• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS A (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS A (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

87

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL

APLIKASI PENGUKURAN INDEKS MUTU KINERJA KADER PARTAI PADA

ORGANISASI POLITIK STUDY KASUS : PARTAI GERINDRA

Sandro Alfeno

e-mail : [email protected]

Dosen Teknik Informatika, STMIK Raharja, Tangerang

ABSTRAK

Penilaian kinerja kader merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi

partai karena dengan penilaian yang baik maka semua sistem akan berjalan dengan baik

pula. Untuk melakukan penilaian kinerja mutu kader dengan baik perlu dilakukan

dengan suatu sistem yang terstruktur, sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Dengan melakukan penilaian yang benar maka data yang diperoleh akan sesuai dengan

apa yang diinginkan. Penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) akan

dijadikan model yang akan digunakan dalam menilai kualitas kinerja kader partai

dengan menggunakan pendekatan kesatuan (unity), kompleksitas (complexity), saling

ketergantungan (inter dependence), struktur hirarki (hierarchy struct87uring),

pengukuran (measurement) dan selanjutnya dikembangkan ke dalam perangkat lunak

dengan menggunakan metode Unified Modeling Language (UML) dengan demikian hasil

penilaian yang didapatkan terhadap kualitas kader akan lebih objektif dan memiliki

korelasi yang baik terhadap kepentingan partai.

Kata Kunci : Penilaian, Kader, Kinerja

ABSTRAC

performance assessment of cadres is very important in a party organization because with

good judgment then all systems will run well too. To conduct a good quality cadre

performance assessment needs to be done with a structured system, so that will get

maximum results. By doing a correct assessment then the data obtained will be in

accordance with what is desired. The application of Analytical Hierarchy Process (AHP)

method will be used as a model to be used in assessing the performance quality of party

cadres by using unity approach, complexity, inter dependence, hierarchy structuring,

measurement ) and subsequently developed into software using Unified Modeling

Language (UML) method so that the result of the assessment obtained on cadre quality

will be more objective and have good correlation to party's interest.

Keywords: Assessment, Cadres, Performance

1. Pendahuluan

Hasil

kinerja

kader

sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan suatu

partai politik atau organisasi. Apabila hasil

kinerja kader optimal maka sudah hampir

dapat dipastikan bahwa partai politik

tersebut juga akan bagus. Demikian pula

berlaku sebaliknya, jika hasil kinerja kader

rendah maka prestasi partai politik tersebut

juga akan ikut menurun, namun suatu partai

(2)

88

berpengaruh pada hasil kinerja yang akan

dimanfaatkan

oleh

partai.

Terkadang

dijumpai kader yang menghasilkan produk

yang berkualitas tinggi akan tetapi memliki

integritas atau perilaku yang merugikan bagi

rekan kerjanya atau bahkan partai politik

tempat

ia

berorganisasi.

Namun pada hasil penilaian kinerja

menunjukkan kader tersebut mendapatkan

nilai lebih tinggi dibandingkan kader yang

lain. Hal semacam ini bisa menumbuhkan

iklim kerja yang kurang kondusif dan secara

tidak langsung akan berdampak buruk bagi

partai. Ini terjadi hampir di setiap partai

politik dalam menentukan mana kader yang

layak mendapat penghargaan lebih bukan

hanya dinilai dari kualitas dan loyalitas yang

dia hasilkan bagi partai. Karena seorang

pimpinan partai politik bukan hanya dituntut

untuk adil dalam pendistribusian beban kerja

bagi setiap kader, namun juga harus bisa

memberikan penilaian secara adil terhadap

kontribusi

para

kadernya.

Partai Gerindra sebagai partai politik

yang sedang berkembang di Indonesia juga

terus melakukan pengembangan terhadap

sumber daya manusia yang dimiliki. Salah

satunya adalah melakukan penilaian kinerja

(performance appraisal) kader setiap tahun

yang dibagi per provinsi. Diantaranya adalah

dengan cara menentukan target pencapaian

suara di pemilu atau pemilihan kepala

daerah dan setiap kader dengan menentukan

Key

Performance

Indicator

(KPI).

Namun seiring perjalanannya, KPI

sendiri belum dapat dijadikan satu-satunya

parameter dalam menentukan kader yang

berprestasi atau tidak karena tidak semua

kriteria

dapat

dinilai

secara

akurat.

Seperti telah dijelaskan diatas tadi

bahwa seorang kader tidak bisa hanya dinilai

dari kualitas yang dihasilkan akan tetapi

terdapat nilai-nilai implisit seperti perilaku,

integritas, kedisplinan dan teamwork yang

juga harus menjadi bahan pertimbangan

dalam proses penilaian kinerja. Berdasarkan

latar belakang masalah diatas, maka peneliti

merumuskan masalah yang ada yaitu

sebagai berikut :

-

Bagaimana cara menggabungkan

penilaian kinerja

kader dengan

berbagai macam kriteria kualitatif ?

-

Bagaimana

cara

menghasilkan

keputusan penilaian terhadap kader

yang lebih akurat, relevan dan bisa

diterima oleh semua pihak namun

masih sejalan dengan kebijakan

partai politik ?

Berdasarkan

Pembahasan

masalah

diatas penelitian ini memiliki tujuan yaitu :

-

Membuat

suatu

sistem

yang

berfungsi sebagai alat pengukur

indek mutu kinerja kader dengan

melibatkan

beberapa

kriteria

kualitatif

-

Menghasilkan output yang dapat

dijadikan penilaian terhadap kader

yang

relavan

sesuai

dengan

kebutuhan partai politik

2. Landasan Teori

2.1.Partai Politik

Partai politik adalah suatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini

adalah untuk memperoleh kekuasaan

politik dan merebut kekuasaan politik

dengan

cara

konstutisional

untuk

melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan

mereka.

(Budiardjo,

2004:160)

2.2. Kader

Menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia atau KBBI kader mempunyai

dua makna. Makna yang pertama adalah

perwira atau bintara di ketentaraan. Makna

yang kedua adalah orang yang diharapkan

memegang peran yang penting dalam

pemerintahan,

partai

politik,

dsb.

Pengkaderan sendiri mempunyai makna

yaitu proses bertahap dan terus–menerus

sesuai tingkatan, capaian, situasi dan

kebutuhan tertentu yang memungkinkan

seorang kader dapat mengembangkan

potensi akal, kemampuan fisik serta moral

sosialnya.

(3)

89

arti

sebagai

tindakan

pengambilan

keputusan terhadap suatu ukuran baik atau

buruk dan bersifat kualitatif. Menurut

Asmawi Zainul dan Noehi penilaian

mempunyai arti sebagai suatu proses untuk

mengambil

keputusan

dengan

menggunakan berbagai informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar

baik yang menggunakan tes ataupun

nontes.

Menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia (KBBI), penilaian memiliki

makna

yaitu

sebagai

proses,

cara,

perbuatan menilai, pemberian nilai (biji,

kadar mutu, harga). Kamus Besar Bahasa

Indonesia sendiri membagi pengertian

penilaian menjadi beberapa jenis yaitu

Penilaian Formal adalah proses pemberian

nilai yang dilakukan oleh seseorang atau

komite yang mempunyai wewenang secara

formal untuk menilai bawahannya di

dalam ataupun diluar pekerjaan dan berhak

menetapkan

kebijakan

selanjutnya

terhadap pihak yang bersangkutan itu.

Penilaian

Individual

adalah

proses

pemberian nilai oleh atasan langsung

secara individual menilai perilaku dan

prestasi kerja bawahannya. Penilaian

Informal adalah pemberian nilai yang

dilakukan oleh seseorang yang melakukan

penilaian tentang kualitas kerja dan

pelayanan yang diberikan tiap karyawan.

Penilaian Kolektif adalah pemberian nilai

yang dilakukan oleh tim yang ditugaskan

untuk

melakukan

penilaian

prestasi

karyawan

dan

menetapkan

penilaian

selanjutnya. Penilaian Pekerjaan adalah

suatu proses penentuan nilai dari suatu

pekerjaan untuk menentukan skala gaji,

syarat–syarat

kenaikan

pangkat

dan

perangsang terhadap kinerja karyawan.

2.3.

Analytical Hierarkhy Prosess (AHP)

Analytic Hierarchy Process pertama

kali diperkenalkan oleh Thomas Saaty

(1980). Menurutnya AHP adalah sebuah

alat bantu yang sangat berguna pada saat

kita berurusan dengan masalah kompleks

yang berhubungan dengan pengambilan

keputusan atau decision making dan dapat

membantu sang pengambil keputusan

untuk mengatur sebuah skala prioritas dan

mengambil keputusan terbaik dengan

menggunakan skala itu.

Dengan

memecah

masalah

yang

kompleks tersebut menjadi beberapa

sub-masalah (Decomposing) yang kemudian

sub-masalah tersebut dapat digunakan

untuk

pengambilan

kesimpulan

(Synthesizing) guna memecahkan masalah

kompleks

tersebut,

AHP

dapat

memisahkan antara sisi pandang objektif

dan subjektif dari masalah tersebut.

Sehingga dapat mengurangi bias yang

ditimbulkan dalam proses pembuatan

keputusan

oleh

yang

bersangkutan.

Langkah – langkah kerja AHP secara

umum adalah :

1.

Dekomposisi dari Masalah

Dalam menyusun prioritas, maka

masalah

penyusunan

prioritas

harus

mampu didekomposisi menjadi (goal) dari

suatu kegiatan, identifikasi kriteria–kriteria

yang akan digunakan dan perumusan

alternatives

yang

digunakan

untuk

memilih

prioritas.

Pada

dekomposisi

masalah perlu merumuskan tujuan dari

penyusuan

prioritas.

Kriteria seleksi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kriteria penilaian yang

digunakan oleh pemimpin partai politik

dalam menilai kinerja kadernya.

Masing-masing kriteria ini memiliki nilai berupa

range nilai. Beberapa contoh kriteria

penilaian dan alternatives yaitu :

Tabel 1. Kriteria Penilaian dan Alternative

Kriteria

Penilaian

Alternative

Kedisiplinan

-

Ketepatan Waktu

-

Penampilan

Prestasi Kerja

-

Penghargaan Kerja

-

Kualitas Solusi yang

(4)

90

menentukan bobot untuk masing-masing

kriteria. Dengan kata lain, penilaian ini

dimaksudkan untuk melihat seberapa

penting suatu pilihan kriteria dilihat dari

kriteria lain yang ada. Contoh beberapa

perbandingan

kriteria

yang

telah

ditentukan dalam pengukuran indeks mutu

seorang kader :

Tabel 2. Penilaian/Perbandingan Elemen

Hasil Penilaian

Kriteria

A

A

adalah

kriteria

Kedisiplinan

B adalah kriteria pengalaman kerja

Setelah semua kriteria mendapatkan

nominal

prioritas

perbandingan

dari

masing–masing kriteria yang lain maka

kita akan dapat mengetahui bobot kriteria

tertentu dengan membagi nilai semua nilai

penjumlah

kriteria

tersebut

dengan

penjumlahan nilai dari semua kriteria.

Dengan

begitu

kita

mendapatkan

persentase prioritas yang dapat membantu

dalam mengambil keputusan.

2.4.

Unified Modeling Language (UML)

Berikut ini definisi Unified Modeling

Language (UML) menurut para ahli :

1.

“Unified Modeling Language (UML)

adalah bahasa pemodelan yang telah

menjadi standar dalam industri software

untuk

visualisasi,

merancang,

dan

mendokumentasikan

sistem

perangkat

lunak. Bahasa Pemodelan UML lebih

cocok untuk pembuatan perangkat lunak

dalam bahasa pemrograman berorientasi

objek (C, Java, VB, NET), namun

demikian tetap dapat digunakan pada

bahasa pemrograman procedural. (Ziga

Truck, 2007), (Henderi, 2007:4).

2.

“Unified Modeling Language (UML)

metode pengembangan perangkat lunak

atau sistem informasi dengan metode

grafis yang relative mudah dipahami”.

UML pertama kali diperkenalkan pada

tahun 1990 ketika Grady booch dan Ivan

Jacobson dan James Rumbaugh mulai

mengadopsi ide-ide serta

kemampuan-kemampuan tambahan dari masing-masing

metodenya

dan

berusaha

membuat

metodologi

terpadu

yang

kemudian

dinamakan

UML

(Unified

Modeling

Language). UML digunakan sebagai suatu

cara untuk mengkomunikasikan idenya

kepada para pemrograman”. (Aryanto

2006:5).

Berdasarkan beberapa pendapat yang

dikemukakan

diatas

dapat

ditarik

kesimpulan bahwa “Unified Modeling

Language (UML) adalah sebuah bahasa

yang berdasarkan grafik atau gambar untuk

menvisualisasikan,

menspesifikasikan,

membangun dan pendokumentasian dari

sebuah sistem pengembangan perangkat

lunak berbasis OO (Object Oriented)”.

3.

Metode Penelitian dan Pembahasan

3.1.

Rancangan Sistem Yang Diusulkan

Perancangan sistem adalah suatu

kegiatan atau proses membuat desain

teknis atau cetak biru yang telah dihasilkan

dari tahap analisis sistem. Perancangan

sitem

harus

memenuhi

persyaratan

fungsional yang telah dikembangkan dan

di analisa dalam proses analisa sistem.

Tujuan dari perancangan sistem ini

adalah untuk menghasilkan suatu sistem

pendukung keputusan (Decision Support

System) yang memudahkan pimpinan

dalam

menilai

kinerja

kader

partai

Gerindra dengan efektif dan efisien.

1.

Gambaran Umum Sistem Yang

Diusulkan

Pimpinan parpol selaku end-user atau

pemakai

dari

sistem

ini

dapat

menggunakan sistem ini di setiap periode

pemilihan calon wakil rakyat atau bahkan

dalam setiap periode pergantian jabatan

sehingga

bisa

digunakan

sebagai

rekomendasi dalam memilih orang yang

tepat untuk menduduki jabatan tersebut.

(5)

91

juga dapat dijadikan laporan yang nantinya

akan diberikan kepada atasannya untuk

penilaian dan pemilihan jabatan yang lebih

tinggi

dan

juga

memerlukan

bobot

penilaian yang lebih besar pula.

Berikut ini adalah proses utama dalam

sistem pendukung keputusan penilaian

kinerja kader dengan metode AHP :

a)

Proses Pengolahan User

Terdapat 2 jenis tingkatan user yang

berbeda dengan hak akses dan cara

pemakaian yang berbeda yaitu admin dan

pimpinan.

b)

Proses Autentifikasi User

Proses atau tahapan ini desebut juga

dengan

proses

login

yaitu

tahap

pembuktian atau validasi data user ketika

memasuki lingkungan sistem yang telah

dibuat.

c)

Proses Pengolahan Nilai atau Bobot

Kriteria dengan Metode AHP

Proses atau tahapan ini merupakan

proses pembobotan atau pemberian nilai

dan juga pengukuran kinerja kader. Dalam

proses ini ada beberapa tahapan penilaian

atau pemberian bobot yaitu :

1.

Pengolahan Kriteria

Pada

tahapan

ini

admin

akan

memasukkan data kriteria apa saja yang

akan digunakan dalam penilaian kinerja

kader dan akan memberikan nilai atau

bobot dari masing–masing kriteria.

2.

Perbandingan Kriteria

Pada

tahapan

ini

admin

akan

membandingkan masing–masing kriteria

satu dengan yang lainnya sehingga dapat

menghasilkan nilai perbandingan yang

dapat dijadikan sebagai skala prioritas

untuk menilai kinerja kader.

3.

Pengolahan Sub Kriteria

Pada

tahapan

ini

admin

akan

memasukkan

data

subkriteria

yang

digunakan

sebagai

indikator

kriteria

penilaian kinerja kader.

4.

Pengolahan Nilai Kinerja

Pada

tahapan

ini

admin

akan

melakukan perhitungan yang diperlukan

dengan melakukan perkalian antara bobot

kriteria dengan nilai/option subkriteria

kader yang dinilai. Tahapan ini dalam

metode AHP biasa disebut synthesizing.

2.

Model Use Case Diagram yang

Diusulkan

Gambar 1. Use Case Diagram Pendataan

Kader pada Organisasi Partai Gerindra

Berdasarkan

gambar

use

case

diagram pendataan kader pada organisasi

partai gerindra, memiliki beberapa jenis

rincian yaitu :

a.

1 Sistem yang mencakup seluruh

kegiatan pada pendataan penilaian kader

pada organisasi partai gerindra.

b. 3 Aktor yang melakukan kegiatan, yaitu

admin, pimpinan, dan kader

c.

4 Use Case yang biasa dilakukan oleh

aktor-aktor tersebut diantaranya Membuat

Data Kader, Penilaian Kader, Mengikuti

Kegiatan dan Laporan.

3.

Model

Activity

Diagram

yang

Diusulkan

Activity diagram menggambarkan

berbagai alir aktivitas dalam sistem yang

sedang dirancang, bagaimana

masing-masing alur berawal, decision yang

mungkin terjadi, dan bagaimana mereka

berakhir. Activity diagram juga dapat

menggambarkan

proses

paralel

yang

mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.

Activity diagram merupakan state

diagram khusus, di mana sebagian besar

state adalah action dan sebagian besar

(6)

92

karena

itu

activity

diagram

tidak

menggambarkan

behaviour

internal

sebuah

sistem

(dan

interaksi

antar

subsistem) secara eksak, tetapi lebih

menggambarkan proses-proses dan

jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum.

Gambar 2. Activity Diagram Penilaian

Kinerja Kader

Berdasarkan gambar activity diagram

penilaian kinerja kader terdapat :

a.

1 Initial node, objek yang diawali.

b.

1 Fork node.

c.

7 Action, state dari sistem yang

mencerminkan eksekusi dari suatu aksi

diantaranya : Login, Home, Data Kader,

Rapat, Kegiatan, IMK dan Logout.

d.

1 final state, objek yang diakhiri.

4.

Model Sequence Diagram yang

Diusulkan

Gambar 3. Sequence Diagram Penilaian

Kinerja Kader

Berdasarkan gambar 3 sequence

diagram penilaian kinerja kader terdapat :

a.

Lifre Line, antar muka yang saling

berinteraksi diantaranya : Login, Admin

Area, Logout.

b.

1 Aktor yaitu : Admin.

c.

16

Message,

spesifikasi

dari

komunikasi antar objek yang memuat

informasi-informasi tentang aktivitas yang

biasa dilakukan aktor tersebut diantaranya

: masukkan nama dan password, valid,

masuk admin, data kader, input data,

simpan, rapat, input data, simpan, absen,

kegiatan, input data, simpan, absen, IMK,

keluar sistem.

5.

Model

Class

Diagram

yang

Diusulkan

Class diagram adalah salah satu

diagram yang digunakan dalam pemodelan

suatu sistem berbasis Object Oriented

(OO)

yang

menggambarkan

secara

keseluruhan struktur database secara detail

dengan menyertakan properties serta

attributnya.

Gambar 4. Class Diagram yang

Diusulkan

A.

Pembahasan Algoritma Menu

Di dalam menu ini terdapat field ID

Kriteria, yang digunakan sebagai primary

key atau pembeda yang memberikan ciri

khas pada masing-masing data yang juga

akan

memberikan

kemudahan

dalam

melakukan pencarian data.

Field Nama Kriteria merupakan field

yang akan diisi dengan nama kriteria –

kriteria yang telah didapatkan dari tahap

awal AHP yaitu problem decomposition.

Tahapan ini akan memecah masalah yang

tidak terstruktur menjadi beberapa sub

kriteria yang nantinya akan diberikan bobot

nilai dan dihitung skala prioritasnya.

Tahapan problem decomposition dapat

dilihat

dibawah

ini

A

B

C

(7)

93

masing kriteria yang telah ditentukan.

Adapun cara perhitungan masing–masing

bobot kriteria bisa dilihat di bawah ini :

1.

Tentukan Nilai Perbandingan dari

Masing–Masing Kriteria.

Tabel 3. Nilai Perbandingan

Keterangan

:

A

=

Kedisiplinan

B

=

Pengalaman kerja

C

=

Prestasi kerja

Nilai dalam tabel diatas didapatkan

dari skala yang dimasukkan atau di

definisikan secara manual oleh user. Dalam

tabel tersebut user telah menetapkan aturan

untuk masing skala atau bobot kriterianya

yaitu :

- Kedisiplinan 4 kali lebih penting dari

Pengalaman Kerja

- Kedisiplinan 3 kali lebih penting dari

Prestasi Kerja

- Pengalaman Kerja 3 kali lebih penting

dari Prestasi kerja

2.

Ubah

Tabel

Kriteria

Menjadi

Matriks Lalu Hitung Skalanya

Dengan

Menggunakan

Metode

Eigenvector

Agar

lebih

mudah

untuk

menghitungnya kita rubah nilai dari

masing – masing kriteria ke dalam

bilangan desimal lalu masukkan ke dalam

matriks terlebih dahulu.

Eigenvector adalah metode yang

digunakan oleh Thomas L.Saaty untuk

menemukan skala prioritas yang telah

ditempatkan pada suatu matriks. Langkah

pertama

dalam

metode

ini

adalah

mengkuadratkan matriks yang didapat.

X

dan hasilnya (dengan 4 angka desimal di

belakang koma) adalah

Setelah itu kita jumlahkan

masing-masing baris matriks dan kita akan bagi

masing–masing hasil penjumlahan dengan

total dari semua jumlah nilai matriks yang

masing elemen matriks adalah 46,9125.

Lalu bagi masing–masing jumlah dari

masing–masing matriks tadi dengan jumlah

semua nilai elemen dan kita akan

mendapatkan eigenvector yang pertama.

Setelah

mendapatkan

eigenvector

(8)

94

dengan terakhir secara berulang-ulang

sampai nilai pengurangan dari eigenvector

yang didapat tidak banyak berubah (empat

angka dibelakang koma). Hasilnya akan

kita dapatkan seperti berikut : Setelah

mendapatkan

hasilnya

kita

dapat

menentukan mana prioritas kriteria yang

lebih penting daripada yang lain. Di dalam

kasus ini kriteria Kedisiplinan mendapat

skala prioritas sebesar 0,6232, Pengalaman

Kerja mendapat skala prioritas sebesar

0,2468,

Prestasi Kerja mendapatkan skala prioritas

sebesar 0,1298.

B.

Rancangan

Program

Serta

Pembahasan Algoritma Pemecahan

Masalahnya

1.

Tampilan Menu Login

Gambar 6. Tampilan Menu Login

Sebelum menggunakan

sistem

ini user diharuskan login terlebih dahulu.

Pada menu ini terdapat Authentification

process dimana terjadi validasi terhadap

username dan password yang dimasukkan

terhadap username dan password yang

ada pada database.

2.

Tamplan Home atau Halaman Index

Gambar 7. Tampilan Home atau Halaman

Index

Pada menu ini user dapat bernavigasi

atau berpindah ke halaman–halaman yang

sudah di indeks atau didaftarkan menjadi

menu–menu sesuai dengan fungsionalitas

dan operasionalnya.

3.

Tampilan Menu Master Kader

Gambar 8. Tampilan Menu Master Kader

Pada menu ini admin dapat melihat

data–data kader seperti nomor induk

kader, nama, alamat, etc.

4.

Tampilan Menu Tambah Kader

Gambar 9. Tampilan Menu Tambah

Kader

Pada

menu

ini

admin

dapat

menambahkan data – data kader sesuai

dengan field yang telah dispesifikasikan

menu ini.

(9)

95

Gambar 10. Tampilan Menu Master

Kriteria

Pada

menu

ini

admin

dapat

menambahkan dan juga mengedit kriteria

yang sudah ditetapkan dan juga memberi

bobot kepada masing–masing kriteria.

6.

Tampilan Menu Update Data Kader

Gambar 11. Tampilan Menu Update Data

Kader

Pada

menu

ini

admin

dapat

melakukan update data setiap kader yang

sudah dimasukkan ke dalam database.

7.

Tampilan Menu Tambah Kriteria

Gambar 12. Tampilan Menu Tambah

Kriteria

Pada menu ini admin dapat menambah

kriteria

yang

akan

dipakai

dalam

melakukan penilaian terhadap kinerja

kader.

8.

Tampilan

Menu

Perbandingan

Kriteria

Gambar

13.

Tampilan

Menu

Perbandingan Kriteria

Pada menu ini admin dapat melihat

perbandingan skala yang diperkenalkan

oleh Thomas.L. Saat dan juga dapat

melakukan perbandingan kriteria yang

hasil akhirnya merupakan nilai bobot

kriteria yang nantinya akan digunakan

dalam proses Analytic Hierarchy Process

yaitu Synthesizing.

9.

Tampilan Menu Penilaian Kader

Gambar 14. Tampilan Menu Penilaian

Kader

Menu ini berfungsi untuk melakukan

penilaian

terhadap

kinerja

kader

berdasarkan maksimal 4 kategori kriteria

dan 5 sub kriteria. Pada menu ini admin

memasukkan nilai pada masing–masing

kriteria yang nantinya nilai tersebut akan

dihitung dan di akumulasikan sehingga

menghasilkan kesimpulan tentang bobot

kinerja kader tersebut.

4..Kesimpulan

Dari Penelitian yang dilakukan ada

bebrapa kesimpulan yang dapat diambil.

Yaitu sebahai berikut :

a.

Proses

Penilaian

terhadap

kader

dilakukan

dengan

memberikan

pembobotan

pada

tiap

tiap

karakteristik.Berdasarkan pendekatan

kesatuan

(unity),

kompleksitas

(complexity), saling ketergantungan

(inter dependence), struktur hirarki

(hierarchy structuring), pengukuran

(measurement)

dan

selanjutnya

dikembangkan ke dalam perangkat

lunak dengan

(10)

96

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Bourgeois, R, ”Analytical Hierarchy

Process,”

An

Overview,

Bogor:

UNCAPSA-UNESCAP, 2005.

[2] Brian Gladman, ”A Specification for

Rijndael,” The AES Algorithm, 2003.

[3]

Dharwiyanti, Sri and Wahono, Satria,

Romi, ”Pengantar Unified Modeling

Language

(UML),”

IlmuKomputer.com, 2003.

[4] Irwanto, Djon, ”Perancangan Object

Oriented Software dengan UML,”

Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.

[5] Nugroho, Bunafit, ”Membuat Website

Sendiri

dengan

PHP-MySQL,”

Jakarta: Media Kita, 2009.

[6] Rahma, Fitria and Sensuse, Dana

Indra, ”Penerapan Metode Analytic

Hierarchy Process Dalam Sistem

Penunjang

Keputusan

Untuk

Pemilihan Asuransi,” Jurnal Sistem

Informasi MTI-UI, Volume 4 No.2,

2008.

[7]

Saaty, Thomas L, ”Decision Making

with The Analytic Hierarchy Process,”

International Journal Service Science,

Volume 11 No. 1, 2008.

[8] Susila, Wayan R. and Munadi,

Ernawati, ”Penggunaan Analytical

Hierarchy Process Untuk Penyusunan

Gambar

Tabel 2. Penilaian/Perbandingan Elemen  Hasil Penilaian Kriteria Kriteria
Gambar 1. Use Case Diagram Pendataan Kader  pada Organisasi Partai Gerindra
gambar  penilaian kinerja kader terdapat :
Gambar 9. Tampilan Menu Tambah Kader
+2

Referensi

Dokumen terkait

Katalis CaO merupakan katalis heterogen terbaik dengan aktivitas katalitik dan kebasaan yang cukup tinggi, memiliki kelarutan yang rendah dalam metanol serta

Hasil penelitian menggunakan implementasi e-commerce dengan menggunakan software opencart pada toko Pastbrik Malang akan dapat membantu mengurangi biaya yang

Hasil analisis kualitatif ( Gambar 4 ) menyatakan bahwa, dari empat sumur yang digunakan sebagai input pengolahan data seismik terdapat dua sumur yang

No Peneliti Judul penelitian Metode Hasil Persamaan dan Perbedaan beberapa Hotel di Medan 4 Wijaya Mukti Sri Utari Universita s Muhamm adiyah Surakarta 2012 Pengaruh

PPL menjadikan mahasiswa lebih siap mengajar khususnya dalam menghadapi siswa dan mengelola kelas sehingga materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa,

Gambar 1 Korelasi antara prosentase hidup sel WiDr dengan berbagai waktu inkubasi hasil uji doubling time menggunakan ekstrak spons laut A.suberitoides.. Gambar 2 Korelasi

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaksanakan penerapan mobilisasi untuk mempercepat turunnya tinggi fundus uteri dengan melakukan Asuhan keperawatan Ny.N pada