BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Institusi Perbankan
Institusi perbankan atau yang sering disebut bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, dan menerbitkan promes, atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia “Banca” yang berarti tempat penukaran uang. Fungsi utama institusi perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional di Indonesia” diakses Juni 2015).
2.1.1. Bank Konvensional
Pengertian bank menurut UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2. Bank Syari’ah
2.1.2.1. Pengertian Bank Syari’ah
Bank Islamatau di Indonesia umumnya disebut denganBank Syariah, adalah lembagakeuangan/perbankanyangoperasional danproduknyadikembangkanberlandaskanAl-Qur’an danHaditsNabi SAW.Antonio dan Perwataatmadja(1997;1)membedakanmenjadidua pengertian,yaituBankIslam danBankyangberoperasidenganprinsip syariahIslam.BankIslam adalahbankyangberoperasidenganprinsip syariahIslam danbankyangtatacaraberoperasinyamengacukepada ketentuan-ketentuanAl-Qur’andan Hadits.Bankyangberoperasisesuai denganprinsipsyariahIslam adalahbank yangdalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yangmenyangkut tatacarabermuamalatsecaraIslam.
Bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
2.1.2.2. Akad-Akad dalam Perbankan Syari’ah
membuat perjanjian standar (akad standar) sehingga nasabah maupun bank sama-sama sepakat dan mendapatkan keuntungan dalam menerima pembiayaan (Muamalat Institute, 1999). Adapun akad-akad yang diterapkan dalam perbankan syari’ah yaitu :
1. Akad dalam Produk Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapatdiartikansebagai titipanmurni dari satu pihakkepihak lain,baik
individumaupunbadanhukum, yangharusdijagadan dikembalikan kapan sajasi penitip menghendaki(Antonio, 2001). Secara umumterdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a.Wadiah YadAl-Amanah(TrusteeDepository)adalahakadpenitipan barang/uang dimanapihakpenerimatitipan tidakdiperkenankan menggunakanbarang/uangyangdititipkandan tidakbertanggung jawabatas kerusakan ataukehilanganbarang titipanyangbukan diakibatkan perbuatan ataukelalaianpenerimatitipan. Adapun aplikasinyadalamperbankan syariahberupa produk safe deposit box.
2. Akad untuk ProdukBagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem iniadalahsuatusistem yangmeliputitatacarapembagianhasil usahaantara penyedia danadengan pengeloladana.Bentuk produkyang berdasarkansistemini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabahadalah akadkerjasamausahaantara duapihakdimana pihakpertama(shahibulmaal)menyediakan seluruh(100%)modal, sedangkanpihaklainnyamenjadipengelola (mudharib).Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkandalam kontrak,sedangkanapabilarugiditanggungoleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan ataukelalaiansipengelola,sipengelolaharusbertanggung jawabatas kerugiantersebut.Akadmudharabahsecaraumumterbagimenjadi dua jenis: 1). Mudharabah Muthlaqah
Adalahbentuk kerjasamaantarashahibulmaaldanmudharibyang cakupannya sangat luasdantidak dibatasiolehspesifikasijenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasamaantarashahibulmaaldan mudharib dimanamudharibmemberikanbatasankepadashahibul maal mengenai tempat, cara,dan obyek investasi.
Al-musyarakahadalah akadkerjasamaantaraduapihakataulebih untuksuatu
usahatertentudimanamasing-masingpihakmemberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisilainnyayangmengakibatkanpemilikan satuasetolehdua orang atau lebih.
2).Musyarakahakad, terciptadengancarakesepakatan dimanadua orangataulebihsetuju bahwatiaporangdarimerekamemberikan modal musyarakah.
3. Akad untuk Produk Jual Beli(Al-Tijarah)
Kegiataninimerupakansuatusistem yangmenerapkantatacarajualbeli, dimanabankakanmembeli terlebih dahulubarangyangdibutuhkanatau mengangkatnasabahsebagaiagenbankmelakukanpembelianbarang
atasnamabank,kemudianbankmenjualbarang tersebutkepadanasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Akadnya berupa: a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akadjualbelibarangdenganmenyatakanharga perolehandankeuntungan(margin) yangdisepakatiolehpenjualdan pembeli. b. Salam
Salamadalahakadjualbelibarangpesanan denganpenangguhan
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatutransaksisalam.Jikabankbertindaksebagaipenjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan carasalammakahal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’adalahakadjualbeliantarapembelidanprodusen yangjuga
bertindaksebagaipenjual.Cara pembayarannyadapatberupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yangmeliputi:jenis,spesifikasiteknis,kualitas,dan
kuantitasnya.Bankdapatbertindak sebagaipembeliatau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untukmenyediakanbarangpesanan dengancaraistishnamakahalini disebutistishna paralel.
4. Akad untuk Produk Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melaluipembayaranupahsewa,tanpadiikuti denganpemindahan hak kepemilikan atas barangitu sendiri.Al-ijarahterbagikepada duajenis:
a. Ijarah,sewamurni
b. Ijarahal muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
Kegiatan ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan kegiatanini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabahmemberikuasakepada bankuntukmewakilidirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminanyangdiberikanolehpenanggungkepadapihakketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalahpengalihanutangdariorang yangberutangkepadaoranglain yangwajibmenanggungnya.Kontrakhawalahdalam perbankan biasanya diterapkan padaFactoring (anjak piutang),Post-datedcheck, dimanabankbertindak sebagaijurutagih tanpamembayarkandulu piutangtersebut.
d. Ar-Rahn
Adalahmenahansalahsatuhartamiliksipeminjam sebagaijaminanatas pinjamanyangditerimanya.Barang yangditahantersebutmemilikinilai ekonomis.Dengandemikian,pihakyangmenahanmemperoleh jaminan untuk dapatmengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh
Al-qardhadalahpemberianharta kepadaorang lainyang dapatditagih atau
sosial.Danaini diperolehdaridanazakat,infaq dan shadaqah.
Tabel 2.1.
PerbedaanSistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga
1. Penentuanrasio bagi hasil ditentukan bersama (musyawarah), asumsi kemungkinan untung atau rugi
2. Resiko bersama. Ditanggung bersama antara pemilik, pengelola (bank), dan peminjam
3. Pendapatan tidak pasti. Pendapatan tidak diperoleh secara pasti. Jika rugi, maka semua pihak yang terlibat turut menanggungnya
4. Pendapatan tergantung hasil usaha. Besar kecilnya pendapatan tergantung dari keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dibiayai
1. Penentuan% bunga ditentukan sepihak oleh bank, dengan asumsi pasti memperoleh untung 2. Resiko sepihak. Resiko kerugian
ditanggung peminjam
3. Pendapatan pasti. Pendapatan bunga diperoleh tetap dan pasti – tanpa melihat apakah peminjam memperoleh untung atau rugi
4. Pendapatan bunga konstan. Besarnya konstan meskipun bank dan peminjam memperoleh keuntungan yang besar.
(Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
Tabel 2.1.
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil (Lanjutan)
Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga
5. Tidak ada yang meragukan keberadaan bagi hasil
6. Dampak pemerataan ekonomi. Manfaat bersama, tidak ada yang dieksploitasi, meningkatkan pemerataan pendapatan
6. Dampak pertumbuhan ekonomi. Manfaat sepihak, sebagian besar masyarakat (kecil) dieksploitasi, memperburuk distribusi pendapatan (Sumber : Irmayanto, 2002; 125)
2.1.3. Perbedaan BankSyariah dengan BankKonvensional
Bankkonvensionaldanbanksyariah dalam beberapahalmemiliki persamaan,terutamadalam sisiteknispenerimaanuang,mekanismetransfer, teknologikomputeryangdigunakan,persyaratanumum pembiayaan,danlain sebagainya. Perbedaanantarabank konvensionaldanbank syariahmenyangkut aspek legal,struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.Secaragaris besarperbandinganbanksyariah denganbankkonvensional dapat dilihatpada Tabel 2.2
Tabel 2.2.
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvesional
Bank Syariah Bank Konvesional
1. Melakukan investasi-investasi yanghalalsaja
2. Berdasarkan prinsipbagihasil,jual beli, atau sewa
3. Berorientasipadakeuntungan(profit oriented) dankemakmurandan
kebahagianduniaakhirat
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan
5. Penghimpunandanpenyalurandana
1. Investasi yang halal danharam 2. Memakai perangkat bunga 3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalambentuk hubungan kreditur-debitur
harus sesuaidengan fatwaDewan Pengawas Syariah
(Sumber : Antonio, 2001; 34)
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akadyangdilakukandalam banksyariahmemilikikonsekuensiduniawi danukhrawikarenaakadyangdilakukanberdasarkanhukum Islam.
Nasabahseringkaliberanimelanggarkesepakatan/perjanjian yangtelah dilakukanbilahukum ituhanyaberdasarkanhukum positifbelaka,tapi tidak
demikian bilaperjanjian tersebutmemilikipertanggungjawaban hinggayaumilqiyamahnanti.Setiapakaddalam perbankansyariah,baik dalam halbarang,pelakutransaksi,maupunketentuanlainnyaharus memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaianperbedaan atau perselisihan antara bankdan nasabahpada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapimenyelesaikannyasesuaitata caradanhukum materi syariah. Lembaga yangmengaturhukum materidanatauberdasarkanprinsip syariah di IndonesiadikenaldengannamaBadanArbitraseMuamalah
IndonesiaatauBAMUIyangdidirikansecara bersamaolehKejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
konvensional,misalnyadalamhalkomisarisdandireksi,tetapiunsur
yangamatmembedakanantarabanksyariah danbankkonvensional adalah keharusan adanyaDewanPengawas Syariahyangberfungsi mengawasioperasional bankdanproduk-produknyaagarsesuaidengan garis-garis syariah.
DewanPengawasSyariahbiasanyadiletakkanpadaposisi setingkat Dewan Komisarispadasetiap bank, hal iniuntuk menjamin efektivitas darisetiapopiniyangdiberikanolehDewanPengawasSyariah.Karena itubiasanya penetapananggotaDewanPengawasSyariahdilakukanoleh RapatUmum PemegangSaham,setelahparaanggotaDewanPengawas Syariahitumendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis danUsaha yang Dibiayai
Bisnisdan usahayangdilaksanakanbanksyariah,tidakterlepasdari kriteriasyariah. Hal tersebut menyebabkan banksyariahtidakakan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan.Terdapatsejumlahbatasandalam halpembiayaandantidak semuaproyekatau objekpembiayaandapatdidanaimelaluidana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungandan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
yangbaik,selainitukaryawanbanksyariahharusprofesional (fathanah), danmampumelakukantugas secarateam-workdimana
informasimeratadiseluruhfungsionalorganisasi(tabligh).Dalam hal rewarddanpunishment, diperlukan prinsipkeadilanyangsesuaidengan syariah.
2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.2.1 Pengertian UKM
Definisi dan konsep UKM di setiap Negara berbeda dilihat dari jumlah pekerja dan asset tetap yang dimiliki UKM tersebut (Tambunan, 1999). Di Indonesia, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2008, klasifikasi usaha terdiri dari usaha kecil dan menengah. Hal ini diatur dalam undang-undang No. 9 Tahun 1995. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global undang-undang no. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti agar usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha. Definisi UKM diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, pengertian dari UMKM adalah sebagai berikut :
1. Usaha Mikro (UM) merupakan usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusaahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Tabel 2.3.
Kriteria Usaha Berdasarkan Aset dan Omzetnya
No. Uraian Kriteria
Aset Omzet
1. Usaha Mikro Max 50jt Max 300jt
2. Usaha Kecil >50jt-500jt >300jt-2,5M
3. Usaha Menengah >500jt-10M >2,5M-50M
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM
sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
Menurut kementrian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai usaha perorangan/badan udaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omzet pertahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau asset setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00. Contohnya adalah Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan usaha perorangan misalnya industry rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa, dan yang lainnya.
Secara umum, pengertian usaha kecil adalah suatu bentuk usaha yang tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya, serta tidak mendominasi pasar di mana ia berada (Rambat Lupiyoadi, 2007).
2.2.2 Peran UKM
UKM berperan sangat penting di Negara-negara sedang berkembang (NSB) terutama di Indonesia. Peran UKM ini dapat kita lihat dari kontribusi yang telah diberikannya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan produk domestic bruto (PDB). Menurut Suparyanto (2013:31), beberapa peranan usaha kecil dalam pembangunan nasional Indonesia antara lain:
1. Menyerap tenaga kerja
2. Penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat
Sebagian alat pemuas kebutuhan dan keinginan masyarakat dipenuhi dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil.
3. Penyedia suku cadang bagi usaha skala menengah dan besar
Banyak suku cadang yang dibentukan oleh usaha menengah dan usaha besar tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
4. Mengurangi urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang yang pindah ke kota tanpa dibekali pengetahuan dan atau keterampilan yang memadai. Mereka hanya berbekal tekad untuk mengadu peruntungan di kota.
5. Mendayagunakan sumber ekonomi daerah
Indonesia diakui oleh berbagai Negara di dunia sebagai Negara yang akan sumber alam. Tanah yang subur, laut yang mengandung potensi luar biasa, pemandangan yang indah dan melimpahkan sumber ekonomi yang tersimpan di daerah-daerah.
6. Menunjukkan citra diri bangsa Indonesia
Usaha kerajinan rakyat khas daerah-daerah di Indonesia yang memperlihatkan citra diri bangsa Indonesia ke berbagai Negara di dunia adalah wujud nyata peran usaha kecil.
2.3. Pengusaha Muslim
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko yang akan terjadi dari kegiatan usahanya. Seorang pengusaha memiliki beberapa sifat khusus yang membedakannya dari orang lain. Jeff Madura (2007: 311) mengemukakan beberapa profil pengusaha sebagai berikut :
1. Toleransi Risiko. Pengusaha harus bersedia untuk menerima risiko kehilangan investasi bisnis mereka.
2. Kreativitas. Pengusaha mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Inisiatif. Pengusaha harus bersedia untuk mengambil inisiatif guna memastikan ide mereka terlaksana.
Pengusaha Muslim ialah orang yang menjalankan bisnis (pengusaha) yang beragama Islam. Dalam Islam, manusia sangat dianjurkan untuk menjadi pengusaha/pedagang karena berdagang memiliki keutamaan tersendiri. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits nabi yang menganjurkan sekaligus mengatur tentang usaha berdagang. Salah satu contoh ayat Al-Qur’an tentang berdagang terdapat pada surah Al-Baqarah: 275, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, danHadits Nabi yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila
harga), apabila berutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih
utang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.”.
Pengusaha muslim hendaknya menghindari riba, mengetahui hukum jual
beli agar terhindar dari jual beli yang dilarang dalam Islam, dan mengikuti
karakteer Rasulullah Saw. dalam berbisnis. Berikut adalah karakter Muhammad
yang dapat diikuti dalam berbisnis (Buchari, 2014) :
1. Siddiq (Righteouness)
Siddiq artinya benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam pribadi,
selalu berkata benar, tidak berbohong. Nilai bisnisnya ialah selalu
berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, berusaha dalam komoditi yang halal,
tidak memperjualbelikan barang haram, atau yang asal-usul barang
tersebut tidak jelas, mungkin dari barang curian, dan lain sebagainya.
2. Amanah (Trustworthiness)
Nilai dasar dari amanah adalah terpercaya, bias memegang amanah, tidak
mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri di atas
kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,
transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.
3. Fathanah (Intelligent)
Nilai dasar fathanah adalah memiliki pengetahuan luas, cekatan, terampil,
memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialah memiliki visi, misi, cerdas,
menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa, serta
selalu belajar, mencari pengetahuan.
Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi public, bias
berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bias
mendelagasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,
penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bias bekerja dengan tim.
5. Berani (Saja’ah)
Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data,
tepat dalam mengambil keputusan, dan responsif.
2.4. Loyalitas
Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias dan terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya (Dharmmesta,1999).
Griffin (2002) menjelaskan bahwa pelanggan yang loyal memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur 2. Membeli di luar lini produk atau jasa 3. Merekomendasikan produk lain
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing 5. Merancang dan menciptakan loyalitas
Rekomendasi adalah pengkomunikasian secara lisan mengenai pengalaman transaksi nasabah yang baik serta produk-produk yang dikeluarkan bank kepada orang lain. Kekebalan daya tarik dari produk sejenis merupakan keteguhan nasabah untuk tetap menggunakan produk bank tersebut meskipun ada penawaran produk serupa dari bank lain.
Loyalitas para pengusaha UKM Muslim sebagai nasabah di salah satu institusi perbankan baik itu bank konvensional atau bank syari’ah merupakan aspek yang sangat penting sebagai dasar bagi bank untuk tetap bertahan dalam menghadapi persaingan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian- penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut :
Banking Service Quality (BSQ) yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan
nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance terhadap loyalitas nasabah.
2.6. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pengusaha UKM Muslim
Institusi Perbankan
Loyalitas Melakukan Peminjaman
Memberikan Peminjaman