan WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) adalah dapat dilakukan sebagai berikut.

Perhitungan nilai TNEL :

TNEL=10 log(108310+108310+1089.710+1070.210+1097.610+109110+109710)+10 log10

1 dB (A)

= 111.336 dB (A)

Perhitungan nilai ECPNL :

ECPNL= 111.336-10 log72001 dB (A) = 72.763 dB (A)

Nilai N berdasarkan waktu pengamatan pada pukul 07.00-19.00 : N = N2 = 10 dB (A

Perhitungan nilai WECPNL :

WECPNL= 72.763+(10 log (10)-27)

= 55.763 dB (A)

(6)

dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 80 dB, yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bandar udara yang dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian.

Hasil yang didapat dari perhitungan nilai WECPNL Bandar Udara Ahmad Yani Semarang sebesar 55.763 dB (A). Menurut Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan (BKK) Disekitar Bandar Udara, kawasan Bandar Udara Ahmad Yani termasuk pada kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 70 dB dan lebih kecil 75 dB, yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit. Kawasan bandar udara tersebut masih memungkinkan untuk pembangunan pemukiman disekitar area bandar udara tersebut. Namun, perlu juga dilakukan analisis untuk pembangunan khususnya pemukiman untuk mengetahui berapa jarak dari kawasan bandar udara tersebut yang dimungkinkan untuk tempat pemukiman. Hal ini berguna untuk menghindari hal-hal mengenai gangguan lingkungan khususnya kebisingan untuk kenyaman dan keamanan penduduk disekitar bandar udara tersebut.

Dampak kebisingan dari pesawat terhadap komunitas disekitar bandara telah menimbulkan masalah penerbangan yang serius. Dampak kebisingan pada masyarakat tergantung kepada beberapa faktor yaitu besarnya kebisingan yang dihasilkan, durasi dari kebisingan tersebut, jalur penerbangan yang digunakan selama take off dan landing, jumlah dan operasi penerbangan, prosedur pengoperasian pesawat, sistem runway yang digunakan, hari dan musim berlangsung operasi, dan juga kondisi meteorologi. Hal-hal yang berkaitan dengan pemaparan kebisingan pesawat terhadap masyarakat adalah penggunaan tanah dan bangunan disekitar bandara, tingkat kebisingan ambien, dan sikap masyarakat disekitar bandara (Primanda F.B 2012).

Dampak kebisingan terhadap manusia bisa diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu dampak sikap manusia (tingkah laku manusia) dan dampak terhadap kesehatan atau fisiolgis. Dampak terhadap sikap manusia adalah yang berkaitan dengan terjadinya gangguan terhadap aktivitas manusia. Ini mencakup kebisingan yang menimbulkan gangguan komunikasi, gangguan ketika istirahat dan tidur. Sedangkan dampak terhaadap kesehatan adalah yang berhubungan dengan hilangnya kemampuan pendengaran manusia atau juga dampak timbulnya penyakit

kardiovaskular dan hipertensi (Yully M.L 2002).

(7)

tingkat kebisingan yang diterima setiap hari. Pengendalian ini terutama ditunjukkan pada orang yang setiap harinya menerima kebisingan, seperti operator pesawat terbang dan orang lain yang menerima kebisingan. Pada manusia kerusakan akibat kebisingan diterima oleh pendengaran (telinga bagian dalam) sehingga metode pengendaliannya memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ketelinga (Mahbubiyah A.E 2011).

Jenis pesawat yang beroperasi di bandara sangat berpengaruh dalam pengendalian kebisingan. Identifikasi masalah kebisingan bandara, menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan dan penduduk seekitar bandara. Dari data yang ada ditempuh langkah penyesuaian kondisi operasional atau melakukan perawatan atau pemeliharaan engine pesawat terbang sehingga suara yang timbul dapat dikurangi. Usaha lain dalam pengendalian dapat dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan penyerap suara, atau penghalang suara lainnya tergantung situasi dan kondisi area bising (Chaeran 2008).

Beberapa upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan di wilayah bandar udara ahmad yani semarang terkait dengan kebisingan, akibat kegiatan pendaratan, tinggal landas dan parkir pesawat adalah pemasangan insulasi atau peredam suara pada gedung administrasi perkantoran dan operasional bandar udara, menanam tanaman disekitar badan jalan yang menuju bandar udara serta mempertahankan dan mengembangkan penanaman tumbuhan perindang pada zona penyangga yang berbatasan dengan pemukiman (Rachman R.M 2007).

SIMPULAN

Tingkat kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang dinyatakan tidak memenuhi baku mutu tingkat kebisingan dengan nilai diatas 55 dB (A), sehingga dapat diidentifikasikan tidak memenuhi Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang diisyaratkan oleh KEP. No.48/MenLH/1996 yaitu sebesar 55 dB (A). Berdasarkan hasil yang didapat dari perhitungan nilai WECPNL Bandar Udara Ahmad Yani Semarang sebesar 55.763 dB (A). Menurut Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan (BKK) Disekitar Bandar Udara, kawasan Bandar Udara Ahmad Yani termasuk pada kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 70 dB dan lebih kecil 75 dB, yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit. Kawasan bandar udara tersebut masih memungkinkan untuk pembangunan pemukiman disekitar area bandar udara tersebut. Namun, perlu juga dilakukan analisis untuk pembangunan khususnya pemukiman untuk mengetahui berapa jarak dari kawasan bandara tersebut yang dimungkinkan untuk tempat pemukiman.

(8)

Daftar Pustaka

Chaeran M., 2008. Tesis : Kajian Kebisingan Akibat Aktivitas Bandara. Semarang : Univesitas Diponegoro.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan, 1996.

Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 1999.

Mahbubiyah A.E. 2011. Analisis Pesawat Terbang Di Kawasan Sekitar Bandara (Studi Kasus : Bandara Pekanbaru Dan Surabaya). Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Sasongko D. P., dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Sugiharto, Timmy. Tugas Akhir : Penerapan Model NEF Untuk Memprediksi Kebisingan Bandar Udara (Studi Kasus : Bandar Udara Adistjipto Yogyakarta). Bandumg : ITB

Primanda F.B., 2012. Pemetaan Kebisingan Akibat Aktivitas Pesawat Dengan Software Integrated Noise di Sekitar Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Jurnal : Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Lingkungan.

Pratomo, Suko.2010. Sumber Daya Alam dan Pencemaran/Polusi.

Yully M.L., 2002. Pengkajian Tingkat Kebisingan Pesawat Udara DC-10 Secara Offline. Jurnal : Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap Dan Teknik Lingkungan, Universitas Trisakti Jakarta.

(9)
(10)

LAMPIRAN 2.

Persetujuan Dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan (Bkk) Disekitar Bandar Udara

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN HASIL PENELITIAN KAWASAN KEBISINGAN (BKK) DISEKITAR BANDAR UDARA

Persetujuan Direktorat Bandar Udara

Persyaratan :

a. Kawasan kebisingan di bandar udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada rencana induk bandar udara;

b. Tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level (WECPNL);

c. Tingkat kebisingan terdiri dari :

 Kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besar atau sarna dengan 70 dan lebih kecil 75 ( 70 = WECPNL < 75 ), yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit;

 Kawasan kebisingan tingkat II dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 75 dan lebih kecil 80 ( 75 = WECPNL < 80), yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal; dan

Gambar

Tabel 1. Data pengukuran kebisingan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada

JUDUL : WASPADAI GANGGUAN SINUSITAS MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 16

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

71 Berdasarkan hasil proses agregasi pakar terhadap alternatif strategi peningkatan mutu karet diperoleh hasil yaitu strategi melalui perbaikan budidaya dan

Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Compsition yang diawali dengan membentuk siswa menjadi 4-6

memperpendek maupun memperpanjang rantai atom yg memsahkan gugus ester dari bagian onium mengurangi aktivitas muskarinik.subtitusi alfa pada bagian kolin menurunkan baik aktivitas

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan intrakurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh