• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Belanja pada Kementerian dan Pemer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jenis Belanja pada Kementerian dan Pemer"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis-jenis Belanja Kementerian Pusat dan Daerah

1. Jenis Belanja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 2011

ANGGARAN REALISASI % - Belanja Pegawai 273.193.036.000 235.093.677.198 86.05 - Belanja Barang 3.264.938.182.00

0

2.578.448.155.6 02

78.97 - Belanja Modal 1.114.805.313.00

0

- Belanja Bantuan Sosial 5.103.965.000 786.007.000 15.40

(2)

- Belanja Bantuan Sosial 0 0 0

- Belanja Lain-Lain 0 0 0

JUMLAH BELANJA 4.658.040.496.00

0

3.682.125.955.7 04

Klasifikasi Belanja dalam Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Klasifikasi Belanja (menurut sumbernya) yang ada dalam Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Belanja Rupiah Murni, yaitu balanja yang dananya bersumber dari negara yang diberikan kepada Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal.

2. Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, yaitu belanja yang dananya bersumber dari luar negeri yaitu dapat berupa pinjaman ataupun hibah.

Secara umum, subklasifikasi Belanja Rupiah Murni dan Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri adalah sama, yakni terdiri dari:

a. Belanja Pegawai, yaitu belanja kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Belanja Barang, yaitu pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari

1) belanja pengadaan barang dan jasa, merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian peralatan kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian)

(3)

kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Contoh : pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan

3) belanja perjalanan merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatan.

c. Belanja Modal, yaitu pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

a. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

b. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

d. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa manfaat5, kapasitas6, kualitas7 dan volume8 asset yang dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi asset tetap/asset lainnya.

Ada 5 (lima) kategori utama belanja modal yaitu :

1) belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan /pembelian /pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah tersebut siap pakai.

2) belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang diperlukan untuk pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai

3) belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai termasuk di dalamnya pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan bangunan.

(4)

pembangunan, pembuatan serta perawatan prasarana dan sarana termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dalam kondisi siap pakai.

5) belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, misalnya belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.

e. Belanja Pembayaran Bunga Utang, yaitu pengeluaran pemerintah yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.

e. Belanja Subsidi, yaitu alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM, Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM–Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO.

f. Belanja Hibah, yaitu pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik yang telah ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan Negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan serta organisasi internasional

g. Belanja Bantuan Sosial, yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pengeluaran ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.

(5)

2. Jenis Belanja Pemerintah Kota Lubuk Linggau

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KOTA LUBUK LINGGAU UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 2011

ANGGARAN REALISASI %

REALISASI

BELANJA 653.297.404.091 585.560.371.334 89,63

BELANJA OPERASI 437874.103.106 404.888.790.751 93,15 Belanja Pegawai 267.212.135.012 259.841.059.984 97,24 Belanja Barang 154.761.409.417 135.104.291.561 87,3

Belanja Bunga 203.370.069 65.742.106 32,33

Belanja Hibah 10.558.005.000 9.538.774.899 90,35 Belanja Bantuan Sosial 5.139.183.606 3.338.922.200 64,97

Belanja Bantuan Keuangan 0 0 0

BELANJA MODAL 215.223.300.985 177.574.125.582 82,51

Belanja Tanah 500.000.000 0 0

Belanja Peralatan dan Mesin

26.503.838.683 19.437.512.862 73,34 Belanja Bangunan dan

Gedung

72.966.083.081 61.998.734.315 84,97 Belanja Jalan, Irigasi, dan

Jaringan

114.809.278.962 95.715.586.340 83,37 Belanja Aset Tetap Lainnya 444.100.259 422.292.065 95,09 BELANJA TAK TERDUGA 200.000.000 97.455.000 48,73 Belanja Tak Terduga 200.000.000 97.455.000 48,73

A. Belanja Operasi

a. Belanja Pegawai, belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang

(6)

b. Belanja Barang, adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan

jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja Barang dapat dibedakan menjadi Belanja Barang dan Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas ;

1. Belanja Barang dan Jasa merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti alat tulis kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur oleh pemerintah pusat/daerah dan pengeluaran jasa non-fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian.

2. Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja Pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. pemeliharaan tersebut tidak memenuhi persyaratan kapitalisasi aset tetap yaitu karena tidak mengakibatkan bertambahnya umur, manfaat, atau kapasitas.

(7)

c. Belanja Bunga, adalah pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga

(interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.

d. Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang

memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jadi, Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.

e. Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa

kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus.

1) Hibah dalam bentuk uang 2) Hibah berbentuk barang/jasa

f. Bantuan Sosial, adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada

masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Jadi Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif.

Contoh:

(8)

Rencana pemberian bantuan untuk nelayan sebesar Rp2.000.000.000 tersebut dianggarkan di APBN/APBD sebagai belanja bantuan sosial. Demikian juga realisasi pembayaran dana tersebut kepada nelayan dibukukan dan disajikan sebagai Belanja Bantuan Sosial.

2. Pada tahun anggaran 2006, pemerintah merencanakan untuk memberikan bantuan sebesar Rp10.000.000.000 kepada satu kelompok nelayan dengan maksud agar kehidupan nelayan tersebut lebih baik. Bantuan yang diberikan kepada nelayan diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok nelayan lainnya sebagai dana bergulir.

Rencana pemberian bantuan untuk nelayan di atas dicantumkan di APBN/APBD dan dikelompokkan pada Pengeluaran Pembiayaan yaitu pengeluaran investasi jangka panjang.

Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan disajikan sebagai Penerimaan Pembiayaan - Investasi Jangka Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai Belanja Bantuan Sosial karena pemerintah mempunyai niat untuk menarik kembali dana dan menggulirkannya kembali kepada kelompok nelayan lainnya.

g. Bantuan Keuangan, yaitu belanja yang bersifat umum atau khusus dari pemda

kepada pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan

Bantuan Keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah lainnya yang menjadi penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus, peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemda sebagai pemberi bantuan

B. Belanja Modal

(9)

biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

suatu belanja dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:

 pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah;

 pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

 perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Dalam SAP, belanja modal dapat diaktegorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama, yaitu:

1) Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/

pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan

(10)

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi danJaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalanirigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5) Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalahpengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/penggantian/peningkatan

pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang

tidakdapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, bukubuku, dan jurnal ilmiah.

C. Belanja Tak Terduga

Menurut Paragraf 35 PSAP Nomor 02, istilah “Belanja Lain-lain digunakan oleh pemerintah pusat, sedangkan istilah “Belanja Tak Terduga” digunakan oleh pemerintahan daerah. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

(11)

Menurut Pasal 48 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Tak Terduga adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

3. Sistem Pengendalian Internal Belanja Pusat dan Daerah

1. PROSEDUR UP (UANG PERSEDIAAN)

Prosedur Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan UP, terdiri atas:

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

Prosedur pengajuan SPD-UP secara rinci adalah :

1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD.

2) SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD

3) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD

b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Prosedur pengajuan SPP-UP secara rinci adalah:

1) Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat kemudian mengajukan SPP-UP kepada Bendahara Pengeluaran.

2) Bendahara Pengeluaran kemudian mencocokkan SPP-UP dari Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan SPD untuk kemudian ditandatangani dan diserahkan kepada PPK-SKPD.

3) Catatan yang digunakan dalam prosedur penerbitan SPP-UP adalah: Register SPP-UP, yaitu daftar SPP-UP yang telah diotorisasi oleh Bendahara Pengeluaran. Register SPP-UP diselenggarakan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu–Pencatat Dokumen

4) Kelengkapan dokumen SPP-UP terdiri atas: a. Surat Pengantar SPP-UP;

b. Ringkasan SPP-UP; c. Rincian SPP-UP; d. Salinan SPD;

e. Draft surat pernyataan penggunan anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan lain selain

f. uang persediaan;

g. Lampiran lain yang diperlukan;

(12)

c. Penerbitan Surat Permintaan Membayar (SPM)

Berikut ini merupakan uraian kegiatan Prosedur Penerbitan SPM-UP secara rinci meliputi :

1) PPK-SKPD atas nama PA/KPA menerima SPP-UP yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran.

2) PPK-SKPD mencatat SPP-UP yang diterima ke dalam register SPP-UP.

3) PPK-SKPD atas nama Kepala SKPD/Pengguna Anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP.

4) Catatan yang digunakan dalam Prosedur Penerbitan SPM-UP adalah:  Register SPP-UP

 Register Penerbitan SPM-UP  Register Penolakan SPP-UP

5) Jika kelengkapan dokumen SPP-UP dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD menyiapkan SPM-UP untuk ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran.

6) Jika kelengkapan dokumen SPP-UP dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPK-SKPD menolak untuk menerbitkan SPM-UP dan selanjutnya mengembalikan SPP-UP kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki.

7) PPKD mengembalikan SPM-UP paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-UP yang bersangkutan.

8) PPKD mencatat penerbitan SP2D-UP ke dalam register penerbitan SP2D-UP. 9) PPKD mencatat penolakan penerbitan SP2DUP ke dalam register penolakan

SPM-UP.

d. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)

Prosedur laporan pertanggungjawaban secara rinci adalah:

1) Oleh Bendahara Pengeluaran–SKPD, SPJ-UP ditandatangani dan diserahkan ke PPK-SKPD.

2) PPK-SKPD memverifikasi kesahihan bukti SPJUP, lembar pertama kemudian dikirim ke Kepala SKPD/Pengguna Anggaran sedangkan lembar ke dua dikirim ke fungsi akuntansi SKPD.

3) Setelah ke Kepala SKPD/Pengguna Anggaran SPJ-UP kemudian dikirim ke PPKD untuk diverifikasi dan dikirim ke fungsi akuntansi SKPKD.

2. PROSEDUR GU (GANTI UANG)

Prosedur Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan GU, terdiri atas:

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) Lanjutan prosedur UP

b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran(SPP)

1) Prosedur pertanggungjawaban dan pengajuan SPP-GU secara rinci adalah: 2) Bersamaan dengan membuat SPJ-UP, Bendahara Pengeluaran Pembantu juga

(13)

3) Bendahara Pengeluaran kemudian menandatangani SPP-GU dan menyerahkannya ke PPK-SKPD.

4) Kelengkapan dokumen SPP-GU terdiri atas:

o Surat Pengantar SPP-GU; o Ringkasan SPP-GU;

o Rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu; o Bukti transaksi yang sah dan lengkap;

o Salinan SPD;

o Draf surat pernyataan penggunan anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran

yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan lain selain ganti uang persediaan;

o Lampiran lain yang diperlukan.

c. Penerbitan Surat Permintaan Membayar (SPM)

Prosedur Penerbitan SPM-GU secara rinci meliputi :

1) PPK-SKPD atas nama Kepala SKPD/Pengguna Anggaran menerima SPPGU dan SPJ yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran.

2) PPK-SKPD mencatat SPP-GU yang diterima ke dalam register SPP-GU.

3) PPK-SKPD atas nama Kepala SKPD/Pengguna Anggaran memverifikasi kesahihan bukti SPJ dan meneliti kelengkapan dokumen SPP-GU.

4) Jika kelengkapan dokumen SPP-GU dinyatakan lengkap dan sahih, PPK-SKPD menyiapkan SPM-GU untuk ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran.

5) Jika kelengkapan dokumen SPP-GU dinyatakan tidak lengkap dan sahih, maka PPK-SKPD menolak untuk menerbitkan SPM-GU dan selanjutnya mengembalikan SPP-GU kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki.

6) Penerbitan SPM-GU paling lambat dua hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP-GU yang dinyatakan lengkap dan sah.

7) Kepala SKPD/Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD mengembalikan SPP-GU paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP-GU yang bersangkutan.

8) PPK-SKPD mencatat penerbitan SPM-GU ke dalam register penerbitan SPM-GU. 9) PPK-SKPD mencatat penolakan penerbitan SPM-GU ke dalam register

penolakan SPPGU.

d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

Prosedur Penerbitan SP2D-GU secara rinci:

1) PPKD menerima SPP-GU, SPJ-UP, dan SPM-GU yang diajukan oleh PPK-SKPD.

2) PPKD mencatat SPM-GU yang diterima ke dalam register SPM-GU.

3) PPKD memverifikasi kesesuaian anggaran dan meneliti kelengkapan dokumen SPMGU

4) Jika kelengkapan dokumen SPM-GU dinyatakan lengkap dan sah, PPKD menyiapkan SP2D-GU untuk diterbitkan SP2D-GU.

5) Jika kelengkapan dokumen SPM-GU dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPKD menolak untuk menerbitkan SP2DGU dan selanjutnya mengembalikan SPMGU kepada PPK-SKPD untuk dilengkapi dan diperbaiki.

(14)

7) Pengembalian SPM-GU paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-GU yang bersangkutan.

8) PPKD mencatat penerbitan SP2D-GU ke dalam register penerbitan SP2D-GU. 9) PPKD mencatat penolakan penerbitan SP2D UP ke dalam register penolakan

SPM-GU.

10) PPKD menyerahkan SPJ-UP kepada Fungsi Akuntansi SKPKD.

11) PPKD menyerahkan SPM-GU kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu

e. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)

Prosedur laporan pertanggungjawaban secara rinci adalah:

1) Bendahara Pengeluaran Pembantu SKPD membuat SPJ GU rangkap 2 yang diajukan ke Bendahara Pengeluaran SKPD.

2) SPJ GU dan SPP GU ini dijadikan dasar pengajuan pencairan dana.

3. PROSEDUR TU (TAMBAHAN UANG)

Prosedur Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pembebanan TU, terdiri atas:

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

Prosedur pengajuan SPD-TU secara rinci adalah :

1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD.

2) SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD

3) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD

b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Prosedur pengajuan SPP-TU secara rinci adalah:

1) Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan persetujuan PPTK mengajukan SPP-TU kepada Bendahara Pengeluaran.

2) Bendahara Pengeluaran kemudian mencocokkan SPP-TU dari Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan SPD untuk kemudian ditandatangani dan diserahkankepada PPK-SKPD

3) Catatan yang digunakan dalam prosedur penerbitan SPP-TU adalah: Register SPP-TU,merupakan daftar SPP-TU yang telah diotorisasi oleh Bendahara Pengeluaran

4) Kelengkapan dokumen SPP-TU terdiri atas:  Surat Pengantar SPP-TU;

 Ringkasan SPP-TU;  Rincian SPP-TU;  Salinan SPD;

 Draft surat pernyataan penggunan anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan lain selain uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan;

(15)

 uang persediaan;

 Lampiran lain yang diperlukan.

5) Bendahara pengeluaran mencatat TU yang diajukan ke dalam register SPP-TU.

c. Penerbitan Surat Permintaan Membayar (SPM)

Berikut ini merupakan uraian kegiatan Prosedur Penerbitan SPM-TU secara rinci meliputi :

1) PPK-SKPD atas nama Kepala SKPD/Pengguna Anggaran menerima SPP-TU yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran.

2) PPK-SKPD mencatat SPP-TU yang diterima ke dalam register SPP- TU.

3) PPK-SKPD atas nama Kepala SKPD/Pengguna Anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPPTU.

4) Jika kelengkapan dokumen SPP-TU dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD menyiapkan SPMTU untuk ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran.

5) Catatan yang digunakan dalam Prosedur Penerbitan SPM-TU adalah:  Register SPP-TU,

 Register Penerbitan SPM-TU  Register Penolakan SPP-TU

6) Jika kelengkapan dokumen SPP- TU dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPK-SKPD menolak untuk menerbitkan SPM-TU dan selanjutnya mengembalikan SPP-TU kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki.

7) Penerbitan SPM-TU paling lambat dua hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP- TU yang dinyatakan lengkap dan sah.

8) Kepala SKPD/Pengguna Anggaran melalui PPKSKPD mengembalikan SPP- TU paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP- TU

d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

Berikut ini merupakan Prosedur Penerbitan SP2DTU secara rinci:

1) PPKD menerima SPM-TU yang diajukan oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran. 2) PPKD mencatat SPM-TU yang diterima ke dalam register SPM-UP.

3) PPKD meneliti kelengkapan dokumen SPMTU

4) Catatan yang digunakan dalam Prosedur Penerbitan SP2D-TU adalah:  Register SPM-TU

 Register Penerbitan SP2D-TU  Register Penolakan SP2D-TU

5) Jika kelengkapan dokumen SPM-TU dinyatakan lengkap dan sah, PPKD menyiapkan SP2D-TU untuk diterbitkan SP2D- TU.

6) Jika kelengkapan dokumen SPM- TU dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPKD

(16)

7) Penerbitan SP2D-TU paling lambat dua hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SP2D- TU yang dinyatakan lengkap dan sah.

8) Pengembalian SPM- TU paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM- TU yang bersangkutan.

9) PPKD mencatat penerbitan SP2D- TU ke dalam register penerbitan SP2D- TU. 10) PPKD mencatat penolakan penerbitan SP2DTU ke dalam register penolakan

SPM- TU.

e. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban(SPJ)

Prosedur laporan pertanggungjawaban secara rinci adalah:

1) Bendahara pengeluaran pembantu membuat surat pertanggungjawaban (SPJ) 2) SPJ lembar 2 dan 3 dari bendahara pengeluaran pembantu diajukan ke

bendahara pengeluaran untuk dicatat, direkap di BKU dan ditandatangani

3) Setelah ditandatangani oleh bendahara pengeluaran, SPJ 2 dan 3 diajukan ke PPKSKPD untuk diverifikasi kesahihannya dan kelengkapannya

4) Jika kelengkapan dokumen SPJ dinyatakan lengkap dan sah, maka diajukan ke PPKD dan fungsi akutansi PPK- SKPD lalu ke fungsi akuntansi SKPD untuk diverifikasi kesesuaian dengan anggaran dan kelengkapannya serta dicatat dalam jurnal

5) Jika kelengkapan dokumen SPJ dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan ke PPKSKPD ntuk dibuat register penolakan SPJ.

f. Prosedur Pencatatan Akuntansi

Dokumen yang digunakan dalam Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Tambahan Uang adalah Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Bendahara Pengeluaran SKPD.

Prosedur Pencatatan Akuntansi Pengeluaran Kas- TU diuraikan sebagai berikut:

1) Fungsi Akuntansi-SKPKD menerima berkas SPJ lembar kedua dari PPKD. Fungsi Akuntansi- SKPKD mencatat SPJ ke Jurnal Pengeluaran Kas per tanggal pengesahan SPJ yang telah diotorisasi dan melakukan peringkasan transaksi-transaksi (posting) dari Jurnal Pengeluaran Kas ke Buku Besar. Fungsi Akuntansi-SKPKD juga mencatat mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang dianggap perlu (dalam rincian obyek belanja).

2) Fungsi Akuntansi-SKPD menerima berkas SPJ lembar ke 3 dari PPK-SKPD. Fungsi Akuntansi- SKPD mencatat berkas-berkas tersebut ke dalam buku Jurnal Pengeluaran Kas per tanggal pengesahan yang telah diotorisasi oleh Kuasa BUD. Fungsi Akuntansi SKPD menerima SPJ lembar ke-3 dari PPK-SKPD kemudian mencatat ke dalam buku jurnal umum per tanggal pengesahan SPJ. Fungsi Akuntansi SKPD melakukan peringkasan transaksitransaksi (posting) dari Jurnal Pengeluaran Kas ke dan Jurnal Umum ke Buku Besar. Fungsi Akuntansi-SKPD juga mencatat mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang dianggap perlu (dalam rincian obyek belanja).

4. PROSEDUR NOTA PERMINTAAN DANA (NPD)

(17)

1) PPTK mengajukan 2 lembar Nota Permintaan Dana (NPD) untuk melaksanakan kegiatan kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.

2) Pengguna Anggaran meneliti dan menyetujui NPD.

3) NPD yang telah disetujui diberikan kepada PPTK untuk diarsip dan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu bersama dengan jumlah uang.

4) Dalam waktu satu hari, PPTK harus mengembalikan sisa uang yang digunakan beserta bukti (nota/ kuitansi) untuk dipertanggungjawabkan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu.

5) Berdasarkan bukti (nota/ kuitansi) dari PPTK, Bendahara Pengeluaran Pembantu meneliti dan mencatatnya ke BKU Pengeluaran, Buku Pembantu Pengeluaran per Rincian Objek, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Simpanan/ Bank, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu Pajak.

6) Bendahara Pengeluaran Pembantu menyiapkan SPJ (kwitansi).

5. PROSEDUR LS (LANGSUNG)

Prosedur sub sistem akuntansi pengeluaran kas- pembebanan langsung (LS), meliputi:

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

Prosedur pengajuan SPD-LS secara rinci adalah :

1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD.

2) SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD

3) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD

b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Berikut ini merupakan Deskripsi Prosedur Pengajuan SPP-LS :

1) Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran Pembantu, atas usulan PPTK membuat SPP-LS Pembayaran Gaji dan Tunjangan atau Pengadaan Barang dan Jasa untuk kemudian diajukan kepada Bendahara Pengeluaran.

2) Bendahara Pengeluaran membandingkan SPPLS Pembayaran Gaji dan Tunjangan atau Pengadaan Barang dan Jasa yang diterima dari Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk kemudian ditandatangani dan diajukan kepada PPK-SKPD.

3) Kelengkapan dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan terdiri atas:  Surat Pengantar SPP-LS;

 Ringkasan SPP-LS;  Rincian SPP-LS; dan

(18)

 SK PNS;

 SK Kenaikan Pangkat;  SK Jabatan;

 Kenaikan gaji berkala;

 Surat Pernyataan Pelantikan;

 Surat Pernyataan masih menduduki jabatan;  Surat Pernyataan melaksanakan tugas;  Daftar Keluarga (KP4);

 Fotocopy surat nikah;  Fotocopy akte kelahiran;  SKPP;

 Daftar potongan sewa rumah dinas;  Surat keterangan masih sekolah/ kuliah;  Surat pindah;

 Surat kematian;

 SSP PPh pasal 21; dan

 Kelengkapan tersebut digunakan sesuai peruntukkannya 4) Kelengkapan dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa terdiri atas:

 Surat Pengantar SPP-LS;  Ringkasan SPP-LS;  Rincian SPP-LS; dan

 Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa mencakup:  Salinan SPD;

 Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD teknis terkait;

 SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib

pajak;

 Surat Pernyataan Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran

mengenai penetapan rekanan;

 Surat perjanjian kerjasama/ kontrak antara pihak ketiga dengan Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran yang mencantumkan

nomor rekening pihak ketiga;  Berita acara penyelesaian pekerjaan;  Berita acara serah terima barang dan jasa;  Berita acara pembayaran;

 Kwitansi bermeterai, nota/ faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan

PPTK serta disetujui oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

 Dokumen lain yang disyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya

sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/ hibah

luar negeri;

 Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/ rekanan

serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang

(19)

 Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan

di luar wilayah kerja;

 Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari

PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;  Dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;  Potongan jamsostek;

 Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya personil; berita acara prestasi kemajuan

 Kelengkapan tersebut digunakan sesuai peruntukkannya. 5) Kelengkapan dokumen SPP-LS Belanja Pengeluaran PPKD terdiri atas:

 Surat Pengantar SPP-LS Belanja Pengeluaran PPKD  Ringkasan SPP-LS Belanja Pengeluaran PPKD

 Rincian Penggunaan Dana SPP-LS Belanja Pengeluaran PPKD  Lampiran SPP-LS Belanja Pengeluaran PPKD yang mencakup:

 Salinan SPD

 Rincian belanja LS PPKD kepada pihak

 Bendahara pengeluaran pembantu mencatat SPP-LS yang diajukan ke dalam

register SPP-LS.

c. Penerbitan Surat Permintaan Membayar (SPM)

Berikut ini merupakan Deskripsi Prosedur Penerbitan SPM-LS:

1) PPK-SKPD menerima SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2) PPK-SKPD mencatat SPP-LS yang diterima ke dalam register SPP-LS.

3) PPK-SKPD memverifikasi kesahihan bukti & meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS.

4) Jika kelengkapan dokumen SPP-LS dinyatakan lengkap dan sahih, PPK-SKPD menyiapkan SPMLS untuk ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran.

5) Jika kelengkapan dokumen SPP-LS dinyatakan tidak lengkap dan sahih, maka PPK-SKPD menolak untuk menerbitkan SPM-LS dan selanjutnya mengembalikan SPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki.

6) Pengembalian SPP-LS paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPPLS yang bersangkutan.

7) PPK-SKPD mencatat penerbitan SPM-LS ke dalam register penerbitan SPM-LS. 8) PPK-SKPD mencatat penolakan penerbitan SPMLS ke dalam register penolakan

SPP-LS

(20)

Prosedur Penerbitan SP2D-LS secara rinci adalah:

1) PPKD menerima SPM-LS yang diajukan oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran 2) PPKD mencatat SPM-LS yang diterima ke dalam register SPM-LS.

3) PPKD memverifikasi kesesuaian anggaran dan meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS.

4) Jika kelengkapan dokumen SPM-LS dinyatakan lengkap dan sah, PPKD menyiapkan SP2D-LS untuk diterbitkan SP2D-LS.

5) Jika kelengkapan dokumen SPM-LS dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPKD menolak untuk menerbitkan SP2D-LS dan selanjutnya mengembalikan SPM-LS kepada PPK-SKPD untuk dilengkapi dan diperbaiki.

6) Pengembalian SPM-LS paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-LS yang bersangkutan.

7) PPKD mencatat penerbitan SP2D-LS ke dalam register penerbitan SP2D-LS. 8) PPKD mencatat penolakan penerbitan SP2D-LS ke dalam register penolakan

SPM-LS.

e. Prosedur Pencatatan Akuntansi

Prosedur Pencatatan Akuntansi Pengeluaran Kas- Mekanisme Pembebanan Langsung (LS) secara rinci adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Akuntansi-SKPKD menerima berkas SP2D-LS lembar 3 dari PPKD. Fungsi

Akuntansi-SKPKD mencatat SP2D-LS ke jurnal pengeluaran kas per tanggal pengesahan SP2D LS yang telah diotorisasi oleh PPKD dan melakukan peringkasan transaksi-transaksi (posting) dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar. Fungsi Akuntansi-SKPKD juga mencatat mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang dianggap perlu (dalam rincian obyek belanja).

(21)

Sistem Pengendalian Intern

1. Lingkungan Pengendalian

Penegakan integritas dan nilai etika

o Intansi Pemerintah telah menyusun dan menerapkan aturan perilaku serta kebijakan lain tang berisi tentang standar perilaku etis, praktik yang dapat diterima, dan praktik yang tidak dapat diterima, termasuk benturan kepentingan.

o Pimpinan Instansi Pemerintah mengungkapkan masalah dalam instansi yang bersangkutan serta menerima komentar dan rekomendasi pada saat auditor dan evaluator melakukan tugasnya.

o Atas kekurangan tagihan dari rekanan atau kelebihan pembayaran dari pengguna jasa segera dilakukan perbaikan

o Pimpinan memberikan teladan dalam menunjukkan sikap integritas

o Tindakan disiplin yang tepat dilakukan terhadap penyimpangan atas kebijakan dan prosedur atau atas pelanggaran aturan perilaku.

Komitmen terhadap kompetensi

o Pimpinan Instansi Pemerintah menganalisis tugas yang perlu dilaksanakan atas suatu pekerjaan dan memberikan pertimbangan serta pengawasan yang diperkuan.

o Instansi Pemerintah menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah.

o Instansi Pemerintah menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.

(22)

o Pimpinan Instansi Pemerintah memilki sikap yang selalu mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan.

o Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan manajemen berbasis kinerja. o Pimpinan Instansi Pemerintah memilki sikap yang positif dan responsif

terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.

o Pimpinan Instansi Pemerintah menyelenggarakn akuntansi dan anggaran untuk pengendalian kegiatan dan evaluasi kinerja.

o Pimpinan Instansi melakukan interaksi yang intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah

o Pimpinan Instansi melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah

o Pimpinan instansi mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP Struktur Organisasi

o Pimpinan Instansi Pemerintah memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab.

o Pimpinan Instansi Pemerintah memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam instansi pemerintah

o Pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan evaluasi dan peyesuaian secara periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis.

o Pimpinan instansi Pemerintah menetapkan jumlah pegawai yang sesuai Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab

o Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. o Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa pelaksanaan wewenang

dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.  Kebijakan dan Praktik Pembinaan SDM

o Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekruitmen sampai dengan pemberhentian pegawai.

o Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekruitmen o Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Efektif o Terdapat mekanisme untuk memberikan keyakinan yang memadai atas

ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

(23)

o Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah yang mengelola anggaran, akuntansi dan perbendaharaan sehingga tercipta mekanisme saling uji.

2. Penilaian Risiko

Identifikasi Risiko

o Pimpinan Instansi Pemerintah menggunakan metodologi identifikasi risiko yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif.

o Penialian atas faktor lain yang dapat meningkatkan risiko telah dilaksanakan. o Risiko Instansi Pemerintah secara keseluruhan dan pada setiap tingkatan

kegiatan penting sudah diidentifikasi.  Analisis Risiko

o Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak risiko terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

o Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah mereviu kinerja dibandingkan tolok ukur kinerja.

Pembinaan SDM

o Intansi Pemerintah telah memiliki prosedur untuk memastikan bahwa pegawai dengan kompetensi yang tepat yang direkrut dan dipertahankan. o Pegawai telah diberikan orientasi, pelatihan, dan kelengkapan kerja untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab, meningkatkan kinerja, meningkatkan kemampuan, serta memenuhi tuntutan kebutuhan organisasi yang berubah-ubah.

o Pengawasan dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan bahwa tujuan pengendalian intern bisa dicapai.

o Pegawai diberikan evaluasi kinerja dan umpan balik yang bermakna, jujur, dan konstruktif untuk membantu pegawai memahami hubungan antara kinerjanya dan pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi

o Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan organisasi untuk mengimpementasikan dan mengelola program pengamanan.

o Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan uraian tanggung jawab pengamanan secara jelas.

(24)

o Instansi Pemerintah memantau efektivitas program pengamanan dan melakukan perubahan program pengamanan jika diperlukan.

Pengendalian atas Akses

o Instansi Pemerintah mengklasifikasikan sumber daya sistem informasi berdasarkan kepentingan dan sensitivitasnya.

o Pemilik sumber daya mengidentifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi secara formal.

o Instansi Pemerintah menetapkan pengendalian fisik dan pengendalian logik untuk mencegah dan mendeteksi akses yang tidak diotorisasi.

Pengendalian atas Pengembangan dan Perubahan Perangkat Lunak Aplikasi o Instansi Pemerintah telah menetapkan prosedur untuk memastikan

terselenggaranya pengendalian atas kepustakaan perangkat lunak termasuk pemberian label, pembatasan akses, dan penggunaan kepustakaan perangkat lunak yang terpisah.

Pengendalian atas Perangkat Lunak Sistem

o Instansi Pemerintah membatasi akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan otorisasi akses tersebut didokumentasikan.

Pemisahan Tugas

o Tugas yang tidak dapat digabungkan sudah diidentifikasi dan kebijakan untuk memisahkan tugas tersebut sudah ditetapkan.

o Pengendalian atas akses sudah ditetapkan untuk pelaksanan pemisahan tugas.

o Instansi Pemerintah melakukan pengendalian atas kegiatan pegwai melalui penggunaan prosedur, supervisi, dan reviu.

Kontinuitas Pelayanan

o Pimpinan Instansi Pemerintah sudah mengembangkan dan mendokumentasikan rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga (contingency paln), misalnya langkah pengamanan apabila terjadi bencana alam, sabotasi, dan terorisme.

o Instansi Pemerintah secara berkala menguji rencana untuk mengatasi kejadian tidak terduga dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Pengendalian Fisik atas Aset

(25)

o Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan rencana pemulihan setelah bencana kepada seluruh pegawai.

Penetapan dan Reviu Indikator dan Ukuran Kinerja

o Ukuran dan indikator kinerja ditetapkan untuk tingkat Instansi Pemerintah, kegiatan, dan pegawai.

o Instansi Pemerintah mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja.

o Faktor penilaian pengukuran kinerja dievaluasi ntuk meyakinkan bahwa faktor tersebut seimbang dan terkait dengan misi, sasaran, dan tujuan serta mengatur insentif yang pantas untuk mencapai tujuan dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan.

Pemisahan Fungsi

o Tidak seorang pun diperbolehkan mengendalikan seluruh aspek utama transaksi atau kejadian.

o Tanggung jawab dan tugas atas transaksi atau kejadian dipisahkan di antara pegawai yang berbeda yang terkait dengan otorisasi, persetujuan, pemrosesan, dan pencatatan, pembayaran atau penerimaan dana, reviu dan audit, serta fungsi-fungsi penyimpanan dan penanganan aset.

o Jika memungkinkan, tidak seorang pun diperbolehkan menangani sendiri uang tunai, surat berharga, dan aset berisiko tinggi lainnya.

o Saldo bank direkonsiliasi oleh pegawai yang tidak memiliki tanggung jawab atas penerimaan, peengeluaran, dan penyimpanan kas.

Otorisasi atas Transaksi dan Kejadian Penting

o Terdapat pengendalian untuk memberikan keyakinan bahwa hanya transaksi dan kejadian yang valid diproses dan dientri, sesuai dengan keputusan dan arahan pimpinan Instansi Pemerintah.

o Terdapat pengendalian untuk memastikan bahwa hanya transaksi dan kejadian signifikan yang dientri adalah yang telah diotorisasi dan dilaksanakan hanya oleh pegawai sesuai lingkup otoritasnya.

Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu atas Transaksi dan Kejadian o Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat dengan

segera sehingga tepat relevan, bernilai, dan berguna bagi pimpinan Instansi Pemerintah dalam mengendalikan kegiatan dan dalam pengambilan keputusan.

(26)

Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya

o Pimpinan Intansi Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.

Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya

o Pimpinan Instansi Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.

Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian Intern serta Transaksi dan Kejadian Penting

o Pimpinan Instansi Pemerintah memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala meutakhitkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi

o Informasi dari sumber internal dan eksternal didapat dan diasmpaikan kepada pimpinan Instansi Pemerintah sebagai bagian dari pelaporan Instansi Pemerintah sehubungan dengan pencapaian kinerja operasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

o Informasi terkait sudah diidentifikasi, diperoleh dan didistribusikan kepada pihak yang berhak dengan tincian yang memadai, bentuk, dan waktu yang tepat, sehingga meungkinkan merka dapat melaksanakan tugas dan taqnggung jawabnya secara efisen dan efektif.

Komunikasi

o Pimpinan Instansi Pemerintah harus memastikan terjalinnya komunikasi internal yang efektif yang memiliki dampak siginifikan terhadap program, proyek, operasi dan kegiatan lain termasuk penganggaran dan pendanaanya.

o Komunikasi dengan badan legislatif, Instansi Pemerintah pengelola anggarand an perbendaharaan, Instansi Pemerintah lain, media, dan masyarakat harus berisi informasi sehingga misi, tujuan, risiko yang dihadapi Instansi Pemerintah lebih dapat dipahami.

5. Pemantauan

 Pemantauan Berkelanjutan

(27)

o Komunikasi dengan pihak eksternal harus dapat menguatkan data yang dihasilkan secara internal atau harus dapat mengindikasikan adanya masalah dalam pengendalian intern.

o Data yang tercatat dalam sistem informasi dan keuangan secara berkala dibandingkan dengan aset fisiknya dan, jika ada selisih, harus telusuri.

o Pegawai secara berkala diminta untuk menyatakan secara tegas apakah mereka sudah mematuhi kode etik atau epraturan sejenis mengenai perilaku yang diharapkan.

 Evaluasi Terpisah

o Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah memadai bagi Instansi Pemerintah.

o Kelemahan yang ditemukan selama evaluasi terpisah segera diselesaikan.  Penyelesaian Audit

o Instansi Pemerintah sudah memiliki mekanisme untuk meyakinkan ditindaklanjutinya temuan audit atau reviu lainnya dengan segera.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan prosedur penelitian seperti uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis, akhirnya dapat ditemukan hasil penelitian pembelajaran menulis puisi yang

Pada paparan hasil penelitian di atas terlihat bahwa pembelajaran menulis teks narasi berdasarkan teks wawancara melalui pendekatan PAIKEM ini menunjukkan hasil yang

(a) Bilangan sijil kelahiran yang dikeluarkan oleh seseorang pekerja yang terlibat dalam proses pengeluaran:.. Bilangan sijil kelahiran

kesejahteraan ” adalah penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Bali dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya pemerataan kesejahteraan yang mencerminkan rasa keadilan

Finish Day 2, yang juga merupakan Official Finish atau Finish Resmi Rally ini (Perhitungan Rally) adalah pada waktu Peserta melapor di pos Regroup IN TC 11C, RMS

Ia merupakan satu tahun yang penuh dengan kejayaan di mana kami berjaya menyampaikan komitmen dan nilai kepada pemegang saham melalui keuntungan yang lebih

memiliki batang yang lebih besar di bandingkan varietas Sari maka dengan jumlah ruas yang sama cadangan makanan pada kedua stek akan berbeda, stek yang lebih besar

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menyebabkan menurunnya keadaan umum dan gizi penderita