BAGI DOKTER SEBAGAI HAK SETELAH
PEMENUHAN STANDAR PROFESI
KEDOKTERAN
Prof.Dr. I. Oetama Marsis, Sp.OG(K)
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Disampaikan pada peringatan Hari Kesadaran Hukum Kedokteran Tahun 2018
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan
UU No.29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Permenkes No. 9 tahun 2014
tentang Klinik
Permenkes No. 75 tahun
2014 tentang Puskesmas
TIDAK MENYEBUTKAN TENTANG
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER
ATAU BAGI TENAGA KESEHATAN LAIN
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan
Kasus Malpraktik Dr.Setyaningrum
Pati - Jawa Tengah
Tahun 1979
Putusan Pengadilan Negeri Pati No.
8/1980/Pid.B/Pn.Pati
Putusan Pengadilan Tinggi Semarang No. 203/1981
No. 8/1980/Pid.B/PT. Semarang
Dr. Setyaningrum keluar dari
tahanan pada tanggal 27 Juni
1984 dengan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 600K/Pid/1983
tertanggal 2 Juni 1984
dinyatakan bebas namun
menyisakan trauma mendalam serta
ketidakpercayaan publik terhadap
9
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
JUMLAH PENGADUAN KE MKDKI
Medio April 2015
10
2015
2016
2017
(Mid) 2018
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan
melakukan prosedur medis, pemeriksaan medis, kunjungan
pasien, atau menghindari pasien/prosedur risiko tinggi,
dengan pertimbangan utama untuk menghindarkan
kemungkinan tuntutan malpraktik.
Dokter yang mengajukan dan melakukan
prosedur/pemeriksaan medis berdasarkan pertimbangan
utama menghindarkan kemungkinan tuntutan malpraktik,
digolongkan melakukan
defensive medicine
positif. Dokter
yang menghindari pasien/prosedur tertentu berdasarkan
pertimbangan utama menghindarkan tuntutan malpraktik,
digolongkan melakukan
defensive medicine
negatif.
Di daerah dengan tingkat tuntutan malpraktik
berlebihan, sekitar 93% dokter melakukan
defensive medicine, di antaranya dengan
mengajukan lebih banyak pemeriksaan, prosedur
diagnostik, dan merujuk pasien kepada spesialis
lain.
Di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa biaya
yang ditimbulkan akibat defensive medicine
menghabiskan 10% total biaya kesehatan yang
dikeluarkan. Data tahun 1992 menunjukkan
terdapat kenaikan biaya kesehatan US$ 25 Milyar
pada tahunn sebelumnya menjadi US$ 50 Milyar,
akibat dokter menerapkan defensive medicine.
Implikasi Defensive Medicine
•
Terjadi pemeriksaan medis berlebihan
•
Peningkatan prosedur operatif (contoh: peningkatan operasi
sesar)
•
Kenaikan biaya kesehatan
•
Lulusan peserta program pendidikan spesialis akan mencari
daerah dengan angka tuntutan malpraktik terendah
Regulasi perlindungan hukum bagi dokter
Kasus gugatan hukum terhadap dokter
Defensive medicine
Hukum Restorasi dalam sengketa medik
Kesimpulan
Restorative Justice is a process whereby all the
parties with a stake in a particular offence come
together to resolve collectively how to deal with
the aftermath of the offence and its implication for
the future
Konsep penyelesaian
sengketa medik melalui jalur
Mediasi
sebagai penerapan
Di Jepang dikenal istilah
Chotei
(Mediasi) dan
Wakai
(perdamaian) untuk
penyelesaian sengketa medik
Di Jerman dikenal istilah
Sclichtung
sebagai
Court
Berdasarkan Pasal 17 Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 1/2016, pada
hari sidang yang telah ditentukan dan
dihadiri oleh Para Pihak, Hakim yang
memeriksa Perkara mewajibkan Para
Beberapa Kegagalan Mediasi
di Pengadilan
(1) belum semua hakim memperoleh pelatihan mediasi sehingga pemahaman mereka belum seragam,
(2) jumlah hakim di beberapa daerah masih terbatas sehingga mereka lebih fokus untuk menyelesaikan
perkara secara litigasi,
(3) adanya peran pengacara yang menghambat proses mediasi karena akan berimbas pada financial fee
yang mereka dapatkan dari para klien,
(4) kurangnya pengetahuan para pihak yang berperkara tentang keuntungan penyelesaian perkara melalui
mediasi,
(5) sebagian hakim masih memandang mediasi sebagai penambahan beban pekerjaan mereka dalam
memutus perkara, dan