• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTITUSIONALISME HAK MENGUASAI ATAS TA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSTITUSIONALISME HAK MENGUASAI ATAS TA (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTITUSIONALISME HAK MENGUASAI NEGARA ATAS TANAH

(Studi Komparatif hukum pertanahan Indonesia dan asutralia)

Oleh ; Kasyful Qulub A. Latar belakang.

Indonesia merupakan negara dengan sistem hukum civil law dengan hukum tertulisnya dengan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesi (disingkat UUD 1945) sebagai hukum tertingginya, yang didalam rumusannya yang secara eksplisit ataupun implisit terdapat pandangan-pandangan dan nilai-nilai fundamental. UUD 1945 sebagai konstitusi negara indonesia tidak hanya mengatur mengenai lembaga-lembaga serta struktur ketatanegaraan indonesia saja atau yang disebut sebagai konstitusi politik

(political constitution) . namun lebih dari itu UUD 1945 juga merupakan konstitusi

ekonomi (economic constitution), bahkan konstitusi sosial (social constitution) karena UUD 1945 memiliki dimensi pengaturan ekonomi dan kesejahtraan sosial didalam BAB XIV tentang perekonomian dan kesejahtraan sosial.

Dimensi pengaturan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang tertuang di dalam Pasal 33 dan 34 UUD 1945. Pasal ini merupakan konsekuensi dari tujuan dari berdirinya negara Indonesia, hal ini ditunjukkan di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4, yang rumusannya sebagai berikut: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan “kesejahteraan umum”, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social”.1 kesejahtraan disini juga berorientasi pada kesejahtraan ekonomi dan sosial.

tujuan memajukan kesejahtraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 sangat erat dengan lebijakan ekonomi. meskipun hal ini tidak dirumuskan sebagai norma yang dapat ditegakkan melalui proses pengadilan, namun rumusan pembukaan UUD 1945 haruslah dijadikan acuan dan arahahan dalam penyusunan kebijakan pemerintahan dibidang perekonomian. . acuan dan arahan yang demikian dapat kita bandingkan dengan pengertian directive principle of economic policy

atau directive principle of state policy dalam konstitusi irlandia dan india yang harus dijadikan dasar dalam setiap kebijakan.2

1 Kuntana Magnar, Inna Junaenah, dan Giri Ahmad Taufk, Tafsir MK Atas Pasal 33 UUd 1945: (Studi Atas Putusan MK Mengenai Judicial Review UU No. 7/2004, UU No. 22/2001, dan UU No. 20/2002), Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2010, Hlm, 112.

(2)

perkembangan ppengakuan hak asasi manusia tidak hanya berhenti di Hak asasi manusia generasi pertama (liberte), namun lahir pula hak asasi manusia generasi kedua (egalite) yang berkaitan langsung dengan hak-hak ekonomi dan sosial, walaupun hak-hak ini masih mendapat berbagai kritikan dari berbagai pihak, namun hak ekonomi dan sosial sendiri menurut amarty sen dalam artikelnya menganggap bahwa apabila hak ekonomi dan sosial tidak diakui maka akan menyuburkan princip kew gardens principle .3 karena konsep pembangunan yang hanya menekankan akumulasi kekayaan, pertumbuhan pendapatan per kapita penduduk dan variablevariable lain yang terkait dengan pendapatan. Menurut Sen, proses pembangunan adalah semua usaha untuk menghilangkan “ketidak-bebasan” yang menimbulkan penderitaan bagi semua elemen masyarakat. Pembangunan seharusnya diukur dengan seberapa banyak kebebasan yang dimiliki karena tanpa kebebasan orang tidak bisa membuat pilihan yang memungkin mereka untuk membantu diri sendiri dan orang lain. Amartya Sen mendefinisikan kebebasan sebagai sesuatu yang terkait dan saling melengkapi antara: 1) kebebasan politik dan hak-hak sipil; 2) kebebasan ekonomi, termasuk didalamnya kesempatan untuk mendapatkan kredit; 3) kesempatan sosial, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan dan layanan sosial lainnya; 4) jaminan keterbukaan (transparency), yaitu interaksi antara satu orang dengan yang lain, termasuk dengan pemerintah, yang ditandai dengan saling pengertian tentang apa yang ditawarkan dan apa yang diharapkan; 5) perlindungan keamanan (security), seperti bantuan pada kondisi darurat dan jejaring pengaman lainnya.4

Pasal 33 UUD 1945 sebelum amandemen hanya berisikan 3 (tiga) ayat saja yang berbunyi sebagai berikut :

(1) pereknonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan;

(2) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasa oleh negara;

(3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

setelah amandemen UUD 1945 maka pasal tersebut ditambah menjadi 5 (lima) ayat dengan menambahkan ayat 4 dan 5 yang berbunyi sebagai berikut :

(4) perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirianserta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

(3)

(5) ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang

sebelum adanya amandemen pasal 33 dinilai oleh banyak ahli ekonomi sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman. pertama perekonomian tidak dapat lagi hanya berdasar atas asas kekeluargaan, karena didalam bisnis modern tidak dapat dihindarkan sistem pemilikan pribadi sebagai hak asasi manusia yang juga di lindungi didalam UUD 1945. sifat-sifat kekeluargaan dari suatu usaha hanya relevan apabila dikaitkan dengan koperasi sebagai salah satu bentuk organisasi ekonomi. sedangkan pada bentuk –bentuk usaha perseroan, yang berlaku adalah prinsip “one share one vote” dengan penghargaan yang sangat tinggi terhadap hak milik (property)

, yaitu sama tingginya dengan penghargaan terhadap kebebasan (freedom). hal ini tercermin dalam cara pandang masyarakat modern yang sangat mengagungkan prinsip

liberty dan property.kedua, cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat orang banyak memang harus dikuasai oleh negara, tetapi pengertian dikuasai bukan dimaksudkan untuk dimiliki. ketika, pengertian “dikuasai oleh negara” harus difahami tidak identik dengan “dimiliki oleh negara”. bahkan dikatakan bahwa pengertian penguasaan oleh negara dalam ketentuan pasal 33 ayat (2) dan (3) tersebut bukan harus diwujudkan melaluii pemilikan oleh negara. negara hanya cukup sebagai regulator bukan pelaku.5

Bahwa berdasarkan uraian putusan mahkamah konstitusi terhadap Judicial Review Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 terhadap Pasal 33 UUD 1945 tersebut diatas adalah untuk pengertian “dikuasai oleh negara” haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya”, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah

(4)

dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).

kemudia didalam undang-undang no 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria tepatnya di pasal pasal 2 ayat 2 juga memberikan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan Hak menguasai dari yaitu:

1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan memeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum. pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum . pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan.

hukum pertanahan di dunia mengenal dua macam asas mengenai tanah yang memberikan pengaruh dalam bentuk kewenangan dan kepemilikan tanah.6 asas yang

(5)

pertama dikenal sebagai asasl perlekatan (acessie) dan asas yang kedua adalah asas pemisahan horizontal. namun hukum pertanahan Indonesia memiliki sejarah tersendiri untuk menetapkan asas yang mana menjadi dasar dalam pengaturan mengenai tanah di indonesia. kemudian UUPA yang merupakan unifikasi dibidang hukum agraria yang mengakhiri dualisme hukum pertanahan dengan menetapkan hukum adat sebagai dasar dari pembentukan hukum pertanahan di indonesia yang terkadung dalam pasal 5 UUPA yang berbunyi:

“Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, segala sesuatau dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.”

Maka dari itu, hukum agraria nasional mengadaptasi konsep-konsep, asas-asas dan lembaga-lembaga hukumnya untuk dirumuskan menjadi norma hukum yang tertulis, yang disusun menurut sistem hukum adat tersebut dan salah satu asas yang diambil dari hukum adat dalam pengaturan hukum tanah nasional adalah asas pemisahan horizontal.7 pemberlakuan asas pemisahan horizontal didalam hukum pertanahan indonesia memberikan pemisahan antara kepemilikan tanah dengan apa yang melekat padanya, hal ini membatasi kewenangan pemilik hak atas tanah dalam memanfaatkan tanah yang dimilikinya. sebagai hasil dari pemberlakuan asas pemisahan horizontal, diindonesia dikenal berbagai macam hak sebagaimana disebut diatas selain hak milik untuk pemanfaatan atas tanah yang terpisah dari kepemilikan atas tanah yang dimanfaatkan tersebut.

Diindonesia sendiri konsepsi hak milik baru diatur secara tegas dalam Undang-Undang Dasar sementara tahun 1950, yaitu pada pasal 26 ayat (3) yang berbunyi, “hak milik itu adalah suatu fungsi sosial”. Yang mana ketentuan mengenai fungsi sosial hak milik itu juga dimuat dalam undang-undang pokok-pokok agraria (UUPA). Yang dirumuskan dalam pasal 33 ayat (2) UUD 1945 hanya mengenai hak milik kolektif yang berkaitan de ngan penguasaan oleh negara yang mencakup juga pengertian hak milik kolektif seluruh rakyat indonesia.

Dengan banyaknya ketentuan mengenai hak-hak atas tanah, penulis mencoba untuk fokus kepada permasalahan yang terjadi dari hak milik atas tanah, karena hak

(6)

ini merupakan hak yang turun temurun, terpenuh dan terkuat, dan hanya warga negara indonesia beserta badan hukum dengan ketentuan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah yang dapat mempunyai hak milik atas tanah. namun banyak memberikan permasalahan.

Pertama, pasal 7 UUPA mengenai pemilikan dan penguasaan tanah yang tidak boleh melampaui batas/batas maximum yang tidak diperkenankan dan pasal 17 undang-undang tersebut kepemilikan tanah pertanian yang sudah mempunyai ketentuan lebi lanjut, yakni dalam Undang-Undang No 56 prp tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian.8 Serta kepemilikan tanah non pertanian sejauh ini aturan batas mmaksimum kepemilikan tanah hak milik untuk perumahan adalah keputusan Menteri Agraria/kepala kantor pertanahan No. 6 Tahun 1998 Tentang pemberian hak milik atas tanah untuk rumah tinggal, serta di pasal 4 bahwa seseorang yang mengajukan permohonan harus memberikan pernyataan yaitu bahwa dengan perolehan tanah yang dimohon itu yang bersangkutan akan mempunyai hak milik atas tanah untuk rumah tinggal lebih dari 5 (lima) bidang yang seluruhnya meliputi luas tidak lebih dari 5000 (lima ribu) m2. namun, apakah dengan ketentuan No. 6 Tahun 1998 Tentang pemberian hak milik atas tanah untuk rumah tinggal dapat dijadikan sebagai acuan batas maksimum tanah hak milik untuk tanah non pertanian.

Kedua, jumlah penduduk indonesia yang makin tahun makin mengalami kesesakan, berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia.9 Yang lebih lanjut akan diurai dalam tabel berikut ini :

TABEL 1

DATA PENDUDUK INDONESIA

8 boedi harsono, hukum agraria Indonesi; sejarah pembentukan undang-undang pokok agraria, isi dan pelaksanaannya, ED Rev. cet. 10, jakarta: djambatan, 2005, hlm 368

(7)

Ko

11 Aceh ID-AC Banda Aceh 4.494.410 56.500,51 Daerah khusus Sumatera

12 Sumatera Utara ID-SU Medan 12.982.204 72.427,81 Sumatera

13 Sumater

15 Jambi ID-JA Jambi 3.092.265 45.348,49 Sumatera

16 Sumatera Selatan ID-SS Palembang 7.450.394 60.302,54 Sumatera

17 Bengkul

18 Lampung ID-LA Bandar Lampung 7.608.405 37.735,15 Sumatera

19

21 Kepulauan Riau ID-KR Tanjung Pinang 1.679.163 8.084,01 Sumatera

31

32 Jawa Barat ID-JB Bandung 43.053.732 36.925,05 Jawa

33 Jawa

36 Banten ID-BT Serang 10.632.166 9.018,64 Jawa

(8)

Ko

61 Kalimantan Barat ID-KB Pontianak 4.395.983 120.114,32 Kalimantan

62

Kalimant an Tengah

ID-KT Palangkaraya 2.212.089 153.564,50 Kalimantan

63 Kalimantan

71 SulawesiUtara ID-SA Manado 2.270.596 13.930,73 Sulawesi

72 SulawesiTengah ID-ST Palu 2.635.009 68.089,83 Sulawesi

73 Sulawesi

Selatan ID-SN Makassar 8.034.776

46.116,4

5 Sulawesi

74 SulawesiTenggara ID-SG Kendari 2.232.586 36.757,45 Sulawesi

75 Gorontalo GOID- Gorontalo 1.040.164 12.165,44 Sulawesi

76 SulawesiBarat ID-SR Mamuju 1.158.651 16.787,19 Sulawesi

81 Maluku

ID-MA Ambon 1.533.506

47.350,4

2 Maluku

82 Maluku Utara MUID- Sofifi 1.038.087 39.959,99 Maluku

91 Papua Barat [6] Manokwa

(9)

Ko terjadi selama ini mengindikasikan terjadinya penumpukan pemilikan tanah disatu pihak, sedangkan di pihak lain, banyak yang tidak mempunyai tanah. ketidakseimbangan dalam distribusi pemilikan tanah inilah baik tanah untuk pertanian maupun bukan pertanian yang menimbulkan ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. pada akhirnya, rakyat lapisan bawah yang memiku beban terberat akibat ketidakseimbangan distribusi ini.10

Maka dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dengan pengatur mengenai kepemilikan yang belum optimal, tidak salah ketika orientasi perekonomian diindonesia saat ini belum menuju kepada kesejahtaan sosial sebagaimana dalam pasal 34 UUD 1945 NRI , banyak rakyat yang tidak memiliki tanah atau tidak memiliki tempat tinggal merupakan fakta nyata di indonesia, apalagi di daerah-daerah perkotaan. Sedangkan konstitusi sendiri mengamanatkan untuk kesejahtraan dan penguasaan yang berorientasi pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan uraian singkat diatas maka penulis tertarik untuk menulis tentang

KONSTITUSIONALISME HAK MENGUASAI NEGARA ATAS TANAH,

dengan membandingkan hukum pertanahan di indonesia dengan hukum pertanahan di australia.

B. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana perbandingan konstitusionalisme hak menguasai negara atas tanah berdasarkan hukum pertanahan indonesia dan australia?

(10)
(11)

PEMBAHASAN

A. Menelisik konstitusionalisme hak menguasai atas tanah di Indonesia.

Negara Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaan nya pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan hukum tertingginya yakni undang-undang dasar tahun 1945 negara kesatuan republik Indonesia, namun dalam perjalannya telah mengalami berbagai perubahan hingga kembali lagi pada UUD 1945 awal dengan perubahan-perubahannya, negara kesatuan merupakan salah satu point yang disepakati untuk tidak dirubah kembali, hal ini berimplikasi pada terbentuknya daerah-daerah otonom di Indonesia.

Konstitusi indonesia yang memuat pula ketentuan mengenai perekonomian atau yang disebut sebagai konstitusi ekonomi merupakan batasan bagaimana negara harus bertindak untuk masyarakatnya dan negara. Faham ini sesuai dengan faham konstitusinalisme sebagaimana pendapat Walton H. Hamilton dalam artikelnya yang berjudul

constitutionalism, yang menjadi entry dalam encyclopedia of social sciences tahun 1930 dengan kalimat: "constitutionalism is the name given to the trush which men repose in the power of word engrossed on parchment to keep a government in order"11. untuk tujuan to

keep a government in order. Berdasarkan hal tersebut maka pasal 33 UUD 1945 sebagai konstitusi ekonomi indonesia untuk dilaksanakan oleh pemerintahan indonesia sendiri.

Hak menguasai negara atas tanah di indonesia digunakan hanya semata-mata untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan UUPA menambahkan bahwasannya hak atas tanah harus memiliki fungsi sosial. UUD 1945 yang menganut desentralisasi pun tidak dapat mengabaikan hal tersebut dalam pemaknaan mengenai penguasaan negara atas tanah, dengan dianutnya desentralisasi maka pelimpahan dan penyerahan hak menguasai negara pun dapat dipindahkan kepada pemerintah daerah.12

berdasarkan sejarah terbentuknya pasal 33 ayat 3 UUD 1945, berawal pada saat R soepomo melontarkan didepan sidang BPUPKI pada tanggal 31 mei 1945 yang diakhir pidatonya tentang negara integralistik. dinyatakan bahwa, dalam negara yang berdasarkan integralistik berdasarkan persatuan, maka dalam lapangan ekonomi akan dipakai sistem "sosialisme Negara" (staats socialism). perusahaan-perusahaan yang penting akan diurus oleh negara sendiri. pada hakekatnya negara yang akan menentukan dimana, dimasa apa, perusahaan apa yang akan diselenggarakan oleh pemerintah pusan maupun pemerintah

11 walton h hamilton, constitutionalism, encyclopedia of social sciences, edwin Ra., seligman & Alvin Johnson, eds., 1931, hal. 255

(12)

daerah atay yang akan diserahkan pada suatu badan hukum pribat atau kepada seseorang, itu semua tergantung pada kepentingan negara atau kepada kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat. begitu pun tentang hal tanah, pada hakekatnya negara yang menguasai tanah seluruhnya. tambang-tambang yang penting untuk negara akan diurus sendiri oleh negara.13 Yang walaupun hari ini banyak tambang-tambang yang diizinkan oleh negara untuk beroperasi, padahal tambang tersebut memiliki dayaguna yang sangat besar bagi kemakmuran rakyat.

Memberikan izin kepada pihak swasta merupakan salah satu hak menguasai negara dalam hal pemberian dan pencabutan izin oleh pemerintah. Berpegang teguh pada konstitusi merupakan elemen penting untuk dapat mewujudkan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya, karena rumusan pasal 33 sendiri memiliki corak anti liberalisme-kapitalis serta mengikuti tradisi dari negara-negara sosialis.

Konsep hubungan antara pemerintah dengan tanah, pemerintah dengan warganegara yang berkaitan dengan tanah memang telah di rumuskan dalam ketentuan pasal 33 ayat (3) dengan penguasaan negara terhadap tanah, penguasaan disini pula berkaitan dengan hubungannya dengan warga negara, dengan orientasi kemakmuran sebesar-besarnya untuk rakyat.

(1) Mahakamah konstitusi sebagai pengegak konstitusi ekonomi

Telah dijabarkan diatas bahwasannya ketentuan mengenai pertanahan di indonesia hukum tertingginya adalah pasa 33 ayat (3) dengan penguasaan negara atas tanah yang menjadi intinya, hal ini memberikan pemafahaman bahwasannya kepemilikan kolektif yang menjadi tlak ukur nya, walaupun dalam UUPA berdasarkan penguasaan tersebut menghasilkan berbagai hak atas tanah lainnya yang salah satunya adalah hak milik.

Faham konstitusi dijadikan sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bertanah air untuk menuju pada tujuan negara indonesia pun di wujudkan dengan mahkamh konstitusi sebgai The guardian of constitution, yang menuntut konstitusi sebagai poros hubungan negara dengan warganya dalam hal pertanahan.

Di tengah perkembangan kajian hukum konstitusi, konstitusi agraria hadir sebagai suatu ranah baru di tengah kecenderungan semakin luasnya objek kajian dari hukum konsitusi. Beberapa studi kontemporer tentang konstitusi sudah memperluas ruang perantauannya dari persoalan yang belum banyak dibahas sebelumnya. Misalkan dalam dua buku dari Jimly Asshiddiqie barubaru ini yang membahas persoalan lingkungan hidup dan persoalan ekonomi dari sudut pandangan hukum konstitusi dalam buku Green Constitution dan buku Konstitusi Ekonomi (Economic Constitution) (Asshiddiqie, 2010).

(13)

Contoh lain, Neil Walker di Edinburg University mengembangkan studi konstitusi dalam masyarakat majemuk dan supra-negara di Eropa dengan menawarkan wacana Konstitusi Pluralis (Constitutional Pluralism). Buku ini berada dalam semangat perantauan dari kajian konstitusi yang sama, yang dalam hal ini membahas persoalan agraria, sehingga disebut sebagai Konstitusi Agraria (agrarian constitution). Ranah yang lebih luas dalam kajian konstitusi dikemudian hari barangkali akan membahas persoalan yang selama ini masih kurang didalami seperti perburuhan (labor constitution), perempuan (feminist constitution), keuangan (financial constitution), maritim (maritime constitution) dan seterusnya.

Dengan banyak nya perkembangan mengenai ranah konstitusi berimplikasi pula pada wewenang mahkamah konstitusi sebagai penegak konstitusi, kebijakan-kebiajakan pemerintah harus terus di tinaju konstitutionalitas nya agar UUD 1945 tetap sebagi poros penyelenggaraan negara indonesia.

Mahkamah konstitusi kerap memutuskan perkara yang menggunakan batu uji pasal 33 UUD 1945 yang diantaranya adalah:

1. Putusan Mahkamah Konstitusi Mengenai Judicial Review Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Mahkamah Konstitusi dalam putusannya yang tertuang dalam PUU 063/PUU-II/2004 memberikan pertimbangan-pertimbangan yang pada sebagian pokoknya sebagai berikut:

a. karakteristik air yang merupakan bagian dari HAM, oleh karenanya negara memiliki peran dalam rangka melindungi, mengormati dan memenuhinya; b. negara dapat turut campur didalam melakukan pengaturan terhadap air.

Sehingga Pasal 33 ayat (3) harus diletakan di dalam konteks HAM dan merupakan bagian dari Pasal 28H UUD 1945

c. Bahwa air merupakan sebagai benda res commune, sehingga tidak dapat dihitung hanya berdasarkan pertimbangan nilai secara ekonomi. Konsep res commune, berimplikasi pada prinsip pemanfaat air harus membayar Iebih murah;

d. Hak guna pakai air merupakan turunan dari hak hidup yang dijamin oleh UUD 1945 dan masuk ke dalam wilayah hokum publik yang berbeda dengan hukum privat yang bersifat kebendaan;

e. peran swasta masih dapat dilakukan di dalam pengelolaan sumber daya air, selama peran negara masih ditunjukkan dengan merumuskan kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(14)

2. Putusan Mahkamah Konstitusi Mengenai Judicial Review Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Mahkamah Konstitusi dalam putusannya yang tertuang dalam PUU :002/PUU-I/2003 memberikan pertimbangan-pertimbangan yang pada sebagian pokoknya sebagai berikut:

a. Konsepsi “Dikuasai oleh Negara” dalam pasal 33 (3) UUD 1945 merupakan konsepsi hukum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945, baik di bidang politik (demokrasi politik) maupun ekonomi (demokrasi ekonomi). Dalam paham kedaulatan rakyat itu, rakyatlah yang diakui sebagai sumber, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam pengertian kekuasaan tertinggi tersebut tercakup pula pengertian pemilikan publik oleh rakyat secara kolektif. Bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah hukum negara pada hakikatnya adalah milik publik seluruh rakyat secara kolektif yang dimandatkankepada negara untuk menguasainya guna dipergunakan bagi sebesar besarnya kemakmuran bersama.

b. Bahwa jika pengertian “dikuasai oleh negara” hanya diartikan sebagai pemilikan dalam arti perdata (privat), maka hal dimaksud tidak mencukupi dalam menggunakan penguasaan itu untuk mencapai tujuan “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Walaupun demikian, konsepsi kepemilikan perdata itu sendiri harus diakui sebagai salah satu konsekuensi logis penguasaan oleh negara yang mencakup juga pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud.

c. Bahwa berdasarkan uraian tersebut, pengertian “dikuasai oleh negara” haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara yang luas yang bersumber dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk merumuskan kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan sebagian pokok pertimbangan Mahkamah konstitusi tersebut, Mahkamah Konstitusi telah memutuskan secara materil mengabulkan gugatan pemohon untuk sebagian.

3. Putusan Mahkamah Konstitusi Mengenai Judicial Review Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan

Mahkamah Konstitusi dalam putusannya yang tertuang dalam PUU Nomor: 001/PUU-(/2002) memberikan pertimbangan-pertimbangan yang pada sebagian pokoknya sebagai berikut:

(15)

cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara.

b. Mahkamah berpendapat bahwa untuk menyelamatkan dan melindungi serta mengembangkan lebih lanjut perusahaan negara (BUMN) sebagai aset negara dan bangsa agar lebih sehat yang selama ini telah berjasa memberikan pelayanan kelistrikan kepada masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia, baik yang beraspek komersiil maupun non-komersiil sebagai wujud penguasaan negara.

c. sehingga ketentuan Pasal 16 UU No. 20 Tahun 2002 yang memerintahkan sistem pemisahan/pemecahan usaha ketenagalistrikan (unbundling system) dengan pelaku usaha yang berbeda akan semakin membuat terpuruk BUMN yang akan bermuara kepada tidak terjaminnya pasokan listrik kepada semua lapisan masyarakat, baik yang bersifat komersial maupun non-komersial. sehingga oleh karenanya Mahkamah berpendapat bahwa hal tersebut bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945

Berdasarkan sebagian pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan di atas, maka MK memutuskan permohonan Para Pemohon dikabulkan sebagian dengan menyatakan Pasal 16, 17 ayat (3), serta 68 UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan karena bertentangan dengan UUD 1945 dan oleh karenanya harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Salah satu hal yang masih menjadi perdebatan mengenai Pasal 33 UUD 1945 adalah tercantum didalam ayat (3) mengenai pengertian “hak penguasaan negara” atau ada yang menyebutnya dengan “hak menguasai negara”. Sebenarnya ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 tersebut sama persisnya dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 38 ayat (2) dan ayat (3) UUDS 1950, sehingga ada anggapan bahwa hal itu merupakan cerminan nasionalisme ekonomi Indonesia.

Bahwa berdasarkan uraian putusan mahkamah konstitusi terhadap Judicial Review Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 terhadap Pasal 33 UUD 1945 tersebut diatas adalah untuk pengertian “dikuasai oleh negara” haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya”, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud.

(16)

segala-galaanya dn negara berdasarkan kedudukannya memiliki kewenangan untuk peraturan hukum14. dalam hal ini kekuasaan negara selalu dihubungkan dengan teori kedaulatan (sovereignty atau souverenitet).

sedangkan menurut JJ Rousseau menyebutkan bahwa kekuasaan negara sebagai suatu badan atau organisasi rakyat bersumber dari hasil perjanjian masyarakat (contract social) yang esensinya merupakan suatu bentuk kesatuan yang membela dan melindungi kekuasaan bersama, kekuasaan pribadi dan milik setiap individu15. dalam hal ini pada hakikatnya kekuasaan bukan kedaulatan, namun kekuasaan negara bukanlah kekuasaan tanpa batas, sebab ada beberapa ketentuan hukum mengikat dirinya seperti hukum alam dan hukum tuhan serta hukum yang umum pada semua bangsa yang dinamakan leges imperii.

sejalan dengan kedua teori diatas, maka secara teoritik kekuasaan negara atas sumber daya alam bersumber dari rakyat yang dikenal dengan hak bangsa. negara dalam hal ini, dipandang sebagai yang memiliki karakter suatu lembaga masyarakat umum, sehingga kepadanya diberikan wewenang dan kekuasaan untuk mengatur , mengurus dan memelihara pemanfaatan tanah.

Maka berdasarkan penjelasan diatas perbuatan pemerintahan baik dalam bentuk peraturan maupun keputusan yang berkaitan dengan tanah harus sesuai dengan konsep menguasai negara dalam pasal 33 (3) UUD 1945 sebagai konstitusi ekonomi indonesia dan di tujukan untuik kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.

Kebijakan dari rakyat dan oleh rakyat untuk rakyat tersebut dapat mencegah kemelaratan, kemiskinan bahkan dapat menjadi poros kesejahtraan sosial sebagimana dirumuskan dalam pasal 34 UUD 1945 .

B. konstitusionalisme Hak menguasai atas tanah Di Australia.

Australia sebenarnya memiliki beberapa dokumen yang difungsikan sebagai hukum tertinggi atau konstitusi yang menentukan berpoperasinya pemerintahan negara

Commonwealth. Dokumen terpenting diantara dokumen-dokumen dimaksud adalah The Contitution of Commanwealth of Australia yang disahkan melalu beberapa referendum yang diadakan antara penduduk koloni inggris di australia pada tahun 1898 – 1900. Hasil referendum-referendum terebut selanjutnya disetujui oleh parlemen inggris sebagai salah satu bagian dalam kerangka The Commonwealth of Austraia Constitution Act 1900.

14 Notonagoro, Politik Hukum dan Pembngunan agraria, jakarta, bina aksara, 1984, hal 99

(17)

Undang-undangnya disahkan oleh ratu victoria inggris pada 9 juli 1900 dan mulai berlaku pada 1 januari 1901.16 Dengan pengesahan dan pemberlakuan itu, resmilah undang-undangn tersebut berfungsi sebagai konstitusi atau hukum tertinggi di asutralia, karena sesudah diberlakukan, konstitusi tersebut menentukan tidak dapat dicabut atau dirubah lagi oleh parlemen inggris sampai kapanpun.

Konstitusi pertama ini sampai saat ini masih berlaku, tentunya juga dengan perubahan-perubahan yang dilakukan dari waktu kewaktu. Perubahan-perubahan yang dianggap paling penting dalam sejarah adalah terbitnya dua undang-undang yang mengubah status konstitusional australia dalam hubungannya dengan inggris.

Dari segi isinya, konstitusi australia dapat dianggap cukup lengkap memuat ketentuan mengenai sistem politik dan ketatanegaraan. Isinya terdiri dari 128 section yang dikelompokkan dalam 8 Chapter. Akan tetapi sama halnya negara-negara lain dengan konstitusi dinegara-negara liberal-kapitalis lainnya dalam konstitusi australia tidak ada satupun yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi dan lingkungan hidup. Yang ada hanya ketentuan mengenai administrasi keuangan negara, seperti anggaran dan perpajakan yang juga terdapat dalam konstitusi amerika serikat, ditabah dengan ketentuan yang dimasud untuk sekedar menajaga integritas ekonomi nasional sebagai kesatuan ekonomi. Kemudia sebagai negara yang mengikuti tradisi common law, perkembangan hukum australia pun tidakbergantung kepada pembentukan hukum tertulis, yang apabila timbul masalah, maka lembaga peradilanlah yang menyelesaikannya dengan asas Precedent, sehingga terbentuklah pengertian Judge made law. Karena itu, yang dianggap penting diatur secara tertulis hanyalah persoalan-persoalan politik saja , sedangkan persoalan-persoalan perkeonomian biasa dilihat sebagai persoalan yang timbul dan dapat diselesaikan sendiri dalam masyarakat berdasarkan mekanisme pasar.17

Sistem Common Law di the Commonwealth of Australia sangat mempengaruhi konsepsi Hukum Tanah dalam pengaturan hak-hak penguasaan atas tanahnya, termasuk pembatasan atau larangan tertentu atas tanahnya.

Australia adalah negara bersandar pada system Common Law. Hukum Tanah Inggris (Real Estate Law) menjadi bentuk awal hukum di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan New Zealand (Selandia Baru) melalui kolonisasi.18 Negara-negara Bagian Australia juga memodifikasi sejarah hukum ini dalam berbagai tingkatan. Penelitian sistem tanah feodal Inggris kuno memberi hal tak ternilai kepada sejarah hukum yang mengatur asset yang

16 Tony Blackshield dan George Williams, Australian constitution law, the federation press, hal 1. Dalam Jimly asshiddiqie, konstitusi ekonomi , 2010, kompa jakarta hal 131.

17Ibid, hal 133

18 Duhaime, Lloyd, Real Property and Tenancy Law, Published: 30 October 2011

(18)

paling berharga yaitu ‘tanah’. Pada abad pertengahan, tanah adalah satu-satunya bentuk kekayaan. Kepemilikan tanah menurut sistem Inggris kuno bergantung pada kepemilikan awal (chain of title atau rantai kepemilikan).19 Seseorang yang menguasai tanah berarti ia memilikinya. Apabila seseorang menginginkannya, ia berjuang untuk memperolehnya. Apabila seseorang menemukan sebidang tanah, ia akan menjaganya. Tidak ada pengadilan atau polisi yang dapat memaksakan untuk mengakui atau menegakkan hak yuridisnya seperti ketentuan hukum yang berlaku saat ini. Kondisi ini berubah sejak Norman menaklukan Inggris tahun 1066. Raja William memutuskan bahwa dia memiliki semua tanah di Inggris melalui hak penaklukan (right of conquest). Tidak sejengkal tanah Inggris dikecualikan dari penyitaan secara besar-besaran. Pengosongan hak pribadi atas tanah segera dilakukan melalui berbagai hibah tanah yang sangat luas yang diberikan oleh Raja baru kepada perwira-perwiranya Norman atau untuk orang-orang Inggris yang bersedia mengakuinya sebagai raja. Prinsip dasar dari sistem ini adalah bahwa tidak ada seorang pun memiliki tanah tetapi tanah adalah milik raja. Pernyataan dominion directum dan dominion utile sering digunakan untuk menggambarkan kepemilikan relatif raja dan bangsawan; raja sebagai pemilik sedangkan bangsawan sebagai penyewa.

Asas pemilikan tanah dan bangunan/tanaman di atas tanahnya yang dianut di Indonesia berbeda dengan Australia, yaitu Hukum Tanah Australia yang bersumber pada English Common Law menggunakan asas Accessie (Perlekatan) sedangkan Hukum Tanah Nasional di Indonesia yang bersumber pada Hukum Adat menggunakan asas Horizontale Scheiding (Pemisahan Horizontal). Pada asas Horizontale Scheiding, perbuatan hukum yang dilakukan bisa meliputi tanahnya saja, atau hanya meliputi bangunan dan/atau tanamannya saja, yang kemudian dibongkar (adol bedol) atau tetap berada di atas tanah yang bersangkutan (adol ngebregi). Perbuatannya pun bisa juga meliputi tanah berikut bangunan dan tanaman keras yang ada di atasnya, dalam hal mana yang dimaksud wajib dinyatakan secara tegas.20 Walaupun Hukum Tanah Nasional di Indonesia menggunakan asas Pemisahan Horizontal dimana bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan sehingga hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.

19 Chain of Title-Wikipedia, the free encyclopedia, en.wikipedia.org/wiki/Chain_of_title. A chain of title is the

sequence of historical transfers of title to a property. The "chain" runs from the present owner back to the original owner of the property. In situations where documentation of ownership is important, it is often necessary to reconstruct the chain of title. To facilitate this, a record of title documents may be maintained by a registry office or civil law notary. Diakses pada 10 november 2016.

(19)

Berdasarkan latar belakang historis kepemilikan hak atas tanah bahwa, pernah di dunia Barat ada dan diperlakukan asas hukum: “Cuius est solum eius est usque ad coelum et ad inferos”. Barang siapa memiliki tanah (permukaan bumi), dia juga memiliki segala apa yang ada di atasnya sampai surga nirwana dan segala apa yang di bawahnya sampai pusat bumi.21 Sehubungan dengan hal itu, disimpulkan oleh Kratovil, bahwa kerena pengertian “tanah” meluas sampai pusat bumi, maka jelas, bahwa pemilik tanah biasanya memiliki juga mineral-mineral yang merupakan bagian dari tanah.22 Bahkan sejak zaman Abad Pertengahan (Middle Ages) dikenal “asas Domein” sebagai dasar hukum yang memungkinkan Negara memberikan hak atas tanah kepada pihak lain selaku pemilik tanah berdasarkan konsepsi feodal, seperti yang melandasi Hukum Tanah Inggris dan bekas negara-negara jajahannya. Dalam konsepsi feodal ini, semua tanah adalah “milik Raja” dan siapapun hanya menguasai dan menggunakan tanah “milik Lord”-nya sebagai “tenant”. Hal ini disebut Doktrin Tenure. Biarpun ketentuan-ketentuannya sudah diganti namun konsep dasarnya masih tetap sama, juga di negara-negara yang tidak lagi berbentuk kerajaan. Kedudukan Raja/Crown sebagai pemilik tanah diganti oleh Negara. Dalam Hukum Tanah yang berkonsepsi feodal, hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah Hak Milik Raja. Semua tanah di seluruh wilayah negara adalah milik raja, seperti misalnya yang berlaku di Kerajaan Inggris. Di negara-negara yang tidak lagi merupakan kerajaan, hak penguasaan yang tertinggi ada pada Negara, sebagai pengganti Raja. Hak-hak penguasaan atas tanah yang bersumber pada hak milik Raja tersebut dengan sendirinya tidak ada yang setingkat Hak Milik, mereka hanya “memakai” tanah milik Raja.

Dalam konteks ini, karena Australia merupakan negara Commonwealth dari Kerajaan Inggris maka dalam Hukum Tanah Australia, pada prinsipnya sama dengan Inggris bahwa semua minyak bumi dan helium adalah milik Crown, yang penguasaannya ada pada Negara Bagian. Emas dan perak juga milik Crown, selama belum secara tegas diberikan dengan grant kepada pihak lain. Pemilikan mineral dan bahan galian lainnya tergantung pada apa yang ditentukan dalam grant pemberian hak yang bersangkutan. Jika tidak secara tegas dinyatakan, tetap menjadi milik Crown, mineral dan bahan galian lainnya yang ada dalam tubuh bumi di bawah tanah yang diberikan itu adalah milik pemegang haknya.23

Pada prinsipnya, seluruh tanah di wilayah Australia adalah milik Raja (all land belongs to the Crown). Awalnya, tanah yang dialihkan dari pemerintah untuk kepemilikan

21 Butt, Peter, Land Law, 3rd ed, (Sidney: The Law Book Company Limited, 1996), hal. 12. 22 Kratovil, Robert, Real Estate Law, (New Yersey: Prentice Hall, 1974), hal. 5-6.

(20)

pribadi melalui tanah "grant" (hibah) atau tanah "patent". Pemerintah dapat atau tidak dapat menyertakan atau mengecualikan hak mineral dalam tanah "grant" atau tanah "patent", atau hak-hak tersebut dapat diatur oleh undang-undang. Pemerintah dapat memilih untuk menyewakan atau menjual hak mineral terpisah dari "tanah" atau "real property". Selanjutnya, tanah atau real property dialihkan dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan pribadi lainnya oleh "Deed" (Akta). Seorang pemilik pribadi juga dapat menjual hak mineral kepada pihak lain, sementara pihak lain menjual tanahnya kepada pihak ketiga. Hal ini menjadi "chain of title" (rantai kepemilikan) tanah grant atau patent, diikuti oleh serangkaian akta pengalihan (conveyance deeds). Umumnya, tanah "fee simple" yang dialihkan juga mengalihkan hak mineral dari Grantor (pemberi) kepada

Grantee (penerima) asalkan Grantor memiliki hak mineral tersebut untuk mengalihkannya. Untuk mengetahui apakah Grantor (pemberi) telah memiliki hak mineral tersebut, maka Grantee (penerima) perlu menelusuri kembali "chain of title" (rantai kepemilikan), biasanya oleh County Clerk of Court atau County Recorder of Deeds. Salah satunya adalah mencari pembatasan-pembatasan akta atau pemisahan hak mineral dalam

chain of title. Kemudian seseorang juga perlu meneliti apakah hukum (undang-undang) Federal atau Negara Bagian mencadangkan hak mineral untuk pemerintah melalui tanah grant atau tanah patent atau peralihan berikutnya. Salah satu komponen penting dari "hak mineral" biasanya "right of entry" untuk mengeksploitasi hak-ha tersebut. Sementara banyak hak mineral memberikan penguasaan "dormant" (aktif), mereka sering memiliki hak "superior" untuk mengeksploitasi tanah dibandingkan pemilik properti. Mereka dapat memilih menggali lubang besar atau membongkar properti pihak lain untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang terkandung di bawah tanahnya. Mereka "akhirnya" perlu memberi ganti kerugian kepada pemilik tanah atau mengembalikan segala sesuatu seperti keadaan sediakala ketika dimulai penggalian, tetapi mereka dapat memiliki lebih banyak hak atas tanah daripada pemilik properti. Hal ini tergantung pada hukum yang mengatur di Negara Federal atau Negara Bagian, hak apa yang diberikan, kepada siapa diberikan dan kapan diberikan.24

Sistem hak atas tanah di Australia yang didasarkan pada Common Law Inggris terbukti rumit. Khususnya, hak atas tanah yang baik tergantung pada validitas setiap tahap perubahan dalam rantai kepemilikan hak atas tanah (chain of title) sejak awal tanah tersebut diberikan. Oleh karena itu, tahun 1863, diputuskan untuk memulai perubahan

(21)

menjadi "Torrens Title"25, sebuah sistem yang awalnya dirancang untuk South Australia (Australia Selatan), di mana hakatas tanah dijamin oleh Crown.26 Perubahan besar oleh legislatif Inggris tahun 1926 tidak mempengaruhi hukum Negara-negara bekas koloni, sebagai negara yang terpisah sudah menerima atau menolak sisa-sisa hukum kepemilikan tanah Inggris kuno. Tetapi satu aspek yang tetap adalah bahwa hak atas tanah kuno menurut koloni Inggris, biasanya dapat ditelusuri kembali kepada titik awal kepemilikan oleh kedaulatan Negara Inggris berdasarkan chain of title. Pada abad modern, tanah tetap merupakan fokus utama dalam Hukum Tanah atau Hukum Properti Barat, khususnya Hukum Properti Australia. Perkembangan hukum di bidang pertanahan lebih besar daripada perkembangan hukum atas benda bergerak, terutama disebabkan tingginya nilai tanah dibandingkan dengan benda bergerak. Setiap Negara Bagian Australia memiliki asas (regime) yang berbeda untuk pengaturan dan birokratisasi pertanahan. Sebagian besar undang-undang berdasarkan hukum tetapi masih dapat dipengaruhi oleh common law dan prinsip-prinsip yang berasal dari sejarah Australia sebagai koloni Inggris, di mana hukum tanah dan bangunan dikembangkan melalui lingkup feodalisme. Hukum Properti memungkinkan menciptakan sebuah sistem untuk membuktikan, mengakui dan mengalihkan hak atas tanah, memfasilitasi penggunaannya sebagai prasarana ekonomi. Instrumen hukum lainnya dalam hukum properti yaitu memfasilitasi transaksi tanah pribadi dan komersial, termasuk hipotek, sewa, perjanjian dan easement. Undang-undang properti di semua Negara Bagian didasarkan atas prinsip Torrens pendaftaran hak. Berdasarkan hal tersebut, setiap Negara Bagian memiliki daftar sentral dari semua tanah di Negara Bagian dan register (daftar) juga menunjukkan 'pemilik' tanah. Sistem Torrens ini dirancang untuk mengurangi jumlah penipuan yang berkaitan dengan tanah akibat pemalsuan title deeds (akta-akta hak). Sistem ini juga menyediakan untuk pendaftaran hak lainnya atas tanah seperti hipotek, dimana tanah digunakan untuk mengamankan pinjaman. Prinsip utama lain dari sistem Torrens ini adalah 'indefeasibility' of title - di

25Title Torrens adalah sistem kepemilikan tanah di mana daftar kepemilikan tanah yang dikelola oleh negara

yang menjamin indefeasible title (hak tidak dapat diganggu gugat) yang termasuk dalam daftar tersebut. Kepemilikan tanah dialihkan melalui pendaftaran hak dengan menggunakan akta (deed). Tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan transaksi tanah dan untuk menjamin kepemilikan sebagai hak mutlak atas tanahnya. Hal ini telah meluas di seluruh negara sangat dipengaruhi oleh Inggris, terutama di Commonwealth of Nations dan telah menyebar ke berbagai negara dalam kelompok negara tersebut. “Torrens Title”, Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Torrens_title. Diakses pada 10 november 2016

(22)

mana hak yang telah dimasukkan pada register (daftar), tidak bisa dikalahkan oleh hak yang timbul kemudian kecuali dalam keadaan tertentu.

Tabel di bawah ini berisi daftar undang-undang inti dalam setiap yurisdiksi Australia yang mengatur kepentingan dalam Hukum Tanah berkaitan dengan property dan pola pendaftaran hak:

TABEL II

Peraturan tentang tanah yang berkaitan dengan hak dan property

Negara Bagian atau

Wilayah Australia Peraturan berkaitan denganProperty Peraturan berkaitan denganHak (Title)

New South Wales Real Property Act 1900 Conveyancing Act 1919

Victoria Transfer of Land Act 1958 Land Titles Validation Act 1994

Australian Capital Territory Real Property Act 1925 Land Titles Act 1925

Queensland Property Law Act 1974 Land Titles Act 1994

Northern Territory Law of Property Act Validation of Titles Act 1994

South Australia Real Property Act 1886

--Tasmania Real Property Act 1862 Land Titles Act 1980

Western Australia Property Law Act 1969 Titles Validation Act 1994

Status tanah di Australia digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:

1. Crown Land (tanah milik Raja) digunakan untuk jalan raya, hutan, instansi pemerintah, dan kepentingan lainnya. Tanah Crown merupakan wilayah milik kerajaan ("the Crown"), tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Saat ini, di mana di negara Kerajaan Inggris adalah kepala negara, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada tanah publik. Di Inggris, sumber penghasilan turun-temurun dari tanah Crown

(23)

pertahanan serta dan berbagai tujuan untuk kepentingan pemerintah atau masyarakat, serta vacant Crown Land (tanah kosong milik Raja) dan lainnya. Public land sekitar 23% dari tanah Australia, kategori terbesar adalah vacant land (tanah kosong) sekitar 12,5% dari tanah.27 Crown Land dikuasai dengan “right of the Crown” (hak Raja) atas State (Negara Bagian) atau Commonwealth of Australia (Negara Persemakmuran Australia); tidak ada satu “Crown” (sebagai badan hukum pemerintah) di Australia. Berbagai Negara Bagian memiliki kebijakan yang berbeda-beda terhadap penjualan dan penggunaan Crown Land di dalam Negara Bagian; misalnya New South Wales melalui reformasi kontroversial tahun 2005 memerlukan Crown Land harus dinilai berdasarkan harga pasar.28 Crown Land digunakan untuk bandar udara (di

Commonwealth) dan kepentingan umum (biasanya di State/Negara Bagian). Di Tasmania, Crown Land dikelola berdasarkan Lands Crown Act 1976; di South Australia berdasarkan Crown Land Management Act 2009; di Victoria berdasarkan Crown Land (Reserves) Act 1978 dan the Land Act 1958. Sebagian besar tanah publik di Australia yang dikuasai oleh Crown menjadi hak setiap Negara Bagian. Satu-satunya Crown Land yang dikelola oleh Commonwealth terdiri dari tanah di Northern Territory (diserahkan oleh South Australia), Australian Capital Territory, dan daerah-daerah kecil yang diperoleh untuk bandar udara,pertahanan dan keperluan pemerintah lainnya.

2. Crown Reserves Land (tanah cadangan milik Raja) digunakan untuk sarana jalan-raya cadangan, hutan cadangan, hutan lindung, taman nasional. Peraturan yang mengatur

Reserves of State Land (tanah cadangan Negara Bagian), di Western Australia yaitu

Land Administration Act 1997 berkaitan dengan disposisi tanah Negara Bagian, pengadaan dan administrasi tanah cadangan Reserves of State Land Minister for Lands dapat menyisihkan tanah negara atas perintah Menteri untuk kepentingan umum; The Park and Reserves Act 1895 menetapkan untuk pengangkatan lembaga manajemen untuk mengontrol danmengelola Crown Reserves Land.

3. Aboriginal Land (dimiliki secara kolektif oleh masyarakat adat (asli) Aborigin):

Crown Lands disediakan untuk masyarakat adat Aborigin tetapi di bawah kontrol Government Aboriginal dari Negara Bagian/Wilayah yang berwenang. Tanah

Aboriginal freehold dan leasehold adalah tanah yang dimiliki oleh masyarakat adat

27Australia Government, Land Tenure at Geoscience Australia, http://www.ga.gov.au/scientifictopics/ geographic-information/land-tenure. Diakses pada 10 november 2010.

(24)

Aborigin yang ditunjuk, dengan syarat-syarat khusus yang melekat pada haknya. Tidak termasuk tanah yang dimiliki secara pribadi oleh pemilik tanah perorangan Aborigin. Setelah diterbitkan Commonwealth Native Title Act 1993, hasil putusan High Court Mabo, kini masyarakat adat Aborigin memperoleh Native Title (Hak Adat) atas tanah mereka. Native Title adalah istilah hukum Australia yang memberikan kepemilikan tradisional atas tanah dan air yang menurut tradisi, hukum dan adat istiadat mereka selalu milik orang Aborigin. Hak-hak ini berbeda dan terpisah dari hukum atas Aboriginal Land Councils dalam membuat gugatan tanah menurut New South Wales Aboriginal Land Rights Act 1983 jo. Commonwealth Native Title Act 1993. Melalui Aboriginal Land Claims (gugatan tanah masyarakat adat Aborigin) dilakukan penyelidikan serta penilaian atas Crown Lands di seluruh Negara Bagian. Berdasarkan New South Wales Aboriginal Land Rights Act 1983,

Vacant Crown Land (tanah kosong milik Raja) dikembalikan kepada orang-orang Aborigin untuk digunakan, ditempati, diperlukan untuk tujuan penting atau tanah perumahan. Pengembalian hak atas tanah Aborigin (Native Title) bertujuan untuk memperbaiki ketidak-adilan masa lalu ketika tanah masyarakat adat Aborigin direbut oleh penjajahan. Pencabutan hak ini telah menyebabkan banyak masalah sosial, ekonomi dan fisik bagi masyarakat adat Aborigin. Pemerintah Commonwealth mengelola Native Title.29

4. Vacant Crown Land (tanah kosong milik Raja): Crown Land yang tidak disediakan untuk tujuan apapun.30

Jenis-jenis kepemilikan hak atas tanah mempunyai berbagai jangka waktu dikenal sebagai "estates":

a. Fee Simple, Fee Absolute dan Fee atau estate adalah hak yang paling luas dan penyewa diperbolehkan untuk menjual atau untuk mengalihkan dengan wasiat atau dialihkan tanpa wasiat kepada ahli waris penyewa jika ia meninggal (di negara-negara lain yang menganut sistem Common Law disebut Freehold (Hak Milik)). Ketika seseorang membeli

Grant in Fee Simple Title Deed, berarti ia membeli empat unsur kepemilikan: (1)

Indefeasible (tidak dapat diganggu-gugat); (2) inalienable (tidak dapat dicabut); (3) Haknya tidak dapat diambil atau dibuat null or void (batal atau tidak berlaku), dan (4) pemilik properti yang tanahnya memiliki Deeds in Fee Simple (Akta Hak Milik) atau

Freehold Deeds in Fee Simple (Akta Freehold pada Fee Simple) memiliki hak menolak

29ibid

(25)

untuk menyetujui pengambil-alihan tanah mereka karena tujuan lain. Fee Simple Title

tidak termasuk:

i. Kepemilikan air di atas tanah bahwa air tidak dapat dimiliki, karena benda bergerak.

ii. Hanya penggunaan air ketika berada di atas tanah.

iii. Hak untuk merusak kenikmatan tetangga dan penggunaan property-nya. iv. Hak tanpa izin memasuki tanah orang lain.

b. Fee Tail Estate berarti bahwa kepemilikan hanya bisa dialihkan kepada keturunan langsung pihak laki-laki (lineal descendant). Apabila tidak mempunyai keturunan langsung, jika meninggal dunia maka tanah dikembalikan kepada bangsawan (the lord).

c. Life Estate adalah hak yang diberikan kepada penyewa (tenant), hanya selama hidupnya, setelah itu secara otomatis kembali menjadi milik bangsawan (the lord).

d. Leasehold atau Leasehold Crown adalah hak sewa diberikan untuk jangka waktu 99 tahun. Sebagai penyewa tanah milik Raja (lessee Crown), penyewa dapat menjual sewa

Crown (Crown lease)-nya asalkan telah menyelesaikan pembangunan bangunan yang diperlukan dan perjanjian pengembangan yang terkandung dalam hak sewa (lease) atau memperoleh perizinan. Dengan grants (hibah) tersebut, pemilik terdaftar (atau penyewa tanah Crown) diberikan hak-hak tertentu dalam kaitannya dengan tanah sewa.

C. Persamaan dan perbedaan Hak Menguasai atas tanah berdasarkan hukum pertanahan Indonesia dan Austalia.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan penulis diatas maka terdapat berbagai perbedaan dan juga persamaan antara hak menguasai negara atas tanah di indonesia dengan australia, dengan ditijau berdasarkan bentuk dan orientasi/tujuan hak penguasaan tanah di indonesia. Akan coba penulis uraikan dengan tabel dibawah ini mengenai persamaan dan perbedaan hak menguasai negara antar kedua negara berdasarkan hukum pertanahan masing-masing. Kemudian implikasinya terhadap rakyat masing-masing negara.

TABEL III

Perbedaan hak menguasai negara antara indonesia dengan australia.

INDONESIA AUSTRALIA

Dimuatnya ketentuan mengenai hak menguasai negara dalam konstitusi indonesia sebagai hukum tertinggi mengenai pertanahan

Tidak adanya peraturan tertinggi tentang pereknonomian atau biasa disebut konstitusi ekonomi, apalagi yang berkaitan dengan hak menguasai negara.

(26)

Berdasarkan pembagian status tanah

Dasar hukumnya berdasarkan putusan mahkamah konstitusi yang berkaitan dengan pasal 33 ayat (3)

Berdasarkan sejarah negara persemakmuran inggris yang bersifat feodalistik.

Berdasarkan tabel diatas, terdapat berbagai perbedaan yang menurut penulis sangat prinsipil, perbedaan antara australia yang lebih condong mengikuti tradisi negara-negara liberal-kapitalis dengan indonesia yang menurut jimly dalam bukunya konstitusi ekonomi lebih condong mengikuti tradisi sosialis, walaupun dalam perjalannya sering kali mengalami persamaan dengan negara liberalistik. Persamaan nya diurai dengan membandingkan dengan negara asutralia yang akan dipaarkan di tabel dibawah ini:

TABEL IV

Persamaanhak menguasai negara antara indonesia dengan australia.

Indonesia Australia

Konteks fungsi tanah Tanah memiliki fungsi sosial

penguasaan negara dibatasi keberaadan hak individu dan masyarakat hukum adat.

Adanya aborigin land

sebagai pembatasan tanah raja.

Corak penguasaan tanah. Penguasaan oleh pusat dan daerah

Penguasaan oleh

commenwealth australia dan negara-negara bagian.

(27)

mengedepankan pengaturan mengenai pertanahan pada negara-negara bagiannya. Maka pemerintah daerah pun memiliki kewajiban untuk mengatur , mengelola dan memperuntukan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan corak-corak tiap daerahnya.

(28)

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemparan diatas maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut

Bahwa Seluruh kebijakan ekonomi diindonesia bersumber dari sumber hukum tertinggi yakni pasal 33 UUD 1945 yakni disebut konstitusi ekonomi , hal ini bersifat anti kapitalis liberal dan sedikit mengikuti tradisi negara-negara sosialis, bukan hanya persoalan hubungan antar cabang kekuasan sajalah yang diatur dalam konstitusi di indonesia namun juga persoalan ekonomi, serta ikut sertanya negara dalam pengaturan mengenai perekonomian dan pasar, hal ini sebgai perwujudan realitas perekonomian diindonesia serta membatasi kekuasaan penguasa dan kekuasaan pasar.

Pasal 33 (3) sebagai panduan pokok kebijakan negara dalam hal pertanahan memiliki nilai-nilai yang berorientasi kepada kemakmuran dan kesejahtraan rakyat, kemudian asutralia sebagai negara dengan tradisi liberal berbeda dengan indonesia yang dimaksud ha menguasai disana adalah hak memiliki negara , hal ini yan dapat dicermati diindonesia bahwasannya bukan hak memiliki lah yang dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945 namun hak-hak sebagaimana putusan mahkamah konstitusi sebagai penegak konstitusi di bidang ekonomi pula. Serta walaupun australia dengan budaya liberal-feodalistiknya negara tersebut tetap memiliki tujuan untuk kepentingan rakyatnya, walaupun konsep ekonomi ekonomi tidak di rumuskan dan hukum tertingginya. Tetapi corak pluralistik dan penguasaan negara bagian yang sangat berperan didalamnya dapat dijadikan contoh sebagai percepatan peayanan dibidang agraria.

B. SARAN.

Berdasarkan hasil kesimpulan yang coba diambil penulis maka saya akan memberikan saran sebagai berikut.

1. bagi akademisi hendaknya memahami konsep konstitusionalime dalma hal penguasaan tnegara atas tanah sebagai reformasi konstitusional dibidang pertanahan, serta tidak selalu menganggap bahwasannya persoalan pertanahan merupakan hubungan pusat dan bukan persoalan ketatanegaraan.

(29)

DAFTAR PUSTAKA.

BUKU, JURNAL DAN ARTIKEL.

A. Mukthie Fadjar, “Pasal 33 UUD 1945, HAM, dan UU SDA,” Jurnal Konstitusi Volume 2 Nomor 2 (September 2005)

Abdulkadir Besar, Perubahan UUD 1945 Tanpa Paradigma (amandemen bukan, konstitusi baru setengah hati), (Jakarta: Pusat Studi Pancasila, 2002), hlm. 68.

Boedi harsono, hukum agraria Indonesi; sejarah pembentukan undang-undang pokok agraria, isi dan pelaksanaannya, ED Rev. cet. 10, jakarta: djambatan, 2005,

Badan pembinaan hukum nasional, 2015, Hak menguasai negara di bidang pertanahan. Hasil penelitian dengan pimpinannya rachmat trijono.

C. F Starong, Modern political Constitutions, (London: Sidwick&Jakson Limited, 1952),

Firly irhamdani, 2012, analisis yuridis terhadap batas mmaksimum kepemilikan tanah hak milik non pertanian menurut hukum pertanahan nasional, tesis, universitas Indonesia, depok

Henry J Schmandt, filsafat politik; kajian historis .

Jimly asshiddiqi, konstitusi ekonomi, 2010, Pt kompas nusantara , jakarta

K.C Wheare, Moderen Constitutions, (London: Oxford University Press, 1958),

Kratovil, Robert, Real Estate Law, (New Yersey: Prentice Hall, 1974),

Koesnardi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta, Cet. XIV, 1999,

Les Six Livres de la Republique adalah buku yang ditulis oleh Jean Bodin pada tahun 1576 Paris, Dalam bahasa Indonesia berarti Enam Buku Republik.

Maurice Allais : L’Impot sur le capital et la reforme Monetaire, Hermann, Paris, edisi terbaru, 1989, p. 5 sedang edisi pertama ialah tahun 1977.

Muhammad Bakri, hak menguasai tanah oleh negara : paradigma baru untuk reformasi agraria, yogyakarta, cetakan I, 2007,

Moh.Kusnadi dan Bintan R. Saragih, ilmu negara,

(30)

R. Wiratno, dkk, ahli-ahli pikir tentang negara dan hukum, jakarta , pembangunan, 1958

Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar 1945 Kedudukan dan Aspek-aspek Perubahannya, (Bandung: Unpad Press, 2002),

sudargo Gautama, tafsitan Undang-Undang Pokok Agraria, Cet V, Alumni, Bandung, 1981,

Tri Hayati, dkk, Konsep Penguasaan Negara di Sektor Sumber Daya Alam berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, ( Jakarta : Sekretariat Jenderal MKRI dan CLGS FHUI, 2005),

walton h hamilton, constitutionalism, encyclopedia of social sciences, edwin Ra., seligman & Alvin Johnson, eds., 1931,

william G. Andrews, misalnya, dalam bukunya constitutions and constitutionalism (3rd edition, 1968), van nostrand company new jersey,

Woodman, R.A., The Law of Real Property in New Soouth Wales, ((Sidney: The Law Book Company Limited, 1996

INTERNET

11L’Utopie, diakses dari fr.m.wikipedia.org/wiki/Utopie diakses pada tanggal 20 oktober 2016

en.wikipedia.org

fr.m.wikipedia.org/wiki/Scolastique diakses pada tanggal 20 oktober 2016

http://asiatracoprima-sthbkk.blogspot.com/2011/03/kedaulatan.html diakses pada tanggal 20 oktober 2016

www.duhaime.org/LegalResources/RealEstateTenancy.aspx

.

Gambar

TABEL II
TABEL IIIPerbedaan hak menguasai negara antara indonesia dengan australia.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : (1) Sistem syaraf sangat

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi perubahan situs metilasi antara ortet normal dan ES kotiledon abnormal.. Hasil analisis RP-HPLC menunjukkan bahwa

and Chendra, E., Commodity Price and Volatility Models of Indonesia Market, Proceeding of the 4 th International Conference on Research and Education in Mathematics

karena banyak teman, dan seringnya mereka menonton berita olahraga khususnya pembelajaran menggiring bola maka akan menambah motivasi mereka terhadap pembelajaran

Seperti diketahui bahwa daerah hulu merupakan kawasan resapan yang berfungsi untuk menahan air hujan yang turun agar tidak langsung menjadi aliran permukaan dan melaju ke

Hasil pembacaan sensor inframerah dapat dimonitoring didalam web localhost, dengan memberikan informasi kondisi, durasi, dan status parkir motor kepada penjaga

Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa sesuai materi. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan

Judul : Potret Kejiwaan dalam Drama Dor Karya Putu Wijaya, S.H.. Pengabdian