• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap konsumen produk Tela Krezz : studi kasus Tela Krezz, Jl. Bugisan 34, Patangpuluhan Wirobrajan, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap konsumen produk Tela Krezz : studi kasus Tela Krezz, Jl. Bugisan 34, Patangpuluhan Wirobrajan, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh : LITA HENDRIYANI

NIM : 052214149

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)

Orang terkuat, bukan mereka yang selalu menang…..

Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh…..

Berdoa, belajar, dan berjuanglah untuk meraih sukses yang kamu inginkan…

Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik; dan

bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa

yang diinginkan hatimu..

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya dan

Ia akan bertindak”

(Mazmur 37: 3-5)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Sikap Konsumen Produk Tela Krezz”. Studi kasus pada TELA KREZZ di Jln.Bugisan, No.34 Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan pihak lain yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan sampai penulisan skripsi ini dapat teselesaikan. Maka, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt. Q.I.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A. Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Marianus Moktar Modesir, M.M.selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S. selaku Dosen Tamu yang telah membantu penulis

(10)

yang telah membantu penulis selama penulis menempuh kuliah.

8. Firmansyah Budi Prasetyo S.H selaku Pimpinan Tela Krezz dan staf Tela Krezz, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Manager Divisi Tela Krezz Siti Rokhani, A.Md, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang Tela Krezz.

10. Kedua orang tua ku tercinta Ibu dan Papa ku yang selalu mendoakanku, membimbingku, tak pernah berhenti memberikan kasih sayang nya untuk aku selama ini, dan memberikan aku perjalanan hidup yang paling berharga di dunia ini.

11. Adikku Stevanus Yuda H. yang telah memberikan semangat, menemaniku serta menghiburku dalam keseharianku..”Semoga Yuda bisa lebih baik daripada mbak Lita”

12.My Soul “Laurensius Pujo Kristianto” yang selalu mendoakanku, mendampingiku memberikan nasehat, dukungan, cinta, kasih sayang, pengertian, penyejuk jiwaku dan mengajariku kesabaran, walau kadang kau membuat hatiku menangis. Makasih karena aku menjadi pilihan hatimu

.

“You are spirit of my life. I will always love you”
(11)
(12)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Sistematika Penelitian... 7

(13)

E. Minat Beli Konsumen ... 44

F. Kerangka Konseptual ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 49

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 49

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 50

E. Jenis Data ... 51

F. Teknik Pengukuran Data ... 53

G. Variabel Operasional ... 53

H. Definisi Operasional ... 54

I. Teknik Pengujian Instrumen... 57

J. Teknik Analisis Data... 59

K. Pengujian Hipotesis ... 66

BAB IV GAMBARAN UMUM TELA KREZZ A. Sejarah Singkat Tela Krezz... 68

B. Visi dan Misi ... 69

C. Struktur Organisasi ... 70

(14)

H. Agen ... 74

I. Piagam Penghargaan ... 75

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Sistem Waralaba Tela Krezz... 76

B. Identitas Responden ... 91

C. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 95

D. Analisis Data ... 97

1. Uji Asumsi Klasik... 98

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 101

3. Analisis Regresi Linier Sederhana... 102

E. Pembahasan... 103

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 108

B. Saran... 109

C. Keterbatasan... 110

D. Implikasi Pada Penelitian Selanjutnya ... 110

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel V.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

Tabel V.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 91

Tabel V.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir. ... 92

Tabel V.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 92

Tabel V.5. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan per Bulan. ... 93

Tabel V.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 94

Tabel V.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 96

Tabel V.8. Uji Asumsi Klasik Multikolonieritas ... 97

Tabel V.9. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi ... 99

Tabel V.10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda...100

(16)

Gambar III.1.Uji t dua sisi... 64

Gambar IV.1 Struktur Organisai Tela Krezz ... 68

Gambar IV.2 Outlet Tela Krezz tampak depan... 70

Gambar IV.3 Outlet Tela Krezz tampak belakang... 71

Gambar V.1 Penyebaran Outlet Tela Krezz... 79

Gambar V.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Heteroskedatisitas ... 98

Gambar V.2. Hasil Uji Asumsi Normalitas Hitogram ... 98

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian serta perkembangan bisnis yang semakin

ketat membawa pengaruh yang sangat pesat terhadap persaingan dunia usaha

dalam merebut pangsa pasar dari hasil produknya serta minat konsumen akan

produk yang dijual. Pada saat ini bisnis yang sedang menunjukkan peningkatan

trend baik di kalangan para businessman atau orang awam adalah bisnis

franchise. Bisnis usaha waralaba tersebut diantarnya TELA KREZ, TELA-TELA,

TELA-TELA 77, LUCKY CREPES, P-MAN, KEBAB TURKY dll. Penelitian

ini akan menganalisis lebih lanjut tentang fenomena lokal dalam bisnis waralaba

yaitu TELA KREZZ yang menjual produknya berbahan baku singkong. TELA

KREZZ menunjukkan perkembangan bisnis yang cukup pesat, hal itulah yang

mendorong penulis untuk lebih mengetahui tentang bentuk-bentuk sistem

waralaba TELA KREZZ, apakah ada pengaruh antara Bauran Pemasaran terhadap

sikap konsumen produk TELA KREZZ, serta apakah ada pengaruh antara sikap

konsumen terhadap produk Tela Krezz terhadap minat beli konsumen.

Umumnya ketika orang mendengar kata singkong, pasti dibenaknya hanya

sekedar singkong rebus, goreng, bakar atau keripik singkong. Fenomena bisnis

(18)

dulu hanya sebagai makanan camilan orang kecil tetapi sekarang sudah menjadi

komoditi bisnis yang sangat menggiurkan dengan memilih bahan yang

berkualitas, rasa yang beraneka ragam, serta harga yang terjangkau bagi semua

kalangan konsumen, sehingga usaha singkong tersebut menjadi makanan camilan

kegemaran para konsumen. Melihat keadaan di kota Yogyakarta, mulai dari

keinginan konsumen terhadap makanan camilan yang cukup tinggi, mudahnya

mendapatkan bahan baku, masih sedikit penjual makanan camilan yang kuat dan

sejenis, maka TELA KREZZ menjadikannya sebagai peluang yang baik untuk

mengembangkan bisnisnya.

Secara umum waralaba dapat diartikan sebagai suatu sistem pemasaran

yang vertikal, dimana franchisor akan memberikan pedoman kepada franchisee

mengenai sistem bisnis seutuhnya, mulai dari penggunaan merek dan ciri khas

usaha, strategi pemasaran, serta sistem administrasi dan manajemennya. Seluruh

konsep tersebut dijual (dipasarkan) melalui suatu lisensi, maka banyak orang

yang banting stir menjadi pengusaha waralaba karena kemungkinan resiko

kegagalan usahanya kecil.

Iklim persaingan di bisnis waralaba yang semakin ketat menuntut para

pelaku bisnis tersebut untuk bisa memilih dan menerapkan strategi pemasaran

yang tepat, karena hal tersebut menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat

bersaing dan mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu strategi yang

(19)

melakukan pembelian dan memuaskan konsumen adalah Bauran Pemasaran.

Variabel-variabel dalam Bauran Pemasaran antara lain Product, Price, Place, dan

Promotion (4P). Unsur-unsur Bauran Pemasaran sangat berkaitan erat satu sama

lain, oleh karena itu perusahaan dapat mengkombinasikan dengan tepat dalam

pelaksanaannya (Kotler, 1997: 82). Melihat latar belakang masalah yang ada

maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP SIKAP KONSUMEN

PRODUK TELA KREZZ”. Studi kasus pada TELA KREZZ di Jln.Bugisan,

No.34 Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta.

B. Batasan Masalah :

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan terfokus

maka ada batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Kantor pusat TELA KREZZ di Jln.Bugisan, No.34 Patangpuluhan,

Wirobrajan, Yogyakarta.

2. Sistem waralaba yang dibahas mengenai :

a. Model pengelolaan.

b. Sistem pengembangan usaha

c. Model investasi.

(20)

e. Kekurangan dan kelebihan Tela Krezz menjalankan usaha dengan sistem

waralaba.

3. Variabel strategi pemasaran yang dibahas adalah Bauran Pemasaran yaitu :

a. Kebijakan produk : kualitas produk, kemasan produk, kreatifitas, inovasi

produk dan pelayanan yang ramah.

b. Kebijakan Harga : kesesuaian harga dengan kualitas, harga mudah

dijangkau, dan kejelasan tentang informasi harga.

c. Kebijakan Promosi : kejelasan tentang informasi melalui iklan,

kemudahan memperoleh informasi produk, serta nama produk yang

menarik.

d. Kebijakan Distribusi : lokasi yang strategis dan mudah dijangkau,

penataan outlet yang menarik, jaringan distribusi yang luas, kebersihan

outlet, serta fasilitas yang disediakan.

4. Konsumen yang diteliti adalah masyarakat umum di wilayah Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem waralaba TELA KREZZ mengenai :

a. Model pengelolaan.

(21)

c. Model investasi.

d. Sistem franchisee fee.

e. Kekurangan dan kelebihan Tela Krezz menjalankan usaha dengan sistem

waralaba.

2. Apakah produk, harga, promosi dan distribusi berpengaruh terhadap sikap

konsumen terhadap produk Tela Krezz?

3. Apakah sikap konsumen terhadap produk Tela Krezz berpengaruh positif

terhadap minat beli konsumen?

D. Tujuan Penelitian :

1. Untuk mengetahui sistem waralaba TELA KREZZ mengenai :

a. Model pengelolaan.

b. Sistem pengembangan usaha

c. Model investasi.

d. Sistem franchisee fee nya.

e. Kekurangan dan kelebihan Tela Krezz menjalankan usaha dengan sistem

waralaba.

2. Untuk mengetahui produk, harga, promosi dan distribusi berpengaruh terhadap

sikap konsumen terhadap produk Tela Krezz.

3. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk Tela Krezz berpengaruh

(22)

E. Manfaat Penelitian :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada perusahaan agar

perusahaan bisa terus mengembangkan bisnisnya melalui usaha singkong

yang sekarang mempunyai nilai tambah lebih, setelah mengetahui keunggulan

tiap variabel Bauran Pemasaran.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan wawasan, dan

informasi bagi masyarakat bahwa bisnis waralaba lokal bisa bersaing dengan

waralaba luar, sehingga masyarakat tidak perlu takut dalam berbisnis

waralaba karena bisnis waralaba memberikan pedoman kepada franchisee

mengenai sistem bisnis seutuhnya, mulai dari penggunaan merek dan ciri khas

usaha, strategi pemasaran, serta sistem administrasi dan manajemennya.

3. Bagi Penulis

Dengan hasil penelitian ini dapat memperoleh pengetahuan tentang

bagaimana konsep bisnis waralaba serta menerapkan pengetahuan yang

diperoleh selama ini untuk memecahkan persoalan-persoalan yang nyata di

lapangan.

F.Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

(23)

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang digunakan sebagai acuan untuk menjawab

permasalahan yang di tulis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, waktu

dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM TELA KREZZ

Bab ini berisi gambaran umum perusahaan yaitu sejarah, struktur organisasi,

lokasi outlet, produk-produk, outlet, mitra, agen, dan piagam penghargaan.

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi sistem bisnis waralaba Tela Krezz, pengujian instrumen (uji

validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda,

analisis regresi linier sederhana dan pembahasan.

BAB VI : KESIMPULAN,SARAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan perumusan masalah, saran

(24)

Bab ini akan membahas atau menguraikan beberapa teori yang mendukung penelitian

ini. Bab yang akan dibahahas meliputi :

A. Bisnis Waralaba

1. Pengertian Bisnis Waralaba

Waralaba dalam dunia bisnis terkenal dengan istilah “franchise”,

yaitu pengaturan bisnis dengan sistem pemberian hak pemakaian nama

dagang pemberian sebuah lisensi usaha oleh pewaralaba (franchisor) kepada

pihak independent atau terwaralaba (franchisee) untuk menjual produk atau

jasa sesuai dengan standardisasi kesepakatan untuk membuka usaha dengan

menggunakan merek dagang/ nama dagang.

2. Perkembangan Bisnis Waralaba di Indonesia

Di Indonesia, waralaba mulai berkembang pada tahun 1950-an dengan

munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi atau menjadi

agen tunggal pemilik merek. Perkembangan sektor bisnis waralaba di

Indonesia menunjukkan sebuah peluang bagus yang bisa menarik banyak

orang dari berbagai latar belakang untuk terlibat didalamnya. Orang-orang

melihat bahwa usaha waralaba adalah salah satu jalan alternatif bisnis yang

(25)

resiko kerugian investasi dapat diturunkan menjadi sekitar 15% saja. Sejauh

ini terdapat sekitar 270 usaha waralaba asing dan lebih dari 50 usaha waralaba

lokal di Indonesia.

Waralaba asing seperti Mc Donald’s, dan KFC memang masih

mendominasi pasar untuk tingkat usaha waralaba dengan modal besar, tetapi

untuk pewaralaba lokal mereka berani untuk unjuk gigi karena mereka banyak

bermain dengan modal kecil. Dominasi waralaba asing di Indonesia memang

masih lebih banyak daripada waralaba lokal, selain memiliki pengalaman

lebih lama di bisnis ini, serta memiliki nilai jual lebih baik di mata konsumen.

3. Hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bisnis waralaba

Supaya berhasil dalam berbisnis waralaba maka pengusaha perlu

memprhatikan beberapa hal utama yaitu :

a. Kepekaan terhadap pengembangan usaha seperti pemilihan lokasi,

keunikan usaha, dan kecermatan memanfaatkan celah yang

menguntungkan dari selera dan kebutuhan konsumen.

b. Nama tempat usaha ataupun nama jenis makanan hendaknya harus mudah

diingat konsumen, karena dengan nama mudah diingat akan memberikan

(26)

4. Kelebihan Bisnis Waralaba

Semua konsep bisnis pasti menawarkan kelebihannya masing-masing tetapi

tidak ada bisnis yang tanpa resiko, semua bisnis pasti ada resikonya seperti

kemungkinan gagal menciptakan produk, gagal menggaet pelanggan, gagal

manajemen usaha, dan yang terbesar adalah gagal yang menyebabkan

kerugian modal investasi.

Beberapa kelebihan bisnis waralaba yaitu :

a) Risiko kerugian usaha lebih kecil

Bisnis waralaba meminimalisir kemungkinan kerugian yang akan diderita

karena terwaralaba (franchisee) memulai usaha bisnis dengan sistem yang

teruji bagus. Risiko gagal di bisnis waralaba bisa diturunkan hingga 85%.

Pengalaman bertahun-tahun yang dimiliki para pewaralaba (franchisor)

membuat mereka teruji dan bisa membaca serta mampu mengantisipasi

jebakan yang akan dihadapi terwaralaba.

b) Tidak dibutuhkan pengalaman khusus dari terwaralaba

Pihak terwaralaba akan dilatih menjalankan usaha tersebut. Semua aspek

usaha yang menyangkut bisnis akan dipelajari oleh terwaralaba. Biasanya

perusahaan pewaralaba memiliki sistem pemasaran berkala, mereka akan

(27)

c) Memiliki hak usaha penuh

Pihak terwaralaba memiliki hak atas beberapa aspek dari pihak

pewaralaba, termasuk nama, merek dagang, rahasia bisnis, serta proses

formula, dan resep milik pewaralaba, tetapi terwaralaba harus membayar

franchisee fee untuk membeli lisensi serta membayar royalti dari

presentase penjualan tiap bulan yang biasanya sebesar 5-8%. Pihak

terwaralaba memiliki kekuatan untuk bisa menggunakan nama dan merek

dari perusahaan pewaralaba.

d) Mendapatkan keuntungan dari program riset dan pengembangan yang

dilakukan perusahaan

Perusahaan waralaba biasanya memiliki departemen khusus yang

menangani riset pengembangan usaha yang dilakukan terus menerus untuk

memperbaiki bisnis agar tetap kompetitif. Terwaralaba adalah bagian dari

perusahaan waralaba yang memiliki keuntungan tersendiri karena tidak

perlu melakukan riset untuk mengembangkan bisnis.

e) Mendapatkan keuntungan dari promosi

Iklan dan semua jenis program promosi oleh perusahaan memberikan

keuntungan lain bagi terwaralaba. Umumnya perusahaan pewaralaba

(28)

5. Pembiayaan sebuah Waralaba

Menurut International Franchise Association, biaya memulai sebuah

waralaba bisa serendah Rp 8.000.000,00 atau bahkan bisa setinggi Rp

5.000.000.000,00 tetapi untuk waralaba lokal di Indonesia franchisee fee nya

berkisar antara Rp 2.000.000,00 sampai Rp 400.000.000,00. Biaya ini

biasanya mencakup initial fee, renovasi, supply dan inventory, deposit, biaya

sebelum memulai bisnis, biaya pelatihan dan modal kerja. Biaya lain yang

akan muncul kemudian adalah royalti yang besarnya antara 2-15% dari

penjualan.

6. Hal yang harus dipertimbangkan franchisee dalam memilih franchisor

Hal yang harus dipertimbangkan franchisee dalam memilih franchisor adalah:

a) Mendapatkan informasi yang banyak mengenai perusahaan pewaralaba.

Terwaralaba membutuhkan informasi lebih banyak tentang outlet mereka

yang berkembang bagus dan berapa pula outlet yang tidak berkembang,

penglaman mereka membangun usaha tersebut.

b) Melihat terlebih dahulu produk dan sistem pengembangan usahanya

Terwaralaba harus melihat rencana pengembangkan usahanya, apakah ada

rencana jangka panjang yang memberikan kontribusi bagus bagi outlet

anda atau tidak sama sekali. Perdalam apa saja pelatihan yang ditawarkan

(29)

sistem pembagian hasil. Terwaralaba harus memperhitungkan timbal balik

dari investasi dan return-nya.

c) Memilih bisnis waralaba yang diminati

Bekerja dan berbisnis dalam bidang yang diminati akan membuat

terwaralaba lebih enjoy dalam berusaha. Jika terwaralaba tidak menyukai

bidangnya cenderung bekerja setengah hati, hal tersebut berakibat buruk

terhadap hasil usaha. Jika terwaralaba menyenangi usahanya, walaupun

misalnya belum menguasai teknik operasionalnya, hal tersebut tidak

menjadi masalah, sejauh konsep bisnis yang ditawarkan berikut proyeksi

keuntungannya mudah dipahami walaupun terwaralaba minim

pengalaman.

d) Memastikan bahwa pewaralaba telah mempunyai strategi pemasaran yang

solid

Adanya promosi, iklan, riset dan pengembangan serta pelatihan yang

kontinyu sangat penting agar terwaralaba tetap kompetitif. Kontrol

kualitas dan servis sangat multak diperlukan untuk membantu

mempertahankan standard an tingkat keuntungan.

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam konsep usaha yaitu

jenis usaha waralaba yang dipilih, pelatihan/ pendidikan khusus yang

diberikan pewaralaba, jumlah karyawan yang dimiliki, suplai produk

(30)

memulai usaha tersebut, tingkat pertumbuhan yang bagus dalam hal

jumlah unit yang dibutuhkan setiap tahunnya, tingkat keuntungan dan

kondisi keuangan perusahaan, cakupan jaringan waralaba selama ini,

lokasi yang ditawarkan, serta dukungan operasional yang

berkesinambungan.

B. Strategi

Strategi merupakan suatu ilmu yang relatif baru, banyak konsep dan teori

dalam ilmu ini berasal dari strategi militer. Strategi dapat didefinisikan sebagai

suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang dihubungkan dengan

keunggulan-keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang

dihadapi kesemuanya menjamin agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Beberapa

definisi strategi antara lain:

Menurut Mulyadi (2007:434)

Strategi adalah pola pengerahan dan pengarahan seluruh sumber daya

perusahaan untuk perwujudan visi dan misis perusahaan.

Menurut Boyd, Orville dan Jean (1997:29)

Strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang direncanakan

pengerahan sumber daya, dan interaksi dan organisasi dengan pasar, pesaing,

(31)

C. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran Pemasaran merupakan inti dari strategi pemasaran yang mengarahkan

kegiatan pemasaran kepada tujuan akhir perusahaan. Bauran Pemasaran ini

diterapkan dalam kegiatan pemasaran pada hampir semua jenis perusahaan yang

tujuan akhirnya mempengaruhi kinerja dan tujuan pemasaran perusahaan secara

keseluruhan. Bauran pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk menentukan

positioning yang kuat dalam pasar sasaran.

1. Produk (Product)

Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan dengan merupakan titik

kemungkinan keberhasilan, kegagalan, kombinasi, kebijakan pemasaran

secara keseluruhan dalam hal pengembangan produk baru, penyesuaian

produk, merek serta kemasan. Beberapa definisi produk antara lain :

Menurut Kotler dan Amstrong (2006:266)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar

menarik perhatian, penggunaan, atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

Menurut Kotler dan Keller (2006:344)

Product is anything that can be offered to a market, to satisfy a want

or need. Product that are marketed indude physical goods, services,

(32)

a. Tingkat produk

Dalam merencanakan penawaran pasarnya, pemasar harus

mempertimbangkan lima tingkat produk. Setiap tingkatan produk

menambah nilai konsumen dan kelimanya merupakan hierarki nilai

konsumen.

1) Tingkat yang paling dasar adalah manfaat inti (core benefit), yaitu

manfaat atau layanan dasar yang konsumen.

2) Tingkat kedua pemasar harus dapat mengubah manfaat inti menjadi

produk dasar (basic product).

3) Tingkat ketiga, pemasar menyiapkan produk yang diharapkan

(expected product), yaitu perlengkapan dan kondisi tertentu yang

biasanya diharapkan oleh pembeli tersebut.

4) Tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk bernilai tambah

(augmented product) yang melebihi harapan konsumen.

5) Tingkat kelima adalah produk potensial (potensial product) yang

merupakan semua augmentasi dan transformasi yang mungkin dijalani

oleh produk atau penawaran tersebut di masa mendatang.

b. Klasifikasi produk

Berdasarkan konsumen yang menggunakannya, produk dibedakan

menjadi dua kategori yaitu :

(33)

Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh masyarakat untuk

dipakai sendiri atau dikonsumsi sendiri guna memenuhi kebutuhannya

sehari-hari. Menurut Kotler (2005:87) bahwa barang konsumen atau

barang konsumsi ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a) Barang Konvenien (Convenience Goods) adalah barang-barang

yang sering, cepat, dan mudah dibeli oleh konsumen. Convenience

Goods selanjutnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu staple goods

adalah barang-barang yang konsumen beli secara teratur, impulse

goods adalah barang yang dibeli karena keinginan tiba-tiba tanpa

ada rencana atau mencari sebelumnya, dan emergency goods

adalah barang yang dibeli karena kebutuhan yang mendesak

b) Barang Shopping (Shopping Goods) adalah barang-barang yang

biasanya dalam proses pemilihan dan pembelian, dibandingkan

oleh konsumen berdasarkan kecocokan, mutu, harga, dan gaya.

c) Barang Spesial/Mewah (Specialty Goods) adalah produk dan jasa

konsumen yang mempunyai karakteristik dan identifikasi merek

yang unik sehingga kelompok pembeli yang cukup signifikan

bersedia melakukan usaha pembelian yang khusus.

d) Barang yang tidak dicari (Unsought Product) adalah produk

(34)

mengetahuinya biasanya tidak terpikirkan untuk membeli produk

tersebut.

2) Barang Industrial

Barang industrial adalah barang yang memiliki sifat yang berbeda

dengan barang konsumsi.

Tiga kategori produk dan jasa industri adalah :

a) Bahan baku dan suku cadang meliputi bahan mentah dan bahan

serta suku cadang buatan pabrik.

b) Barang modal adalah produk industri yang membantu produksi

atau operasi pembeli yang meliputi pemasangan dan peralatan

asesori.

c) Perlengkapan dan jasa meliputi perlengkapan operasional dan

barang-barang untuk perbaikan dan pemeliharaan.

c. Strategi Produk

Secara garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis

yaitu:

1) Strategi Positioning Produk

Pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning, yaitu:

a) Positioning berdasarkan atribut, cirri-ciri atau manfaat bagi

(35)

dengan atribut tertentu, karakteristik khusus, atau dengan manfaat

dari pelanggan.

b) Positioning berdasarkan harga dan kualitas yaitu positioning yang

berusaha menciptakan kesan/citra berkualitas tinggi lewat harga

tinggi lewat harga tinggi atau sebaliknya menekankan harga murah

sebagai indicator nilai.

c) Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi.

d) Positioning berdasarkan pemakaian produk, yaitu mengaitkan

produk dengan kepribadian atau tipe pemakai.

e) Positioning berdasarkan kelas produk tertentu.

f) Positioning berkenaan dengan pesaing yaitu dikaitkan dengan

posisi persaingan lembaga pesaing utama.

g) Positioning berdasarkan manfaat.

2) Strategi Repositioning Produk

Strategi ini dibutuhkan apabila terjadi salah satu dari empat

kemungkinan yaitu :

a) Ada pesaing yang masuk dan produknya diposisikan

berdampingan dengan merek perusahaan, sehingga membawa

dampak buruk terhadap pangsa pasar perusahaan.

(36)

c) Dikemukakan kelompok preferensi pelanggan baru, yang diikuti

dengan peluang yang menjanjikan.

d) Terjadi kesalahan dalam positioning sebelumnya.

3) Strategi Overlap Produk

Tujuan penetapan strategi ini adalah :

a) Untuk menarik lebih banyak pelanggan pada produk sehingga

meningkatkan pasar keseluruhan.

b) Agar dapat bekerja pada kapasitas penuh.

c) Untuk menjual kepada para pesaing, sehingga dapat

merealisasikan skala ekonomis dan pengurangan biaya.

4) Strategi Lingkup Produk

Strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatu

perusahaan yang bertujuan antara lain :

a) Strategi Produk Tunggal

Untuk meningkatkan skala ekonomis, efisiensi, dan daya saing

dengan jalan melakukan spesialisasi dalam satu lini produk saja.

b) Strategi Multi Produk

Untuk mengantisipasi risiko keusangan potensial suatu produk

tunggal dengan menambahkan beberapa produk lain.

5) Strategi Desain Produk

(37)

a) Produk Standar

Untuk meningkatkan skala ekonomis perusahaan melalui produksi

massa.

b) Customized Product

Untuk bersaing dengan produsen produksi massa melalui

fleksibilitas desain produk.

c) Produk Standar dengan Modifikasi

d) Untuk mengkombinasikan manfaat dari strategi Produk Standar

dan strategi Customized Product.

6) Strategi pengembangan produk baru

Tahap-tahap dalam pengembangan produk baru adalah :

a) Penggalian ide

Sumber utama ide produk baru meliputi sumber internal,

pelanggan, pesaing, distributor dll.

b) Penyaringan ide

Tujuan penyaringan ide adalah untuk menciptakan ide yang

banyak sekali. Penyaringan ide yang membantu menyaring ide

produk baru yang baik dan membuang ide yang buruk secepat

mungkin.

c) Pengembangan dan pengujian konsep

(38)

merupakan hal yang sangat penting. Ide produk adalah ide

mengenai produk yang mungkin dipandang oleh perusahaan yang

dapat ditawarkan kepada masyarakat. Konsep produk adalah

ide-ide yang dapat dimengerti oleh konsumen. Citra produk adalah

cara konsumen memandang produk sebenarnya atau produk

potensial.

d) Pengembangan strategi pemasaran

Strategi pemasaran terdiri dari 3 bagian yaitu pasar sasaran seperti

perencanaan positioning produk, dan sasaran penjualan, pangsa

pasar, serta laba.

e) Analisis bisnis

Analisis bisnis merupakan tinjauan terhadap proyeksi penjualan,

biaya, dan laba produk baru untuk mencari tahu apakah

faktor-faktor tersebut memenuhi tujuan perusahaan. Untuk

memperkirakan penjualan, perusahaan dapat melihat angka-angka

penjualan historis produk sejenis dan melakukan survey untuk

mengetahui opini pasar.

f) Pengembangan produk

Di tahap ini, bagian riset dan pengembangan atau perekayasaan

mengembangkan konsep produk menjadi produk fisik. Tahap

(39)

karena tahap ini yang akan menentukan apakah ide produk tersebut

dapat diubah menjadi produk yang bisa diwujudkan secara efektif.

g) Pemasaran uji coba

Pemasaran uji coba adalah tahap dimana produk dan program

pemasaran diperkenalkan ke suasana pasar yang lebih realistis.

Pemasaran uji coba memungkinkan perusahaan menguji coba

seluruh progam pemasaran, periklanan, distribusi, penetapan

harga, pemerekan, pengemasan dan tingkat anggaran.

h) Komersialisasi

Perusahaan yang meluncurkan produk baru pertama-tama harus

menentukan penentuan waktu perkenala, selanjutnya perusahaan

harus memeutuskan dimana meluncurkan produk baru tersebut,

dan yang terakhir akan mengembangkan perkenalan produk ke

pasar (market rollout) secara terencana seiring berjalannya waktu.

8) Strategi Diversifikasi

Diversifikasi dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu :

a) Diversifikasi konsentris, dimana produk-produk baru yang

diperkenalkan memiliki kaitan atau hubungan dalam hal

(40)

b) Diversifikasi horizontal, dimana perusahaan menambah

produk-produk baru yang tidak berkaitan dengan produk-produk yang telah ada,

tetapi dijual kepada pelanggan yang sama.

c) Diversifikasi konglomerat, dimana produk-produk yang dihasilkan

sama sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran

maupun teknologi dengan produk yang sudah ada dan dijual

kepada pelanggan yang berbeda.

2. Harga (Price)

Harga merupakan elemen pokok dalam pemasaran karena berhubungan

langsug dengan penciptaan hasil total (Total Revenue). Perusahaan perlu

memikirkan tentang penetapan harga jual produknya secara tepat karena harga

yang tidak tepat akan berakibat tidak menarik para pembeli untuk membeli

barang tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga yaitu :

a. Biaya produksi

Biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan barang

tersebut tentu saja akan menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan

dalam menentukan harga jual produknya. Cara penetapan harga yang

berdasarkan pada biaya produksi dengan menambahkan presentase

tertentu keuntungan yang diinginkan disebut Cost Plus Pricing atau

(41)

Cara penetapan harga tersebut banyak dipergunakan oleh para

pengusaha meskipun cara ini tidak menjamin daya tarik yang tinggi bagi

konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan kepadanya. Hal ini

disebabkan karena penetapan harga tersebut tidak sesuai dengan selera

dan keinginan konsumen. Mungkin karena konsumen tidak senang harga

jual rendah meskipun biaya produksinya sebenarnya rendah. Sebaliknya

dalam kondisi tertentu di mana konsumen masih perlu diperkenalkan

dahulu dengan produk tersebut meskipun biayanya tinggi perlu

diberlakukan harga jual yang rendah. Dengan demikian maka perlu

penetapan harga jual atas dasar yang lain yaitu atas dasar kondisi selera

konsumen atau permintaan konsumen.

b. Konsumen

Dengan menetapkan harga tertentu maka akan terbentuk citra atau

image tertentu dari konsumen kepada perusahaan. Perubahan strategi

harga akan mengakibatkan perubahan konsumen yang menjadi sasaran

pasar bagi perusahaan. Berubahnya sasaran pasar akan berakibat

berubahnya cara menjaga hubungan baik dengan konsumen tersebut

karena sasaran pasar yang berbeda akan memiliki kebiasaan, keinginan

dan selera yang berbeda.

Perbedaan kebiasaan, keinginan dan selera itu akan mengakibatkan

(42)

hendaknya dipergunakan strategi yang menjaga agar image tetap terjaga

sehingga akan menjadikan efektivitas kegiatan pemasaran tetap tinggi.

c. Persaingan

Ada beberapa varian penetapan harga yaitu :

1. Going Rate Pricing

Penetapan harga dengan cara ini biasanya dilakukan apabila biaya sulit

dihitung, pasar sangat bersaingan, serta terdapat adanya kondisi

oligopoli di pasar.

2. Sealed Bid Pricing

Penetapan harga ini terjadi pada pelaksanaan kegiatan “TENDER”.

Hal ini ditetapkan probabilitas menang atau kalah pada kegiatan tender

pada macam-macam tingkat harga.

3. Penetapan harga dengan berpedoman pada peraturan-peraturan

Pemerintah (Regulation Oriented Pricing).

Penetapan harga dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan

pemerintah, atau badan-badan yang berwenang dalam penetapan

harga.

Strategi penetapan harga yang biasa digunakan perusahaan menurut Kotler

dan Amstrong (2004:467) yaitu :

a. Strategi Penetapan Harga pada Produk Baru

(43)

Perusahaan yang menciptakan produk baru biasanya merupakan

market skimming pricing strategy yaitu dengan menetapkan harga

tinggi untuk mendapatkan pendapatan lapisan demi lapisan pasar.

Harga memperkenalkan produk perdana yang akan diturunkan sesuai

pasar, strategi ini harus memenuhi ketentuan :

a) Mutu dan citra produk harus mendukung harga yang tinggi dan

harus ada cukup banyak pembeli yang menginginkan produk

tersebut.

b) Biaya produksi untuk volume yang lebih kecil sehingga dapat

membatalkan keuntungan penetapan harga yang lebih tinggi.

c) Pesaing harus tidak dapat memasuki pasar dengan mudah dan

memotong harga yang tinggi tersebut.

2. Penetapan Harga dengan Penetrasi Pasar

Perusahaan yang merupakan market penetration pricing strategy

menetapkan harga jual awal rendah untuk mempenetrasi pasar dengan

cepat dan mendalam untuk menarik sejumlah besar pembeli dan

meraih pangsa pasar. Penetapan harga ini harus mengikuti ketentuan:

a) Pasar harus sangat peka terhadap harga sehingga harga yang

rendah menghasilkan pertumbuhan pasar lebih lanjut.

b) Biaya produksi dan distribusi harus turun ketika volume

(44)

c) Harga yang rendah harus membantu mencegah masuknya pesaing

dan penetapan harga penetrasi harus mempertahankan posisi

harga rendahnya karena jika tidak keuntungan dari harga mungkin

hanya sementara.

b. Strategi Penetapan Harga Bauran Produk

1. Penetapan Harga Lini Produk

Perusahaan biasanya mengembangkan lini produk maka untuk itu

perusahaan harus memutuskan tingkatan harga untuk menetapkan

antara produk berbeda dalam satu lini dengan memperhitungkan

perbedaan-perbedaan biaya antara produk lini tersebut. Perbedaan

mutu mendukung dalam penetapan harga yang berbeda.

2. Penetapan harga produk pilihan

Perusahaan menggunakan optional product pricing untuk

menawarkan/menjual produk pilihan dan pelengkap bersama produk

utama. Maka perusahaan harus dapat memutuskan harga untuk produk

utamanya dan harga untuk produk pelengkap.

c. Strategi Penyesuaian Harga

1. Penetapan Harga Diskon

Biasanya perusahaan menyesuaikan harga dasar mereka untuk

(45)

situasi tertentu dalam bentuk diskon dan pengurangan harga yang

bermacam-macam bentuknya yaitu :

a) Diskon tunai (cash discount) adalah pengurangan harga kepada

pembeli yang membayar tagihan mereka lebih awal.

b) Diskon jumlah (quantity discount) adalah pengurangan harga bagi

pembeli yang membeli dalam jumlah besar.

c) Diskon fungsional (diskon dagang) adalah diskon yang ditawarkan

oleh penjual kepada anggota-anggota saluran pedagang yang

menjalankan fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan, dan

menyelenggarakan pelaporan.

d) Diskon musiman (seasonal discount) adalah pengurangan harga

bagi pembeli yang membeli barang dagangan atau jasa di luar

musim.

e) Potongan harga (allowance) adalah jenis lain pengurangan dari

daftar harga.

2. Penetapan Harga Tersegmentasi

Perusahaan sering kali akan menyesuaikan harga dasar mereka untuk

memperhitungkan penetapan harga terhadap pelanggan, produk atau

lokasi. Dalam penetapan harga tersegmentasi perusahaan akan menjual

(46)

3. Penetapan Harga Psikologis

Perusahaan dalam menjual produk menetapkan harga yang

disesuaikan dengan mutu karena konsumen banyak menggunakan

harga untuk menilai mutu produk.

4. Penetapan Harga Promosi

Perusahaan sewaktu-waktu akan menerapkan harga produknya

dibawah harga tertulis atau beberapa kali lebih rendah dibawah

biayanya. Strategi ini biasanya diterapkan pada musim tertentu untuk

menarik lebih banyak pelanggan.

5. Penetapan Harga Geografis

Perusahaan menerapkan harga yang berbeda pada produknya terhadap

konsumen sesuai perbedaan letak geografisnya. Semakin jauh jarak

yang harus ditempuh dalam mendistribusikan produk maka harga

akhir yang diberikan akan semakin tinggi.

3. Promosi (Promotion)

Perusahaan terus berupaya untuk memperkenalkan produk

meyakinkan dan mengingatkan kembali manfaat produk kepada pembeli.

Agar dapat bersaing dengan produk-produk yang sudah ada di pasar, maka

perusahaan harus menyebarluaskan informasi sehubungan dengan apa yang

ditawarkan perusahaan, melalui pengiklanan, publisitas, penjualan tatap muka

(47)

Keempat bentuk promosi ini haruslah dikombinasikan sedemikian

rupa sehingga secara efektif mampu untuk mempengaruhi konsumen untuk

menjadi tertarik membeli produk yang dipasarkan itu. Kombinasi dari

keempat bentuk cara promosi itu disebut Promotional Mix. Beberapa definisi

promosi antara lain :

Menurut Dharmmesta (2000:237)

Promosi adalah informasi atau persuasi suatu arah yang dibuat untuk

mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang

menciptakan pertukaran dalam pemasaran.

Menurut Kotler (2005:369)

Promosi adalah sekumpulan sarana insentif yang berbeda, kebanyakan

jangka pendek, yang dirancang untuk menstimulasi pembelian produk

khusus atau layanan yang lebih cepat dan lebih besar oleh pelanggan

atau perdagangan.

Strategi promosi berkaitan dengan masalah-masalah perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian komunikasi persuasive dengan pelanggan.

Ada enam strategi promosi yaitu :

a. Strategi pengeluaran promosi

Anggaran promosi merupakan bagian dari anggaran perusahaan. Motode

(48)

1) Marginal Approach

Pendekatan ini memberi jalan keluar bahwa pengeluaran optimal

untuk masing-masing metode promosi ditentukan dengan kondisi MR

= MC.

2) Breakdown Method

Metode ini terdiri atas beberapa macam yaitu :

a. Percentage of Sales Approach

Dalam pendekatan ini besarnya anggaran promosi ditentukan

berdasarkan persentase tertentu dari penjualan atau dari harga jual.

b. Affordable Method

Dalam metode ini, besarnya anggaran promosi ditetapkan

berdasarkan perkiraan manajemen mengenai kemampuan

keuangan perusahaan.

c. Return On Investment Approach

Dalam pendekatan ini pegeluaran promosi dianggap sebagai

investasi, maka besarnya anggaran promosi ditentukan dengan

membandingkan tingkat return yang diharapkan dan tingkat return

yang diinginkan.

d. Competitive Parity Approach

Dalam metode ini, anggaran promosi perusahaan harus sesuai atau

(49)

3) Build Up Method (Objective and Task Method)

Penentuan anggaran promosi dilakukan dengan cara menentukan

tujuan-tujuan iklan, personal selling, dan sales promotion dari setiap

lini produk, menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan dan

besarnya biaya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

b. Strategi Bauran Promosi

Strategi ini berupaya memberikan distribusi yang optimal dari setiap

metode promosi. Faktor-faktor yang menentukan bauran promosi adalah :

1) Faktor produk

Yaitu dengan mempertimbangkan karakteristik dan cara produk itu

dibeli, dikonsumsi, dan dipersepsikan.

2) Faktor pasar

Pada produk-produk tertentu, jika pangsa pasarnya tinggi, perusahaan

harus menggunakan iklan dan personal selling bersama-sama karena

pangsa pasar yang tinggi menunjukkan perusahaan melayani beberapa

segmen dan saluran distribusi ganda. Sebaliknya jika pangsa pasarnya

rendah, penekanan hendaknya diberikan pada iklan atau personal

selling (tergantung pada produknya).

3) Faktor pelanggan

Ada dua strategi yang dapat digunakan agar sesuai dengan sasaran

(50)

a) Push strategy yaitu aktivitas promosi produsen kepada perantara

(biasanya dengan personal selling dan trade promotion), dengan

tujuan agar para perantara itu memesan, kemudian menjual, serta

mempromosikan produk yang dihasilkan produsen.

b) Pull strategy yaitu aktivitas promosi produsen kepada konsumen

akhir (biasanya dengan iklan dan consumer promotion), agar

mereka mencarinya pada perantara, yang pada gilirannya

kemudian perantara memesan produk yang dicari konsumen

kepada produsen.

4) Faktor anggaran

Jika perusahaan memiliki dana promosi yang besar, maka peluangnya

untuk menggunakan iklan yang bersifat nasional juga besar.

Sebaliknya, bila dana yang tersedia terbatas, maka perusahaan dapat

memilih personal selling, promosi penjualan, atau iklan bersama di

dalam wilayah lokal atau regional.

5) Faktor Bauran Pemasaran

Harga yang tinggi sering dianggap pelanggan berkorelasi positif

dengan kualitas yang juga tinggi, maka penggunaan iklan lebih tepat

untuk mengkomunikasikan kualitas dari produk-produk yang harganya

(51)

c. Strategi Pemilihan Media

Tujuannya adalah memilih media yang tepat untuk kampanye iklan agar

membuat pelanggan menjadi tahu, paham, menentukan sikap, dan

membeli produk yang dihasilkan perusahaan, seperti majalah, TV, direct

mail dll. Pemilihan setiap media dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ciri

produk, jenis pesan, anggaran, strategi iklan pesaing dll.

d. Strategi Copy Iklan

Copy berfungsi untuk menjelaskan manfaat produk dan member alasan

kepada pembacanya mengapa harus membeli produk tersebut. Copy yang

efektif haruslah menarik, spesifik, mudah dimengerti, singkat, bisa

dipercaya, sesuai dengan keinginan pembaca, dan persuasif.

e. Strategi Penjualan

Strategi Penjualan adalah memindahkan posisi pelanggan ke tahap

pembelian (dalam proses pengambilan keputusan yang tujuannya untuk

meningkatkan volume penjualan dengan cara melalui penjualan tatap

muka).

f. Strategi Motivasi Dan Penyeliaan Tenaga Penjualan

Motivasi finansial berwujud kompensasi uang, sedangkan motivasi

nonfinansial dalam bentuk program evaluasi kerja.

1) Kompensasi

(52)

a) Straight Salary Plan

Dalam metode ini, setiap salespeople diberi gaji tetap secara

regular yang besarnya relatif sama antar salespeople tanpa

mempehatikan prestasi yang dicapai.

b) Straight Commission Plan

Dalam metode ini, kompensasi salespeople didasarkan pada

pencapaian hasil dan prestasi.

c) Combination Plan

Metode ini merupakan kombinasi dari straight salary plan dan

straight commission plan.

2) Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran kontribusi seorang salespeople terhadap

tujuan perusahaan. Dalam evaluasi tersebut diperlukan standar-standar

sebagai dasar penilaian.

4. Distribusi (Distribution)

Saluran distribusi lebih dari sekedar kumpulan perusahaan yang terkait

besama oleh beberapa aliran. Mereka merupakan sistem perilaku yang

kompleks di mana orang-orang dan juga perusahaan berinteraksi untuk

mencapai sasaran individu, perusahaan dan saluran, maka perusahaan harus

(53)

perusahaan dapat menggunakan berbagai bentuk saluran distribusi yang

mungkin dilakukannya karena tiap-tiap anggota saluran saling bergantung

satu sama lain, maka

Kotler dan Amstrong (2004:508) menyatakan bahwa distribusi

merupakan sekumpulan organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam

proses yang membuat produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen atau pengguna bisnis.

Bentuk-bentuk saluran distribusi tersebut antara lain :

a. Saluran distribusi langsung dimana pengusaha berusaha untuk

menyalurkan barang-barang yang dibeli oleh konsumen secara langsung

ke tempat konsumen tinggal, dengan demikian maka diharapkan

konsumen akan merasa puas karena konsumen tidak perlu lagi

memikirkan masalah pengangkutan barang yang dibelinya itu kerumah

mereka.

b. Saluran distribusi tidak langsung dimana pengusaha menggunakan pihak

luar untuk membantu menyalurkan barang-barangnya kepada konsumen.

Pihak luar tersebut merupakan penyalur atau pedagang perantara (Middle

Man). Dalam kegiatan distribusi ada empat saluran yang biasa digunakan

perusahaan yaitu :

1) Sistem pemasaran vertikal (Vertical Market System/VMS)

(54)

produsen, perusahaan, dan pengecer bertindak sebagai suatu sistem

yang menyatu. Sistem ini muncul untuk mengatasi sistem saluran

konvensional yaitu :

a) VMS Korporasi yaitu menggabungkan rentetan tahapan produksi

dan distribusi dibawah kepemilikan tunggal. Dalam sistem ini

kerjasama dan manajemen konflik ditangani melalui saluran

organisasional pada umumnya karena kepemilikan saluran

distribusi dibangun melalui kepemilikan bersama.

b) VMS Kontraktual (perjanjian) yaitu terdiri dari

perusahaan-perusahaan independent pada tingkat produksi dan distribusi yang

berbeda, yang bergabung bersama atas dasar kontrak untuk

mendapatkan dampak ekonomis atau penjualan yang lebih besar

daripada jika diusahakan sendiri. Berikut ini tiga jenis VMS

berdasarkan perjanjian :

1) Jaringan sukarela yang disponsori oleh agen

Para agen mengorganisasi jaringan sukarela dari para pengecer

independent untuk membantu mereka bersaing dengan

berbagai organisasi rantai yang besar.

2) Kerjasama pengecer

Para pengecer mengorganisasi perusahaan baru yang dimiliki

(55)

pula produksi. Laba dibagikan kembali kepada seluruh anggota

sesuai dengan proporsi pembelian mereka.

3) Organisasi waralaba (franchisee)

Anggota saluran yang dinamakan franchiser menghubungkan

beberapa tahap dalam proses produksi dan distribusi. Kegiatan

franchisee telah menjadi perkembangan penjualan eceran yang

berkembang paling cepat pada tahun terkhir ini.

c) VMS Diadministrasi (kepengelolaan) yaitu mengkoordinasikan

rentetan tahapan produksi dan distribusi yang tidak melalui

kepemilikan bersama atau ikatan kontraktual ukuran dan ketaatan

dari salah satu pihak. Dalam VMS Diadministrasi, kepemimpinan

dimiliki oleh satu atau beberapa anggota saluran yang dominan.

2) Saluran distribusi konvensional

Sistem saluran ini menempatkan satu atu lebih produsen, perkulakan,

dan pengecer independent. Masing-masing pihak tersebut adalah

perusahaan terpisah yang berusaha memaksimalkan keuntungan

masing-masing. Tidak ada satupun dari anggota saluran distribusi

yang memiliki kontrol lebih atas anggota saluran lainnya.

3) Sistem pemasaran horizontal

Sistem pemasaran horizontal terdiri dari dua atau lebih perusahaan

(56)

peluang pemasaran baru. Dalam kerjasama baik permanent maupun

sementara tersebut, perusahaan menggabungkan modal, kemampuan

produksi atau sumber daya pemasaran mereka untuk mencapai sesuatu

yang lebih, yang tidak akan mungkin dicapai oleh suatu perusahaan

jika diusahakan sendiri.

4) Sistem pemasaran hybrid

Sistem ini dikembangkan untuk mengatasi penjualan produk pada

suatu segmen pasar untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran multi

saluran ini muncul pada saat perusahaan mempersiapkan dua atau

lebih saluran distribusi untuk melayani satu atau lebih segmen

pelanggan. Sistem saluran ini sangat menguntungkan bagi perusahaan

yang memiliki pemasaran multi produk dan menghadapi pasar yang

besar dan rumit.

D. Sikap

Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan

cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu

(Schiffman dan Kanuk, 2007:222). Berbagai model struktur sikap diantaranya

adalah :

1. Model sikap tiga komponen

Menurut model sikap tiga komponen, sikap terdiri dari tiga komponen utama

(57)

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh

berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan

informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi

yang ditimbulkannya biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu

kepercayaan konsumen bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan

perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu.

b. Komponen afektif

Emosi dan perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu

merupakan komponen afektif dari sikap tertentu. Emosi dan perasaan ini

sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluatif sifatnya

yaitu mencakup penelitian seseorang terhadap obyek sikap secara

langsung dan menyeluruh (menyenangkan atau tidak menyenangkan

seseorang).

c. Komponen konatif

Komponen konatif adalah komponen yang berhubungan dengan

kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan

tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek

sikap tertentu. Komponen konatif sering dianggap sebagai pernyataan

maksud komsumen untuk membeli. Hal tersebut menjelaskan bahwa

(58)

terhadap pertanyaan mengenai maksud sikap akan berpengaruh positif

tehadap pembelian merek yang sebenarnya.

2. Model sikap multi sifat

Model sikap multi sifat menggambarkan sikap konsumen terhadap obyek

sikap seperti produk jasa, catalog direct mail dsb, sebagai fungsi persepsi dan

penilaian konsumen terhadap sifat-sifat atau keyakinan pokok yang dipegang

mengenai obyek sikap tertentu.

a. Model sikap terhadap obyek

Model sikap terhadap obyek sangat cocok untuk mengukur sikap terhadap

golongan produk atau jasa atau merek tertentu. Sikap konsumen terhadap

produk atau merek tertentu merupakan fungsi dari ada atau tidak adanya

dan penilaian terhadap keyakinan atau sifat-sifat produk tertentu.

Konsumen biasanya mempunyai sikap yang menyenangkan terhadap

merek yang mereka nilai positif, serta mempunyai sikap yang tidak

menyenangkan terhadap merek yang merek nilai negatif.

b. Model sikap terhadap perilaku

Model sikap terhadap perilaku merupakan sikap individu dalam

berperilaku atau bertindak terhadap obyek tertentu, dan bukannya sikap

terhadap obyek itu sendiri. Daya tarik model sikap terhadap perilaku

adalah bahwa model ini kelihatan agak lebih mendekati perilaku yang

(59)

c. Teori model tindakan yang beralasan

Teori model tindakan yang beralasan menggambarkan pengintegrasian

komponen-komponen sikap secara menyeluruh ke dalam struktur yang

menghasilkan penjelasan yang lebih baik maupun peramalan yang lebih

baik mengenai perilaku.

3. Model Mencoba Mengkonsumsi

Model Mencoba Mengkonsumsi dimaksudkan untuk menerangkan berbagai

kejadian yang tindakan atau hasil tindakannya yang tidak pasti, tetapi

sebaliknya kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen untuk

mengkonsumsi (atau membeli). Dalam hal ini konsumen terlihat gagal melihat

atau terlalu melalaikan pilihan mereka dan sengaja tidak mengkonsumsi jadi

mereka mungkin berusaha untuk mengorbankan diri atau menanggung

kepuasan untuk waktu mendatang.

4. Model Sikap Terhadap Iklan

Konsumen membentuk berbagai perasaan (pengaruh) dan pertimbangan

sebagai kaibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaan dan pertimbangan ini

pada gilirannya mempengaruhi sikap konumen terhadap iklan dan keyakinan

terhadap merek yang diperoleh dari keterbukaan terhadap iklan. Keyakinan

terhadap merek (kognisi merek) yang diakibatkan oleh keterbukaan terhadap

iklan memainkan peran yang jauh lebih kuat dalam menentukan sikap

(60)

Banyaknya pesaing membuat sebuah perusahaan untuk lebih memahami dan

mengamati sikap konsumen, sehingga perusahaan harus menciptakan dan

mengembangkan strategi pemasaran yang paling baik dan tepat digunakan, salah

satunya adalah Bauran Pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan

distribusi. Jika produk yang dihasilkan semakin kreatif dan inovatif, harga yang

ditawarkan terjangkau, promosi yang dilakukan menarik serta lokasi outlet mudah

untuk ditemukan maka akan berpengaruh terhadap sikpa konsumen mengenai

produk yang dijual.

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diketahui

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen yaitu diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ruritomo (2000) tentang analisis pengaruh

Bauran Pemasaran terhadap motivasi pembelian konsumen menunjukkan

bahwa Bauran Pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi pembelian konsumen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gaudentia (2005) tentang Analisis Sikap

Konsumen terhadap Bauran Pemasaran menunjukkan bahwa Bauran

Pemasaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap konsumen.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis :

H1 : Produk, harga, promosi dan distribusi berpengaruh terhadap sikap

(61)

E. Minat Beli Konsumen

Salah satu teori yang dapat menerangkan hubungan antara sikap, minat dan

perilaku adalah teori reasoned action, yang dikemukakan oleh Fisbein dan Ajzen

(1975) mengenai model intensi perilaku. Perilaku seseorang tergantung pada

minatnya, sedangkan minat berperilaku tergantung pada sikap dan norma

subyektif atas perlaku.

Konsumen mempunyai berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber

informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap, perilaku

konumen berkaitan dengan produk yang akan dibeli. Jika konsumen menyukai

produk yang ditawarkan oleh perusahaan, maka konsumen mungkin akan

membentuk sikap positif dan mungkin membeli produk tersebut.

Minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan

rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat

diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap

suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel

minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa

yang disukai adalah :

1. Sikap atau pendirian orang lain

Kekuatan pendirian orang lain dapat mengurangi alternative yang disukai

(62)

alternatif yang disukai konsumen dalam motivasi konsumen untuk menuruti

keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin

dekat orang lain tersebut, konsumen akan semakin menyesuaikan intensi

pembeliannya.

2. Faktor situasi yang tak diantisipasi

Konsumen membentuk suatu intensi pembelian atas dasar seperti keluarga,

lingkungan sosial dan budaya, harga yang ditawarkan, dan manfaat produk

yang diharapkan. Bila konsumen bertindak, tetapi faktor situasi tidak

diantisipasi terjadi, kemungkinan akan mengubah minat pembelian tersebut.

3. Kepribadian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:107) kepribadian adalah ciri-ciri

kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana

seseorang berespon terhadap lingkungannya. Kepribadian itu sendiri bersifat

konsisten dan bertahan lama, serta kepribadian itu dapat berubah karena

mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu.

Para pemasar tertarik memahami bagaimana kepribadian

mempengaruhi perilaku konsumen, karena pengetahuan tersebut mampu

memahami konsumen dengan lebih baik dan mampu membagi-bagi serta

membidik para konsumen yang cenderung menanggapi secara positif

(63)

4. Motivasi

Motivasi merupakan tenaga penggerak dalam diri individu yang mendorong

seseorang bertindak yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan. Motif tidak

dapat dengan mudah diduga dari perilaku konsumen. Orang-orang

mempunyai kebutuhan berbeda mungkin mencari pemenuhan dengan memilih

tujuan yang sama, orang-orang yang mempunyai kebutuhan yang sama

mungkin mencari pemenuhan dengan memilih tujuan yang berbeda. Teori

kebutuhan Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan manusia yang

utama yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan

sosial, kebutuhan egoistis, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan yang

lain secara luas diintegrasikan kedalam berbagai iklan konsumen meliputi

kebutuhan akan kekuasaan, afiliasi, dan presentasi.

Sikap akan memberikan indikasi yang kuat terhadap minat beli seorang

konsumen. Dalam menentukan produk yang akan dibeli maka pastilah konsumen

selalu mengambil suatu keputusan yang berhubungan dari sikap konsumen itu

sendiri. Jika seseorang mempunyai sikap positif maka orang tersebut akan

berminat untuk membeli produk yang ditawarkan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis :

H2 : Sikap terhadap produk Tela Krezz berpengaruh positif terhadap minat

(64)

F. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual Penelitian adalah kerangka berpikir yang dibuat oleh

penulis untuk menggambarkan hubungan variabel-variabel digunakan dalam

penelitian. Kerangka konseptual ini bertujuan untuk memberikan garis besar

penelitian.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran teoritis penelitian di atas menjelaskan bahwa Bauran

Pemasaran (X) diduga berpengaruh terhadap sikap konsumen (Y), dan sikap

konsumen (X) diduga berpengaruh terhadap minat beli konsumen (Y). Produk

Harga

Promosi

Distribusi

(65)

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian yang dipakai penulis berupa studi kasus. Studi

kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu yang

populasinya terbatas, sehingga kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada

objek yang diteliti.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta bulan Juli-Agustus 2009.

2. Lokasi penelitian adalah Perusahaan TELA KREZZ Jln. Bugisan 34,

Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu orang yang menjadi responden yang akan ditanyai

untuk memperoleh informasi. Subjek penelitian ini adalah manajer dan

masyarakat yang tinggal di wilayah Yogyakarta. yang pernah membeli produk

(66)

2.   Objek Penelitian 

Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh penulis. Objek dari

penelitian ini adalah :

a. Sistem waralaba TELA KREZZ mengenai :

1) Model pengelolaan.

2) Sistem pengembangan usaha.

3) Model investasi.

4) Sistem franchisee fee

5) Kelebihan dan kekurangan Tela Krezz menjalankan usaha dengan

sistem waralaba.

b. Persepsi konsumen tentang Bauran Pemasaran

c. Sikap konsumen terhadap produk TELA KREZZ

d. Minat beli konsumen terhadap produk TELA KREZZ

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007:61).

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di

(67)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono,2007:62). Dalam penelitian ini digunakan 100 orang

responden sebagai sampel yang dipilih untuk meneliti minat beli konsumen

terhadap produk TELA KREZZ. Untuk analisis kualitatif yang didasarkan

data hasil wawancara dengan pemilik bisnis TELA KREZZ.

3. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan metode purposive convenience sampling

yang merupakan metode dari non probability sampling. Purposive

convenience sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dipilih

berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan dan

maksud penelitian.

Sampel dipilih menurut pertimbangan-pertimbangan tertentu dari

peneliti. Kriteria yang digunakan adalah :

a. Usia minimal 16 tahun.

b. Pernah membeli produk TELA KREZZ.

E. Jenis Data

Data primer yaitu data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner mengenai

sikap responden dan wawancara dengan pemilik perusahaan (Hasan, 2002: 82).

(68)

1. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada

responden. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Kuesioner I berisi tentang pertanyaan mengenai data pribadi responden.

b. Kuesioner II berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat

menunjukan sejauh mana sikap dan minat beli konsumen terhadap produk

TELA KREZZ.

2. Wawancara dan Observasi

Wawancara dan observasi adalah pengumpulan data dengan memberikan

pertanyaan secara langsung kepada pemilik berupa pertanyaan-pertanyaan

yang jawabannya mengenai sistem waralaba TELA KREZZ dan observasi

atas dokumen tentang proses bisnisTELA KREZZ.

1) Model pengelolaan.

2) Sistem pengembangan usaha.

3) Model investasi.

4) Sistem franchisee fee.

5) Kelebihan dan kekurangan Tela Krezz menjalankan usaha dengan sistem

waralaba.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan mengutip atau mencatat

(69)

bersangkutan untuk mendapatkan data-data tentang proses bisnis TELA

KREZZ. Data yang diperoleh dengan cara ini adalah gambaran umum

perusahaan.

F. Teknik Pengukuran Data

Teknik pengukuran data yang digunakan adalah skala likert. Skala Likert

digunakan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuesioner

yang mempunyai tingkatan dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat

negatif. (Duwi Priyatno, 2008:29)

Pemberian bobot atau skor digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif

sebagai berikut:

- Skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS)

- Skor 2 untuk tidak setuju (TS)

- Skor 3 untuk netral (N)

- Skor 4 untuk setuju (S)

- Skor 5 untuk sangat setuju (SS)

G. Variabel Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk hipotesis 1, variabel operasional adalah sebagai berikut :

(70)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Bauran Pemasaran yang

meliputi produk

( )

X1 , harga

( )

X2 , promosi

( )

X3 dan distribusi

( )

X4 .

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap

produk TELA KREZZ.

2. Untuk hipotesis 2, variabel operasional adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap

produk TELA KREZZ.

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli konsumen terhadap

produk TELA KREZZ.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu pengertian yang menjelaskan variabel-variabel

yang akan diteliti dan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Definisi

operasional dalam penelitian ini akan dibahas sebagai berikut :

1. Variabel dalam Bauran Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

a. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen

(71)

memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Indikator-indikator produk

adalah :

1) Kualitas produk.

2) Kemasan produk.

3) Kreatifitas produk.

4) Inovasi produk.

5) Pelayanan yang ramah dari penjual masing-masing outlet.

b. Harga merupakan elemen pokok dalam pemasaran karena berhubungan

langsung dengan penciptaan hasil total (Total Revenue).

Indikator-indikator harga adalah :

1) Kesesuaian harga dengan kualitas.

2) Harga mudah dijangkau

3) Kejelasan tentang informasi harga.

c. Promosi adalah informasi atau persuasi suatu arah yang dibuat untuk

mengarahkan konsumen kepada tindakan yang menciptakan pertukaran

dalam pemasaran. Indi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran teoritis penelitian di atas menjelaskan bahwa Bauran
Gambar 3.1 Uji t dua sisi.
Gambar 4.2 Outlet  tampak belakang
Gambar V.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan penelitian dengan proses anaerobik terlebih dahulu sebelum proses aerobik untuk menurunkan konsentrasi amonium lindi yang tinggi, karena pada

Hasil pemodelan regresi poisson diperoleh rasio nilai devians dengan derajat bebasnya lebih besar dari 1, yang artinya data jumlah kasus penyakit tuberkulosis di

Ini berarti pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar semakin baik, untuk mesin dengan katup fixed timing pada putaran mesin 1000 rpm sampai 4000 rpm terjadi

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang mata minus tidak baik (62,3%) dan mempunyai praktik menjaga kesehatan mata yang

PEMBUATAN KAMPAS REM MENGGUNAKAN VARIASI BUTIRAN MESH ALUMUNIUM SILICON (Al-Si) 50, 60, 100 DENGAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP NILAI TINGKAT KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN.. GESEK

Sebagian tujuan dari konsultasi ini adalah membahas pokok-pokok gagasan Surat Terbuka tersebut untuk mengidentifikasi mana yang dapat dipakai bersama, baik dalam

Kegiatan belajar melalui interaksi dalam keluarga dapat berbentuk learning by doing, karena diajar atau diilhami oleh orang lain dalam mengerjakan suatu peker- jaan

member PK id_member FK1 id_kota nama_member alamat noTlp kode_pos email password status petugas PK id_petugas nama_petugas email username password status_petugas kategori PK