• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ROHMATUN CHOIRIN AMALIA

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA

PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI

INSTALASI RAWAT INAP

(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji sykur tercurahkan hanya kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI

PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA

KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP (Penelitian dilakukan di Rumah

Sakit Umum Karsa Husada Batu).

Skirpsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah kepada umat-NYA, Rosululloh SAW, yang menuntun kita menuju jalan yang benar. 2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kom., selaku dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Direktur Rumah Sakit dan Ketua Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang berkenan menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi di bagian rekam medik.

4. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si.,Sp.FRS, selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan tulus dan ikhlas serta penuh kesabaran, membimbing, mengarahkan dan memberikan kemudahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(5)
(6)

vi DAFTAR ISI

JUDUL …. ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pneumonia ... 6

2.1.1 Definisi Pneumonia ... 6

2.1.2 Epidemiologi Pneumonia ... 6

2.1.3 Etiologi Pneumonia ... 7

2.1.4 Patofisiologi Pneumonia ... 8

2.1.5 Klasifikasi dan Faktor Resiko Pneumonia ... 10

2.1.6 Komplikasi Pneumonia ... 11

2.1.7 Manifestasi Klinis Pneumonia ... 11

2.1.8 Terapi Pneumonia... 12

2.1.8.1 Terapi Suportif Pneumonia ... 12

2.1.8.2 Terapi Antibiotika Pneumonia ... 13

2.2 Pneumonia Komunitas ... 15

2.2.1 Definisi Pneumonia Komunitas ... 15

2.2.2 Etiologi Peumonia Komunitas ... 15

2.2.3 Patofisiologi Pneumonia komunitas ... 16

(7)

vii

2.2.4.1 Pengobatan Suportif Pneumonia Komunitas ... 16

2.2.4.2 Pengobatan Antibiotika Pneumonia Komunitas ... 17

2.3 Pneumonia Nosokomial ... 21

2.3.1 Definisi Pneumonia Nosokomial ... 21

2.3.2 Etiologi Pneumonia Nosokomial ... 21

2.3.3 Patofisiologi Pneumonia Nosokomial ... 22

2.3.4 Terapi Pneumonia Nosokomial ... 22

2.4 Tinjauan Sefalosporin ... 24

2.5 Tinjauan Ceftriaxone ... 24

2.5.1 Mekanisme Kerja Ceftriaxone ... 25

2.5.2 Sifat Farmakodinamik dan Farmakokinetik Ceftriaxone ... 25

2.5.3 Penggunaan Teraupetik Ceftriaxone pada Pneumonia Komuniti ... 25

2.5.4 Dosis Ceftriaxone ... 26

2.5.5 Efek samping obat ... 27

2.5.6 Ceftriaxone di Indonesia ... 27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 31

3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 31

3.2 Bagan Kerangka Operasional ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1 Rancangan Penelitian ... 34

4.2 Bahan Penelitian ... 34

4.2.1 Kriteria Inklusi ... 34

4.2.2 Kriteria Ekslusi ... 34

4.3 Sampel Penelitian ... 34

4.4 Instrumen Penelitian... 34

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

4.6 Definisi Operasional... 35

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 36

4.8 Analisis Data ... 36

(8)

viii

5.1 Jumlah Sampel Penelitian... 37

5.2 Data Demografi Pasien ... 37

5.2.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

5.2.2 Distribusi Berdasarkan Usia ... 38

5.2.3 Status Pasien ... 38

5.2.4 Distribusi Perokok Pada Pasien Pneumonia Komunitas ... 38

5.3 Penyakit Penyerta ... 39

5.4 Terapi Antibiotika Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas ... 40

5.4.1PolaPenggunaan Ceftriaxone Tunggal Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 40

5.4.2Pola Penggunaan Ceftriaxone Pada Kombinasi Dua Antibiotika Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 41

5.4.3Pola Penggunaan Ceftriaxone Pada Tiga Kombinasi Antibiotika Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 42

5.4.4Pola Penggunaan Ceftriaxone Pada Empat Kombinasi Antibiotika Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 43

5.5 Profil Switching Rute, Dosis dan Jenis Pada Ceftriaxone ... 43

5.6 Terapi Lain Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas ... 45

5.6.1Distribusi Terapi Lain Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 45

5.7 Lama Penggunaan Ceftriaxone Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 47

5.8 Lama Rawat Inap Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap ... 47

5.9 Profil Pasien Pneumonia Komunitas dengan Kondisi Meninggal ... 48

BAB VI PEMBAHASAN ... 49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Klasifikasi dan Faktor Resiko Pneumonia ... 10

II.2 Manifestasi Klinis Pneumonia ... 12

II.3 Jenis Obat dan Dosis pada Pneumonia ... 14

II.4 Antibiotika pada Terapi Empiris Pneumonia Komunitas... 18

II.5 Terapi Empiris Pneumonia Komunitas Rawat Inap ... 19

II.6 Terapi Empirik Antibiotika untuk Pneumonia Komunitas pada pasien Pediatri .... 20

II.7 Antibiotik pada Terapi Empiris Pneumonia Nosokomial ... 22

II.8 Terapi Empiris Pneumonia Nosokomial ... 23

II.9 Tabel Ceftriaxone di Indonesia ... 27

V.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari sampai 31 Maret 2015 ... 37

V.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 38

V.3 Status Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 38

V.4 Distribusi Pasien Perokok Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015.. 38

V.5 Distribusi Penyakit Penyerta Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 39

(10)

x

V.7 Pola Penggunaan Ceftriaxone Tunggal Yang Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 40 V.8 Pola Penggunaan Ceftriaxone dengan Antibiotika Lain Yang Diterima Pasien

Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 41 V.9 Pola Penggunaan Ceftriaxone dengan Kombinasi Antibiotika Lain Yang

Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 42 V.10 Pola Penggunaan Ceftriaxone dengan Tiga Kombinasi Antibiotika Lain Yang

Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 43 V.11 Pola Penggunaan Switching Rute, Dosis dan Jenis Pada Ceftriaxone Yang

Diterima Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 43 V.12 Jumlah dan Persentase Masing-Masing Jenis Terapi Tambahan Yang Diterima

Pasien Pneumonia Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 45 V.13 Distribusi LamaPenggunaan Ceftriaxone Yang Diterima Pasien Pneumonia

Komunitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 47 V.14 Jumlah dan Persentase Lama Rawat InapPasien Pneumonia Komunitas di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Periode 1 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015 ... 47 V.15 Jumlah dan Persentase Pasien Pneumonia Komunitas Yang Meninggal di

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ... 66

2 Surat Pernyataan ... 67

3 Keterangan Kelayakan Etik ... 68

4 Jadwal Penelitian ... 69

5 Anggaran Biaya ... 70

(13)

xiii

DAFTAR PUTAKA

Anonim,2015.Tabel Ceftriaxone di Indonesia. http://www.mims.com/Indonesia/drug/search?q=ceftriaxone. Diakses 15 januari 2016

Aradiya J., Harshad V oriya, Shailesh K. Bhavsar U vesh., 2010. Pharmakonetics of

Ceftriaxone in Calves. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/. Diakses tanggal 19

September 2015.

Basnet S. 2013. ACUTE EXACERBATION OF CHRONIC OBSTRUCTIVE

PULMONARYDISEASE.http://www.nepjol.info/index.php/JCMC/article/view/847

1. Diakses 26 April 2015

Bhatia, Sujata K. 2010. Biomaterials for Clinical Aplications. New York: Springer Science + Business Media, pp. 75-96.

Castillo-Juan Gonzales. 2014. Guidelines for the management of community-acquired

pneumonia in the elderly patient.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24676248.Diakses 20 Desember 2015

Chamber, Henry F., 2007. Beta-Lactam & Other Cell Wall- & Membrane-Active Antibiotics, In: Basic & Clinical Pharmacology 10th Ed. San Francisco: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Cosgrove, Sara E., M.D., M.S. 2015. Antibiotic Guidelines 2015-2016 Treatment

Recommendations For Adult Inpatients. Amerika Serikat. Johns Hopkins Hospital

Medicine.

Crim, C. 2009. Pneumonia risk in COPD patiens receiving inhaled corticosteroids alone or in combination: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19443528. Diakses 26 April 2016

Dipiro, Joseph T., 2011. Infectious Disease. In: Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 8th Edition. NewYork: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data Kesehatan.

Faisal Fikri,dkk. 2014. Penilaian Respons Pengobatan Empiris pada Pasien Rawat

Inap dengan Pneumonia Komunitas. http://jurnalrespirologi.org/wp

(14)

xiv

Falguera Miquel, MD. 2005. Etiology and outcome of Community-Acquired

Pneumonia in patients with Diabetes Mellitus.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16304267. Diakses 5 Mei 2016

Frei, Christopher R, dkk. 2011. A clinical pathway for community-acquired

pneumonia: an observational cohort study.

http://bmcinfectdis.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2334-11-188. Diakses tanggal 12 Januari 2016.

Grau Santiago, Virginia Lozano, Amparo Valladares, Rafael Cavanillas, Yang Xie , Gonzalo Nocea., 2014. Antibiotic expected effectiveness and cost under real life microbiology: evaluation of ertapenem and ceftriaxonein the treatment of

community-acquired pneumonia elderly patients in Spain.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/. Diakses tanggal 2 September 2015.

Gupta Dheeraj , dkk. 2012. Guidelines for Diagnosis and Management of Community and Hospitas Acquired Pneumonia in Adult: Joint ICS/NCCP (I) Recommendations.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3458782/. Diakses tanggal 22 Desember 2015.

Hallowel, Robert W. 2016. Severe pulmonary hypertension in idiopathic non specific

interstial pneumonia.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22558525. Diakses 26 April

2016.

Harris Michael. 2011. British Thoracic Sociaty. London. Community Acquired Pneumonia in Children Guideline Group

JC.Kwong. 2011. New Aspiration: the debate on aspirasi pneumonia treatment

guidelines. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21978335. Diakses 26 April 2016

Jones, R., Sader, H., Moet, G. and Farrell, D. (2010). Declining antimicrobial susceptibility of Streptococcus pneumoniae in the United States: report from the

SENTRY Antimicrobial Surveillance Program (1998_2009). Diagn Microbiol

Infect Dis 68: 334_336.

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data Kesehatan.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(15)

xv

Control, and Risk of Hospitalization With Pneumonia.

http://care.diabetesjournals.org/content/31/8/1541.full.pdf. Diakses 26 April 2016. Lacy, Charles F. dkk, 2010. Drug Information Handbook, A Comprehensive Resource

for all Clinicians and Healthcare Profesional 18th Edition, North American: Lexi

Comp’s inc., pp304-307

Lim , Wei Shen Lim. 2009. British Thoracic Sociaty. London. British Thoracic Society Reports, Vol 1.

M. Phil Sonia Akter, SM Shamsuzzaman M. Phil, PhD., Ferdush Jahan, M.Phil., 2014.

Community Acquired Bacterial Pneumonia: Aetiology, Laboratory detection

and Antibiotic Susceptibility pattern. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/. Diakses

tanggal 19 September 2015

McEvoy, Gerald K., 2011. AHFS Drug Information Essentials. Bethesda: the American Society of Health-System Pharmacist, Inc.

Menon Resmi U., Abraham P. George., Unnukrishnan K. Menon., 2013. Etiology and Anti-microbial Sensitivity of Organism Causing Community Acquired

Pneumonia : A Single Hospital Study.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3902680/. Diakses tanggal 2 September 2015.

Nelson. John D., 2014. Nelson’s Pediatric Antimicrobial Therapy 20th Edition. USA. American Academy of Pediatrics.

Nguyen, H. Bryant, Rivers, Emanuel P., Abrahamian, Fedrick M., Moran, Gregory J., Abraham, Edward, Trzeciak, Stephen, Huang, David T., Osborn, Tiffany, Stevens, Dennis, and Talan, David A., 2006. Severe Sepsis and Septic Shock: Review of The

Literature and Emergency Departement Management Guidelines.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16781920. Diakses 26 April 2016

Patterson Caroline M, Michael R Loebinger. 2012. Community acquired pneumonia: assessment and treatment.

http://www.clinmed.rcpjournal.org/content/12/3/283.short. Diakses tanggal 5 Januari 2016.

Perhimpunan dokter Paru Indonesia (PDPI), 2003, Pneumonia nosokomial, Pedoman

Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

(16)

xvi

Pharmaceutical Partners Of Canada, 2013. Ceftriaxone of Injection. http://fresenius-kabi.ca. Diakses 19 September 2015.

Seligman Renato, dkk. 2012. Risk factors for infection with multidrug-resistant

bacteria in non-ventilated patients with hospital-acquired

pneumonia.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4075848/. Diakses

tanggal 6 Januari 2016.

Simonetti Antonella F., Diego Viasus, Carolina Garcia-Vidal and Jordi Carratala. 2014.

Management of community-acquired pneumonia in older adults.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4072047/. Diakses tanggal 5 Januari 2016.

Singh Yudh Dev. 2012. Pathophysiology of Community Acquired. http://japi.org/january_special_2012/03_pathophysiology_of_community.pdf.

Diakses tanggal 10 Januari 2016.

Sudoyo, Aru,W, (2009). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Edisi 5 Jakarta

Sweetman, S.C. (2009). Martindale 36 The Complete Drug Reference. London: The Pharmaceutical Press.

Tatro, D.S., 2010. Drug Interaction Facts. St Louis: A Wolter Kluwers Company. 2001,pp.24,442,635,783,880.

Underwood, J.E., 2000. Pneumonia. In : E.T. Herfindal and Dick R., Textbook of

Therapeutics : Drug And Disease Management. 7th Ed., Philadelphia : Lipincott

William and Wilkins. P. 1403-23

Uvizl Radovan,dkk. 2011. HOSPITAL-ACQUIRED PNEUMONIA IN ICU

PATIENTS.

http://biomed.papers.upol.cz/artkey/bio-201104-0010_hospital-acquired_pneumonia_in_icu_patients.php.Diakses tanggal 10 Januari 2016.

Wilson, Lorraine M.,2006. Penyakit Pernafasan Restriktif. In: Price, Sylvia A., and Wilson Lorraine M., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. 6 Vol. 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 804-810

Wells Barbara G., 2015. Infectious Disease. In: Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., Pharmacotherapy Handbook 9th Edition. NewYork: The McGraw-Hill Companies, Inc., pp. 410-417.

W.H Jain dkk. 2015. Community-Acquired Pneumonia Requiring Hospitalization

among U.S Adult. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1500245. Diakses

(17)

xvii

Woodhead, M., Blasi, F., Ewig, S., Garau, J., Huchon,G., Ieven, M. et al. (2011).

Guidelines for the management of adult lower respiratory tract infections – full

version. Clin Microbiol Infect17(Suppl. 6): E1_E59.

Yayan Josef. 2014. The comparative development of elevated resistance to macrolides

in community-acquired pneumonia caused by Streptococcus

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus teminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2009). Pneumonia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu pneumonia komunitas (community-acquired

pneumonia), Health Associated (HCAP), pneumonia nosokomial (Hospital

acquired-pneumonia), Ventilator associated (VAP) (Dipiro et al.,2011).

Pneumonia merupakan penyakit menular penyebab rawat inap dan kematian terbanyak diantara orang dewasa di Amerika Serikat dengan biaya medis melebihi $10 milliar pada tahun 2011, dan di negara tersebut pneumonia komunitas yang merupakan penyebab infeksi utama rawat inap pada orang dewasa (W.H Jain dkk, 2015). Pneumonia merupakan suatu penyakit yang sekitar 5 kali lebih sering

menyerang di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Insiden

Community Acquired-pneumonia (CAP) sekitar 4-5 juta per kasus, dan sekitar

25% memerlukan rawat inap (M.phil Sonia Akhter, 2014). Insiden CAP pada tahun 2012 yang dirawat di rumah sakit jauh lebih tinggi pada pasien usia lanjut.

Di Amerika Serikat usia ≥65 tahun, angka kejadian adalah 18,3% dari 1000 pasien adalah yang berusia 65-69 tahun dan terus meningkat 5 kali lipat menjadi 48,5% dari 1000 pasien (Simonetti Antonella F, 2014). Kematian rata-rata untuk pasien di rawat di rumah sakit yang disebabkan oleh (CAP) adalah 14% (Menon Resmi U.dkk, 2013). Jutaan orang didunia setiap tahunnya yang terinfeksi oleh CAP memiliki tingkat kematian yang tinggi sehingga sangat penting untuk mendeteksi resiko tinggi yang rentan terhadap terjadinya komplikasi dan kematian (Yayan Josef, 2014).

(19)

2

kematian akibat CAP di RS Persahabatan dan RS dr. Soetomo berkisar 10-20% (Faisal Fikri dkk, 2014). Sejak tahun 2007 sampai 2012 angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu 23-27,71% selama kurun waktu terebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80% (Kemenkes RI, 2010).

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Bakteri penyebab pneumonia komunitas pada pasien rawat jalan meliputi S.pneumoniae, M.pneumoniae, H.influenza,

C.pneumoniae, M.catarrhalis, gram negatif bacilli, sedangkan pada pasien rawat

inap yang tidak dirawat di ICU meliputi S.pneumoniae, H.influenza,

M.penumoniae, C.pneumoniae, Legionella sp. dan pada pasien yang rawat di ICU

meliputi S.pneumoniae, S.aureus, Legionella sp, gram negatif bacilli, H.influenza. Pada pneumonia nosokomial bakteri penyebabnya meliputi pada pasien yang tidak ada faktor resiko Multidrug Resistant (MDR) yaitu disebabkan oleh

S.pneumoniae, H.influenza, MSSA enteric Gram negatif bacilli, sedangkan pada

pasien yang beresiko adanya faktor MDR yaitu disebabkan oleh P.aeruginosa,

K.pneumoniae (ESBL), Acinobacter p. Health Care/HCAP merupakan klasifikasi

terbaru untuk membedakan antara CAP yang beresiko patogen Multidrug

Resistant (MDR) (Misalnya, P.aeruginosa, spesies Acinobacter, dan

Methicillin-resistant S.aureus (MRSA)), dapat pula disebabkan oleh patogen atipikal (misalnya, lobar pneumonia dengan noda bakteri gram negatif pada dahak) yang disebabkan oleh M.pneumoniae, C.pneumoniae, atau spesies Legionella. Patogen anaerob merupakan yang paling umum pada pneumonia yang disebabkan aspirasi orofaringeal atau isi lambung. Ventilator-assiciated pneumoniae (VAP) juga berhubungan dengan patogen Multidrug Resistant (MDR) (Dipiro et al.,2011)

(20)

3

makrofag akibatnya dapat terjadinya pneumonia sekunder (Dipiro et al.,2011). Mikroorganisme dengan diameter 100 µm mengendap, mikroorganisme dengan diameter 10 µm terjebak di sekresi hidung, partikel dengan diameter kurang dari 5 µm dapat mencapai alveoli, kebanyakan diameter bakteri adalah 1 µm atau lebih, tetapi Mycoplasma, Chlamydophila, dan Caxiella 5 sampai 100 lebih kecil (Sigh Yudh Dev, 2012).

Manifetasi klinis pneumonia pada umumnya meliputi batuk, dyspnoea, demam >38oC, menggigil, nyeri pada pleuritik (Patterson Caroline M, 2012).

Pada pemeriksaan fisik terjadi takipnea dan takikardi, kusam pada perkusi, peningkatan fremitus taktil, dan esophony, retraksi dinding dada dan pernapasan mendengus, serta napas terdengar berkurang terlebih di daerah yang terkena infeksi. Pada pemeriksaan laboratorium meliputi hitung jenis leukositnya bergeser ke kiri dan saturasi oksigen rendah (Dipiro et al., 2011).

Sulitnya dalam menentukan penyebab CAP, pengobatan antibiotika empiris sering dibutuhkan. Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif, sebagian besar dengan CAP ringan sampai sedang dirawat di pusat kesehatan masyarakat dengan terapi antimikroba empiris. Pasien dengan penyakit yang lebih serius atau yang sudah lanjut usia atau ada penyakit penyerta dirawat dirumah sakit, dan terapi antimikroba dimulai secara empiris pula , dengan demikan penting bahwa pilihan terapi antimikroba memastikan cakupan yang tepat dari yang berpotensi resisten(Grau S dkk, 2014).

Pemilihan antibiotika pada penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya, dan ada atau tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misal S.pneumoniae yang resisten terhadap penisilin. Menurut pedoman Infectious

Disease Society of American (IDSA) pasien rawat jalan, direkomedasikan

pengobatan empiris adalah makrolida untuk pasien yang sebelumnya sehat atau yang belum pernah terinfeksi serta yang tidak menggunakan antimikroba dalam 3 bulan sebelumnya, namun pada beberapa negara makrolida telah resisten terhadap

S.pneumoniae (Jones et al.,2010). Data terbaru menunjukkan bila pasien

(21)

4

tersebut, daripada antibiotika lain (Simonetti Antonella F. dkk, 2014). Peningkatan resistensi terhadap makrolida dan penisilin yang merupakan antibiotik pilihan utama pada pneumonia menyebabkan perlunya pemilihan antibiotik lain sebagai pilihan terapi. Golongan sefalosporin yang merupakan pilihan berikutnya setelah penisilin untuk terapi pneumonia. Sefalosporin

merupakan derivat β-laktam yang memiliki spektrum luas dengan mekanime kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif (Aradiya Jayesh dkk,2010).

Ceftriaxone adalah sefaloporin generasi ketiga dengan aktivitas spektrum luas terhadap bakteri gram negatif. Antibiotik tersebut antivitas mikrobanya banyak digunakan untuk mengobati pasien lanjut usia di antaranya pneumonia (Grau S.dkk, 2014). Menurut hasil penelitian Streptococcus pneumoniae

ditemukan peka terhadap ceftriaxone sebesar 80% setelah amoxicilin klavulanat dan ampisilin selain itu juga bakteri gram negatif lain lebih sensitif terhadap morepenem dan ceftriaxone (M.Phil Sonia Akhter dkk,2014). Hal ini ini membuktikan bahwa ceftriaxone mempunyai kepekaan yang cukup tinggi dalam mengatasi bakteri penyebab penumonia, oleh karena itu antibiotik ceftriaxone akan dilakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu, bagaimana keefektifan antibiotik tersebut berdasarkan pola penggunaan dan dosis yang diberikan serta lama pemberian dalam rangka peningkatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan antibiotik ceftriaxone pada pneumonia komunitas rawat inap di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu.

1.3 Tujuan Penelitian

(1) Mempelajari pola penggunaan antibiotika ceftriaxone pada pasien pneumonia komunitas.

(22)

5

1.4 Manfaat

(1) Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi tentang pneumonia komunitas dan pemilihan antibiotika yang tepat untuk terapi pneumonia komunitas.

(2) Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penyebab terjadinya pneumonia komunitas, sehingga dapat dilakukan pencegahan.

Gambar

Tabel Data Induk.........................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

telah menguji aktivitas antibakteri ekstrak metanol kulit buah delima pada. konsentrasi 50 mg/disk terhadap Pseudomonas aeruginosa

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh

callina memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada daya putus, total mikroba dan organoleptik (tekstur, rasa, aroma dan warna), tetapi tidak berbeda nyata terhadap

komplikasi hipertensi. Hasil penelitian menyatakan bahwa Pelaksanaan.. konseling dalam home care berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pasien dalam penggunaan

4.2.1.3 The Effect of Cooperative Learning in Improving Students Writing Competence .... viii LIST

Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap public mengidentifikasi kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan public, serta

Faktor  yang  keempat  adalah  faktor peluang bisnis  keuntungan dimaksud  adalah setelah melihat beberapa pertimbangan peluang dan  kesempatan  di  masyarakat 

bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 dan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2004, penetapan hasil seleksi calon