• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM UMAT KRISTIANI DI LINGKUNGAN St

A. Gambaran Umum Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius

Untuk mengetahui gambaran umum umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan, penulis akan menguraikan sejarah dan latar belakang terbentuknya lingkungan, kegiatan-kegiatan yang ada dan semangat yang menjiwai umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan berdasarkan hasil studi buku panduan lingkungan dan pengamatan lapangan. Berikut ini adalah uraiannya:

1. Sejarah dan Latar Belakang terbentuknya Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta

Berdasarkan dokumen lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ( Sukirman 2003: 14), yaitu Sejarah dan Latar Belakang lingkungan dijelaskan sebagai berikut: Sebelum 1964 Paroki Jetis merupakan salah satu bagian dari paroki Kota Baru. Saat itu, paroki Jetis belum menjadi paroki melainkan stasi. Seturut perkembangan jumlah umat maka tepat pada tahun 1964, stasi Jetis memisahkan diri dari Paroki Kotabaru dan berdiri sendiri sebagai paroki dengan nama Paroki St. Albertus Agung Jetis-Yogyakarta dengan pastor parokinya adalah Romo. HS Notosusilo, Pr. Pada tahun 1964 itu, Paroki Jetis cukup berkembang dengan pesat. Hal ini nampak dalam jumlah umat yang terbagi dalam 4 kring. Adapun nama-nama kring yang ada saat itu antara lain: kring Jetisharjo, kring Gondolayu, kring Pancawinatan dan kring Bangirejo. Cikal bakal lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan itu sendiri adalah berasal dari kring Bangirejo. Pada waktu itu kring Bangirejo diketuai oleh Bpk. P.C Slamet (alm). Kring Bangirejo sendiri saat itu meliputi empat lingkungan antara lain: lingkungan Cokrodiningratan, lingkungan Blunyah, lingkungan Karangwaru dan lingkungan Bangirejo sendiri. Dibandingkan dengan lingkungan yang lainnya, lingkungan Cokrodiningratan nampak lebih

berkembang pesat. Pada bulan Agustus 1964, lingkungan ini memisahkan diri dari kring Bangirejo dan berdiri sendiri sebagai kring Cokrodiningratan. Adapun tempat peresmiannya dilaksanakan di tempat Bpk. Mujiono dan diresmikan oleh pastor paroki dan pada saat itu juga terpilihlah ketua kring Cokrodiningratan yang pertama yakni Bpk. D. Soekirman. Dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua kring, Bpk. D. Soekirman dibantu dan didampingi oleh sesepuh dan para tokoh umat di paroki Jetis antara lain: Bpk. Ph Kartosudarmo, Bpk B. Supardi dan Bpk Vic. Irlan. Saat ini ketiga-tiganya sudah meninggal dunia. (Sukirman.2003:16).

Pada saat kring Cokrodiningratan berdiri, umatnya masih belum banyak, kira-kira 12 keluarga dengan jumlah jiwa 40 orang. Pada awal berdirinya, lingkungan Cokrodiningratan belum mempunyai santo pelindung. Untuk memilih siapa santo pelindungnya, umat dari lingkungan ini berdoa dengan khusuk. Pada bulan Oktober 1964 umat di lingkungan ini mengadakan doa rosario sebulan penuh (Sukirman 2003:16).

Selain memuliakan Maria sebagai intensinya, juga dalam doa itu dibacakan riwayat para kudus dengan tujuan untuk mencari dan memilih santo pelindung. Dari sekian banyak orang kudus yang telah dibaca dan direnungkan akhirnya dipilihlah St. Ignatius Loyola sebagai Pelindung Kring Cokrodiningratan. Adapun waktu peresmiannya adalah pada bulan November 1964 oleh Romo HS. Notosusilo, Pr dalam suatu misa Kudus bertempat di rumah Bapak B. Supardi, dan sampai sekarang pesta nama St. Ignatius Loyola yang jatuh pada tanggal 31 Juli, selalu diperingati dan dirayakan. Untuk memeriahkan kesempatan ini, biasanya umat mengadakan berbagai kegiatan, antara lain misa kudus, lomba membaca Kitab Suci, dan lomba memasak bagi keluarga-keluarga. Pada 1969 nama kring diubah menjadi kepamongan, namun

tidak berlangsung lama dan pada tahun 1980, nama kepamongan diganti menjadi lingkungan hingga sekarang. Tahun 2007 Paroki Jetis sendiri telah terbagi dalam 4 wilayah dan 1 paroki administratif (Paroki Nandan).

Keempat wilayah itu antara lain:

a. Wilayah I terdiri dari: Lingkungan Bumijo, lingkungan Gowongan, lingkungan Penumping dan lingkungan Poncowinatan.

b. Wilayah II terdiri dari: Lingkungan Bangunrejo, lingkungan Kricak, lingkungan Jatimulyo Alfonsus, lingkungan Jatimulyo Thomas, lingkungan Jatimulyo Paulus;

c. Wilayah III terdiri dari: Lingkungan Bangirejo. Lingkungan Blunyah, Lingkungan Karangwaru, dan lingkungan Cokrodiningratan.

d. Wilayah IV Lingkungan Jogoyudan Kidul, Jogoyudan Lor. Lingkungan Cokrokusuman dan Lingkungan Jetisharjo (Dokumen Lingkungan 2006.17):.

Dari pembagian wilayah di atas kita dapat melihat bahwa lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan termasuk dalam wilayah III. Adapun jarak dari lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ke paroki ada sekitar 500 m. Lingkungan ini berada di kelurahan Cokrodiningratan, kecamatan Jetis-Yogyakarta. Seturut perjalanan waktu, lingkungan inipun berkembang meskipun tidak sangat pesat tetapi telah mampu menunjukkan bahwa secara perlahan-lahan namun pasti lingkungan ini menunjukkan perkembangannya. Hal ini nampak dari jumlah umatnya. Dalam kurun waktu 38 tahun, lingkungan ini telah mengumpulkan 65 kk atau jumlah jiwa 175 orang sebagai anggota ( Dokumen lingkungan 2006:10-11).

Untuk semakin memperkembangkan kualitas hidup beriman umat lingkungan ini juga dibantu oleh beberapa tarekat religius, antara lain: Tarekat Carolus

Boromeus (CB) dan Societas Jesus Maria dan Joseph (JMJ). Kedua tarekat itu adalah milik para suster yang berkarya dalam bidang yang berbeda. Tarekat CB bergerak dibidang kesehatan dan pendidikan serta tarekat JMJ sebagai komunitas studi para suster muda JMJ. Selain tugas studi para suster juga terlibat dalam lingkungan baik dalam pendalaman iman, kegiatan koor, kunjungan orang sakit dan memimpin ibadat-ibadat yang dilakukan di lingkungan.

Dari segi letak geografisnya, lingkungan ini termasuk ke dalam wilayah perkotaan. Banyak gedung sekolah, kantor pemerintahan, rumah sakit, pasar dan berbagai fasilitas umum lainnya. Hal ini menyebabkan seluruh kehidupan umat dipengaruhi suasana dan permasalahan kehidupan kota yang sangat kompleks. Dari segi sosial-budaya, lingkungan ini umumnya dihuni oleh orang-orang yang ramah, dan berpendidikan. Hal Ini nampak dalam berbagai kegiatan yang diikuti bersama tetangga sekitar seperti kegiatan RT, RW ataupun kelurahan dan arisan Ibu-ibu. Demikian juga kegiatan yang dilakukan antar umat Kristiani sendiri di lingkungan seperti ibadat sabda, pendalaman iman, persekutuan dan pelayanan, ibadat rosario dan kunjungan sosial. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa dari pengamatan penulis melihat keaktifan umat dalam setiap peribadatan lingkungan yang paling diminati oleh umat adalah ibadat rosario saja.

Ibadat rosario diadakan setiap hari pada bulan Mei dan Oktober. Kehidupan sosial-ekonomi umat lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan sangat beragam. Berbagai macam latar belakang tingkat ekonomi dan mata pencaharian ada di lingkungan ini. Mulai dari buruh, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, guru sampai pegawai negeri ada semua. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang menyolok antara keluarga satu dengan yang lainnya walaupun terdapat tingkat atas, menengah dan bawah. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa di balik kemajuan yang

ada, umat St Ignatius Loyola Cokrodiningratan, tentunya mengalami suatu tantangan dalam membangun dan memelihara serta meningkatkan kehidupan beriman mereka. Suatu kendala yang kerap dihadapi adalah masalah keluarga yang kawin campur, kurangnya pendampingan iman dalam keluarga dan juga kurangnya pemahaman ajaran iman dari para orang tua. Itulah sekilas sejarah terbentuknya dan perkembangan lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.

2. Macam-macam Kegiatan dalam Mengembangkan Kehidupan Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta saat ini

Dalam usaha mengembangkan kehidupan iman, umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis kerap kali mengadakan berbagai kegiatan rutin. Berikut ini adalah macam-macam kegiatan rutin mulai dari kegiatan rutin harian, bulanan dan tahunan yang dilakukan oleh umat di lingkungan ini.

a. Kegiatan Rutin Harian Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta

Dalam mengisi hari-harinya, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan secara kreatif menyusun berbagai macam program kegiatan sehingga setiap hari selalu ada kesempatan untuk bertemu dan saling meneguhkan iman masing-masing.

Adapun program kegiatan yang kerap kali mereka lakukan antara lain: kunjungan orang sakit yang diadakan setiap hari Rabu, pendalaman iman dan doa rosario setiap hari Kamis, latihan koor setiap hari Jumat, pendalaman Iman anak setiap hari Sabtu dan hari minggu, serta kunjungan keluarga oleh Tim Pastoral yang dilakukan satu kali dalam seminggu.

Kegiatan-kegiatan harian ini merupakan momen yang sangat penting bagi umat, di mana dengan melakukan kegiatan rutin tersebut, selain dapat saling meneguhkan dalam iman, masing-masing anggota umat Kristiani juga dapat semakin menjalin tali persaudaraan dalam satu iman.

b. Kegiatan Rutin Bulanan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta

Dalam setiap bulan, umat di lingkungan ini mendapat pelayanan dari para pastor yang ada di paroki. Pelayanan itu berupa misa lingkungan dan kunjungan pastor paroki. Melalui kegiatan itu, Gereja berharap umatnya dapat semakin disegarkan dan dikembangkan dalam hal iman. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan ini sungguh-sungguh mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan hidup umat. Melalui kegiatan ini umat semakin menyadari akan arti dan pentingnya perayaan ekaristi serta keberadaannya dalam lingkungan.

Sebagai makhluk sosial umat Krisitini juga menyadari dengan saling mengunjungi satu sama lain akan memperkembangkan iman, saling meneguhkan satu dengan yang lain dan dalam kebersamaan mereka mampu menghayati imannya dengan lebih baik. Sungguh merupakan momen yang sangat tepat bagi umat untuk semakin berkembang dalam hidup beriman, jika kegiatan bulanan ini dapat terus-menerus dipertahankan atau jika mungkin semakin dikembangkan.

c. Kegiatan Rutin Tahunan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta

Selain kegiatan rutin harian dan bulanan, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan juga kerap kali mengadakan kegiatan tahunan. Kegiatan tahunan yang biasa dilakukan adalah misa bersama untuk memperingati Santo

pelindung lingkungan yang diadakan setiap tgl 31 Juli dan ziarah bersama pada bulan Oktober dan Misa tutup tahun pada akhir bulan Desember. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut umat diajak untuk mensyukuri segala kasih dan rahmat berlimpah dari Allah selama satu tahun mereka hidup bersama dan berjuang memperkembangkan iman Kristianinya. Karena kegiatan ini hanya dilakukan sekali dalam setahun, tidak sedikit dari anggota umat lingkungan sangat antusias dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan tahunan biasanya dibuat lebih kreatif dan interaktif sehingga umat cukup antusias dalam mengikutinya.

3. Semangat yang Menjiwai Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan

Pada awal mulanya lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan belum mempunyai santo pelindung. Pada awal bulan November 1964, setelah melalui proses yang cukup panjang (novena selama satu bulan penuh) akhirnya dipilihlah St. Ignatius Loyola sebagai Santo pelindung dari lingkungan ini. Adapun sebagai alasan umat memilih St. Ignatius Loyola sebagai santo pelindung adalah karena melihat perjuangan dan kesungguhan dari umat sendiri untuk menjadi anggota Gereja. Pada saat terbentuknya lingkungan ini, banyak umat yang memiliki semangat berkorban dan melayani bagi sesamanya. Ketekunan dalam doa juga menjadi salah satu alasan mengapa St. Ignatius Loyola dipilih sabagai santo pelindung.

Dengan berbekal tekad dan kemauan untuk mandiri dan tidak tergantung pada para pastor di paroki, umat di lingkungan ini berusaha semaksimal mungkin agar kehidupan iman mereka tetap tumbuh dan berkembang meskipun para pastor di paroki tidak berkunjung ke lingkungan. Misalnya, untuk doa lingkungan meskipun tidak ada pastor masih tetap berjalan dengan baik.

Keinginan untuk mandiri dan memisahkan diri dari kring Bangirejo saat itu didorong pula oleh jarak yang jauh antara anggota umat lingkungan satu dengan yang lainnya. Meskipun Jumlah umat sedikit pada waktu itu, tetapi semangat kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa dan selalu dijaga. Hal ini nampak pada kegiatan doa lingkungan dan doa rosario yang dilaksanakan hampir setiap hari.

Berdasarkan pengalaman itu, para pemimpin umat di lingkungan menemukan semangat yang sama, antara semangat dari umat dengan semangat yang dimiliki oleh St. Ignatius Loyola. Selain itu, banyak harapan yang ingin dicapai oleh umat agar hidup iman mereka minimal serupa dengan hidup beriman St. Ignatius Loyola. Semangat pelayanan, dan kesetiaan pada Allah dari St. Ignatius ternyata telah memberikan inspirasi bagi umat di lingkungan ini. Totalitas dalam menjawab panggilan Allah saat itu telah menjadi komitmen dan tekad bersama.

Dengan berperilaku baik di masyarakat, umat di lingkungan ini yakin dan percaya bahwa keteladanan hidup merupakan bentuk pewartaan Injil yang paling efektif. Hal ini diperoleh umat setelah belajar lebih banyak tentang siapa St. Ignatius itu. Menjadi semakin serupa dengan Kristus, yakni demi semakin besarnya kemuliaan Allah telah menjadi spirit dari umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Dalam praktek hidup berimannya, umat yang telah terinspirasi oleh semangat hidup beriman St. Ignatius juga mengimbangi hidup berimannya dengan melakukan doa devosi kepada Bunda Maria. Melalui devosi kepada Bunda Maria ini mereka seolah-seolah semakin merasa dekat dengan Allah. Allah yang berada di surga kini dirasakan sangat dekat berkat kehadiran Santa Perawan Maria.

Devosi kepada Bunda Maria sudah dilakukan sejak awal berdirinya lingkungan ini. Jadi, bukanlah suatu yang asing bagi mereka ketika ditanya siapa Bunda Maria itu. Seturut perjalanan waktu dan perkembangan peradaban,

rupa-rupanya baik semangat St. Ignatius maupun keteladanan Bunda Maria sedikit mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena pergantian ketua lingkungan di mana masing-masing ketua biasanya mempunyai prioritas yang hendak dicapai oleh segenap umat. Meskipun tujuannya sama, yakni semakin dekatnya mereka dengan Allah tetapi hal ini sedikit mempengaruhi perkembangan hidup beriman umat.

Kemunduran hidup beriman nampak pada motivasi umat yang kadang-kadang tidak jelas. Sebagai salah satu contoh konkret adalah bahwa dewasa ini tidak sedikit umat yang menolak untuk menyediakan waktu dan tempat untuk doa rosario, pendalaman iman atau ibadat bersama.

Hal ini disebabkan karena kebiasaan tuan rumah untuk tidak menyediakan jamuan pada setiap pertemuan doa, tidak dilakukan lagi, sehingga ada anggota umat yang keberatan karena masalah konsumsi dan kelayakan tempat untuk menampung seluruh umat yang hadir.

Tetapi hal ini sebenarnya bisa diatasi oleh umat sendiri karena penulis yakin semangat dari St. pelindung lingkungan selalu memberikan kekuatan bagi perkembangan hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.

B. Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat Kristiani di Lingkungan St.

Dokumen terkait