• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memilih Mazhab Ahlul Bait as

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Memilih Mazhab Ahlul Bait as"

Copied!
333
0
0

Teks penuh

(1)

D

D

e

e

n

n

g

g

a

a

n

n

N

N

a

a

m

m

a

a

A

A

l

l

l

l

a

a

h

h

M

M

a

a

h

h

a

a

k

k

a

a

s

s

i

i

h

h

L

(2)

َلْهَا يِتَرْ تِع َو ِ،للها َباَتِك :ِنْيَلَقَّ ثلا ُمُكيِف ٌكِراَت يِّنِا

َّ ناَو ،اًدَبَا اوُّلِضَت ْنَل اَمِهِب ْمُتْكَّسَمَت ْنِا اَم ،يِتْيَ ب

اَمُه

َضْوَحْلا َّيَلَع اَدِري ّیتَح اَقِرَتْفَ ي ْنَل

.

Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya aku telah meninggalkan

untuk kalian dua pusaka yang berharga; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama berpegang pada keduanya, ka-lian tak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya tidak akan terpisah hingga menjumpaiku di

telaga Kautsar, di Hari Kiamat kelak”.

(H.R. Sahîh Muslim : jilid 7, hal 122. Sunan ad-Darimi, jilid 2, hal 432. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 14, 17, 26 dan jilid 4, hal 371 serta jilid 5, hal 182 dan 189.

(3)
(4)
(5)
(6)

MENGAPA AKU MEMILIH MAZHAB AHLULBAIT AS

Diterjemahkan dari:

Limadza Akhtartu Madzhab asy-Syiah Madzhaba Ahlilbait As

Karya: Syaikh Muhammad Mar'i al-Amin al-Anthaki Terbitan: Muasassah al-A'lam lil Mathbu'at

Beirut – Libanon 1380 H

Alih Bahasa: Alwi Assegaf Penyunting: Shadra Panrita

Diterbitkan oleh : Dar al-Ishma

(7)

Kepada pengemban risalah, Sayidina Muhammad, penutup para nabi, kepada shahibul wilayah, khalifah Rasulullah, Amirul Mukminin 'Ali As, kepada para Imam al-Haq, keturunan Nabi Saw, yang disucikan dan diberkati, kepada para wakil mereka, para ulama dan mujtahid, yang bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ilmu mereka, kepada setiap penulis yang objektif dan mempunyai pikiran tajam serta semangat yang tinggi dalam membela mazhab dan agama.

Aku berharap, mereka menerima persembahan ini, tanpa memandang kekeliruan penaku dan penyimpangan langkah kakiku.

Lantaran, seseorang kendati telah mencapai kedalaman makrifat, dan meski telah melakukan penelitian yang cermat pada apa yang ia tulis dan kumpulkan, ia tetap tidak terbebas dari kekeliruan karena ia memang tidak terjamin bebas dari kesalahan dan kekeliruan. Sesungguhnya 'ishmah (kesucian dari kesalahan dan kekeliruan) hanyalah milik Allah dan orang-orang yang telah dipelihara-Nya dari kesalahan dan kekeliruan, seperti para nabi dan para imam dari keluarga Nabi Saw.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN – 7 DAFTAR ISI - 9

BAGIAN PERTAMA – 13

Biografi Penulis – 16

Belajar di Universitas al-Azhar – 17 Guru-guruku di al-Azhar – 17 Mendapatkan Ijazah – 18 Ke Kampung Halaman – 18

Pertentangan di antara Empat Mazhab – 18 Wahabiah – 21

Siapakah Syi'ah itu? – 23

Syi'ah adalah Golongan yang Selamat – 24

BAGIAN KEDUA

SEBAB-SEBAB YANG MENDORONG MENGIKUTI

MAZHAB AHLUL BAIT – 29

Dialog-dialog dengan Ulama Syi'ah – 30

Keberuntungan Mendapat Buku al-Muraja'at – 31 Memperlihatkan al-Muraja'at kepada Saudaraku – 33

Banyak orang yang Mengikuti Mazhab Ahlulbait bersama Kami – 34 Urusan Kami Menjadi Terkenal – 35

Orang-orang Bertanya Ihwal Ahlulbait As – 35 Tanya-jawab antara Aku dan Saudaraku – 36

Pengumuman Masuknya Kami ke dalam Mazhab Ahlulbait As – 38 Persengkokolan yang Diadakan untuk Menentang Kami – 41 Ludah yang Dikeluarkan Seorang Penderita TBC – 43 Sikap Ayatullah al-Baroujerdi terhadap Kami – 46 Kepergianku ke Irak – 47

Kepergianku ke Iran – 51

BAGIAN KETIGA

AL-QUR'AN DAN SUNNAH NABAWIYYAH DALAM PANDANGAN SYI' AH – 55

(10)

 Ayat al-Wilâyah (Kepemimpinan) – 56  Ayat at-Tathhir (Pensucian) – 70  Ayat Mubâhalah – 88

 Ayat al-Mawaddah (Kecintaan kepada Ahlulbait) – 98  Ayat Shalawat – 109

 Ayat at-Tabligh dan Hadis Ghadir Khum – 115

 Orang-Orang Memberikan Ucapan Selamat kepada 'Ali As – 144 Syi'ah dan Sunnah – 156

 Hadis Peringatan - 159

 Hadis Tsaqalain - 166

 Hadis Manzilah - 180

 Hadis Safinah Nuh (Bahtera Nuh) – 186

 Hadis Kota Ilmu – 196 Kesimpulan – 202

BAGIAN KEEMPAT

NASH-NASH HADIS TENTANG DUA BELAS KHALIFAH – 205

BAGIAN KELIMA

KEUTAMAAN AMIRUL MUKMININ 'ALl BIN ABI THALIB AS DAN KETURUNANNYA YANG SUCI – 223

Tidak Diperbolehkan Melewati Shirath …- 223

'Ali Pembagi Surga dan Neraka, ….. – 224

Seandainya Manusia Bersepakat dalam Mencintai 'Ali, … - 224 Orang yang Paling Dekat kepada Rasulullab Saw – 225

Wahai 'Ali, Tanganmu di Tanganku, .. – 226

Kedudukan 'Ali di Sisiku, seperti Kedudukanku di Sisi Tuhanku .. – 228 Sesungguhnya Allah Telab Menganugerahkan …- 229

Aku Berdamai kepada Orang yang Berdamai ..- 230 Kami Ahlul Bait, Tidak Ada Seorang …- 231 'Ali Adalab Saudaraku, Khalifahku, dan … - 232 'Ali Adalah Orang yang Paling Utama yang … - 234

(11)

Engkau Adalab Saudaraku dan Pembantuku – 240 Bintang-Bintang adalab Perlindungan bagi ….- 243 Penutupan Semua Pintu yang Menuju ….. – 244 'Ali Bersama al-Quran dan al-Qur'an Bersama 'Ali – 245 'Ali Pemimpin Kaum Muslim– 246

'Ali Pemimpin Bangsa Arab – 246

'Ali Adalab Makhluk yang Paling Dicintai …. – 247 'Ali Penakwil al-Qur'an – 247

Allah Swt Memperkuat Nabi-Nya dengan 'Ali As – 248 Barang Siapa Membenci 'Ali, Allah Akan – 248 'Ali As Adalah Orang yang Pertama … - 249 'Ali Adalah Washiyy Rasulullah Saw – 249

Barang Siapa yang Mencintai 'AIi, Allah Akan Mencintainya – 251 Mencintai 'Ali Adalah Tanda Keimanan, …- 252

Tiga Perkara yang Hanya Dimiliki oleh 'Ali As – 252

Allah Swt Mewajibkan Makhluk-Nya untuk Mencintai 'Ali As – 253 'Ali a.s. Tidur di Tempat Tidur Rasulullah Saw … - 253

'Ali Menghancurkan Berhala yang Paling Besar – 254

'Ali Menyampaikan Surat Barâ'ah kepada Penduduk Makkah – 255

Iman 'Ali As Lebih Berat daripada Penduduk Langit dan Bumi – 256 Pengakuan 'Umar terhadap Keutamaan 'Ali As – 257

Ucapan 'Umar, … – 258

BAGIAN KEENAM

KESAKSIAN TERHADAP 'ALl DAN AHLUL BAIT – 263 Kesaksian Nabi Saw terhadap 'Ali dan Ahlulbait As – 263

Kesaksian Abu Bakar – 269 Kesaksian 'Umar – 270 Kesaksian 'A' isyah – 272

Kesaksian 'Abdullah bin 'Abbas – 273 Kesaksian 'Abdullah bin Mas'ud – 275 Kesaksian Ath-Thâghiyah Mu'awiyah – 276

Kesaksian DhirAr di Hadapan Ath-Thâghiyah Mu'awiyah – 277

Kesaksian 'Amr bin' Ash – 279

Kesaksian Mu'awiyah ats-Tsani (Kedua) – 282

(12)

Kesak'sian Abu Ja'far al-Manshur – 284 Kesaksian Harun ar-Rasyid – 285 Kesaksian al-Ma'mun – 287 Kesaksian Aba Hanifah – 287

Kesaksian Malik bin Anas – 289 Kesaksian Ahmad bin Hanbal – 289

Kesaksian Muhammad bin Idris asy-Syafi'i – 289

BAGlAN KETUJUH

PUJIAN NARI SAW TERHADAP SYI' AH 'ALI DAN AHLI BAITNYA – 293

Nabi Saw Adalah Peletak Fondasi Syi'ah – 293

BAGlAN KEDELAPAN

GOLONGAN YANG SELAMAT - 305

BAGlAN KESEMBILAN

DISKUSIKU DENGAN SEORANG ULAMA BESAR ASY-SYAFI'I - 311

Dalil al-Quran – 312

Diskusi dengan Salah Seorang Ulama al-Azhar – 318

(13)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Pencipta makhluk seluruhnya. Yang mengutus para rasul kepada makhluk-Nya untuk memberikan mereka petunjuk, mengenalkan kepada mereka Pencipta mereka, dan menuntun mereka untuk mengerjakan amal sesuai yang disyariatkan kepada mereka. Dan Dia menugaskan setiap nabi untuk mengangkat para washiyy (orang-orang yang menerima wasiat untuk menjadi pemimpin/khalifah sepeninggalnya) untuk menguatkan apa yang telah disyariatkan-Nya.

(14)

tersebut adalah cabangnya.

Sebab, orang yang mula-mula! Mengambil pelajaran (berguru) kepada Imam Ja'far ash-Shadiq As1 adalah Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit. Abu Hanifah pernah berkata, "Kalaulah bukan karena dua tahun, niscaya binasalah Nu'man (Abu Hanifah)." Yang dia maksudkan dengan "dua tahun" adalah masa dia berguru dan mengambil berbagai ilmu dari Imam Ja'far Ash-Shadiq As.

Kemudian Malik mengambil ilmu dari kitab-kitab Abu Hanifah.

Kemudian Asy-Syafi'i berguru dan mengambil pelajaran dari Malik, Malik mengajarkan kepadanya ilmu-ilmu yang ia pelajari dari kitab-kitab Abu Hanifah, dari Imam Ja'far ash-Shadiq As.

Kemudian Ahmad bin Hanbal juga seperti itu (ia

1. Banyak sekali ulama besar yang berguru kepada Imam Ja'far

(15)

berguru kepada Asy-Syafi'i, yang notabene berguru kepada Malik).

Oleh karena itu, mazhab yang empat tersebut bercabang dari -Imam Ja'far ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir As. Seluruh sumber sejarah, baik Sunni maupun Syi'ah, sepakat akan hal ini.

Apa saja yang terdapat dalam kitab-kitab empat mazhab ini yang sesuai dengan mazhab al-Ja'fari (mazhab Ahlulbait), niscaya ia bersumber dari Imam Ja'far Ash-Shadiq As; sedangkan yang bertentangan dengan mazhab aI-Ja'fari, ia bersumber dari hasil ijtihad mereka sendiri.

Akan tetapi, anehnya, ketika kami mengikuti dan masuk ke dalam mazhab Ahlulbait yang mulia ini, seakan-akan kiamat telah bangkit, sebagaimana seakan-akan kami jelaskan secara terperinci segera dalam buku ini.

Banyak jamaah dan komunitas dari berbagai negeri meminta kami untuk menjelaskan alasan-alasan yang menyebabkan kami mengikuti mazhab Ahlulbait ini. Maka, kami pun, sembari menyebutkan biografi kami, memenuhi permintaan mereka dan menuruti kehendak mereka.

Lalu kami pun menuliskan buku ini, walaupun sebenarnya kami sebelum ini telah menulis beberapa buku setelah Allah Swt. memberikan hidayah-Nya kepada kami untuk mengikuti mazhab Ahlulbait ini, baik yang tebal dan terperinci maupun yang ringkas; sebagiannya telah diterbitkan, dan sebagian yang lain masih berupa manuskrip.

(16)

kebenaran.

Biografi Penulis

Aku dilahirkan pada 1314 H di sebuah desa di Antokiah, Suriah. Letaknya kurang-lebih empat farsakh dari Antakiah, tepatnya di desa Unshu. Desa ini merupakan desa yang indah nan bersih udaranya, aimya bening dan tawar dan terletak pada tempat yang tinggi. Banyak pepohonan yang tumbuh di desa ini, kebanyakannya adalah tin, anggur, dan zaitun. Terdapat pula pahon pala, badam, delima, dan lain-Iainnya. Di desa tempat kami tinggal, terdapat seorang syaikh yang hanya mengajarkan al-Quran dan baca-tulis kepada anak-anak. Ayahku membawaku ke tempat syaikh tersebut agar aku dapat belajar padanya al-Quran dan baca-tulis. Kemudian setelah aku selesai belajar al-Quran dan baca-tulis, ayahku membawaku pulang agar aku dapat membantunya dalam beberapa pekerjaan.

Ketika aku mulai beranjak dewasa, timbul dalam pikiranku mencintai ulama. Apabila aku melihat seorang alim, aku segera bergegas menghampirinya dan melayani keperluannya. Kemudian tertanam di hatiku keinginan untuk menuntut ilmu. Kebetulan di desa kami ada seorang syaikh yang bernama Syaikh Rajab, ia adalah seorang yang alim. Maka, aku pun dan saudaraku, Syaikh Ahmad, belajar kepadanya. Kami tinggal di tempatnya sekitar tiga tahun lamanya.

(17)

Pernah ketika kami menuntut ilmu di madrasah tersebut, datang seorang alim yang terkenal, yaitu Syaikh Muhammad Sa'id aI-'Urfi, yang mengunjungi Antakiah. Ia diasingkan oleh Pemerintah Prancis ketika masa pendudukannya di Suriah setelah Perang Dunia Pertama, tahun 1919. Kami juga sempat belajar kepadanya selama ia berada di Antakiah.

Belajar di Universitas Al-Azhar

Kemudian kami pergi ke Mesir, sebelumnya saudaraku telah terlebih dahulu berangkat mendahuluiku. Kami belajar di Universitas al-Azhar. Tidak lama setelah kami masuk di Universitas al-Azhar, kurang-Iebih sebulan, datanglah Syaikh Muhammad Sa'id AI-'Urfi, yang telah kami sebutkan sebelumnya, ke Mesir. Kami banyak mendapatkan keberuntungan dari kehadirannya. Kami belajar berbagai bidang ilmu di Universitas al-Azhar dari beberapa ulama terkemuka Mesir.

Guru-Guruku di AI-Azhar

1.Al-'Allamah Akbar Syaikh Mushthata al-Maraghi, ia adalah Rektor Universitas al-Azhar dan Ketua al-Majlis al-Islami al-'Ala.

2. AI-'Allamah al-Kabir Syaikh Muhammad Abii Thaha al-Mahni.

3.AI-'Allamah al-Kabir Syaikh Rahim.

(18)

Mendapatkan Ijazah

Setelah kami berhasil menyelesaikan pelajaran kami dan telah mendapatkan ijazah, kami pun bermaksud mudik dan pulan ke kampung halaman. Saat itu, beberapa ulama Mesir meminta agar kami tetap tinggal di Mesir untuk mengajar di al-Azhar. Akan tetapi, kampung halaman lebih membutuhkan kepulangan kami daripada tetap tinggal di Mesir dan mengajar di al-Azhar.

Sebab, Mesir merupakan pusat ilmu pengetahuan dan memiliki banyak ulama terkemuka sehingga, menurut hemat kami, keberadaan kami (untuk mengajar) di Mesir tidaklah terlalu dibutuhkan.

Sebaliknya, negeri ulama terkemuka sangat minim jumlahnya, apalagi di bidang fiqih, tafsir, dan hadis, kami hampir-hampir saja tidak menemukan yang menekuninya (mumpuni) sama sekali.

Ke Kampung Halaman

Lalu, kami pun kembali ke negeri kami. Kemudian bertugas sebagai imam shalat jamaah dan Jumat, di samping itu juga sebagai pengajar, mufti, dan khatib dalam waktu yang cukup lama, sekitar lima belas tahun.

Pertentangan di Antara Empat Mazhab

Dalam masa tersebut, kami sering kali membincangkan tentang pertentangan di antara empat mazhab (Hanafi, Maliki, asy-Syafi'i, dan Hanbali). Aku dan saudaraku, Syaikh Ahmad, sangat heran akan pertentangan yang banyak tersebut.

(19)

mazhab-mazhab yang lainnya. Kami melihat satu mazhab menghalalkan suatu masalah, sedangkan mazhab yang

lainnya mengharamkannya; sebagian yang lain

memakruhkan, sedangkan sebagian yang lain

mensunnahkan.

Misalnya, Imam asy-syafi'i Ra berkata bahwa menyentuh wanita asing (non-mahram) membatalkan wudhu, sedangkan Imam Abu Hanifah Ra berkata yang sebaliknya (tidak membatalkan wudhu).

Adapun Imam Malik Ra, ia mempunyai pendapat yang lain. Yaitu, jika seorang laki-laki menyentuh wanita (non-mahram) dengan syahwat dan sengaja, maka ia membatalkan wudhu; sedangkan jika menyentuhnya tanpa syahwat dan tidak disengaja, maka ia tidak membatalkan wudhu.

Contoh yang lain di antaranya, Asy-Syafi'i membolehkan seorang pria menikahi anak perempuannya yang lahir dari hasil perbuatan zina, sedangkan ketiga mazhab lainnya menentangnya.

Misal yang lain di antaranya, Abu Hanifah mewajibkan berwudhu bagi orang yang keluar darah dari badannya walaupun, hanya sedikit, sedangkan ketiga mazhab yang lainnya menentangnya.

Contoh pertentangan yang lain di antaranya adalah Abu Hanifah membolehkan berwudhu dengan nabidz (minuman keras yang terbuat dari anggur) dan susu yang bercampur dengan air, sedangkan ketiga mazhab yang lainnya menentangnya.

(20)

Misal yang lain, Asy-Syafi'i membolehkan makan daging serigala

dan musang, sedangkan Abu Hanifah

mengharamkannya.

Asy-Syafi'i juga menghalalkan landak, sedangkan mazhab yang

lainnya mengharamkannya. Masih banyak lagi pertentangan yang terjadi di antara sesama mereka, dari mulai awal bab fiqih sampai akhimya.

Subhanallah! Apakah syariat itu kurang atau belum sempurna sehingga mereka banyak berselisih paham? Yang ini menghalalkan, yang itu mengharamkan, yang lain membolehkan, dan yang lainnya lagi menentangnya.

Padahal Rasulullah Saw telah bersabda dalam hadis yang sahih, "Apa yang dihalalkan oleh Muhammad adalah halal sampai hari kiamat dan apa yang diharamkan Muhammad adalah haram hingga hari kiamat." (Halâlun Muhammadin Halâlulun ilâ yaumil Qiyâmah, wa Harâmun Muhammadin Harâmun ila Yaumil Qiyâmah).

Bukankah Anda tahu bahwa Asy-Syafi'i Ra pernah menuliskan mazhabnya yang lama (qadim) yang telah dia sebarkan di kalangan kaum Muslim di Irak, Hijaz, Yaman, dan Syam. Kemudian ia pergi ke Mesir karena suatu urusan, lalu di sana ia bercampur dengan orangorang (ulama) Maghrib dan mengambil ilmu dari mereka. Kemudian, ia berpaling dari mazhabnya yang lama seraya menulis mazhabnya yang baru, yang diberi nama sebagai al-madzhab al-jadid (mazhab baru) sehingga tidak tersisa dari mazhabnya yang lama, kecuali beberapa masalah saja.

(21)

yang bertentangan dengan mazhabnya yang lama?"

Dan juga kita melihat Abu Hanifah mengemukakan pendapatnya dalam suatu masalah, lalu Abu Yusuf atau Muhammad atau Zafar mengemukakan pendapatnya yang bertentangan dengan pendapat Abu Hanifah, padahal ketiga orang tersebut adalah murid-murid Abu Hanifah, yang mereka itu adalah orang-orang yang mengambil ilmu darinya. Terkadang salah satu dari mereka mengambil pendapat Abu Hanifah dan bertentangan dengan pendapat dua orang dari mereka, dan terkadang pula ketiganya bertentangan dengan pendapat Abu Hanifah, atau sebaliknya ketiganya bersepakat dengan pendapatnya.

Demikian juga Malik dan Ahmad. Pertentangan demi pertentangan senantiasa mewarnai pendapat-pendapat mereka, dan ini tentu saja menimbulkan keraguan.

Wahabiah

Dahulu kami mendengar tentang Wahabiah bahwa mereka menjalankan hudud (hukum pidana) dan hukum-hukum syariat secara sempurna. Lalu, kami pergi ke Hijaz dan tinggal bersama mereka selama beberapa waktu. Akan tetapi, kami mendapatkan bahwa kabar yang sampai kepada kami dari Hijaz ini bertentangan dengan realitas yang kami saksikan. Ternyata mereka lebih membahayakan terhadap Islam daripada segala sesuatu.

(22)

Demi Allah, mereka benar-benar telah berkeinginan hendak merobohkan makam Nabi Saw, tetapi mereka mendapatkan pertentangan dari kaum Mukmin dari segenap penjuru dunia. Oleh karena itu, mereka membatalkan keinginan mereka tersebut karena khawatir terhadap kemarahan kaum Mukmin.

Kini dengarkanlah keanehan fatwa mereka ini.

Pendapat Mazhab Wahabi

Menurut pendapat mazhab Wahabi, apabila orang yang berhaj i atau siapa saja yang meletakkan tangannya di atas kuburan (Rasulullah Saw), maka dia adalah seorang yang musyrik. Dan polisi penjaga kuburan Nabi Saw. pun akan menghardik orang yang melakukan hal itu seraya berkata, "Angkatlah tanganmu wahai kaum musyrik!"

Apabila seseorang berkata, "Ya Rasulullah," maka ia adalah seorang musyrik.

Apabila seseorang meletakkan tangannya di atas kuburan, atau menciumnya, atau bertabaruk (mengharapkan berkah) darinya, maka ia adalah seorang musyrik. Dan polisi yang melihat orang yang melakukan hal itu akan mencacinya seraya berkata, "Janganlah engkau melakukan hal ini wahai musyrik!"

Masih banyak lagi pendapat-pendapat mereka yang konyol dan sarna sekali tidak masuk akal yang tidak sejalan dengan syariat Islam yang mulia ini.

(23)

peringatan tersebut, maka darahnya akan dihalalkan, yakni dia wajib dibunuh.

Itulah yang mereka lakukan di Hijaz, Irak, dan tempat lainnya.

Lali, bagaimanakah menurutmu wahai kaum Muslimin, di mana saja Anda berada, mazhab bid'ah ini, yang mengotori Islam dan kaum Muslimin? Hanya kepada-Mu wahai Allah, kami mengadukan perbuatan perbuatan jahat mereka.

Akhimya, setelah kami melihat sendiri kenyataan yang sebenamya tentang mereka (kaum Wahabi), kami pun meninggalkan mereka, kembali ke negeri kami.

Kegelisahan dan keraguan pun kembali menyelimuti kami menyaksikan pertentangan di antara sesama kaum Muslim sampai akhimya kami berhubungan dengan mazhab Syi'ah.

Siapakah Syi'ah Itu?

Mereka adalah golongan yang hak (benar) dan yang terpilih dari makhluk Allah. Ia adalah golongan yang selamat, yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan para Imam yang suci dari keluarga beliau 'alaihimus salam. Mereka mengenal hak para Imam keluarga Nabi Saw dengan sebenar-benarnya, dan juga mengetahui siapakah musuh-musuh para imam.

Mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan makhluk-menyekutukan-Nya serta tidak menyerupakan-menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka mengimani risalah Nabi Saw, wilayah (kepemimpinan) 'Ali bin Abi Thalib, dan sebelas imam yang lain dari Ahlulbait Nabi Saw, mereka itu adalah:

(24)

2. Imam al-Husain bin 'Ali As, asy-Syahid di Padang Karbala.

3. Imam 'Ali bin al-Husain as-Sajjad As. 4. Imam Muhammad bin 'Ali al-Baqir As. 5. Imam Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq As. 6.Imam Musa bin Ja'far aI-Kazhim As. 7. Imam 'Ali bin Musa ar-Ridha As. 8. Imam Muhammad bin 'Ali al-Jawad As. 9. Imam 'Ali bin Muhammad aI-Hadi As. 10. Imam al-Hasan bin 'Ali al-'Askari As. 11. Imam aI-Hujjah al-Muntazhar al-Mahdi As.

Imam al-Mahdi akan muncul pada akhir zaman, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya telah dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman.

Mereka (kaum Syi'ah) mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat dan khumus, melaksanakan ibadah puasa, mengerjakan haji, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.

Mereka memerintahkan pada kebaikan dan melarang kemungkaran.

Mereka berlomba-Iomba dalam kebaikan.

Dan mereka melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua hal yang dilarang agama.

Syi'ah adalah Golongan yang Selamat

(25)

dibandingkan mazhab-mazhab yang selainnya. Dalam sebuah hadis sahih disebutkan, "Umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan (yang selamat)."

Kita ketahui bahwa seluruh umat Islam mengucapkan kalimat, "Lâ ilâha illallâh Muh.ammadun Rasulullâh (tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah)."

Apabila kita berkata bahwa semuanya akan selamat, maka berarti kita telah mendustakan hadis Nabi Saw; dan apabila kita berkata bahwa semuanya akan binasa, berarti kita juga telah mendustakan hadis tersebut.

Oleh karena itu, golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Ahlulbait Rasulullah Saw. Dalil akan hal ini adalah berdasarkan al-Quran dan Sunnah yang sahih menurut riwayat dua golongan terbesar umat Islam (Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Syi'ah).

Maka, mestilah mazhab yang selamat ini mengungguli semua mazhab yang lainnya dengan sesuatu yang tidak ada pada lainnya, yaitu: kesetiaan dan ketaatan kepada para imam dari Ahlubait Rasulullah Saw dan berlepas diri dari musuh-musuh mereka.

Juga keyakinan akan kemaksuman para imam mereka (Ahlulbait Nabi Saw), para pemimpin mereka, junjungan mereka, dan pemberi syafaat mereka.

Demi Allah, wahai pembaca Mukmin yang budiman dan objektif, apakah pantas orang-orang seperti mereka ini dikatakan kafir, musyrik, dan dihalalkan darahnya (harus dibunuh)?

(26)

tuduhan palsu dan perkataan-perkataan keji dan dusta, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnu Hajar al-Haitsami, al-Qushaimi, al-Hafnawi, Musa Jarullah, Ahmad Amin, dan al-Jabhani. Juga yang telah dilakukan oleh Syaikh Nuh yang telah melakukan kejahatan keji dengan mengafirkan Syi'ah dalam fatwanya, bahkan orang-orang Syi'ah, dalam fatwa tersebut, harus dibunuh, para wanita dan anak-anaknya dijadikan budak, dan harta bendanya dirampas.

Dalam akhir fatwa yang panjang tersebut, ia (Syaikh Nuh) berkata, "Baik mereka itu bertobat maupun tidak bertobat."

Anda dapat membaca teks fatwa (batil) tersebut dalam buku al-Fushûl al-Muhimmah, pasal sembilan, karya Imam Syarafuddin al-Musawi.

Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengadu. Wahai Pembaca yang budiman, apakah Anda tahu apakah dosa Syi'ah itu?

Dosa Syi'ah itu, dalam pandangan mereka, adalah lantaran orang-orang Syi'ah tidak mau mengakui khalifah selain dari imam mereka, siapa pun dia orangnya yang menjabat khalifah itu. Mereka, orang-orang Syi'ah, berkeyakinan bahwa hanya para imam Ahlulbaitlah yang berhak menjadi khalifah. Demi Allah, wahai pembaca budiman, apakah keyakinan seperti ini merupakan dosa yang mewariskan kekafiran dan kemurtadan?

(27)

musuh-musuh mereka pada masa-masa yang kelam dan penuh kezaliman dahulu, niscaya jumlah mereka sekarang, paling sedikitnya, akan mencapai semiliar.

Mereka tersebar di segenap penjuru dunia, timur dan barat, utara dan selatan, tetapi kebanyakan mereka tinggal di negara-negara Muslim. Mereka mempunyai andil dan jasa yang besar dalam penyebaran dakwah Islam melalui mazhab mereka, bahkan mereka mendahului yang lainnya dalam penyebaran agama Islam. Mereka senantiasa berkhidmat kepada Islam, di antaranya dengan pena-pena mereka. Buku-buku karya ulama mereka sangatlah banyak hingga telah memenuhi dunia ini.

Anda dapat membaca adz-Dzari'ah ila Tashânif asy-Syi'ah, karya Mujtahid Agung Syaikh Agha Buzurgh at-Tehrani. Dalam buku ini, Anda akan mendapatkan alangkah banyaknya buku-buku yang telah ditulis oleh para ulama Syi'ah, dalam berbagai bidang ilmu, sehingga penulisnya sendiri mengalami kesulitan untuk menyebutkannya satu per satu.

Di antara mereka terdapat ulama, fuqaha, para penguasa, filosof, pemikir, sultan, menteri, ahli bahasa, syair, penulis, ahli perbintangan (astronom), matematikawan, arsitek, dokter, teknokrat, dan para cendekiawan yang terkemuka. Mereka telah memenuhi bumi Allah ini dengan ilmu pengetahuan dan pengamalannya.

Mereka juga merintis pendirian sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang besar, yang senantiasa dipenuhi oleh jamaah.

(28)

Hasan al-Musawi al-Ishfahani Ra2 telah membangun

masjid-masjid dan sekolah-sekolah di berbagai belahan bumi. Demikian juga Imam Al-Boroujerdi rahimahulldh, yang telah mengutus para juru dakwah ke berbagai negara dan membangun di sana beberapa masjid yang sangat besar, di antaranya: di Amerika, Jerman, London, dan Paris.

Lalu, apakah kini Anda telah mengetahui tentang Syi'ah wahai pembaca budiman?

Akan tetapi, walaupun demikian, sayangnya yang kita dapatkan di dalam buku-buku sejarah (yang ditulis oleh para musuh Syi'ah) hanyalah cacian keji terhadap Syi'ah, bahkan pengkafiran. Mengapa demikian? Sebab, dalam pandangan picik mereka, mereka (kaum Syi'ah) adalah orang-orang musyrik. Demikianlah yang kita dapatkan dalam Shawâiqul Muhriqah, karya Ibn Hajar al-Haitsami-semoga Allah membakar pengarangnya di akhirat.[]

2. Imam Abul Hasan rahimahumullâh adalah pemimpin tertinggi (mazhab

Syi'ah pada masanya) dan faqih yang terkemuka dan tidak ada satu pun yang setara dengannya. Ia adalah panutan ulama dan pemuka fuqaha. Ia adalah orang yang paling luas pengetahuannya dan imam kaum muhaddits

(ahli hadis) dan mufasir pada zamannya. Dia mempunyai keutamaan dan kedudukan tertinggi serta kekeramatan-kekeramatan yang masyhur.

(29)

Banyak alasan dan sebab yang mendorong kami mengikuti mazhab Ahlulbait, di antaranya:

Pertama, aku melihat bahwa beramal sesuai mazhab Ahlulbait adalah sah, sedangkan memungkirinya adalah perbuatan yang tercela. Hal yang demikian ini telah difatwakan oleh banyak ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, baik yang terdahulu maupun yang terkemudian, di antaranya adalah asy-Syaikh Akbar Mahmud Syaltut, Rektor al-Azhar, yang fatwanya telah menyebar luas di dunia Islam.

Kedua, telah terbukti secara meyakinkan kebenaran mazhab Ahlulbait ini, sesuai dalil-dalil yang kuat, keterangan-keterangan yang sangat jelas, dan hujah-hujah yang mantap dan kukuh, laksana sinar matahari yang berkemilau di tengah hari yang bolong, yang tidak ada sedikit pun awan yang menutupinya.

(30)

Allah Swt.

Mazhab Syi'ah bersumber dari orang-orang yang tepercaya, laksana mata rantai yang tidak terpisahkan, yang satu sama lainnya tidak ada perbedaan.

Ketiga, sesungguhnya wahyu turun di rumah mereka, sedangkan penghuni rumah lebih mengetahui seisi rumah daripada yang lainnya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya bagi orang yang berakal meninggalkan dalil-dalil yang sahih dari mereka, lalu mengambil dari selain mereka.

Keempat, banyak ayat al-Quran yang menguatkan pendapat kami, yang nanti akan kami jelaskan beberapa di antaranya, Insya Allah.

Kelima, demikian juga banyak hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang mendukung pernyataan ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh kedua belah pihak, Ahlus Sunnah dan Syi'ah. Kami telah menyebutkan hal secara mendetail dalam buku kami asy-Syi 'ah wa Hujjatuhum fit Tasyayyu'. Anda juga dapat membaca buku al-Murâja'ât (Dialog Sunnah Syi'ah), di dalamnya Anda akan menemukan dalil-dalil yang pasti akan memuaskanmu, jika Anda berlaku objektif.

Dialog dengan Sebagian Ulama Syi'ah

(31)

menjadi seru karena aku, alhamdulilâh, mempunyai bacaan yang sangat luas dan pengetahuan agama yang sangat dalam, mengingat, aku pernah berguru selama dua puluh lima tahun kepada ulama-ulama kenamaan dan tokoh-tokoh terkemuka al-Azhar, bahkan, aku telah memperoleh ijazah yang tertinggi dari al-Azhar.

Dialog tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar tiga tahun. Aku pun akhirnya mengalami keraguan tentang mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, asy-Syafi'i, dan Hanbali) karena banyaknya pertentangan yang terdapat di dalamnya.

Keberuntungan Mendapatkan Buku al-Murâja'ât Akhimya, kami beruntung mendapatkan buku al-Murâja'ât (Dialog Sunnah-Syi'ah) karya imam yang agung, junjungan umat Islam, Ayatullah al-'Uzhma, mujahid besar di jalan Allah, baik dengan pena maupun dengan tangannya sepanjang hidupnya, aI-Imam aI-Akbar, Mujtahid A'zham, Sayyid 'Abdul Husain Syarafuddin Musawi al-'Amili3 - Semoga Allah menyucikan ruhnya yang suci dan menempatkannya di surga-Nya yang luas bersama nenek

3 . Imam Syarafuddin al-Musawi merupakan alim kebanggaan mazhab

(32)

moyangnya yang suci (Ahlulbait Rasulullah Saw).

Kemudian, mulailah aku membuka lembaran demi lembaran buku itu, aku membacanya dengan penuh ketekunan. Aku memikirkan setiap tulisannya dengan cermat dan saksama. Sungguh, aku merasa sangat kagum akan kefasihan bahasanya, kelembutan tutur katanya, dan keindahan makna-maknanya, dimana sedikit sekali penulis yang dapat menulis sepertinya.

Mulailah aku memikirkan isi buku yang agung ini, yang berisikan dialog-dialog antara penulisnya dengan asy-Syaikh al-Akbar, Rektor Universitas al-Azhar, asy-Syaikh Salim al-Bisyri. Penulis (Sayyid Syarafuddin al-Musawi) menjawab setiap pertanyaan Syaikh Salim al-Bisyri dengan dalil-dalil yang tajam dan meyakinkan, dan hujah-hujah yang mantap dan kukuh, yang membuat lawan dialognya tidak mampu lagi memberikan bantahan juga tidak dapat menolak hujahnya.

Aku melihat Imam Syarafuddin AIMusawi tidak bersandar pada buku-buku Syi'ah dalam menyampaikan hujah-hujahnya, bahkan ia menukilkannya dari buku-buku yang menjadi sandaran golongan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Yang demikian itu agar hujah-hujahnya lebih mantap dan kukuh sehingga tidak dapat dibantah oleh lawan bicara.

Hal ini menambah kekagumanku terhadap

penulisnya. Bahkan, pada malam itu juga, aku membacanya, aku langsung puas dan menerima seeara bulat bahwa hak dan kebenaran berada pada mazhab Ahlulbait. Dan bahwa mereka mengikuti mazhab yang hak yang bersumber dari Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya yang suci 'alaihimus salâm.

(33)

yang batil dan dusta.

Memperlihatkan al-Murâja'ât kepada Saudaraku

Pada pagi harinya, aku memperlihatkan buku al-Murâja'ât kepada saudaraku, al-'Allamah al-Hafizh asy-Syaikh Ahmad Amin al-Anthaki. Ia berkata kepadaku, "Apakah ini?" Aku jawab, "Ini adalah buku Syi'ah yang ditulis oleh seorang penulis Syi'ah." Kemudian, ia berkata kepadaku, "Jauhkanlah ini dariku, jauhkanlah ini dariku, jauhkanlah ini dariku! (Dia berkatanya tiga kali).

Sesungguhnya buku ini termasuk buku yang sesat, aku sarna sekali tidak membutuhkannya. Aku membenci Syi'ah dan apa saja yang berhubungan dengannya."

Lalu aku katakan kepadanya, "Ambillah dan bacalah buku ini, engkau tidak perlu mengamalkannya. Apa yang merugikan kamu jika kamu hanya sekadar membacanya?"

Kemudian, ia pun mengambil buku itu dan membacanya serta mempelajarinya dengat cermat dan saksama. Ternyata apa yang terajadi padaku juga terjadi pada dirinya. Yaitu, ia mengakui kebenaran mazhab Syi'ah (Ahlulbait).

Dia berkata, "Sesungguhnya Syi'ah berada di atas jalan yang hak dan benar, sedangkan selain mereka adalah keliru."

Akhirnya, aku dan saudaraku meninggalkan mazhab asy-Syafi'i dan mengikuti mazhab al-Ja'fari (Ahlulbait). Sebab, kami mendapatkan dali-dalil yang banyak lagi jelas dan kukuh.

(34)

karena aku mengetahui bahwa aku telah memperoleh apa yang paling aku harapkan dengan berpegang teguh pada mazhab Ahlulbait ini, yaitu keselamatan dari azab Allah Swt.

Aku juga memuji Allah Swt yang telah

menyelamatkan keluargaku seluruhnya, dan banyak pula dari kerabatku, sahabatku, dan lainnya karena mereka !elah mengikuti langkahku, yaitu mengikuti mazhab Ahlulbait. Semua ini berkat karunia dan nikmat Allah Swt yang dilimpahkan kepada kami, yaitu dengan melapangkan dada kami untuk mengikuti para Imam Ahlulbait As. Sebab, hanya dengan mengikuti merekalah keselamatan dapat diperoleh. Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadis yang disepakati kesahihannya, baik oleh Ahlus Sunnah maupun Syi'ah, yaitu sabda Rasulullah Saw, "Perumpamaan Ahlulbaitku bagi umatku adalah seperti bahterah Nuh, barang siapa yang menaikinya, akan mendapatkan keselamatan; dan barang siapa yang meninggalkannya, akan karam dan binasa.

Aku memohon kepada Allah Swt. Yang

Mahapemurah agar Dia memberikan taufik-Nya kepada kita semua agar supaya mendapatkan keridhaan-Nya dengan berpegang teguh pada wilâyah (kepemimpinan) Ahlulbait dan kecintaan kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengabulkan doa.

Banyak Orang yang Mengikuti Mazhab Ahlulbait Bersama Kami

Banyak sekali orang yang masuk ke dalam mazhab Ahlulbait bersamaku dan saudaraku, mereka adalah saudara-saudara kami (kaum Muslimin) yang sebelumnya bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.

(35)

negara lainnya. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kami jalan ini. Dan kami sekali-kali tidak akan pernah mendapatkan petunjuk kalaulah Allah tidak memberikan kami petunjuk.

Urusan Kami Menjadi Terkenal

Urusan kami pun (menjadi pengikut mazhab Ahlulbait) menjadi terkenal dalam negeri kami. Berita ini dengan cepat menyebar kemana-mana sehingga banyak orang yang berbondong-bondong mendatangi kami. Mereka bertanya kepada kami, mengapa kami tertarik mengikuti mazhab Ahlulbait, mazhab yang hak, dan meninggalkan mazhab Asy-Syafi'i? Lalu, kami pun menjelaskan bahwa dalil akan hal itu sangatlah jelas dan kuat. Oleh karena itu, aku katakan kepada mereka bahwa siapa saja di antara kalian yang hendak meminta penjelasan tentang mazhab Ahlulbait ini, silakan mendatangi kami.

Orang-orang Bertanya Ihwal Mazhab Ahlulbait

Di dalam masa ini, yang Allah telah memberikan petunjuk-Nya kepada kami untuk mengikuti mazhab Ahlulbait, orang-orang dari segenap penjuru negeri berbondong-bondong mendatangi kami seraya menanyakan sebab-sebab kami mengikuti mazhab Ahlulbait, mereka terdiri dari segenap lapisan masyarakat: ulama, guru, pedagang, pegawai, dan lainnya.

Kami menjelaskan mazhab Ahlulbait ini kepada mereka sesuai realitas, mempunyai sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, yang berasal dari sumber (buku-buku sandaran) mereka sendiri.

(36)

saksama, lalu ia merasa puas terhadap dalil-dalil yang kami sampaikan, lalu ia pun menerima dan mengikuti mazhab Ahlulbait seraya meninggalkan mazhabnya yang sebelumnya.

Akan tetapi, di antara mereka ada juga yang fanatik terhadap mazhabnya. Ia enolak kebenaran disebabkan oleh kefanatikannya yang telah membutakan hatinya, padahal ia tahu bahwa ia tidak dapat mempertahankan mazhabnya.

Demikianlah waktu berlalu, kami tetap tekun menempuh jalan ini, berdakwah menyebarkan mazhab Ahlulbait sehingga mazhab ini banyak dianut oleh banyak orang di Suriah, bahkan menyebar juga ke Turki, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Tanya-jawab antara Aku dan Saudaraku

Untuk menambah kemantapan dalam penerimaan mazhab Ahlulbait, aku dan saudaraku melakukan tanya-jawab dan dialog khusus tentang mazhab Ahlulbait. Kadang-kadang saudaraku memposisikan dirinya sebagai ulama Syi'ah, sedangkan aku berposisi sebagai ulama Sunni. Lalu kami pun masuk dalam perdebatan seputar mazhab Syi'ah. Aku melemparkan pertanyaan kepadanya, lalu dia menjawab kepadaku dengan dalil-dalil al-Qur'an dan Sunnah. Dalam perdebatan tersebut, ia keluar sebagai pemenang, aku pun mengakui bahwa kebenaran ada bersama Syi'ah.

Pada kesempatan yang lain, aku yang melakonkan diri sebagai ulama Syi'ah, sedangkan saudaraku sebagai ulama Sunni. Kemudian kami masuk ke dalam perdebatan, juga seputar mazhab Ahlulbait. Lalu ia pun tertawa karena melihat dirinya kalah dalam hujah seraya berkata, "Kebenaran yang hakiki berada pada mazhab Ahlulbait."

(37)

berulang-ulang, dan kami pun mendapatkan bahwa kebenaran ada bersama mazhab Ahlulbait. Sebab, kebenaran itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya.

Misalnya, ketika ia melakonkan dirinya sebagai ulama Syi'ah, ia memintaku mengajukan argumentasi, mengapa ia menganut salah satu dari mazhab yang empat. Ia bertanya, "Apa dalil yang engkau miliki beribadah dengan menganut mazhab asy-Syafi'i, atau Hanafi, atau Maliki, atau Hanbali? Apakah engkau menemukan dalil dari ayat al-Qur'an, seperti firman Allah Swt, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya." (Qs. al-An'am [6]; 153)

Perhatikanlah bagaimana Allah Swt memerintahkan kita (kaum Mukminin) untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus, dan Dia melarang kita mengikuti jalan-jalan yang lain agar kita tidak tersesat dari jalan-Nya.

Atau, apakah engkau mendapatkan hadis yang memerintahkan engkau mengikuti salah satu dari mazhab yang empat itu?"

Aku jawab, "Ijmâ' (kesepakatan ulama)."

Lalu, ia berkata, "Sarna sekali tidak ada kesepakatan ulama.

Sebab, mereka itu bertentangan dalam mazhab-mazhab, maka bagaimana mungkin kesepakatan itu diperoleh?"

(38)

(keturunan) Ahlulbaitku; selama kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamarrya. Sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga kelak menemuiku di Haud (telaga Nabi Saw), perhatikanlah

bagaimanakah kalian memperlakukan keduanya

sepeninggalku."

Rasulullah Saw juga bersabda, "Perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah kalian seperti bahterah Nuh. Barang siapa yang menaikinya, akan mendapatkan keselamatan; dan barang siapa yang meninggalkannya, akan tenggelam dan binasa."

Kemudian, ia pun menerima dan tunduk seraya berkata, "Kebenaran ada bersama kalian."

Demikianlah, kami melihat bahwa kebenaran bersama Ahlulbait Rasulullah Saw, dan masih banyak lagi dalil lain yang menegaskan hal tersebut.

Pengumuman Masuknya Kami dalam Mazhab

Ahlulbait

Anda telah ketahui, sebagaimana yang kami ulang-ulang bahwa dalil-dalil yang terang dan hujah yang kukuh, baik menurut riwayat Ahlus Sunnah maupun Syi'ah, menunjukkan secara pasti bahwa kebenaran ada bersama mazhab Ahlulbait.

(39)

Diriwayatkan dalam hadis yang disampaikan oleh Imam 'Ali As dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, "Kami adalah buhul tali (habl) yang amat kuat itu."

Juga disebutkan dalam riwayat yang lain, "Kami adalah jalan yang lurus (shirâul mustaqim) dan kami adalah jalan-jalan menuju kepada Allah."

Masih banyak lagi riwayat sejenis itu yang telah mengantarkan kami memasuki mazhab Ahlulbait, kami benar-benar puas dan berbahagia akan hal itu. Sebab, tidak ada pilihan lagi bagi kami kecuali berpegang teguh pada mazhab Ahlulbait, dengan harapan memperoleh keselamatan dan keberuntungan pada jalan kebenaran.

Semoga Allah Swt. memberikan petunjuk-Nya kepada kita pada jalan yang mendatangkan keridhaan-Nya, sesungguhnya Dialah yang memberikan taufik dan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya.

Berkata al-Kumait, penyair Ahlulbait, dalam salah satu syaimya,

Hanya kepada keluarga Ahmad (Ahlulbait) aku menjadi Syi 'ahnya

Dan hanya kepada mazhab yang haklah (mazhab Ahlulbait) aku bermazhab.

Imam Asy-Syiifi'i berkata dalam bait syairnya, Ketika aku melihat manusia telah menempuh jalannya Masing-masing dalam lautan kesesatan dan kebodohan Aku menaiki dengan nama Allah bahtera keselamatan

(40)

Apabila berpecah belah dalam agama ini lebih dari tujuh puluh golongan,

Sbagaimana telah diriwayatkan dalam hadis yang sahih Datidak ada yang selamat kecuali satu golongan saja, Maka, katakanlah kepadaku wahai orang yang mempunyai pkiran dan nalar, Apakah mungkin termasuk golongan yang binasa itu keluarga M uhammad?

Ataukah justru golongan mereka yang selamat? Katakanlah kepadaku!

Apabila engkau berkata bahwa keluarga Muhammadlah yang selamat,

maka engkau telah berkata benar.

Tetapi, apabila engkau berkata bahwa keluarga Muhammad itulah yang binasa,

maka engkau telah menyimpang dari kebenaran.

Apabila pengikut suatu kaum termasuk bagian dari mereka, maka aku rela menjadi pengikut mereka (keluarga Muhammad), aku senantiasa bemaung di bawah naungan mereka.

Maka, biarkanlah 'Ali dan keturunannya menjadi panutanku.

Yang lainnya berkata lagi,

Jika engkau menghendaki suatu mazhab untuk dirimu, Yang akan menyelamatkanmu pada Hari Kebangkitan dari siksa api neraka,

(41)

Dalam buku ini, insya Allah, engkau akan membaca ringkasan manâkib (doa-doa suci) keluarga suci Rasulullah Saw yang bersumber dari kitab-kitab Sunni.

Persekongkolan yang Diadakan untuk Menentang Kami

Ketika kami telah mengumumkan bahwa kami telah masuk ke dalam mazhab Ahlulbait, dan berita ini telah menyebar ke segenap pelosok negeri serta banyak orang yang bergabung dalam mazhab yang hak ini, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok, mulailah kelompok-kelompok yang memusuhi Ahlulbait berhimpun untuk mengadakan persekongkolan untuk menentang kami. Permusuhan ini timbul karena ketidakmengertian mereka tentang mazhab Ahlulbait.

Kemudian mereka mulai melakukan hal-hal yang kami sendiri malu untuk menyebutkannya di sini karena keburukan dan kekejian yang mereka lakukan terhadap kami.

Banyak dari mereka memvonis kami dengan kekufuran dan kemurtadan. Mereka mengajak dan mendorong orang-orang jahil mereka untuk menentang dan memusuhi kami, mereka juga membujuk anak-anak kecil untuk mengganggu kami dengan umpatan dan lemparan batu serta kerikil seraya berkata, "Wahai penyembah tanah!," yang mereka maksudkan adalah kami.

Dalam tuduhan mereka, kami menyembah tanah al-Husain (karena kami sujud di atas tanah [turbah] al-Husainiyyah atau tanah Karbala).

(42)

berusaha dengan segala upaya untuk memboikot dan memotong pencarian kehidupan kami. Bahkan, seandainya kami bermaksud menyewa rumah, mereka dengan segera mendatangi pemilik rumah seraya mengancamnya, dengan berkata, "Mereka, orang-orang Syi'ah itu adalah kaum musyrik dan mencaci para sahabat, maka janganlah sekali-kali engkau menyewakan rumahmu kepada mereka. Akan tetapi, jika engkau tetap bersikeras menyewakannya kepada mereka, maka kami akan mengganggumu."

Sungguh mengherankan, dengan mengikuti mazhab Ahlulbait seakan-akan kami telah keluar dari agama Islam. Lâ haula wala quwwata ila billâh (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah) dan hanya kepada-Nyalah kami mengadukan kezaliman-kezaliman mereka.

Juga sekelompok ulama Hilb (nama kota di Suriah) mendirikan perkumpulan yang mereka namakan "Jam'iyyah ad-Da'wah al-Muhammadiyyah Wa Shirathin Mustaqim" (Perkumpulan Dakwah Muhammadiyyah Menuju Jalan yang Lurus). Ada seorang pria dari Hilb yang bemama Amin 'Airudh menulis buku yang ia namakan dengan perkumpulan tersebut. Di dalamnya, ia banyak menuliskan perkataan-perkataan yang buruk dan keji terhadap kami.

(43)

walaupun orang-orang yang menyebarkan kabar bohong tidak henti-hentinya menyebarkan kebohongannya tentang kami.

Walhasil, kami tetap berdiri kukuh, laksana gunung yang menjulang tinggi yang tidak bergoyang oleh hantaman badai. Kami tetap teguh mengikuti mazhab Ahlulbait, kami tetap menyeru manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan membantah mereka dengan cara yang baik pula.

Dan siapakah yang lebih baik ucapannya, daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-oragn yang berserah diri." (Qs. Fusshilat [41]: 33)

Sungguh, Allah Swt telah menolong kami dengan berkat Ahlulbait dalam semua keadaan, kami dapat memperoleh kemenangan dalam menghadapi mereka, sedangkan mereka gagal dalam semua usaha mereka. Mereka frustasi dan merugi, dan pada hari kiamat kelak akan mendapatkan balasan atas kejahatan dan dosa-dosa mereka.

(44)

jumlahnya.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh seseorang-semoga Allah merahmatinya---dalam syairnya,

Alangkah busuknya orang yang disibukkan oleh aib orang lain,

seperti lalat yang mencari-cari tempat yang kotor.

Mereka ini dan orang-orang yang semisal mereka adalah kuman kerusakan dan pusat kenifakan serta membuat kerusakan di muka bumi ini. Sebab, mereka ini tidak senang menyaksikan keharmonisan antara sesama kaum Muslimin, hidup tenang dalam keberagaman paham dan mazhab. Mereka senantiasa mengamat-amati pertentangan di tengah-tengah umat Islam dan terjadinya kekacauan di antara barisan kaum Muslimin agar mereka dapat menanamkan benih-benih perpecahan dan kerusakan. Mereka berusaha memancing di air yang keruh sehingga mereka dapat memperoleh kesenangan hidup, sebagaimana yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Setelah kami menganut mazhab Ahlulbait (keluarga Nabi Saw), seakan-akan kami dalam pandangan mereka telah keluar dari agama Islam, dan saat itu pula kami wajib dibunuh karena kami telah murtad, sekali lagi dalam pandangan mereka yang picik.

Seandainya saja mereka berpikir jemih dan menggunakan nalar serta mau mempelajari dengan saksama mazhab Ahlulbait, tentu mereka akan mengetahui bahwa mereka (orang-orang Syi'ah) berada pada jalan yang lurus dan benar.

(45)

bangunannya yang menjulang tinggi adalah 'Ali dan anak-anaknya, yang telah disucikan dari dosa dan dibersihkan sebersih-bersihnya oleh Allah Swt. Allah Swt juga telah menjaga dan memelihara mereka dari setiap kesalahan dan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Hadis mereka adalah hadis seorang anak dari ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah Saw, dari Jibril, dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Demikian juga Syi'ah (pengikut), mereka mengambilnya dan meriwayatkannya dari tsiqah (orang yang tepereaya) dari tsiqah, yang paling akhir dari mereka tidak bertentangan dengan yang paling awal dari mereka, sebagaimana yang telah disinggung sebelum ini.

Sungguh, alangkah anehnya, apakah orang yang berada pada jalan yang benar harus dibunuh, sedangkan orang yang berada dalam kebatilan dibiarkan selamat?

Apakah orang yang mengikuti mazhab yang suci ini tereela dan orang yang beribadah dengan paham mereka ini tersesat?

Apakah layak dia (pengikut mazhab Ahlulbait) divonis kafir, dituduh sebagai zindik, dilempari batu, dan dicaci maki dengan perkataan-perkataan yang keji?

Apakah istri dan anak perempuannya boleh dijadikan budak dan anak-anak laki-lakinya dibunuh serta harta bendanya dirampas, juga seluruh kehidupannya diboikot?

Apakah pantas dia yang menyembah Allah dengan hak, tulus, dan yakin dikatakan, "Wahai penyembah berhala?"

(46)

"Dan barangsiapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut Allah itulah yang pasti menang." (Qs. al-Maidah [5]:56)

Perhatikanlah apa yang telah dilakukan oleh Bani Umayyah terhadap Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya yang suci serta orang-orang pilihan dari Syi'ah (pengikut) mereka.

Misalnya, apa yang dilakukan oleh Abu Sufyan terhadap Rasulullah Saw, Mu'awiyah terhadap Amirul Mukminin 'Ali As, dan Yazid terhadap Sayyidusy Syuhada' (penghulu para syuhada) Imam al-Husain As.

Demikian juga apayang telah dilakukan oleh Bani Marwan terhadap orang-orang saleh dari golongan Syi'ah.

Begitu pula kami sekarang ini, ketika kami mengikuti mazhab Ahlulbait, seakan-akan hari kiamat telah bangkit,

mereka bangkit menentang kami dan melakukan

persekongkolan dan tindakan-tindakan jahat lainnya terhadap kami.

Sikap al-Imam al-Akbar Ayatullah al-Buroujerdi

(47)

yang luas serta membalas segala jasanya untuk Islam dan kaum Muslimin dengan sebaik-baik balasan dengan karunia dan kemuliaan-Nya.

Segera setelah membaea laporan dari Imam Syarafuddin tentang keadaan kami, Imam al-Baroujerdi langsung membantu dan menolong kami. Pada hakikatnya, dia adalah penopang dan penolong utama kami dari Allah, Rasul-Nya, dan para imam Ahlulbait dalam penyebaran mazhab yang hak ini.

Oleh karena itu, segala keutamaan kembali kepada Imam al-Buroujerdi dan Imam Syarafuddin al-Musawi. Kemudian kami memandang bahwa adalah kewajiban bagi kami untuk mengunjungi Irak dan Iran, dan temyata Allah pun kemudian memudahkan kami untuk berangkat ke dua negara tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan kami (berziarah ke makam para Imam Ahlulbait dan bertemu dengan para mujtahid dan tokoh ulama Syi'ah).

Kepergianku ke Irak

Pada tahun 1370 Hijriah Allah memberikan taufik-Nya kepada hamba-taufik-Nya yang lemah ini untuk berziarah ke makam para Imam Ahlulbait di Irak, para Imam Ahlulbait ini, para pemimpin dan junjunganku , dan juga bertemu dengan ulama-ulama terkemuka dan para imam mujtahid. Mereka telah menyambutku dengan sambutan yang sangat baik, demikian pula saudara-saudaraku dari Irak yang lainnya. .

Kota Baghdad yang Makmur

(48)

perdana menteri, al-'Allamah al-Hujjah as-Sayyid Muhammad ash-Shadr.4

Selama tinggal di rumahnya, kami sering berkumpul dengan ulama-ulama kenamaan Baghdad, di antaranya: Filosof Besar al-Hujjah as-Sayyid Ma'asli Hibatud Din Asy-Syahrastiini; ulama besar, al-Hujjah, mujahid besar, pengarang buku-buku kenamaan, as-Sayyid 'Ali Naqi al-Haidari.

Di Baghdad, kami juga berjumpa dengan penulis kenamaan, politikus ulung, dan cendekiawan tersohor, Ustad Ahmad Aminn, yang merupakan penulis buku terkenal at-Takâmul fil Islâm.

Kota al-Kazhimiyyah al-Musyarrafah

Setibanya di kota al-Kazhimiyyah, kami berkumpul bersama dengan tokoh-tokoh ulama kenamaan, di antaranya: Sayid 'Allamah Hujjah Kabir as-Sayyid Ahmad al-Kaisyuwiin, Sayid al-'Allamah al-Kabir al-Hujjah asy-Syahid as-Sayyid 'Ali ash-Shadr, Sayid al-'Allamah al-Hujjah, penulis tersohor, as-Sayyid Muhammad Mahdi Ishfahani al-Kazhimi, dan Syaikh al-'Allamah al-Akbar al-Hujjah asy-Syaikh Mirza 'Ali az-Zanjiini.

Kota Suci Karbala

Di kota suci ini (Karbala), aku bertamu di rumah 'Allamah Hujjah Mujahid as-Sayyid 'Abbas al-Kasyani.5 Selama tinggal di rumahnya, kami sering

4 . Ia adalah ulama besar dan politikus kenamaan serta pahlawan Islam yang

terkenal. Ia juga merupakan ulama pertama yang menjabat sebagai perdana menteri di trak pada tahun 1367 H.

(49)

berkumpul bersama tokoh-tokoh ulama terkemuka, di antaranya: al-Mujtahid al-Kabir (mujtahid besar) Mirza Hadi al-Khurasani, al-Mujtahid al-Kabir as-Sayyid al-Hasan Agha Mir, Mujtahid Kabir asy-Syaikh Muhammad al-Khathib, al-Mujtahid al-Kabir, al-Mujtahid al-Kabir as-Sayyid Mahdi asy-Syirasyi, Mujtahid Kabir Ayatullah al-Imam asy-Syaikh Muhammad Ridha al-Ishfahani al-Ha'iri, Mujtahid at-Tahrir as-Sayyid Muhammad ath-Thahir al-Bahrani, al-'Allamah al-Kabir al-Hujjah al-Mutabahhir as-Sayyid al-Murtadha dari keluarga Thabathabai, al-'Allamah al-Kabir al-Hujjah asy-Syaikh Muhammad al-'Ali dari keluarga Sibawaih, al-'Allamah al-Hujjah al-Mujahid al--Alma'I as-Sayyid al-Milani, dan al-Ustadz aI-Kabir AI-Hujjah asy-Syaikh Ja'far Ar-Risyti.

Kota Suci Najaf

Kemudian aku pergi ke kota Najaf al-Asyraf. Di kota suci ini, aku berada di bawah perlindungan Sayid al-Mufaddi Ayatullah al-'Uzhma, Hujjatuhu al-Kubra (Hujah-Nya yang terbesar), Hâmi asy-Syi'ah (pelindung Syi'ah), Muhyi asy-Syariah (penghidup syariat), al-Imam, Sayyidu ath-Tha'ifah (pemimpin mazhab), as-Sayyid al-Muhsin al-Hakim ath-Thabathaba'i.

(50)

Selama tinggal di Najaf Al-Asyraf (pusat ilmu pengetahuan Islam terbesar), kami berkumpul bersama tokoh-tokoh ulama terkemuka, para imam dan mujtahid, di antaranya: al-Marji' ad-Dini al-Kabir, Faqih Ahlulbait, Ayatullah 'Uzhma, Hujjah Kubra, Imam, al-Mujahid, as-Sayyid Mirza 'Abdul Hadi asy-Syirazi; Samahatul Mujtahid al-Kabir, al-Marji' asy-Syahir, Ayatullah al-'Uzhma, as-Sayyid Mahmud asy-Syahrudi; Samahatul Mujtahid al--Kabir, al-Marji' asy-Syahid, Ayatullah al-'Uzhma, al-Imam, al-Mujahid, as-Sayyid Abul Qasim AI-Khu'i; Samahatul Mujtahid al-Kabir, al-Marji' asy-Syahid, Ayatullah al-'Uzhma al-Imam, as-Sayyid al-Husain al-Hamami; dan Samahatul Mujtahid al-Kabir, al-Marji' Asy-Syahir, Ayatullah al-'Uzhma, as-Sayyid Mirza Agha Ishthihbanati.

Di antara mereka juga terdapat: Samahatul Mujtahid al-Kabir, al-Marji' Asy-Syahir, al-Imam, Asy-Syaikh Muhammad Husain Kasyiful Ghitha'; Samahatul Marji' 'Azhim, Ayatullah, Asy-Syaikh Muhammad Hasan al-Muzhaffar dan kedua saudara kandungnya, yaitu: Ayatullah AI-Huijah Muhammad al-Husain dan Ayatullah al-Huijah Muhammad ar-Ridha; Samahatul Marji', Ayatullah, al--Mujahid, as-Sayyid Muhammad al-Baghdadi; Samahatu Ayatullah, al-Mujahid, asy-Syaikh Agha Buzurgh at-Tehrani, pengarang buku terkenal adz-Dzari'ah ila Tashnif asy-Syi'ah; Samahatul Huijah al-Kubra, pahlawan jihad, asy-Syaikh 'Abdul Husain Ahmad al-Amini; dan Samahatul 'Allamah, al-Mujahid, Abul Fadha'il wal Makarim, Syaikb al-Muhajjal, al-Haj asy-Syaikh Nashrullah al-Khalkhali.

(51)

kedudukanku, dan memperhatikan segala urusanku, lalu aku meninggalkan mereka dalam keadaan sangat senang dan berbahagia.

Kepergianku ke Iran

Kemudian aku meninggalkan Irak dan aku terus berangkat ke Iran untuk berziarah ke makam Imam 'Ali Ar-Ridha As dan menjumpai al-Marji' tertinggi mazhab Ahlulbait, yaitu Mujahid, aI-Imam Akbar, Ayatullah al-'Uzhma, al-Hujjah al-Kubra, as-Sayyid Agha Husain ath-Thabathaba'i al-Buroujerdi, aku mengunjunginya di kota Suci Qum. Sungguh, aku menyaksikan pada dirinya keagungan dan kewibawaan yang sarna sekali belum pemah aku saksikan pada ulama yang lain.

Aku berhitung mendapatkan penghormatan yang sangat besar darinya. Ketika aku pulang dari rumahnya, aku merasakan kebahagiaan yang sangat besar karena perhatiannya yang tinggi yang ditujukan kepadaku. Banyak orang penting dan terpandang yang berkunjung kepadanya, seperti para pemimpin pemerintahan dari berbagai dunia dan para pembesar lainnya. Akan tetapi, mereka tidak diperkenankan untuk langsung menemuinya karena kesibukannya yang luar biasa dalam urusan-urusan keagamaan.

Ketika aku hendak permisi pulang, dia memberikan kepadaku pemberian yang banyak, yang sesuai dengan kedudukannya dan kedudukan kami.

(52)

Kota Suci Qum

Selama aku tinggal di rumah Imam ath-Thabathaba'i al-Buroujerdi, kami sering berkumpul bersama tokoh-tokoh ulama besar dan para mujtahid terkemuka, di antaranya: Samahatul Marji' ad-Dini al-Kabir Ayatullah as-Sayyid Muhammad al-Hujjah, Samahatul Marji' ad-Dini al-Kabir Ayatullah as-Sayyid Shadrud Din ash-Shadr (ayah aI-Hujjah al-Mujahid as-Sayyid Musa ash-Shadr), Samahatul Marji' ad-Dini al-Kabir Ayatullah as-Sayyid Muhammad Taqi al--Khunsari, Samahatu Ayatullah al-Hujjah an-Nassabah as-Sayyid Syihabuddin Agha Najafi al-Mar'asyi, Samahatu Ayatullah al-Hujjah as-Sayyid Kazhim Syari'atmadari, Samahatu Ayatullah al-Hujjah as-Sayyid Muhammad Ridha al-Gulpaighani, Samahatu Ayatullah al-Hujjah as-Sayyid Agha Ruhullah Khumaini, dan Samahatu Ayatullah al-Hujjah as-Sayyid ad-Damad.

Masih banyak lagi tokoh-tokoh ulama terkemuka dan fuqaha serta para mujtahid besar yang aku jumpai, yang mereka semuanya menyambutku dengan sambutan yang sangat baik dan juga dari segenap lapisan masyarakat di sana.

Kota Teheran yang Makmur

(53)

marji' terkemuka dan pemegang panji Syi'ah. Di antaranya" Samahatul Mujtahid al-Akbar Ayatullah al-'Uzhma al-Imam as-Sayyid Abul Qasim al-Kasyani, ia adalah cendekiawan terkemuka, politikus ulung, dan seorang pahlawan terkenal dalam menentang penjajahan Inggris di Irak dan Iran. Allah Swt benar-benar telah menganugerahkan keberanian yang luar biasa kepadanya sehingga menggetarkan musuh-musuhnya ketika mendengar namanya.

Di antaranya juga, Ayatullah al-Hujjah al-Mujahid as-Sayyid Mir Muhammad al-Bahbahani, asy-Syaikh al-Akbar Ayatullah al-Hujjah asy-Syaikh Mirza Ahmad al-Asytiyani, asy-Syaikh al-Ajall al-Hujjah Ayatullah asy-Syaikh Muhammad Ghurawi Kasyani, dan 'Allamah al-Mujahid al-Kabir asy-Syaikh al-Falsafi al-'Azhim.

Kota Khurasan

Kemudian aku pergi ke Khurasan (Masyhad) untuk berziarah ke makam Imam 'Ali ar-Ridha. Setelah menziarahi makam Imam 'Ali ar-Ridha, aku mengunjungi tokoh-tokoh ulama besar Khurasan, seperti: Ayatullah al-'Uzhma as-Sayyid Muhammad al-Hadi al-Mailani. Ia adalah seorang marji' terkenal, mujtahid agung, hujatullah, faqih Ahlulbait, pemberi petunjuk umat, imam, mujahid, dan penghidup syariat.

(54)
(55)
(56)

Syi'ah mengambil hukum-hukum agama dari al-Qur'an dan Sunnah Nabawiyyah. Seorang mujtahid Syi'ah mengambil dari nash-nash ayat-ayat ahkam (hukum-hukum fiqih) dari al-Qur'an. Apabila ayat-ayat tersebut membutuhkan penafsiran dan terdapat keraguan di dalamnya, maka mujtahid tersebut mengembalikan penafsiran itu kepada para Imam Ahlulbait As.

Adapun Sunnah Nabawiyyah, mujtahid tersebut mengambil dari hadis-hadis yang sahih dari Nabi Saw dan para Imam Ahlulbait serta perbuatan-perbuatan (af'âl) dan hal-hal yang ditetapkan (taqrîr) oleh mereka.

Sedangkan orang yang bukan mujtahid (baca: awam) di antara mereka bertaklid kepada seorang mujtahid yang adil dan lurus, berdasarkan syarat-syarat yang telah disebutkan di dalam buku-buku mereka.

Syi'ah dan al-Qur'an

(57)

Ayat Wilâyah (Kepemimpinan) Allah Swt berfirman,

"Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Seluruh Ahlulbait dan ulama tafsir dan hadis dari Syi'ah, dan juga banyak mufasir Sunni, bahkan kesemuanya, sepakat bahwa ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Amirul Mukminin As, Ali bin Abi Thalib As, yaitu ketika ia bersedekah dengan cincinnya kepada seorang miskin, sewaktu ia mengerjakan shalat (sedang ruku') di Masjid Rasulullah Saw. Bahkan, hal ini diterima secara bulat di kalangan sahabat Nabi Saw, tabiin, dan para penyair terdahulu yang mengabadikan peristiwa ini dalam syair-syair mereka.

Kami akan menyebutkan kepada Anda wahai pembaca budiman sebagian ulama Sunni yang menuliskan peristiwa ini.

As-Suyuthi menyebutkan dalam ad-Durrul Mantsûr',6

al-Khathib meriwayatkan dari Ibn 'Abbas, ia berkata, Ali bersedekah dengan cincinnya, sedangkan ia dalam keadaan ruku'. Kemudian Nabi Saw bertanya (kepada orang miskin yang meminta-minta tersebut), "Siapakah yang memberimu cincin ini?" Ia menjawab, 'Ia orang yang sedang ruku' ini

6 . Lihat, ad-Durrul Mantsur, jil. 2 hal. 293, asy-Suyuthi menyebutkan

(58)

('Ali).' Kemudian, Allah menurunkan ayat-Nya, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Ath-Thabrani menukil peristiwa dalam al-Ausath, dan Ibnu Mardawaih dari 'Ammar bin Yasir, ia berkata, "Ada seorang yang meminta-minta (pengemis) berdiri di dekat 'Ali, sedangkan ia (Imam 'Ali As) saat itu masih mengerjakan shalat sunnah, maka ia melepaskan cincin dari tangannya seraya memberikannya kepada pengemis itu. Lalu pengemis itu mendatangi Rasulullah Saw dan mengabarkan hal tersebut kepadanya. Kemudian, turunlah kepada Nabi Saw ayat ini, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55) Kemudian ia membacakan ayat tersebut kepada para sahabatnya, lalu bersabda, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya (pemimpinnya), maka 'Ali adalah maulanya. Allâhummah, tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhilah orang yang memusuhinya."

'Abdur Razzaq, 'Abd bin Humaid, Ibn Jarir, Abusy Syaikh, dan Ibn Mardawaih meriwayatkan dari Ibn 'Abbas tentang firman Allah Swt, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55) bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan 'Ali bin Abi Thalib.

(59)

sedang ruku', maka turunlah ayat, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Ibn Jarir meriwayatkan dari as-Sudi dan 'Utbah bin Hakim seperti yang disebutkan pada riwayat yang di atas. Abusy Syaikh dan Ibn Mardawaih meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib, ia berkata, "Ayat ini turun kepada Rasulullah Saw ketika beliau berada di rumahnya, yaitu "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Kemudian, ia keluar dari rumahnya dan memasuki masjid, ada orang-orang yang sedang mengerjakan shalat (sunnah), di antara mereka ada yang ruku' dan ada pula yang sujud. Tiba-tiba ia melihat seorang pengemis, lalu ia bertanya kepada pengemis itu, "Wahai pengemis, apakah ada seseorang yang memberimu sesuatu?' Ia menjawab, 'Tidak, kecuali orang yang sedang ruku' itu, seraya menunjuk kepada 'Ali bin Abi Thalib, ia memberikan cincinnya kepadaku."

(60)

membenarkan Allah dan Rasul-Nya, dan kami telah meninggalkan agama mereka, lalu mereka menampakkan permusuhan (terhadap kami). Bahkan, mereka bersumpah tidak akan berhubungan lagi dengan kami dan tidak akan makan bersama kami. Maka, hal itu sungguh memberatkan kami. Ketika mereka sedang mengeluhkan penderitaan mereka itu kepada Rasulullah Saw, tiba-tiba turunlah ayat ini kepada Rasulullah Saw, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Kemudian azan shalat Zuhur dikumandangkan, dan Rasulullah Saw keluar menuju masjid. Tiba-tiba Rasulullah Saw melihat seorang pengemis, kemudian beliau bertanya kepada pengemis itu, "Apakah ada seseorang yang memberimu sesuatu?" Pengemis itu menjawab, "Ya." Ia bertanya, 'Siapakah orang itu?' Pengemis itu menjawab, 'Itu orang laki-Iaki yang sedang berdiri.' Nabi Saw bertanya lagi, "Dalam keadaan apa ia memberimu?" Pengemis itu menjawab, "Ia (memberiku) dalam keadaan ruku'." Ibn 'Abbas berkata, "Orang yang dimaksud itu adalah 'Ali bin Abl Thalib." Kemudian, Rasulullah Saw bertakbir saat itu, lalu beliau membacakan ayat, "Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku'." (Qs. al-Maidah [5]:55)

Al-Kanji meriwayatkan dari Asy-Syafi'i di dalam Kifâyatuth Thâlib7 dari Anas bin Miilik bahwasanya ada

seorang pengemis di dalam masjid, pengemis itu berkata, "Siapakah yang mau memberi pinjaman yang penuh lagi

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui refleksi diri atau yang lebih dikenal dengan penelitian tindakan

Hal ini disebabkan unit penggudangan yang dirancang merupakan bagian dari pabrik biskuit crackers, bukan bagian terpisah dari pabrik yang harus mendirikan gudang di lahan

Pengamatan dilakukan terhadap (1) perubahan fisiologis selama penyimpanan: penyusutan bobot, persentase rimpang bertunas, panjang tunas, dan laju respirasi dilakukan

Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur yang superficial pada kanalis auditorius eksternus.Infeksi telinga ini dapat bersifat akut,

Instrumen tes tulis uraian yang dikembangkan haruslah disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pelaksanaan penilaian melalui penugasan setidaknya

(1987) Inquiry by Design: Tools for Environment-Behavior Research. New York dan Melbourne: Press Syndicate of the

Sehubungan dengan perancangan visual branding kawasan agrowisata Condet, pesan yang ingin disampaikan menggunakan pendekatan persuasif bahwa Condet merupakan salah

KERTAK BARU DESA PENGAUMAN RT.003 MARTAPURA TIMUR KAB.. MELATI RT.01 DESA KARANG