• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan GDP Potensi Daya Dukung Levera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kemampuan GDP Potensi Daya Dukung Levera"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kemampuan GDP, Potensi Daya Dukung (

Leverage

)

dan Kapasitas Pengelolaan Pertahanan Suatu Negara

Pengantar.

Intisari yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah bahwa kemampuan (kapasitas) yang dimiliki sebuah negara dalam mengelola kekuatan pertahanannya sangat dipengaruhi kemampuan negara tersebut secara agregat untuk dapat menciptakan skala produksi nasional agregat (GDP) yang besar. Semakin besarnya GDP (Gross Domestic Product) suatu negara dapat bertumbuh dari tahun ke tahun, semakin besar pula potensi leverage atau daya dukung perekonomian negara tersebut dalam membangun

dan mendongkrak kapasitas pengelolaan pertahanan negaranya karena negara tersebut mampu membiayai anggaran pertahanan dengan proporsi yang semakin besar.

(2)

pertahanan adalah sebesar 0,92%. (masih dibawah 1,5% dari standar yang berlaku secara internasional). Adapun anggaran Kementerian Pertahanan sebesar 95 triliun rupiah, dialokasikan antara lain untuk digunakan melanjutkan kekuatan dasar atau Minimum Essential Forces (MEF), meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan melalui peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri, baik produksi alutsista (alat utama sistem persenjataan) maupun pemeliharaannya. Standar anggaran pertahanan negara yang mampu menjaga wilayah dan mendukung pemenuhan kepentingan nasional, baik di sektor ekonomi, bargaining, perdagangan, diplomasi, berada di angka dua hingga tiga persen dari PDB. (Edy Prasetyono, Satu Harapan.com, 20 Agustus 2014) Rata-rata, negara yang punya kekuatan pertahanan andal memiliki anggaran pertahanan dua hingga tiga persen. Jadi angka 1,5 persen dari PDB merupakan angka realistis dengan upaya peningkatan secara bertahap. Pengamanan aset strategis dan sumber daya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar, misalnya sumber daya yang tersebar di lautan Indonesia yang mencapai luas 5 juta kilometer persegi.

(3)

dikerjakan terlebih dahulu mengingat adanya kelangkaan dan keterbatasan sumber daya / anggaran.

Pendekatan.

Uraian ini ditulis dengan menggunakan pendekatan empiris yakni berdasarkan data-data statistik dari BPS dan informasi-informasi yang diperoleh dari perkuliahan di kelas dan buku bacaan di perpustakaan.

Metode.

Uraian ini menggunakan metode analisa atas hubungan-hubungan yang terjadi diantara peristiwa-peristiwa ekonomi. Hubungan ekonomi dibedakan menjadi dua, yakni:

1. hubungan sebab-akibat (kausalitas), dimana suatu peristiwa menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain, namun kejadian ini tidak dapat berlaku sebaliknya. Misalnya kenaikan anggaran pertahanan (militer) dari total belanja APBN suatu negara akan berdampak / berpengaruh pada naiknya kemampuan pertahanan negara tersebut.

2. Yang kedua adalah hubungan fungsional, yaitu hubungan yang saling pengaruh-mempengaruhi. Misalnya potensi pertumbuhan ekonomi (GDP) akan berpengaruh terhadap besarnya anggaran pertahanan yang dimiliki oleh suatu negara, begitu pula sebaliknya dengan adanya anggaran pertahanan yang besar maka akan berpengaruh pula terhadap potensi pertumbuhan ekonomi negara tersebut (adanya dual use) walaupun kontribusi pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi masih belum maksimal/signifikan. Misalnya dalam hal pengembangan industri stategis pertahanan dalam negeri akan menciptakan

(4)

akan industri-industri pendukung bagi industri utama sektor pertahanan. Kesemua rangkaian aktivitas ekonomi ini (industri utama pertahanan dan industri-industri pendukungnya) akan berdampak pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Hubungan Kausalitas.

Kembali pada fokus judul dari uraian ini, bahwa kemampuan GDP (Gross Domestic Product) suatu negara akan berpengaruh terhadap / mempengaruhi kapasitas pengelolaan pertahanan negara tersebut. Sementara itu, yang dimaksud dengan kemampuan GDP adalah kemampuan suatu negara untuk dapat secara konsisten (stabil) menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional (GDP) disamping sekedar kemampuannya dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor pertahanan. Karena dalam ilmu ekonomi, dikenal istilah/terminologi adanya kondisi/keadaan kekal yang disebut keterbatasan / kelangkaan sumber daya (scarcity) sementara kebutuhan yang selalu diasumsikan sangat banyak dan tidak terbatas sehingga berapapun dana ingin yang dianggarkan untuk sektor pertahanan pasti juga akan berbenturan dengan adanya pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di sektor yang lain. Jadi satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah pemerintah harus mampu memperbesar kapasitas produksi perekonomian nasional karena dengan itu akan meningkatkan porsi anggaran yang dapat dialokasikan untuk pembangunan di semua sektor, karena kue pembangunan akan semakin besar karena semakin meningkatnya pendapatan pemerintah (dari pajak maupun non pajak) yang bersumber dari kegiatan perekonomian nasional secara agregat.

(5)

mengalami pertumbuhan terbesar yakni sektor pengangkutan dan komunikasi, kedua, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar 7,56% dan ketiga, sektor konstruksi. Dari sektor-sektor tersebut, dapat dilihat bahwa sektor pegangkutan dan komunikasi dan sektor konstruksi sangat berkaitan dengan sektor pertahanan dalam arti adanya kemungkinan dual use, dimana investasi/pembangunan di sektor-sektor tersebut, manfaatnya dapat digunakan untuk kepentingan militer maupun kepentingan sipil (civilian use). Sektor-sektor tersebut berkaitan dengan saarana-prasrana transportasi / fasilitas umum-publik, infrastruktur baik dalam hal komunikasi maupun transportasi. Strategi implementasi pembangunan yang diperlukan adalah adanya penetapan skala prioritas bidang-bidang mana yang sangat dibutuhkan dan bernilai strategis untuk dibangun terlebih dahulu, kemudian perlu adanya sinergi dan koordinasi diantara sektor-sektor yang terlibat dalam kepentingan dual use tersebut.

Sedangkan total anggaran sektor pertahanan adalah sebesar sekitar 95 triliun sehingga apabila dihitung akan diperoleh angka rasio/persentase anggaran pertahanan sekitar 0,9% dari total GDP.

(6)

suatu negara hanya dapat ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas produksi perekonomian secara nasional yakni dengan cara meningkatkan produktivitas (productivity), daya saing (competitiveness), efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency) dan nilai tambah ekonomi (economic value added) dalam produksi nasionalnya.

Hubungan Fungsional.

Kebutuhan akan pertahanan masuk dalam kategori barang publik atau kebutuhan publik, hal ini berarti bahwa fasilitas-fasilitas / infrastruktur atau sarana dan prasarana yang dibangun dari anggaran pertahanan tidak hanya diperuntukan bagi kepentingan dan penggunaan oleh militer saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh publik / masyarakat sipil (civilian use). Hal ini dikenal dengan istilah dual use. Begitu pula dalam upaya pembangunannya, tidak hanya melibatkan / menjadi tanggung jawab sektor pertahanan (militer) saja tetapi juga melibatkan peran dari masyarakat sipil yang terdiri dari dunia usaha (firms), rumah tangga (households), maupun Pemerintah Pusat/Daerah (governments) karena dalam sistem perekonomian nasional dalam upaya menciptakan GDP/output nasional, ketiga sektor tersebutlah yang menggerakkan pembangunan perekonomian secara agregat.

(7)

Sebaliknya apabila kita mencari contoh adanya dual use oleh militer bagi sipil, dapat dilihat dari dinamika perkembangan industri strategis pertahanan, dimana produk-produk yang dihasilkan oleh sektor manufaktur industri strategis pertahanan tidak hanya diperuntukan penggunaan pasarnya bagi kalangan militer saja tetapi juga bagi pasar sipil/kalangan umum. Contoh lain adalah fasilitas-fasilitas / infrastruktur yang telah dibangun dari anggaran sektor pertahanan (misalnya lapangan udara), dalam kondisi damai/tidak perang dapat pula digunakan untuk kalangan umum/sipil yang semuanya ini turut berkontribusi bagi jalannya kegiatan perekonomian.

Kesimpulan.

Sebagaimana yang dikenal dan dipahami dalam konsep pembangunan ekonomi suatu negara, maka syarat (tolok ukur) ketiga yang harus dipenuhi adalah adanya konsistensi/stabilitas (kondisi stabil) dalam pertumbuhan dan pemerataan (syarat/tolok ukur pertama dan kedua). Pertumbuhan disini yang dimaksud adalah pertumbuhan output nasional / GDP. Dengan adanya pertumbuhan kapasitas GDP suatu negara secara konsisten maka kapasitas anggaran belanja negara tersebut juga akan semakin besar.

(8)

bergantung pada seberapa besar/persentase dari APBN yang dapat dialokasikan untuk sektor pertahanan. Yang terpenting adalah bagaimana kemampuan pemerintah Indonesia untuk dapat menciptakan output nasional (produksi secara agregat) yang jauh lebih besar sehingga kapasitas APBN akan semakin besar pula / leluasa dalam membiayai pembangunan termasuk di dalamnya pembangunan sektor pertahanan negara.

By: Arijo Hadi SE, M.Si. (November 16th, 2014)

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Perumahan BTN Gojeng Permai yang berada di Kelurahan Biringere Kecamatan Sinjai Utara dengan luas 18 Ha, yang telah dibangun sejak tahun 2001 ini telah mengalami banyak

Berdasarkan nilai adjusted r square (adj. r 2 ) pengaruh dari iklim organisasi, serta self esteem secara bersama-sama atau simultan terhadap kinerja karyawan

Selanjurnya Pasal 20 Ayat (1) juga menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang, sehingga berdasarkan perubahan tahap pertama dan kedua UUD

Uji hambat adhesi merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibodi poliklonal IgY pili Shigella dysentriae 95 kDa dalam menghambat proses adhesi antara

Produktivitas pada suatu perusahaan merupakan kemampuan untuk dapat menghasilkan sejumlah barang dengan faktor produksi yang tersedia, tingginya produktivitas merupakan

KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas laba dengan menggunakan dua pendekatan yaitu persistensi laba dan prediktabilitas laba

In this research the researcher choosed The Analysis of Theme in Anton Chekhov`s The Proposal and once more I want to say thank you very much to everyone that have

Buyer can order anything from Kaymu and pay via cash on delivery (especially in Dhaka) and can receive products via home delivery all over Bangladesh (some sellers take prepayment