• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Anastasia Ninda Milla NIM : 031124026

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Jesus Maria dan Joseph Pelindung Societas yang membimbing dan memberi

kekuatan kepadaku,

Para Suster Societas Jesus Maria dan Joseph (JMJ),

Para jemaat kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola, Cokrodiningratan,

Paroki Jetis-Yogyakarta,

Orang tua, saudara-saudaraku, para pembimbingku,

dan almamaterku tercinta,

serta semua pemerhati Iman jemaat kristiani di mana saja berada.

(5)

v

MOTTO

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 November 2007

Penulis,

(7)

vii

ABSTRAK

Judul skripsi BELAJAR DARI KESETIAAN IMAN MARIA GUNA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP BERIMAN UMAT DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODINIGRATAN-YOGYAKARTA dipilih berdasarkan keprihatinan penulis setelah melihat umat di lingkungan St. Igantius Loyola Cokrodiningratan yang terkesan belum mampu memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja. Bagi mereka Maria adalah pengabul doa. Hal ini menunjukkan bahwa bagi umat di lingkungan ini, Maria memiliki posisi atau kedudukan yang sejajar dengan Allah. Padahal Gereja, meskipun telah memberikan gelar kehormatan yang paling tinggi di antara kelompok orang-orang kudus terhadap Maria tetapi tidak pernah memposisikan Maria sejajar dengan Allah. Dalam kesempatan ini penulis fokus pada kesetiaan Maria Bunda Yesus dan mengajak segenap umat Kristiani untuk belajar dari kesetiaan iman Maria sehingga dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup ini tidak putus asa dan tetap setia kepada Allah seperti Maria. Berkaitan dengan hal itu persoalan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memahami dan memaknai kesetiaan iman Maria, telah sesuai dengan pandangan Gereja atau tidak? Serta bagaimana Katekese Umat dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan dalam meneladani kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kehidupan berimannya. Untuk mengkaji persoalan ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penyebaran angket dan wawancara terhadap umat di lingkungan St. Ignatius Loyola telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilaksanakan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang dapat membantu dalam memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja.

(8)

viii

ABSTRACT

The title of the thesis is “LEARNING FROM THE ADHERENCE OF MARY’S FAITH TO RAISE THE QUALITY OF CHRISTIANS’ LIFE IN THE COMMUNITY OF ST. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PARISH JETIS-YOGYAKARTA COMMUNITY.” The background of this study is based on the concern after observing the Christians’ life in that community. Apparently it seems that they are not so capable to understand Mary’s adherence to God according to the Church faith. They receive and believe in Mary as the one who answers their prayer or request. This shows that they receive Mary and God in the same position or existence. In fact, the Church never puts her in the same position as God, although the Churchhas given the most honorable title to Mary among the saints.

The study focuses on Jesus Mother as wellas, Mary’s adherence and invites all the Christians to learn it. Relating to this, it helps the people not to be in despair about their life burdens, but keep in faith to God and also to as Mary. Then, the problem formulation of this study consists of two points. First is, whether the people’s way of understanding Mary’s faithfull adherences is what the Church wants or not. Second is how the catechism helps the Christians in living Mary’s faithfull adherence to increase their spiritual life quality.

To analyze this problem we need to have accurate data. Therefore, the writer has conducted questioners and interviews. The literary study was also conducted to obtain any supporting ideas in understanding the adherence of Mary.

Based on the research, the Christians in that station actually have understood and have perceined of Mary as a model of faithful adherence. In their daily life, they have considered Mary as the Mother, Holy Mother, the Helper their, best friend and the mediator for their prayer to Jesus. To enable them to improve their understanding, the writer proposes a catechism program called Shared Christian Praxis. The catechism theme focuses on Mary. It is expected that the Christians

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah Bapa, Putra, Roh Kudus atas kasih karunia-Nya yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Belajar dari Kesetiaan Iman Maria Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan-Yogyakarta.

Skripsi ini diilhami oleh hasil refleksi dan keprihatinan penulis terutama dalam

usaha umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Yogyakarta dalam

meneladani kesetiaan Iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup berimannya.

Keterlibatan umat dalam berbagai kegiatan di lingkungan khususnya kegiatan Devosi

kepada Bunda Maria yaitu doa Rosario cukup nampak, tetapi pemahaman dan

pemaknaannya masih sangat kurang. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini

dimasudkan untuk membantu umat dalam memahami dan memaknai kesetiaan

Maria kepada Allah, sehingga melalui kegiatan devosi kepada Bunda Maria secara

wajar dan benar sesuai dengan ajaran gereja mampu membawa mereka pada suatu

tahap perkembangan iman yang diharapkan oleh Gereja sendiri.

Dengan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan devosi kepada Bunda Maria,

umat juga dapat berperan lebih aktif dalam berbagai kegiatan pendalaman iman

yang dilaksanakan di lingkungan dan setiap kegiatan sosial di masyarakat. Selain

itu, skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

(10)

x

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pimpinan Umum dan para Dewan pimpinan Umum, Pimpinan Provinsi dan

para Dewan pimpinan Provinsi Konggregasi Jesus Maria dan Joseph (JMJ),

serta para suster yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada

penulis untuk belajar dan mengembangkan diri di IPPAK-USD Yogyakarta

2. Dra. J. Sri Murtini M.Si selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, waktu, semangat,

motivasi, sumbangan pemikiran dengan penuh kesabaran dan cinta kepada

penulis. Terima kasih untuk masukan dan kritiknya sehingga penulis

diteguhkan dan lebih termotivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto,Y.M.Hum selaku dosen penguji yang telah

memberikan motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

4. Bapak P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si selaku dosen Penguji, yang telah

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Staf Dosen Prodi IPPAK-USD, dan seluruh karyawan yang telah

mendidik, mengarahkan, mendukung dan membimbing penulis selama belajar

sehingga dapat menyelesaikan studi di Prodi IPPAK-USD dengan baik.

6. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2003/2004 atas cinta dan

(11)

xi

7. Seluruh Umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan,

paroki-jetis yang telah menyisihkan waktunya untuk mengisi angket dan

wawancara.

8. Pimpinan Komunitas JMJ Trimargo Yogyakarta mulai dari Sr. Immacule Palit

JMJ, Sr. Auxilia Tandayu, Sr. Ivonne Pusung JMJ dan para suster JMJ dan

OSA anggota komunitas, serta Karyawan/ti yang telah mendukung penulis

dalam penulisan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada semua orang yang tidak dapat diungkapkan satu per satu,

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman,

sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan, terutama seluruh umat di lingkungan St. Ignatius Loyola

Cokrodiningratan.

Yogyakarta, 12 November 2007

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR SINGKATAN ...xv

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ...1

B. Rumusan Permasalahan ...8

C. Tujuan Penulisan...8

D. Manfaat Penulisan...9

E. Metode Penulisan...9

F. Sistematika Penulisan ...9

BAB II. GAMBARAN UMUM UMAT KRISTIANI DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI JETIS-YOGYAKARTA DAN PEMAHAMAN SERTA PEMAKNAANNYA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA ...11

A. Gambaran Umum Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta ...12

1. Sejarah dan Latar Belakang terbentuknya Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta...12

(13)

xiii

3. Semangat yang Menjiwai Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki

Jetis-Yogyakarta……...18

B. Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta Tentang Kesetiaan Iman Maria Kepada Allah ...20

1. Latar Belakang Penelitian ...20

2. Rumusan Masalah Penelitian...22

3. Tujuan Penelitian ...23

4. Metodologi Penelitian...23

5. Variabel Penelitian...25

6. Teknik Analisis Data ...27

C. Laporan Hasil Pembahasan, dan Kesimpulan Penelitian...27

1. Laporan Hasil, dan Pembahasan Penelitian...27

2. Kesimpulan Hasil Penelitian...40

BAB III. PANDANGAN GEREJA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA ...44

A. Maria Bagi Umat Kristiani………..44

1. Gambaran Maria ...44

2. Maria Typus Gereja ...46

3. Maria: Advocata, Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix...47

B. Keistimewaan Maria dalam Gereja...48

1. Iman...48

2. Panggilan...…..50

3. Kesetiaan...51

B. Relevansi Keteladanan Kesetiaan Iman Maria ...63

1. Sikap Maria yang Rendah Hati ...64

2. Sikap Maria yang Penuh Penyerahan Diri Kepada Allah...66

3. Ketekunan Maria dalam Doa ...67

4. Maria yang Setia terhadap Keputusanya Sendiri ...67

(14)

xiv

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DENGAN MODEL

SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI UMAT DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI

JETIS -YOGYAKARTA ...71

A. Katekese Umat dengan Model Shared Christian Praxis (SCP) ...71

1. Katekese Umat (KU) ...71

2. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) dan Langkah-Langkahnya Dalam Katekese Umat ...80

B. Usulan Program Katekese Umat dengan Model SCP...89

1. Matriks Program Katekese Umat Dengan Model SCP...91

2. Contoh Persiapan Katekese Umat Dengan Model SCP...96

BAB V. PENUTUP ...108

A. Kesimpulan ...108

B.

Saran ...111

DAFTAR PUSTAKA ...114

LAMPIRAN...116

. Lampiran I : Deskripsi Hasil Wawancara... ...(1)

• Responden I ...………...(1)

• Responden II.. ...………...(3)

• Responden III...………...(6)

• Responden IV. ...……...(8)

• Responden V ...………….(10)

• Responden VI ...………..(12)

• Responden VII ...………...(13)

(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Depatemen Agama RI dalam

rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG : Lumen Gentium Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.

NA : Nostra Aetate Deklarasi tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama bukan Kristen, tanggal 28 Oktober 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

JMJ : Jesus Maria dan Joseph.

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Prodi : Program Studi

S1 : Strata satu

SJ : Serikat Jesus

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan, penulis akan membahas mengenai latar belakang

penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan, manfaat, metode dan sistematika

penulisan skripsi. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut, berikut ini adalah uraiannya:

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Umat manusia zaman sekarang tidak bisa melepaskan diri dari situasi sulit.

Situasi sulit itu muncul akibat dari semakin maraknya kemiskinan dan penderitaan

yang terjadi. Di sisi lain umat manusia mengalami suatu perkembangan peradaban

yang ditandai dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Macam-macam hasil penemuan membuat manusia kagum terhadap kemampuan dan

kekuasaannya. Umat manusia terkadang lupa terhadap siapa yang paling berkuasa di

alam semesta ini. Kehadiran Allah dengan mudah dilupakan.

Umat manusia merasa bahwa dengan berbagai sarana yang canggih, dirinya

dapat memenuhi segala kebutuhannya yang tanpa batas. Ironisnya, tidak sedikit umat

manusia yang kemudian cemas terhadap hidupnya sendiri. Perasaan takut dan

bingung kerap kali menghantui hidupnya manakala masalah datang bertubi-tubi.

Dewasa ini banyak masalah yang membuat umat manusia tidak berdaya.

Misalnya bencana alam, konflik antar kelompok masyarakat, ekonomi keluarga,

hubungan pasangan suami-istri dan anak, serta masih banyak persoalan lain yang

cukup kompleks. Umat manusia menjadi tidak berdaya manakala harus berhadapan

dengan pertanyaan soal perannya, tujuannya dan eksistensinya di dunia ini. Situasi

ini juga dirasakan oleh segenap umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola

(17)

penulis melihat bahwa tidak sedikit permasalahan yang muncul dan membuat penghayatan iman umat menjadi kurang mendalam. ( Observasi penulis)

Umat Kristiani di lingkungan inipun tidak bisa lepas dari pengaruh modernisasi yang sangat menonjol terutama dalam bidang industri, teknologi, dan komunikasi baik yang berbentuk hiburan maupun yang mengarah pada peningkatan ekonomi, sosial, dan politik. Tidak jarang umat yang mengeluh soal hidup terutama manakala mereka harus masuk dalam situasi yang semakin menguras tenaga, pikiran, dan harta benda. Tetapi ada juga anggota umat yang merasa semakin nyaman dengan hidupnya yang berlimpah harta kekayaan. Bagi mereka bila tidak hati-hati dapat dibutakan oleh kebutuhan-kebutuhan materi belaka, sehingga tenggelam dalam arus konsumerisme, hedonisme, individualisme dan pragmatisme.

(18)

Kristiani untuk belajar dari kesetiaan iman Maria sehingga dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup ini tidak lantas putus asa dan tidak percaya pada Allah.

Adapun alasan penulis memfokuskan penulisan skripsi pada dua hal di atas adalah karena prihatin melihat umat yang menurut hemat penulis belum mampu memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja. Dengan kata lain, penghayatan iman umat di lingkungan ini terhadap Maria menunjukkan indikasi yang kurang sesuai dengan pokok ajaran iman Kristiani.

Maria tidak lagi dipandang sebagai pengantara doa melainkan pengabul doa. Umat di lingkungan ini cenderung untuk mensejajarkan Maria dengan Allah, hal ini berdasarkan pengamatan penulis dalam mengikuti kegiatan doa di lingkungan secara khusus doa Rosario yaitu doa permohonan umat yang didoakan dalam doa rosario. Padahal Gereja, meskipun telah memberikan gelar kehormatan yang paling tinggi di antara kelompok orang-orang kudus terhadap Maria tetapi tidak pernah memposisikan Maria sejajar dengan Allah. Berkaitan dengan hal ini, seorang imam Fransiskan yang bernama (Kristiyanto 1988:25) menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Maria dalam Gereja” demikian: “Gereja meyakini bahwa Maria sebagai tanda harapan yang pasti serta hiburan bagi umat Allah yang berziarah”. Dalam hal ini Kristiyanto mencoba mengangkat LG art. 68. Menurutnya, pada art. 68 terkandung keyakinan Gereja bahwa melalui sosok Santa Perawan Maria Gereja memperoleh gambaran tentang dirinya yakni Gereja yang sedang dalam peziarahan di dunia dan sedang menantikan keselamatan.

(19)

jika kelak akan diselamatkan dan dimuliakan Allah di surga. Seperti halnya hidup Maria yang sederhana, penuh iman, harap dan cinta demikianlah hendaknya kita sebagai umat Kristiani yang sama-sama berimankan akan Yesus Sang Mesias. Sosok Maria yang dikenal oleh Gereja telah mampu memberikan pengharapan baru bahwa juru selamat pasti akan datang dan menolong siapa saja yang selalu menggantungkan hidupnya pada penyelenggaraan Ilahi dan selalu setia terhadap segala rencanaNya. Pemahaman dan keyakinan yang seperti inilah yang seharusnya dihayati oleh umat Kristiani tanpa kecuali sehingga praktek iman terhadap Allah, Yesus, Roh Kudus dan Maria nampak lebih dewasa.

Praktek iman dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa praktek iman dilakukan secara proporsional. Persoalan hidup yang dirasakan itu salah satunya adalah soal perkembangan hidup beriman sebagai orang Kristiani. Berikut ini adalah beberapa contoh persoalan kehidupan beriman yang kerap dihadapi oleh umat di lingkungan ini: kawin campur, keaktifan anggota umat dalam berbagai kegiatan Gereja baik di lingkungan maupun di paroki dan tingkat pengetahuan iman dari para orang tua Katolik yang kurang memadai sehingga tidak mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan pokok ajaran iman Kristiani sesuai dengan harapan Gereja. Persoalan-persoalan hidup beriman di atas, menurut hemat penulis lebih disebabkan karena pendampingan iman dalam keluarga sangat kurang dan bahkan dalam keluarga sendiri kurang ada perhatian mengenai pelestarian iman anak.

(20)

Pernah suatu ketika, penulis bertemu dengan salah satu umat yang mensharingkan pengalamannya bahwa anaknya lebih senang ke Masjid karena setiap sore hari anaknya melihat anak-anak berbondong-bondong ke Masjid dengan perlengkapan mengaji, tetapi apabila diajak untuk ke Gereja anaknya tidak mau berangkat (Observasi Penulis). Bagi saya ini suatu kendala bahwa pengaruh lingkungan juga sangat berperan dalam membangun iman. Situasi semacam ini bisa dikatakan sebagai kegoncangan hidup rohani.

Kegoncangan hidup rohani ini nampak dalam kehidupan umat sebagai warga Gereja khususnya umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Kegoncangan itu di antaranya adalah banyak umat yang sulit untuk diajak berkumpul untuk membangun paguyuban, sehingga mereka merasa tidak perlu lagi untuk berkumpul atau berdoa bersama seperti dalam pendalaman iman dan pelayanan-pelayanan sosial lainnya. Pelayanan itu cenderung dilakukan oleh orang-orang tertentu atau pengurus lingkungan yang menjabat sebagai pengurus pada periode yang bersangkutan.

(21)

hidup. Seperti halnya dalam Konsili Vatikan II telah dibahas tentang Maria sebagai teladan Gereja yang ulung. Sebagai pribadi manusia, Maria itu juga anggota Gereja dalam arti bahwa Maria termasuk dalam persekutuan orang beriman di dunia ini, sekaligus ia mendapat tempat yang istimewa sebagai bunda segenap orang beriman karena kesetiaannya akan Allah.

Karena itu sebagai anggota Gereja umat beriman pun pada tempatnyalah hidup meneladan Maria (LG, art. 53). Gereja sebenarnya telah mengajak semua anggota umat Kristiani yang ada di dunia ini untuk bersama-sama melihat dan meneladani Maria. Kesetiaan Maria ini nampak dalam sikap Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel (Luk 1:38), keberanian Maria dalam menjawab “YA” terhadap panggilan Tuhan dengan iman yang total dan dari lubuk hatinya yang paling dalam ia memuji keagungan Allah (Luk 1:67).

Membagikan kegembiraan yang datang dari Allah kepada orang lain dalam hal ini adalah St. Elisabet saudarinya (Luk 1:39), keterlibatan Maria dalam pelayanan kepada sesama, yakni dalam pernikahan di Kana (Yoh 2:1), Maria mencari Yesus yang hilang di bait Allah (Haring, 1992:86), Maria menemani Yesus dalam jalan salib hingga sampai puncak Golgota (Yoh 19:25). Maria pantas menjadi teladan bagi setiap orang beriman.

(22)

kesan bahwa Bunda Maria menjadi setara dan sejajar dengan Yesus atau Allah Bapa. Penghayatan iman yang lebih bersifat sentimentil, emosional terjadi di lingkungan ini. Penghayatan iman umat menjadi kurang dewasa.

Pengetahuan iman tentang Allah, Yesus dan bahkan Maria sendiri kurang menjadi fokus perhatian umat. Umat sendiri lebih mementingkan praktek hidup doa yang devosional yang cenderung pasif. Umat kurang tertarik dengan kegiatan pendalaman iman yang mendorong mereka berpikir, berefleksi, berbicara, berpendapat di hadapan orang lain. Ini merupakan bentuk hidup beriman yang kurang dewasa.

Keprihatinan ini mengundang perhatian penulis untuk lebih bersikap proaktif dalam menyikapi situasi semacam ini. Maka dalam kepentingan inilah, penulis menyusun skripsi dengan judul: BELAJAR DARI KESETIAAN IMAN MARIA

GUNA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP BERIMAN UMAT DI

LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI JETIS - YOGYAKARTA

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memahami dan memaknai kesetiaan iman Maria?.

2. Bagaimana pandangan Gereja tentang kesetiaan iman Maria?

(23)

C. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan:

1. Mengetahui pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Maria?

2. Mengetahui pandangan gereja tentang kesetiaan Maria.

3. Memberikan sumbangan katekese yang dapat membantu umat dalam meningkatkan kualitas iman dengan belajar dari kesetiaan Maria.

4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana Srata Satu (SI) IPPAK-JIP-FKIP-USD-Yogyakarta

D. Manfaat Penulisan

1. Penulis dapat mengetahui situasi, pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan iman Maria serta membantu mereka untuk meningkatkan kualitas beriman mereka.

2. Umat semakin memahami secara lebih dewasa dan jelas tentang Maria dan keteladanan kesetiaan imannya.

3. Umat semakin mengetahui devosi kepada Maria yang benar dari ajaran Gereja. 4. Memberikan suatu sumbangan katekese bagi para Katekis dan tokoh umat di

lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan, agar mampu membuat katekese yang sesuai dengan situasi dan kondisi umat setempat.

E. Metode Penulisan

(24)

meningkatkan kualitas iman umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Penulis akan memaparkan tentang pendahuluan yang berisi: latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang pemahaman dan pemaknaan umat di Lingkungan St.Ignatius Loyola Cokrodiningratan terhadap kesetiaan iman Maria serta usaha-usaha yang telah mereka dilakukan guna meningkatkan kualitas beriman.

Bab III : Penulis akan membahas tentang konsep Kesetiaan Maria berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi Gereja dengan memaparkan pengertian iman, panggilan dan kesetiaan Maria.

Bab IV : Penulis akan membuat program Katekese Umat dengan model SCP bagi umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan -Yogyakarta sebagai bentuk aplikasi dari teori yang telah dibahas pada bab III dan sesuai dengan persoalan yang dipaparkan di bab II.

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM UMAT KRISTIANI

DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN

PAROKI JETIS-YOGYAKARTA DAN PEMAHAMAN SERTA

PEMAKNAANNYA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA

Untuk menjawab permasalahan pertama dari skripsi ini, pada bab II penulis akan membagi pembahasan menjadi tiga sub bab yaitu di bawah ini akan dideskripsikan.

Pada sub bab pertama, penulis memaparkan gambaran umum umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta. Adapun hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai sejarah, latar belakang terbentuknya lingkungan dan macam-macam kegiatan yang dilakukan, serta semangat yang menjiwai umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta.

Pada sub bab kedua, penulis memaparkan penelitian pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta tentang kesetiaan iman Maria. Adapun hal-hal yang digali dalam penelitian ini antara lain, pemahaman dan pemaknaan kesetiaan iman Maria yang berkaitan dengan siapa Maria, bagaimana bentuk-bentuk devosi Maria, bagaimana usaha-usaha yang dilakukan dan faktor-faktor penghambat yang dialami umat berkaitan dengan usaha meningkatkan kualitas hidup beriman mereka.

(26)

A. Gambaran Umum Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta

Untuk mengetahui gambaran umum umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan, penulis akan menguraikan sejarah dan latar belakang terbentuknya lingkungan, kegiatan-kegiatan yang ada dan semangat yang menjiwai umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan berdasarkan hasil studi buku panduan lingkungan dan pengamatan lapangan. Berikut ini adalah uraiannya:

1. Sejarah dan Latar Belakang terbentuknya Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta

(27)

berkembang pesat. Pada bulan Agustus 1964, lingkungan ini memisahkan diri dari kring Bangirejo dan berdiri sendiri sebagai kring Cokrodiningratan. Adapun tempat peresmiannya dilaksanakan di tempat Bpk. Mujiono dan diresmikan oleh pastor paroki dan pada saat itu juga terpilihlah ketua kring Cokrodiningratan yang pertama yakni Bpk. D. Soekirman. Dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua kring, Bpk. D. Soekirman dibantu dan didampingi oleh sesepuh dan para tokoh umat di paroki Jetis antara lain: Bpk. Ph Kartosudarmo, Bpk B. Supardi dan Bpk Vic. Irlan. Saat ini ketiga-tiganya sudah meninggal dunia. (Sukirman.2003:16).

Pada saat kring Cokrodiningratan berdiri, umatnya masih belum banyak, kira-kira 12 keluarga dengan jumlah jiwa 40 orang. Pada awal berdirinya, lingkungan Cokrodiningratan belum mempunyai santo pelindung. Untuk memilih siapa santo pelindungnya, umat dari lingkungan ini berdoa dengan khusuk. Pada bulan Oktober 1964 umat di lingkungan ini mengadakan doa rosario sebulan penuh (Sukirman 2003:16).

(28)

tidak berlangsung lama dan pada tahun 1980, nama kepamongan diganti menjadi lingkungan hingga sekarang. Tahun 2007 Paroki Jetis sendiri telah terbagi dalam 4 wilayah dan 1 paroki administratif (Paroki Nandan).

Keempat wilayah itu antara lain:

a. Wilayah I terdiri dari: Lingkungan Bumijo, lingkungan Gowongan, lingkungan Penumping dan lingkungan Poncowinatan.

b. Wilayah II terdiri dari: Lingkungan Bangunrejo, lingkungan Kricak, lingkungan Jatimulyo Alfonsus, lingkungan Jatimulyo Thomas, lingkungan Jatimulyo Paulus;

c. Wilayah III terdiri dari: Lingkungan Bangirejo. Lingkungan Blunyah, Lingkungan Karangwaru, dan lingkungan Cokrodiningratan.

d. Wilayah IV Lingkungan Jogoyudan Kidul, Jogoyudan Lor. Lingkungan Cokrokusuman dan Lingkungan Jetisharjo (Dokumen Lingkungan 2006.17):.

Dari pembagian wilayah di atas kita dapat melihat bahwa lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan termasuk dalam wilayah III. Adapun jarak dari lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ke paroki ada sekitar 500 m. Lingkungan ini berada di kelurahan Cokrodiningratan, kecamatan Jetis-Yogyakarta. Seturut perjalanan waktu, lingkungan inipun berkembang meskipun tidak sangat pesat tetapi telah mampu menunjukkan bahwa secara perlahan-lahan namun pasti lingkungan ini menunjukkan perkembangannya. Hal ini nampak dari jumlah umatnya. Dalam kurun waktu 38 tahun, lingkungan ini telah mengumpulkan 65 kk atau jumlah jiwa 175 orang sebagai anggota ( Dokumen lingkungan 2006:10-11).

(29)

Boromeus (CB) dan Societas Jesus Maria dan Joseph (JMJ). Kedua tarekat itu adalah milik para suster yang berkarya dalam bidang yang berbeda. Tarekat CB bergerak dibidang kesehatan dan pendidikan serta tarekat JMJ sebagai komunitas studi para suster muda JMJ. Selain tugas studi para suster juga terlibat dalam lingkungan baik dalam pendalaman iman, kegiatan koor, kunjungan orang sakit dan memimpin ibadat-ibadat yang dilakukan di lingkungan.

Dari segi letak geografisnya, lingkungan ini termasuk ke dalam wilayah perkotaan. Banyak gedung sekolah, kantor pemerintahan, rumah sakit, pasar dan berbagai fasilitas umum lainnya. Hal ini menyebabkan seluruh kehidupan umat dipengaruhi suasana dan permasalahan kehidupan kota yang sangat kompleks. Dari segi sosial-budaya, lingkungan ini umumnya dihuni oleh orang-orang yang ramah, dan berpendidikan. Hal Ini nampak dalam berbagai kegiatan yang diikuti bersama tetangga sekitar seperti kegiatan RT, RW ataupun kelurahan dan arisan Ibu-ibu. Demikian juga kegiatan yang dilakukan antar umat Kristiani sendiri di lingkungan seperti ibadat sabda, pendalaman iman, persekutuan dan pelayanan, ibadat rosario dan kunjungan sosial. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa dari pengamatan penulis melihat keaktifan umat dalam setiap peribadatan lingkungan yang paling diminati oleh umat adalah ibadat rosario saja.

(30)

ada, umat St Ignatius Loyola Cokrodiningratan, tentunya mengalami suatu tantangan dalam membangun dan memelihara serta meningkatkan kehidupan beriman mereka. Suatu kendala yang kerap dihadapi adalah masalah keluarga yang kawin campur, kurangnya pendampingan iman dalam keluarga dan juga kurangnya pemahaman ajaran iman dari para orang tua. Itulah sekilas sejarah terbentuknya dan perkembangan lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.

2. Macam-macam Kegiatan dalam Mengembangkan Kehidupan Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta saat ini

Dalam usaha mengembangkan kehidupan iman, umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis kerap kali mengadakan berbagai kegiatan rutin. Berikut ini adalah macam-macam kegiatan rutin mulai dari kegiatan rutin harian, bulanan dan tahunan yang dilakukan oleh umat di lingkungan ini.

a. Kegiatan Rutin Harian Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta

Dalam mengisi hari-harinya, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan secara kreatif menyusun berbagai macam program kegiatan sehingga setiap hari selalu ada kesempatan untuk bertemu dan saling meneguhkan iman masing-masing.

(31)

Kegiatan-kegiatan harian ini merupakan momen yang sangat penting bagi umat, di mana dengan melakukan kegiatan rutin tersebut, selain dapat saling meneguhkan dalam iman, masing-masing anggota umat Kristiani juga dapat semakin menjalin tali persaudaraan dalam satu iman.

b. Kegiatan Rutin Bulanan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta

Dalam setiap bulan, umat di lingkungan ini mendapat pelayanan dari para pastor yang ada di paroki. Pelayanan itu berupa misa lingkungan dan kunjungan pastor paroki. Melalui kegiatan itu, Gereja berharap umatnya dapat semakin disegarkan dan dikembangkan dalam hal iman. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan ini sungguh-sungguh mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan hidup umat. Melalui kegiatan ini umat semakin menyadari akan arti dan pentingnya perayaan ekaristi serta keberadaannya dalam lingkungan.

Sebagai makhluk sosial umat Krisitini juga menyadari dengan saling mengunjungi satu sama lain akan memperkembangkan iman, saling meneguhkan satu dengan yang lain dan dalam kebersamaan mereka mampu menghayati imannya dengan lebih baik. Sungguh merupakan momen yang sangat tepat bagi umat untuk semakin berkembang dalam hidup beriman, jika kegiatan bulanan ini dapat terus-menerus dipertahankan atau jika mungkin semakin dikembangkan.

c. Kegiatan Rutin Tahunan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta

(32)

pelindung lingkungan yang diadakan setiap tgl 31 Juli dan ziarah bersama pada bulan Oktober dan Misa tutup tahun pada akhir bulan Desember. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut umat diajak untuk mensyukuri segala kasih dan rahmat berlimpah dari Allah selama satu tahun mereka hidup bersama dan berjuang memperkembangkan iman Kristianinya. Karena kegiatan ini hanya dilakukan sekali dalam setahun, tidak sedikit dari anggota umat lingkungan sangat antusias dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan tahunan biasanya dibuat lebih kreatif dan interaktif sehingga umat cukup antusias dalam mengikutinya.

3. Semangat yang Menjiwai Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan

Pada awal mulanya lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan belum mempunyai santo pelindung. Pada awal bulan November 1964, setelah melalui proses yang cukup panjang (novena selama satu bulan penuh) akhirnya dipilihlah St. Ignatius Loyola sebagai Santo pelindung dari lingkungan ini. Adapun sebagai alasan umat memilih St. Ignatius Loyola sebagai santo pelindung adalah karena melihat perjuangan dan kesungguhan dari umat sendiri untuk menjadi anggota Gereja. Pada saat terbentuknya lingkungan ini, banyak umat yang memiliki semangat berkorban dan melayani bagi sesamanya. Ketekunan dalam doa juga menjadi salah satu alasan mengapa St. Ignatius Loyola dipilih sabagai santo pelindung.

(33)

Keinginan untuk mandiri dan memisahkan diri dari kring Bangirejo saat itu didorong pula oleh jarak yang jauh antara anggota umat lingkungan satu dengan yang lainnya. Meskipun Jumlah umat sedikit pada waktu itu, tetapi semangat kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa dan selalu dijaga. Hal ini nampak pada kegiatan doa lingkungan dan doa rosario yang dilaksanakan hampir setiap hari.

Berdasarkan pengalaman itu, para pemimpin umat di lingkungan menemukan semangat yang sama, antara semangat dari umat dengan semangat yang dimiliki oleh St. Ignatius Loyola. Selain itu, banyak harapan yang ingin dicapai oleh umat agar hidup iman mereka minimal serupa dengan hidup beriman St. Ignatius Loyola. Semangat pelayanan, dan kesetiaan pada Allah dari St. Ignatius ternyata telah memberikan inspirasi bagi umat di lingkungan ini. Totalitas dalam menjawab panggilan Allah saat itu telah menjadi komitmen dan tekad bersama.

Dengan berperilaku baik di masyarakat, umat di lingkungan ini yakin dan percaya bahwa keteladanan hidup merupakan bentuk pewartaan Injil yang paling efektif. Hal ini diperoleh umat setelah belajar lebih banyak tentang siapa St. Ignatius itu. Menjadi semakin serupa dengan Kristus, yakni demi semakin besarnya kemuliaan Allah telah menjadi spirit dari umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Dalam praktek hidup berimannya, umat yang telah terinspirasi oleh semangat hidup beriman St. Ignatius juga mengimbangi hidup berimannya dengan melakukan doa devosi kepada Bunda Maria. Melalui devosi kepada Bunda Maria ini mereka seolah-seolah semakin merasa dekat dengan Allah. Allah yang berada di surga kini dirasakan sangat dekat berkat kehadiran Santa Perawan Maria.

(34)

rupa-rupanya baik semangat St. Ignatius maupun keteladanan Bunda Maria sedikit mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena pergantian ketua lingkungan di mana masing-masing ketua biasanya mempunyai prioritas yang hendak dicapai oleh segenap umat. Meskipun tujuannya sama, yakni semakin dekatnya mereka dengan Allah tetapi hal ini sedikit mempengaruhi perkembangan hidup beriman umat.

Kemunduran hidup beriman nampak pada motivasi umat yang kadang-kadang tidak jelas. Sebagai salah satu contoh konkret adalah bahwa dewasa ini tidak sedikit umat yang menolak untuk menyediakan waktu dan tempat untuk doa rosario, pendalaman iman atau ibadat bersama.

Hal ini disebabkan karena kebiasaan tuan rumah untuk tidak menyediakan jamuan pada setiap pertemuan doa, tidak dilakukan lagi, sehingga ada anggota umat yang keberatan karena masalah konsumsi dan kelayakan tempat untuk menampung seluruh umat yang hadir.

Tetapi hal ini sebenarnya bisa diatasi oleh umat sendiri karena penulis yakin semangat dari St. pelindung lingkungan selalu memberikan kekuatan bagi perkembangan hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.

B. Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang Kesetiaan Iman Maria

(35)

dilakukan umat dalam mengembangkan kualitas hidup berimannya dan faktor-faktor penghambat yang di hadapi umat berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kualitas beriman umat.

1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan iman umat merupakan tugas semua pihak baik keluarga, gereja maupun masyarakat. Semangat beriman umat merupakan anugerah dari Allah yang diberikan kepada umatnya sesuai dengan cara dan pola hidupnya masing-masing. Setiap pribadi umat memiliki semangat iman yang beraneka ragam. Keanekaragaman ini merupakan suatu variasi yang sangat indah yang dimiliki oleh Gereja sebagai Umat Allah. Gereja sebagai Umat Allah memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk memilih sumber semangat atau spiritualitas yang diimani oleh gereja universal. Misalnya, ada sebagian umat yang beriman akan Allah setelah melakukan devosi kepada Hati Kudus Yesus, ada juga yang meneladani cara hidup para orang kudus (St. Ignatius, St. Fransiskus dan lain-lain). Sebagian umat lain lebih senang dengan doa rosario, atau devosi kepada bunda Maria.

Secara umum, umat di wilayah Yogyakarta, terutama mereka yang mulai berusia lanjut sangat senang dengan bunda Maria. Hal ini dapat dilihat dari lagu

(36)

umat masih kurang biasa sharing dan berpikir mengenai iman kepercayaannya sendiri. Tetapi lepas dari pada itu, kehadiran berbagai sumber semangat iman merupakan sesuatu yang sangat berharga. Ini adalah kekayaan iman yang dimiliki oleh Gereja dan umat memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk menggunakan spiritualitas yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Dan, yang penting adalah bahwa mereka semakin beriman akan Allah yang nampak dalam kata dan tindakannya sehari-hari.

Secara khusus dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat bagaimana pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan-Yogyakarta tentang kesetiaan Maria. Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan itu sendiri merupakan bagian dari Paroki St. Albertus Agung Jetis. Sebagai salah satu lingkungan yang berada dalam sebuah paroki, lingkungan ini merupakan satu wadah umat katolik untuk dapat menghimpun umat terdekat yang ada di sekitarnya dan menghimpun umat untuk melakukan kegiatan bersama.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Iman Maria?

b. Bentuk-bentuk devosi Maria mana saja yang dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman? c. Usaha-usaha apa yang dilakukan umat dalam membangun kehidupan

(37)

d. Faktor penghambat apa saja yang dihadapi umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan sehubungan dengan usaha dalam membangun kehidupan berimannya?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pandangan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang siapa Maria.

b. Mengetahui Bentuk-bentuk devosi Maria yang dirasa membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman. c. Memperoleh gambaran mengenai usaha-usaha yang dilakukan umat dalam

membangun kehidupan berimannya.

d. Mengetahui berbagai faktor penghambat yang dihadapi umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan sehubungan dengan usaha dalam membangun kehidupan berimannya.

4. Metodologi Penelitian a. Pendekatan penelitian

(38)

b. Pemilihan Setting

Sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka untuk lebih mengenal dan mengetahui bagaimana kehadiran Bunda Maria sungguh-sungguh memberikan inspirasi bagi umat dalam usaha mengembangkan kehidupan beriman, peneliti akan mengadakan penelitian di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodinigratan. Lingkungan ini merupakan salah satu lingkungan di wilayah III Paroki St. Albertus Agung-Jetis, Jl. A.M. Sangaji no. 20 Yogyakarta.

Penelitian ini akan dilaksanakan 24-31 Mei 2007, sedangkan wawancara diadakan pada tgl 5-10 juni 2007. Adapun jumlah responden yang direncanakan adalah sekitar 50 orang dari total keseluruhan anggota umat yang ada di lingkungan ini. Para responden ini adalah anggota umat dewasa yang bisa mengisi angket yakni Bapak dan ibu yang tinggal di lingkungan ini. Adapun teknik sampling yang digunakan peneliti adalah teknik purposif sampling artinya pengambilan sampel di sesuaikan dengan tujuan Penelitian adapun jumlah atau ukuran sampel tidak dipersoalkan (Sukandarrumidi ,2002:65).

c. Subjek Penelitian

(39)

(Nasution, 1992: 32). Adapun alasan lingkungan ini dipilih sebagai tempat penelitian adalah mengingat lokasinya merupakan tempat tinggal peneliti. Peneliti sendiri terlibat langsung dengan umat setempat. Hal ini diharapkan dapat membantu memperlancar pencarian data.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses mengumpulkan data, peneliti akan mengadakan observasi sebagai usaha untuk memperoleh validitas data serta dengan cara studi dokumen, menebarkan angket dan wawancara. Adapun alat yang digunakan dalam wawancara adalah panduan pertanyaan, tape recorder untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Maksud mengadakan wawancara antara lain menklarifikasi dan mengenal lebih dalam situasi dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Maria, yaitu pandangan umat tentang Maria dan devosi kepada Maria.

5. Variabel Penelitian

Dalam penelitian tentang pemaknaan kesetiaan iman Maria yaitu pandangan umat tentang Maria dan devosi kepada Maria, yang akan diteliti diuraikan sebagai berikut:

a. Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Iman Maria

(40)

Adapun untuk mendukung proses penggalian untuk variabel ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan seputar pandangan umat tentang siapa Maria bagi mereka, bagaimana peran Maria dalam hidup mereka, terutama yang secara nyata dapat dirasakan melalui “mujizat” dan terakhir sharing pengalaman iman sehubungan dengan tindakan iman yang dilakukan umat dengan meneladani kesetiaan iman Maria.

b. Bentuk-bentuk Devosi Maria sebagai Penyemangat Umat dalam Membangun Kualitas Hidup Beriman

Melalui penggalian terhadap variabel ini, peneliti bermaksud menemukan sejauh mana semangat doa dan pemahaman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang devosi Maria. Bentuk-bentuk devosi Maria yang dimaksud dalam hal ini lebih pada pengertian hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan devosi Maria yang dilakukan oleh umat di lingkungan ini. Bentuk-bentuk itu meliputi: frekuensi umat dalam berdoa devosi Maria, waktu yang biasa digunakan untuk berdevosi, cara berdevosi dan bentuk-bentuk devosi Maria yang sering dilakukan umat di lingkungan ini.

Adapun harapan yang hendak dicapai adalah bahwa dengan mengetahui bentuk-bentuk di atas peneliti dapat membantu umat dalam memperdalam pemahaman dan praktek devosi Maria dalam usaha membangun kualitas hidup berimannya.

c. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan Umat dalam Membangun Kehidupan Berimannya?

(41)

belaka. Melalui berbagai macam usaha yang dilakukan, masing-masing pribadi umat beriman dapat mengukur sejauhmana keberimanan mereka itu dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan hal ini peneliti hendak menggali berbagai macam usaha yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup berimannya.

Dengan mengetahui berbagai macam usaha tersebut baik peneliti sebagai salah satu dari anggota umat maupun segenap anggota umat Kristiani di lingkungan ini dapat melakukan evaluasi terhadap segala usaha yang telah dilakukan dan melakukan suatu rencana yang lebih efektif guna mengupayakan usaha yang dapat mengembangkan kehidupan beriman secara lebih baik.

d. Faktor Penghambat Umat dalam Membangun Kualitas Hidup Beriman

Dalam proses pengembangan hidup beriman. Peneliti menyadari bahwa selalu ada faktor-faktor yang menjadi penghambat keberhasilan suatu usaha mengembangkan iman. Pada kesempatan ini, secara khusus peneliti akan menggali dari pengalaman umat kira-kira faktor-faktor penghambat apa saja yang kerap kali mereka hadapi manakala sedang melakukan usaha pengembangan hidup beriman. Dengan mengetahui faktor penghambat itu, peneliti berharap dapat menemukan solusi yang berguna bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh umat ketika melakukan usaha-usaha yang bersifat mengembangkan hidup beriman.

(42)

Tabel I. Variabel Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan, tentang Kesetiaan Iman Maria.

No Variabel Penelitian Item-item

Jumlah Soal 1. Bagi anda, siapakah Maria itu?

2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Maria melalui Devosi Maria?

3. Jika jawaban anda pernah mengalami mukjizat, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)

3

4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan Bunda Maria?

5. Kapan anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?

6. Apakah berdevosi kepada Maria sering dilakukan bersama-sama di lingkungan anda? b.

7. Apa bentuk devosi Maria yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?

4

8. Bidang-bidang Usaha apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?

c.

Usaha-usaha yang dilakukan umat dalam membangun kehidupan

berimannya 9. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun kesetian iman seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria?

2

10.Apa faktor penghambat yang anda hadapi dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria guna membangun kehidupan beriman? 11.Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi

dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?

12.Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?

3

Jumlah Keseluruhan Item-item 12

C. Laporan Hasil Pembahasan, dan Kesimpulan Penelitian

(43)

1. Laporan Hasil, dan Pembahasan Penelitian

Sesuai dengan rencana awal bahwa penelitian telah dilaksanakan pada 24-31 Mei 2007 dan wawancara 5-10 Juni 2007 di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis. Semula jumlah responden yang direncanakan adalah 50 responden yang akan mengisi angket. Tetapi dalam kenyataannya peneliti hanya berhasil mengumpulkan data quesioner, 42 responden.

Untuk wawancara yang direncanakan ádalah 10 responden namun yang berhasil diwawancarai ádalah 7 orang dan jumlah responden yang mengisi angket maupun yang diwawancarai mengalami pengurangan. Hal ini disebabkan karena kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat untuk wawancara baik dari peneliti maupun dari responden sendiri. Karena wawancara bersifat cross check dan sebagai pendukung dari penelitian angket maka peneliti mewawancarai responden yang telah mengisi angket. Selanjutnya data atau informasi yang akan dilaporkan berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penyebaran angket dalam bentuk tabel yang kemudian di-cross check melalui wawancara.

Adapun pembahasan hasil penelitian diuraikan sesuai dengan urutan variabel-variabel yang diteliti.

a. Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang Siapa Maria

Tabel 2. Pemahaman dan Pemaknaan Umat tentang Maria (N=42)

No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah

responden yang menjawab dalam angka

Jumlah responden

yang menjawab

dalam %

(1) (2) (3) (4) (5)

(44)

Sahabat dalam doa 10 23,8

Bunda Pengantara doa 13 31

Maria itu? dengan orang lain baik yang dikenal maupun

Untuk menggali variabel Pemahaman dan pemaknaan umat tentang siapa Maria maka berikut ini adalah interpretasi data hasil penelitian yang terangkum dalam tabel dan ditambah dengan hasil wawancara dengan responden. Data menunjukkan bahwa umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memaknai kesetiaan iman Maria sesuai dengan dogma Gereja yang memberikan tempat istimewa bagi bunda Maria dalam kehidupan iman umat. Dari 42 responden ada 18 orang yang mengatakan bahwa Maria adalah bunda Allah (Tabel 2).

(45)

sebagai pengantara doa dan sekaligus sebagai penolong yang setia. Pemaknaan kesetiaan iman Maria muncul dalam setiap pergulatan hidup umat. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Responden IV yang diwawancarai, mengatakan:

Kalau saya membaca dalam injil Lukas 1: 39-45 waktu Maria mengunjungi Elisabet: “siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku”, dengan itu saya berkeyakinan bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan saya hanya berpedoman dengan injil Tuhan ketika saya mengajarpun saya tekankan bahwa Maria adalah bunda Tuhan. Bunda Maria adalah manusia biasa dan sekaligus sebagai ibu Tuhan.

Selain Maria dipandang sebagai Ibu, penolong dan pengantara doa, ada juga yang memandang Maria sebagai sumber inspirasi dalam hidup terutama dalam menghadapi dan menjalani hidupnya. Berikut ini adalah ungkapan responden II yang mengatakan:

Maria adalah inspirasi saya, dan Maria adalah seorang ibu bagi saya. Seperti ibu saya sendiri, saya omong-omong dan saya rasakan ada komunikasi di dalamnya. Ketika saya menyampaikan doa seperti ibu saya waktu masih hidup. Cara memandang umat terhadap sosok Maria tenyata membawa pengaruh dalam hidup mereka masing-masing. Pengaruh itu semakin nyata ketika mereka mengalami suatu perubahan dalam hidup yang dimulai dengan karya tangan Allah sendiri melalui mujizat. Mujizat dalam pengertian ini tidak serta merta berarti suatu peristiwa yang ajaib, besar dan menggemparkan tetapi lebih pada pengalaman yang dapat membuat orang berubah dari yang tidak percaya menjadi percaya, dari yang mudah putus asa menjadi orang yang sangat bersemangat dalam menjalani hidup. Seperti yang diungkapkan oleh responden I sebagai berikut:

(46)

Dan, ketika umat ditanya mengenai mujizat doa setelah berdoa, sebagian besar mereka mengalaminya dalam hidup sehari-hari. Dari 42 responden 31 responden yang mengalami mujizat. Mujizat yang dimaksud bukanlah peristiwa yang besar dan ajaib, melainkan dalam arti yang sederhana misalnya suka cita dalam hidup sehari-hari, mengalami perubahan sikap dari yang tidak baik berubah menjadi lebih baik, mengalami kesembuhan atau sembuh dari sakit, semakin mencintai sesama dengan tulus, bebas dari kecelakaan dan bencana. Berikut ini adalah contoh pengalaman dari responden I V yang pernah mengalami mujizat:

...yang pertama kali, waktu istri saya melahirkan anak ke-3 itu seharusnya operasi, tapi selama 3 bulan terakhir, ternyata istri saya melahirkan dengan selamat tanpa operasi. Yang kedua saya berkali-kali mengalami musibah dalam pesawat terbang dan kecelakaan dengan mobil tetapi tetap selamat. Sekarang ke mana saja saya selalu membawa rosario dan berdoa jalan, entah di mobil, pesawat, kereta api lebih-lebih pada waktu saya sakit hepatitis dan akhirnya dokter mengatakan saya sembuh.

Melalui doa kepada bunda Maria dan melalui pengalaman-pengalaman kecil yang menghibur, menyembuhkan dan bahkan yang menyelamatkan, bagi mereka merupakan suatu mujizat yang mereka terima dari Allah. Kesederhanaan mereka menerima suatu mujizat melalui hal-hal yang kecil dan biasa menjadikan iman mereka juga semakin realis dan kontekstual.

b. Bentuk-bentuk devosi Maria yang dirasa membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman

Tabel 3. Bentuk-bentuk Devosi Maria (N=42)

No Pertanyaan Jawaban

(47)

Sering sekali 3 7,1

Sering 22 52,4

Kadang-kadang 7 16,7 4. Seringkah anda berdoa 5. Kapan anda menyediakan

waktu khusus untuk

Kadang-kadang 15 35,7 6 Apakah berdevosi kepada

Maria sering dilakukan 7 Apa bentuk devosi Maria

yang dirasa paling

Keistimewaan Maria, nyata dalam kehadirannya di dunia sebagai Bunda Allah. Umat kristiani mengimani keistimewaan itu sebagai dogma yang diajarkan oleh Gereja. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai keistimewaan Maria di dalam kehidupan umat kristiani, penulis mengadakan penelitian sederhana terhadap umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan-Yogyakarta. Berdasarkan data hasil penelitian yang dikumpulkan melalui angket dan wawancara, penulis menemukan data-data yang cukup memberikan gambaran tentang penghayatan iman umat terhadap Maria sebagai sosok orang kudus yang memiliki keistimewaan.

(48)

tidak pernah. Sedangkan dari hasil wawancara ada 2 orang yang menjawab sering sekali, 4 orang menjawab sering dan 1 orang menjawab tidak sering. Berdasarkan data di atas, penulis dapat memahami situasi kehidupan beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodingratan, terutama dalam penghayatan imannya pada Bunda Maria. Frekuensi umat dalam berdoa dengan perantaraan Bunda Maria cukup beragam. Artinya, umat sendiri sebagian besar memiliki sikap pada Bunda Maria seperti yang diharapkan oleh Gereja. Berdoa dengan perantaraan Bunda Maria merupakan bentuk penghargaan yang tinggi dari umat.

Meskipun demikian, tidak semua anggota umat berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. Dari 42 responden ada 10 orang yang mengatakan tidak pernah berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. Artinya, bagi mereka yang tidak pernah berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, ada beberapa kemungkinan alasan, misalnya seperti yang diungkapkan oleh responden I dan II yang diwawancarai. Mereka mengatakan:

Saya lebih enjoy berdoa dengan perantaraan Hati Kudus Yesus dari pada devosi pada Bunda Maria (Responden 1).

...pengalaman doa pribadi dengan keluarga saya yang beda agama (campur) membuat saya jarang untuk berdoa dengan perantaraan bunda Maria. Namun saya sendiri punya kerinduan untuk berdoa.... (Responden II)

(49)

yang berdoa dengan perantaraan Bunda Maria hanya pada bulan Mei dan Oktober, di mana bulan Mei dan Oktober merupakan kesempatan yang ditetapkan oleh Gereja sebagai bulan khusus devosi sekaligus penghormatan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan cukup akrab dengan kegiatan doa rosario.

Ini menunjukkan bahwa mereka memahami posisi Maria dalam Gereja. Hal ini nampak dalam tanggapan mereka ketika ditanya soal doa bersama di lingkungan. Hal ini semakin nyata dalam ungkapan responden III, yang mengatakan:

...sejak kecil saya sudah mengalami doa rosario bersama di lingkungan pada bulan Mei dan Oktober. Dari pengalaman itu, saya melihat umat di lingkungan ini cukup antusias dan itu sangat membantu dan mendukung perkembangan iman.

Tetapi ada juga yang memahami bahwa devosi kepada Bunda Maria hanya dilakukan oleh umat Kristiani pada bulan Mei dan Oktober saja. Hal ini diungkapkan oleh responden IV yang mengatakan:

“Devosi Maria itu...kan pada bulan Mei dan Oktober aja, ya udah toh, itu aja”. Berdoa dengan perantaraan Bunda Maria dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama.

(50)

...untuk doa pribadi dan doa lingkungan saya jarang melakukannya karena keluarga saya bukan keluarga Katolik yang utuh (campur),...situasi keluarga kurang mendukung....(Responden II)

...waktu tidak memungkinkan saya untuk ikut doa bersama di lingkungan, yang biasanya malam hari, karena fisik yang sudah tua ... (responen VII)

Berdoa, menurut hemat penulis bukan semata-mata pilihan, melainkan suatu aktivitas hidup seorang beriman di mana relasi antara dirinya dengan Allah dan sesamanya perlu seimbang. Begitupun dalam berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, kebersamaan menjadi sesuatu yang dapat menumbuhkan iman kepercayaan secara lebih mendalam. Memang tidak semua orang merasakan hal yang sama, tetapi belajar dari Yesus sendiri bahwa kebersamaan menjadi ciri khas putra-putri Allah yang sama-sama berjuang di dunia. Tetapi penulis sendiri tidak memaksakan bahwa yang baik adalah doa bersama dan kurang baik adalah doa pribadi.

(51)

mengajak seseorang untuk hening, diam dan hanya mendengarkan suara Allah. Jika ini telah dilakukan oleh umat maka doa rosario tidak akan jatuh pada suatu pengertian bahwa Bunda Maria adalah tujuan dari doa melainkan sebagai perantara doa.

c. Usaha-usaha yang dilakukan Umat dalam Membangun Kehidupan Berimannya Tabel 4. Usaha Konkret Umat (N=42)

No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah responden yang

Persekutuan 10 23,8

Litugi 9 21,4

Pelayanan 20 47,6

8 Bidang-bidang Usaha apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun

hidup beriman? Pewartaan 3 7,1

Jumlah 42 100 9 Kegiatan-kegiatan apa saja

yang dapat mendukung anda dalam membangun kesetian iman seperti yang diteladankan oleh Bunda

(52)

Ketika penulis bertanya kepada umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang bidang usaha Gereja yang sungguh mendukung dalam memperkembangkan kehidupan imannya, ada sekitar 10 orang menjawab bidang persekutuan, 9 orang menjawab bidang liturgi, 20 orang menjawab bidang pelayanan dan 3 orang menjawab bidang pewartaan. Berdasarkan data-data itu, penulis menafsirkan bahwa kekhasan dari umat di lingkungan ini adalah dalam hal pelayanan. Umat di lingkungan ini kebanyakan terbantu oleh bidang pelayanan. Memang perlu diakui bahwa masing lingkungan bahkan paroki, masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing-masing-masing. Dalam konteks ini, lingkungan Cokrodiningratan mempunyai kekuatan di bidang pelayanan. Dalam praktek hidup beriman, penulis melihat bahwa antar bidang usaha dengan kegiatan sepertinya kurang konsisten. Berdasarkan data diatas, ketika jemaat di lingkungan ini ditanya kegiatan yang dapat mendukung mereka dalam membangun kesetiaan iman seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria, dari 42 responden, ada 22 orang yang menjawab kegiatan doa, 13 orang yang lain menjawab perayaan Ekaristi, 3 orang yang lainnya lagi menjawab terlibat dalam koor lingkungan dan 4 orang yang lainnya menjawab dalam kegiatan kunjungan kepada orang sakit.

d. Faktor penghambat yang dihadapi umat dalam membangun kehidupan beriman

Tabel 5. Faktor Penghambat yang dihadapi Umat (N=42)

No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah responden yang menjawab

10 Apa faktor penghambat yang anda hadapi dalam rangka belajar dari

Kurang pengetahuan dan pemahaman tentang devosi Maria

(53)

Sarana yang kurang kesetiaan iman Maria

guna membangun kehidupan beriman?

Tidak disiplin waktu atau tidak konsisten

2 4,8

11 Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria

12 Bagaimana sikap anda dalam menghadapi

Dalam proses membangun kehidupan iman yang secara khusus penghayatan doa dengan perantaraan Maria, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tidak pernah lepas dari faktor penghambat. Adapun faktor-faktor penghambat yang kerap kali mereka hadapi antara lain pengetahuan yang kurang mendalam tentang devosi Maria, sarana dan prasarana yang kurang menunjang, kesempatan untuk berdoa (waktu), tempat Ziarah yang sulit dijangkau, sikap yang kurang disiplin (ketekunan berdoa).

(54)

yang kurang tentang devosi Maria. Umat yang lain menjawab, faktor penghambat yang kerap muncul adalah rasa malas yang muncul dalam diri sendiri. Selain itu ada juga responden yang menjawab bahwa devosi Maria kini mulai salah kaprah. Berikut ini adalah ungkapan dari seorang responden yang diwawancarai peneliti:

...Saya sudah tidak respek lagi pada ziarah karena ziarah sekarang terlalu ramai sehingga sulit berkonsentrasi. Umat terlalu mementingkan rekreasinya. (Responden I)

Selain alasan di atas, ada alasan lain yang terungkap dari responden yang diwawancarai sehubungan dengan hal-hal yang menghambat perkembangan iman seseorang. Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan Responden II:

Dari diri saya sendiri sebenarnya tidak ada kendala untuk urusan Gereja. Saya merasa harus terlibat hanya saja lingkungan dan keluarga yang kurang mendukung...ketika saya terlibat banyak di Gereja, suami saya yang bukan Katolik kadang kurang mempercayai, dengan kegiatan di Gereja. Ia sering bertanya kegiatan-kegiatan apa aja kok menyita waktu yang banyak. Dan di lingkungan sendiri ketika saya terlibat di paroki, selalu timbul opini-opini anggapan-anggapan bahwa saya ada tertarik dengan romo paroki atu cari muka pada orang-orang di gereja, padahal sungguh-sungguh saya lakukan itu dengan tulus dan iklas karena memang itulah kemampuan saya dan saya tidak ingin dipuji dan hanya itu yang yang bisa saya lakukan.

Situasi ini seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Di mana umat Kristiani sudah merasa tidak tahu ditambah tidak ada dukungan yang positif lagi dari orang-orang di sekitarnya. Perlu ada suatu gerakan dari pihak Gereja untuk membantu umat di lingkungan ini, terutama para keluarga yang perkawinannya campur. Penulis merasa tergugah ketika membaca jawaban angket dan sharing dari para responden yang diwawancarai. Umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan kurang mendapat pembekalan berupa pengetahuan dan ajaran iman, terutama tentang Maria dan berbagai kegiatan gerejani lainnya.

(55)

di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ditanya mengenai persoalan yang kerap kali dihadapi dalam rangka menumbuhkan kehidupan iman, dalam hal tentang iman Maria, sekitar 50 % dari responden yang mengisi angket menjawab malas. Rasa malas memang cenderung menjadi persoalan masing-masing pribadi manusia yang hendak menjalin komunikasi dengan Allah. Persoalan malas ini memang tidak ada solusinya kecuali umat sendiri secara pribadi mengalahkan rasa malas itu dengan cara berusaha rajin dan disiplin dalam berdoa, terutama ketika berdoa dengan perantaraan Maria. Rasa malas itu juga tidak bisa lepas dari segala persoalan hidup pribadi umat. Persoalan pribadi itu dapat berupa persoalan ekonomi keluarga, relasi, pekerjaan dan lain-lain.

Berikut ini hasil wawancara penulis dengan beberapa responden. Mereka mengatakan alasan yang berbeda-beda: seperti yang diungkapkan oleh responden I, III dan VI yang diwawancarai. Mereka mengatakan:

...devosi itukan bermacam-macam. Kalau di tingkat lingkungan saya tidak mengalami banyak kesulitan tetapi untuk yang khusus ziarah itu loh...mengingat biaya...yang tidak sedikit, transportasi, waktu..dan banyaklah...sehingga saya tidak sempat untuk ziarah. (Responden I)

Dari pribadi saya sebelum devosi kalau kita udah emosi saya merasa saya kurang pantas menghadap bunda Maria. (Responden III)

...Kadang-kadang ada rasa bosan karena doa kita tidak dikabulkan, sering memohon dan tidak dikabulkan. Kadang-kala kita menyalahkan Tuhan dan bunda Maria.... ( Responden VI)

(56)

penghayatan hidup beriman akan nyata. Menurut hemat penulis, sebenarnya umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan cukup mampu untuk mengembangkan imannya masing-masing tetapi dalam kenyataannya mereka masih perlu mendapat pendampingan dari orang-orang yang berkompeten di bidang agama.

Salah satu yang mencoba diusulkan oleh penulis adalah mengajak umat di lingkungan ini untuk belajar mengenal dan memahami Maria sang teladan dalam iman. Kesetiaan iman Maria pada Allah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi di mana dengan tindakan-tindakan yang sederhana umat dapat semakin dekat dengan Allah Bapa.

2. Kesimpulan Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan masih memiliki gairah untuk semakin tumbuh dan berkembang dalam hal iman. Meskipun demikian umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodingratan masih perlu belajar lebih dalam mengenai Maria. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa umat di lingkungan itu telah mampu memahami Maria sebagai teladan dalam kesetiaan iman. Dan, berdasarkan ungkapan pengalaman hidup sehari-hari, mereka memaknai kesetiaan Maria sebagai Ibu, bunda, penolong, sahabat dan pengantara doa. Tetapi, ungkapan ini terkesan baru sebatas hafalan karena ketika diminta untuk mempertanggungjawabkan ungkapannya itu mereka masih kesulitan untuk merumuskan ide dan gagasannya sendiri.

(57)

Maria yang radikal adalah iman yang penuh dengan kepercayaan dan pengharapan. Imannya adalah tunduk dan percaya sepenuhnya kepada Allah.

Iman Maria adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah hati dan penuh rindu akan kehendak Allah. Oleh karena alasan inilah penulis merasa perlu untuk mengajak mereka belajar lebih dalam tentang Maria sesuai dengan yang diajarkan oleh Gereja sendiri sehingga iman mereka semakin dewasa pula. Tidak bisa dipungkiri bahwa umat di lingkungan ini cukup memiliki semangat untuk terus menerus memperkembangkan imannya. Hal ini nampak pada usaha-usaha yang dilakukan dalam membangun kehidupan berimannya. Menyempatkan waktu berdoa baik pribadi maupun bersama-sama, terlibat dalam berbagai kegiatan baik di lingkungan maupun di paroki serta turut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat merupakan usaha-usaha yang konkret dan sederhana. Usaha yang konkret dan sederhana bukan berarti proses perkembangan hidup mereka berjalan lancar dan mulus.

Banyak kendala yang harus mereka hadapi, misalnya kendala yang datang dari masing-masing pribadi umat: kedisiplinan, ketekunan dan kesungguhan dalam berdoa, kesehatan fisik, materi; kendala dari keluarga yang kurang mendukung serta kendala yang menyangkut sarana dan prasarana pendukung. Tetapi hal ini dapat di atasi berkat kerjasama di antara anggota umat dan Gereja sendiri. Gereja sendiri telah memfasilitasi umat agar dapat berkembang lebih baik dalam hal iman.

(58)

bentuk-bentuk devosi yang dimaksud adalah antara lain: ziarah, doa rosario dan novena kepada bunda Maria.

Bentuk-bentuk devosi yang mereka lakukan sedikit demi sedikit telah membawa mereka pada pengenalan akan Maria secara lebih mendalam. Tidak sedikit umat yang sangat terbantu oleh perantaraan Santa Perawan Maria. Berbagai mujizat-mujizat kecil pernah mereka rasakan. Karena masih dalam proses, maka mereka tidak bisa langsung berkembang hebat sekali tetapi masih tetap harus didampingi dan dibina sehingga akhirnya memiliki hidup beriman yang berkualitas.

Proses pendampingan dan pembinaan yang dapat dilakukan dalam situasi umat di lingkungan st. Ignatius Loyola Cokrodiningratan lebih diarahkan pada usaha memperdalam pemahaman tentang Maria yang sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.

Hal ini dilakukan agar umat semakin mampu memaknai kesetiaan iman Maria sebagai sumber inspirasi bagi usaha memperkembangkan kualitas kehidupan beriman sehingga penghayatan imannya semakin mendalam dan dewasa. Pemaparan ini lebih bersifat membantu umat agar pengetahuannya tentang Maria semakin mendalam sehingga pemaknaannyapun semakin memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan iman umat sendiri. Tentu saja usaha ini perlu didukung oleh semua pihak, baik para pemimpin Gereja, Katekis dan umat sendiri.

(59)

BAB III

PANDANGAN GEREJA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA

Untuk menggali pemahaman dan makna kesetiaan iman Maria sehingga

penulis dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan dalam

meningkatkan kualitas hidup berimannya, pada bab ketiga ini akan dibahas mengenai

peranan Maria dalam karya keselamatan Allah, keistimewaan Maria dalam Gereja

dan relevansi keteladanan kesetiaan iman Maria dalam situasi hidup umat Kristiani

zaman sekarang. Ketiga sub bab ini akan diperdalam dengan beberapa teori, ajaran

dan keyakinan Gereja yang sampai sejauh ini masih diyakini. Selain dari dokumen

Gereja, penulis juga mengambil referensi dari pemikiran beberapa teolog dan

mariolog yang cukup terkenal dalam Gereja Katolik. Misalnya Pater Tom Jacob SJ,

Pater E. Eddy Kristiyanto OFM, Pater C. Groonen OFM dan lain-lain. Untuk

semakin memperjelas isi dari bab ketiga, berikut ini adalah uraiannya:

A. Maria bagi Umat Kristiani

Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang dapat membantu umat dalam mengenal

dan memahami siapa Maria. Pater E. Eddy Kristiyanto OFM, dalam bukunya yang

berjudul ”Maria dalam Gereja” memaparkan ketiga hal itu, yakni gambaran Maria,

Maria Typus Gereja dan Maria: Advocata, Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix.

1. Gambaran Maria

Gereja menggambarkan Maria sebagai Hawa yang baru, hamba Tuhan yang

miskin, hina dina dan Putri Sion. Gambaran Maria sebagai Hawa yang baru, Pater

Gambar

Tabel I. Variabel Penelitian  Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St.
Tabel 2.  Pemahaman dan Pemaknaan Umat tentang Maria (N=42)
Tabel  3. Bentuk-bentuk Devosi Maria (N=42)
Tabel 4. Usaha Konkret Umat (N=42)
+2

Referensi

Dokumen terkait

32 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Giving Question and Getting Answer terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan makanan di

Bila ada produk baru yang ditawarkan oleh TELA KREZZ, Anda berminat membeli.

Penelitian sebelumnya yang dilak.ukan oleh mahasiswa teknik manufak.tur meneliti tentang kuat arus, durasi pulsa dan wak.tu pemesinan terhadap laju pemakanan material

Sebagai akibatnya unsur-unsur yang tadinya tidak tersedia seperti N, P, K, dan Mg menjadi tersedia bagi tanaman Sejalan dengan gypsum, pemberian pupuk kandang yang mengandung

Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari ( s° ) sebesar 18° di bawah horizon Timur atau disebut dengan "astronomical twilight" sampai sebelum terbit

digunakan sebagai media pembelajaran. Flip book ini bisa digunakan secara individu maupun kelompok. Seperti halnya media pembelajaran lainnya, flip book mempunyai

(1) Agar setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan pengolahan dan atau