• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENTING DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PENTING DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAL"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERAN PENTING DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM PEMENUHAN PRINSIP SYARIAH DALAM PELAKSANAAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH

BERDASARKAN PBI NO.11/33/PBI/2009

A. Keberadaan dan kedudukan DPS dalam perbankan syariah

Salah satu perbedaan yang mendasar dalam struktur organisasi perbankan

konvensional dengan perbankan syariah adalah kewajiban memposisikan Dewan

Pengawas Syariah (DPS) dalam perbankan syariah. DPS adalah lembaga

independen atau juris khusus dalam bidang fiqih muamalat. Namun DPS juga bisa

beranggotakan diluar ahli fiqih tetapi harus memiliki keahlian dalam bidang

lembaga keuangan Islam dan fiqih muamalat.89

Fiqih artinya faham atau pengertian, jadi ilmu fiqih adalah ilmu yang

bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan

ketentuan-ketentuan umum yang terdapat di dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad

yang direkam didalam kitab-kitab hadis.90

Muamalat dalam pengertian luas, yakni ketetapan yang diberikan oleh

Tuhan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial manusia, terbatas

pada yang pokok-pokok saja.91

89

Analisa atas Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam Memastikan Pemenuhan atas Kepatuhan pada Prinsip syariah di Lembaga Keuangan syariah (di Indonesia),<http://herman-notary.blogspot.com/.../analisa-atas-peran-dewan-pengawas.html>, diakses tanggal 20 September 2010.

90

H. Muhammad Daud, “ Asas-asas Hukum Islam”, (Jakarta: Rajawali Pers, cetakan keenam, 1998),hal. 48.

91

(2)

Dalam Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan bahwa dalam suatu

perbankan Islam harus dibentuk DPS.92 Begitu juga dalam Undang-undang

tentang Perbankan Syariah dinyatakan bahwa DPS wajib dibentuk di Bank

Syariah dan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah.93

Dalam PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah juga

disebutkan pengertian DPS yaitu DPS adalah dewan yang bertugas memberikan

nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai

dengan prinsip syariah. 94

DPS merupakan suatu badan yang diberi wewenang untuk melakukan

supervises/pengawasan dan melihat secara dekat aktivitas lembaga keuangan

syariah agar lembaga tersebut senantiasa mengikuti aturan dan prinsip-prinsip

syariah. 95

DSN merupakan bagian dari MUI yang terdiri atas para ulama, praktisi

dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah

muamalah yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah DPS berkedudukan di kantor pusat dan berkewajiban melihat secara

langsung pelaksanaan suatu lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang

dari ketentuan yang telah difatwakan Dewan Syariah Nasional (DSN).

92

Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Penjelasan Pasal 6 huruf m.

93

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, Pasal 32 angka 1.

94

PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah, Pasal 1 angka 11.

95

The shari’a supervisory board is entrusted with duty of directing, reviewing and

supervising the activities of the Islamic financial institution in order to ensure that they are in compliance with Islamic shari’a Rules and principles. Lih. AAOIFI (Accounting and Auditing

(3)

dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada

khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana. 96

Menurut MUI (SK MUI No. Kep.754/II/1999), ada 4 tugas pokok DSN,

yaitu;97

1. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian

2. Mengeluarkan fakta atas jenis-jenis kegiatan keuangan

3. Mengeluarkan fakta atas produk keuangan syariah

4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan

DPS melihat secara garis besar dari aspek manajemen dan administrasi

harus sesuai dengan prinsip syariah, yang paling utama adaalah mengesahkan dan

mengawasi produk-produk yang dikeluarkan bank agar sesuai dengan ketentuan

syariah dan undang-undang yang berlaku.

DPS dalam strukrur organisasi bank syariah diletakkan pada posisis

setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap bank syariah. Posisi yang

demikian ditujukan agar DPS lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan opini

dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di bank

tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan pengaplikasian produk

perbankan syariah. Oleh sebab itu, penetapan DPS dilakukan melalui RUPS

setelah nama-nama anggota DPS tersebut mendapat pengesahan dari DSN.

Pemberdayaan DPS pada masa yang akan datang sangat penting

dilakukan, diantaranya adalah melibatkan DPS dalam berbagai program

96

Adrian Sutedi, “Perbankan Syariah:Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum”, (Bogor;Ghalia Indonesia, cetakan pertama, 2009), hal. 147.

97

(4)

marketing dan sosialisasi perbankan syariah. Hal ini dimaksudkan untuk

mensinergikan antara DPS dengan pihak manajemen perbankan syariah dan

masyarakat. Karena masih banyak pelaksana perbankan syariah yang masih belum

benar-benar menguasai secara keseluruhan produk-produk perbankan syariah

sehingga sangat sulit untuk melakukan sosialisasi terhadap masyarakat. Oleh

sebab itu, peran dan fungsi DPS dalam hal ini sangat diharapkan.

B. Syarat dan keanggotaan DPS dalam perbankan syariah

Perwataatmadja dan S. Antonio mengemukakan bahwa anggota DPS

seharusnya terdiri atas ahli syariah, yang sedikit banyak menguasai hukum dagang

positif dan terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis.98

Untuk menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat, DPS mempunyai

ketentuan sebagi berikut:99

1. DPS bukan staff bank, dalam arti mereka tidak tunduk dibawah kekuasaan

administratif

2. Mereka dipilih oleh RUPS

3. Honorarium DPS ditentukan oleh RUPS

4. DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya badan

pengawas lainnya

Anggota DPS wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut;100

a) Integritas, yang paling kurang mencakup;

1) Memiliki akhlak dan moral yang baik

98

Warkum Sumitro, Op. cit., hal. 52

99

Ibid.

100

(5)

2) Memiliki komitmen untuk memetuhi peraturan perbankan syariah dan

peraturan perundang-undangan lain yang berlaku

3) Memiliki komitmen terhadap pengembangan yang sehat dan tangguh

(sustainable)

4) Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus sebagaimana diatur dalam

ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test)

yang ditetapkan Bank Indonesia

b) Kompetensi, yang paling kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman di

bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan/atau

keuangan secara umum

c) Reputasi keuangan, yang paling kurang mencakup ;

1) Tidak termasuk dalam daftar kredit macet

2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pemegang saham, anggota

dewan komisaris, atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima)

tahun terakhir

Sedangkan mengenai prosedur penetapan anggota DPS dapat dilakukan

dengan:101

a. Perbankan syariah mengajukan permohonan penempatan anggota DPS kepada

DSN. Permohonan tersebut dapat disertai usulan nama calon DPS

b. Permohonan tersebut dibahas dalam rapat Badan Pelaksana Harian DSN

101

(6)

c. Hasil rapat Badan Pelaksana Harian DSN kemudian dilaporkan kepada

pimpinan DSN

d. Pimpinan DSN menetapkan nama-nama yang diangkat sebagai anggota DPS

Ketentuan mengenai jumlah anggota DPS juga diatur dalam PBI No.

11/3/PBI/2009 yang menyatakan bahwa jumlah anggota DPS paling sedikit

adalah 2 (dua) orang dan paling banyak 50% dari jumlah anggota direksi.102

Pada prinsipnya seorang anggota DPS hanya dapat menjadi anggota DPS

di satu perbankan syariah dan satu lembaga keuangan syariah. Namun mengingat

keterbatasan jumlah tenaga yang dapat menjadi anggota DPS, seseorang dapat

diangkat sebagai anggota DPS sebanyak-banyaknya pada dua perbankan syariah

dan dua lembaga keuangan syariah lainnya.

DPS

diketuai oleh salah satu dari anggota DPS bank yang bersangkutan.

103

Peran strategis yang diemban DPS adalah sebagai garda terdepan dalam

menjaga kesyariahan sebuah lembaga keuangan yang berlabel syariah. DPS Sebelum DPS menduduki jabatannya, maka pihak bank yang bersangkutan

terlebih dahulu harus mengajukan calon anggota DPS untuk mendapat persetujuan

dari Bank Indonesia agar pengangkatan anggota DPS dapat diberlakukan secara

efektif. Pemberhentian ataupun pengunduran diri anggota DPS juga wajib

dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah

pmberhentian atau pengunduran diri efektif.

C. Peran Penting DPS pada perbankan syariah

102

PBI No. 11/3/PBI/2009, Pasal 36 ayat (1).

103

(7)

bertanggung jawab untuk memastikan semua produk dan prosedur bank syariah

sesuai dengan prinsip syariah. Keberadaan DPS pun dinyatakan secara jelas dalam

Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan dalam PBI

yang terkait dengan lembaga keuangan syariah. Jadi secara yuridis, DPS di

lembaga perbankan syariah menduduki posisi yang kuat karena keberadaannya

sangat penting dan strategis.

DPS merupakan suatu fungsi dalam organisasi bank syariah yang secara

internal merupakan badan pengawas syariah dan secara eksternal dapat menjaga

serta meningkatkan kepercayaan masyarakat.104

Fungsi DPS dalam organisasi perbankan syariah adalah sebagai berikut;

105

1. Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan kantor

cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah

2. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul

dan saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan

kajian dan fatwa dari DSN

3. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. Kewajiban

melapor pada DSN sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Untuk melakukan fungsi pengawasan tersebut, anggota DPS harus

memiliki kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqih muamalat dan ilmu

ekonomi keuangan islam modern, bukan karena kharisma dan kepopulerannya

ditengah masyarakat. Jika pengangkatan DPS bukan didasarkan pada

104

Gemala Dewi, “ Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia”, (Jakarta:Prenada Media, cetakan pertama, 2004), hal. 71. 105

(8)

keilmuannya, maka fungsi pengawasan DPS tidak akan efektif sehingga dapat

menyebabkan terjadinya penyimpangan praktek syariah.106

Namun peran vital DPS di Indonesia, dalam praktek di lapangan saat ini

belum optimal. Ada beberapa faktor utama penyebab peran dan fungsi DPS di

Indonesia belum optimal, antara lain;107

a) Lemahnya status hukum hasil penilaian kepatuhan syariah oleh DPS

akibat ketidakefektivan dan ketidakefisienan mekanisme pengawasan

syariah dalam perbankan syariah di Indonesia saat ini

b) Terbatasnya keterampilan sumber daya DPS dalam masalah audit,

akuntansi, ekonomi dan hukum bisnis

c) Belum adanya mekanisme dan struktur kerja yang efektif dari DPS dalam

melaksanakan fungsi pengawasan internal syariah dalam perbankan

syariah

Akibat dari ketiga faktor diatas menjadikan peran DPS pada saat ini lebih

banyak sebagai penasihat syariah bagi manajemen, alat komunikasi dan marketing

bagi bank syariah dan sebagai legislator produk bank syariah. Fungsi pengawasan

terhadap proses operasional yang merupakan aktivitas sharia review ex post

auditing jarang dilakukan oleh DPS. Salah satu alternatif untuk mengoptimalkan

peran DPS dalam bank syariah Di Indonesia adalah dengan mengembangkan

fungsi pendukung DPS berupa staf yang memadai untuk membentuk DPS

melakukan tugas pengawasan.108

106

Ibid.

107

Adrian Sutedi, Op. cit., hal. 150.

108

(9)

Kredibilitas suatu bank syariah ditentukan oleh kredibilitas DPS dalam

masalah kinerja, independensi dan kompetensi sehingga peran dan fungsi DPS

harus dioptimalkan dalam pengawasan internal syariah untuk membangun

jaminan kepatuhan syariah bagi seluruh stakeholders bank syariah.109

Langkah optimalisasi peran dan fungsi DPS dalam pengawasan internal

syariah adalah dengan memperbaiki lingkungan eksternal dan internal DPS.

Perbaikan lingkungan eksternal DPS menjadi tanggung jawab utama Bank

Indonesia sebagai regulator, yaitu menciptakan mekanisme pengawasan syariah

yang efektif dan efisien sehingga terbentuk perbankan syariah yang sehat,efisien

dan sesuai syariah. Sedangkan tanggung jawab perbaikan lingkungan internal

DPS menjadi tanggung jawab DPS dan manajemen bank syariah untuk

menciptakan sistem jaminan kepatuhan syariah yang efektif dan efisien untuk

mebengun kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.110

DPS sebagai pengawas memiliki kesamaan dengan fungsi komisaris.

Bedanya, kepentingan komisaris dalam melakukan fungsinya adalah memastikan

bank agar bank tersebut selalu menghasilkan keuntungan. Namun kepentingan

DPS adalah menjaga kemurnian syariah (ajaran Islam) dalam kegiatan operasional

perbankan. Oleh karena itu, kedudukan komisaris dan DPS mempunyai potensi

untuk melahirkan konflik, sebab DPS harus berpihak pada kemurnian syariah

D. Tugas dan tanggung jawab DPS dalam pemenuhan prinsip syariah dalam pelaksanaan GCG Perbankan Syariah

109

Ibid., hal. 151.

110

(10)

sedangkan komisaris harus berpihak pada keuntungan yang lebih condong

mengarah pada penyimpangan syariah.

Jadi DPS merupakan lembaga yang khas yang hanya dimiliki oleh

lembaga keuangan yang berbasis syariah. Tugasnya sangat berat yaitu sebagai

pengawas kegiatan usaha bank agar senantiasa sejalan dengan prinsip syariah.

Dalam menjalankan tugas tersebut maka DPS perlu dibekali dengan wewenang

yang cukup dan harus membuat aturan yang rinci mengenai kedudukannya. Hal

tersebut akan membuat prinsip GCG lebih mudah diterapkan dalam DPS.111

Menurut Dubai Islamic Banking, tugas penting seorang DPS (terjemahan

secara bebas) adalah:

112

1. DPS adalah seorang ahli (pakar) yang menjadi sumber dan rujukan dalam

menerapkan prinsip-prinsip syariah termasuk sumber rujukannya

2. DPS mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan tidak

adanya fitur yang melanggar syariah

3. DPS menganalisa segala situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya

yang tidak didasari fatwa di transaksi perbankan untuk memastikan

kepatuhan dan kesesuaiannya kepada syariah

4. DPS menganalisis segala kontrak dan perjanjian mengenai

transaksi-transkasi di bank syariah untuk memastikan kepatuhan kepada syariah

111

Ibid., hal. 150.

112

Agustianto (Sekjen DPP IAEI dan Dosen Ushul Fiqh Ekonomi Keuangan dan Fiqh Muamalah Perbankan di Pascarjana Univ.Paramadina, Pascasarjana Ekonomi Islam UI Az-Zahra), Pascasarjana Islamic Economics and Finance Universitas Trisakti dan Pascasarjana PSTTI UI, “ Dewan Pengawas Syariah dan Manajemen Resiko Perbankan

(11)

5. DPS memastikan koreksi pelanggaran dengan segera (jika ada) untuk

mematuhi syariah. Jika ada pelanggaran, anggota DPS harus mengoreksi

penyimpangan itu dengan segera agar disesuaikan dengan prinsip syariah

6. DPS memberikan supervise untuk program pelatihan syariah

7. DPS menyusun sebuah laporan tahunan tentang neraca bank syariah

tentang kepatuhannya kepada syariah. Dengan pernyataan ini, seorang

DPS memastikan kesyariahan laporan keuangan perbankan syariah

8. DPS melakukan supervisi dalam pengembangan dan penciptaan investasi

yang sesuai syariah dan produk pembiayaan yang inovatif.

Dalam PBI No. 11/33/PBI/2009 dinyatakan bahwa tugas dan tanggung

jawab DPS adalah memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mangawasi

kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.113

Tugas dan tanggung jawab DPS dalam pengawasan terhadap pemenuhan

prinsip syariah dalam mendukung pelaksaan GCG pada perbankan syariah adalah

sebagai berikut;114

a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan bank

b) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan

fatwa DSN-MUI

c) Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru bank yang belum

ada faktanya

113

PBI No.11/33/PBI/2009, Pasal 47 ayat (1).

114

(12)

d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap

mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

bank

e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuak nerja

bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Selain itu, DPS wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan DPS

secara berkala dalam waktu 6 (enam) bulan sekali kepada Bank Indonesia.

DPS dalam menjalankan tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap

operasional perbankan syariah juga mempunyai kewajiban sebagai berikut ; 115

1) Mengikuti fatwa-fatwa DSN

2) Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar tidak

menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan

DSN

3) Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan syariah

yang diawasinya secara rutin kepada DSN, sekurang-kurangnya 2 (dua)

kali dalam setahun

Dalam rangka menjalankan tugas-tugas tersebut, DPS berhak dan

mempunyai wewenang untuk:116

1. Memberikan pedoman atau garis-garis besar syariah, baik untuk

pengerahan maupun untuk penyaluran dana serta kegiatan bank lainnya

2. Mengadakan perbaikan seandinya suatu produk yang telah atau sedang

dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah

115

Keputusan DSN MUI No.03 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah, dikutip dari Adrian Sutedi, Op cit., hal. 143.

116

(13)

Aktivitas DPS dalam melaksanakan pengawasan syariah, menurut Briston

dan Ashker, ada tiga macam, yaitu:117

a) Ex ante auditing

Aktivitas pengawasan syariah dengan melakukan pemeriksaan terhadap

berbagai kebijakan moral yang diambil dengan cara melakukan review

terhadap keputusan-keputusan manajemen dan melakukan review terhadap

semua jenis kontrak yang dibuat manajemen bank syariah dengan semua

pihak. Tujuannya adalah untuk mencegah bank syariah melakukan kontrak

yang melanggar psinsip-prinsip syariah.

b) Ex post auditing

Aktivitas pengawasan syariah dengan melakukan pemeriksaan terhadap

laporan kegiatan (aktivitas) dan laporan keuangan bank syariah.

Tujuannya adalah untuk menelusuri kegiatan dan sumber-sumber

keuangan bank syariah yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

c) Perhitungan dan pembayaran zakat

Aktivitas pengawasan syariah dengan memeriksa kebenaran bank syariah

dalam menghitung zakat yang harus dikeluarkan dan memeriksa

kebenaran dalam pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan syariah.

Tujuannya adalah untuk memastikan agar zakat atas segala usaha yang

berkaitan dengan hasil usaha bank syariah telah dihitung dan dibayar

secara benar oleh manajemen bank syariah.

117

(14)

Rifaat Karim menebutkan ada 3 model pengawasan syariah oleh DPS yang

diwujudkan dalam bentuk organisasi DPS, yaitu;118

Selain ke tiga model diatas, ada model variasi atas model departemen

syariah yaitu dengan memperluas tugas dan ruang lingkup departemen internal

audit dengan memasukkan aspek syariah. Departemen internal audit bank syariah

akan menjadi fungsi pendukung DPS dalam melaksanakan tugas-tugas

pengawasan syariah sehingga departemen internal audit akan bekerja berdasarkan 1. Model Penasihat

Model ini dilakukan dengan menjadikan pakar-pakar syariah sebagai

penasihat semata dan kedudukannya dalam organisasi adalah sebagai tenaga

part time, yang datang ke kantor jika diperlukan.

2. Model Pengawasan

Model ini ditandai dengan adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh

beberapa pakar syariah terhadap bank syariah dengan secara rutin

mendiskusikan masalah-masalah syariah dengan para pengambil keputusan

operasional muapun keuangan organisasi.

3. Model departemen syariah

Dengan model ini, para pakar syariah bertugas full time, didukung oleh staf

tekhnis yang membantu tugas-tugas pengawasan syariah yang telah digariskan

oleh ahli syariah departemen tersebut.

118

(15)

panduan DPS untuk hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah dan melaporkan

temuan-temuannya dalam aspek syariah kepada DPS.119

119

Ibid.

Peran DPS di bank syariah memiliki hubungan yang kuat dalam

pencapaian pelaksanaan GCG pada perbankan yang berbasis syariah. Kepatuhan

syariah dalam perbankan syariah merupakan hal yang menjadi pengawasan dari

DPS yang menyangkut dengan reputasi bank syariah di mata masyarakat. Karena

jika terjadi pelanggaran syariah dalam perbankan syariah, hal tersebut akan

merusak citra bank syariah sehingga merusak kepercayaan masyarakat terhadap

bank syariah. Oleh karena itu peran DPS di bank syariah harus dioptimalkan,

kualifikasi untuk menjadi DPS semakin diperketat serta formalisasi peran DPS

(16)

BAB IV

BENTUK PENERAPAN ASPEK TRANSPARANSI KONDISI BANK DALAM RANGKA PENCAPAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN PERATURAN BANK

INDONESIA NO. 11/33/PBI/2009

A. Pentingnya penerapan aspek transparansi pada perbankan syariah

Aspek penting dalam pencapaian GCG pada industri perbankan antara lain

adalah penerapan transparansi (keterbukaan) terhadap kondisi bank. Prinsip

transparansi yang ditandai dengan tersedianya informasi tepat waktu, relevan dan

akurat bagi pelaku pasar merupakan salah satu syarat agar disiplin pasar dapat

berfungsi secara efektif. Disiplin pasar dapat didefenisikan sebagai aksi

stakeholders yang memonitor dan mempengaruhi perusahaan agar meningkatkan

kinerja perusahaan. Oleh karenanya, disiplin pasar dipercaya sebagai sarana

pengawasan bank yang efektif.120

Pentingnya disiplin pasar telah diakui oleh The Based Committee on

Banking Supervision Bank for International Settlement atau Bassel Committe

dengan menetapkannya sebagai pilar ketiga Basell III yang akan diterapkan sejak

tahun 2006. Pilar ketiga mengusulkan peningkatan disiplin pasar dengan

memperluas persyaratan keterbukaan bagi bank. Satu hal yang perlu diingat,

transparansi adalah a journey not a destination.121

120

Zulkarnain Sitompul, “ Problematika Perbankan”, (Bandung:Booksterrace & Library, cetakan pertama, 2005), hal. 163.

121

(17)

Bassel Committe juga menentukan bahwa transparansi merupakan faktor

kunci yang berfungsi untuk menjaga efektifitas pengawasan terhadap keamanan,

kenyamanan dan reputasi bank. Bassel Committee mendefinisikan transparansi

sebagai suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi yang dapat dipercaya dan

tepat waktu kepada publik, sehingga memungkinkan bagi para pengguna

informasi untuk memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan, baik informasi yang

terkait dengan kondisi keuangan dan kinerja bank, aktivitas bisnis, profil resiko

ataupun praktek manajemen resiko.122

Bassel Committee menekankan informasi yang harus disediakan sehingga

mampu mencapai level transparansi adalah dengan adanya keakuratan dan

kesesuaian informasi yang disajikan yang mencakup 6 (enam) subjek berikut:123

Posisi keuangan perlu dijelaskan untuk mengevaluasi tingkat permodalan,

tingkat solvency, likuiditas dan reputasi bank. Laporan ini juga meliputi

informasi tentang karakteristik, jumlah dan kualitas aktiva passiva, komitmen, 1. Kinerja keuangan

Kinerja keuangan harus mengindikasikan kinerja bank dalam pencapaian

profit atau kerugian yang diderita, jumlah pendapatan dan biaya-biaya yang

dikeluarkan, kualitas pendapatan dan tern tingkat profitabilitas yang diraih

dari tahun ke tahun dan potensinya untuk sewaktu-waktu mendatang

(tercermin dalam laporan laba rugi).

2. Posisi keuangan

122

M. Umer Chapra & Habib Ahmed, Op. cit., hal. 87.

123

(18)

kontingen liabilities dan dana pemegang saham yang mencerminkan kondisi

saat ini dan rata-rata periode yang telah lalu.

3. Strategi manajemen dan kontrol resiko

Hal ini merupakan faktor kunci bagi kinerja dan kondisi bank di waktu

mendatang, disamping bagi efektivitas manajemen. Proses disklosur harus

meliputi semua resiko yang harus dihadapi oleh bank, baik dari unsur filosofi,

kebijakan dan metodologi bagaimana resiko-resiko tersebut akan dihadapi,

dikelola, dimonitor dan dikontrol. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya untuk

memitigasi resiko dengan srana pendukung, misalnya adanya kolateral,

perjanjian, komposisi pinjaman, batasan-batasan (batas kredit, batas resiko

pasar) dan unsur derivatif.

4. Eksposur resiko

Informasi yang terkait dengan resiko harus disediakan secara kualitatif dan

kuantitatif, baik resiko yang inheren dengan aktivitas on balance sheet

ataupun off balance sheet yang meliputi resiko kredit, resiko pasar, resiko

tingkat suku bunga, resiko valuta asing, resiko likuiditas serta efektivitas

strategi yang digunakan untuk mengelola resiko tersebut. Informasi ini akan

membantu untuk memenuhi kebutuhan user terhadap kekuatan financial bank

dan kemampuan untuk melakukan bisnis secara kontinu dalam waktu yang tak

terbatas.

5. Kebijakan akuntansi

Kebijakan ini mencakup prinsip dan praktek umum akuntansi,

(19)

aset dan kerugian atas hasil usaha, kebijakan untuk menyediakan provisi atas

kerugian pinjaman, baik secara umum ataupun secara spesifik, kebijakan

tentang penilaian aktiva dan passiva yang tangible dan intangible, sekuritisasi,

transakasi valuta asing, pajak penghasilan dan derivatif.

6. Dasar manajemen bisnis dan informasi Corporate governance

Pelaporan informasi harus dilakukan terkait dengan badan hukum usaha (legal

entity), dewan direksi (skala, status dan pengalaman anggota), struktur senior

manajemen (kualifikasi, pengalaman dan tanggung jawab). Selain itu juga

perlu disediakan informasi tentang struktur insentif bank (termasuk

remunerasi, bonus kinerja dan stock option), serta aturan main bagi dewan

direksi terkait dengan review atas struktur pemberian insentif.

Jika senior atau manajemen dan direksi menyediakan informasi yang tidak

merefleksikan kondisi bank secara akurat dan kerugian yang diderita oleh bank

ditutup-tutupi maka senior atau manajemen dan direksi tersebut harus dihukum,

karena jika mereka tidak mendapatkan hukuman dan masih tetap bisa bekerja

pada bank yang lain maka transparansi tidak lagi menjadi sesuatu yang berarti

bagi bank.

Di Jerman, jika seorang bankir yang tidak menyampaikan informasi

penting terkait dengan usaha bank secara akurat, maka ia tidak akan pernah

mendapatkan pekerjaan kembali dalam industri keuangan.124

124

Ibid., hal. 89.

(20)

Zaeland, para pelakunya akan mendapatkan hukuman yang sangat keras dan

pemilik bank memiliki kewajiban yang tak terbatas.125

Dengan adanya penerapan aspek transparansi pada informasi kualitatif dan

kuantitatif pengelolaan perusahaan pada perbankan syariah akan memberikan

manfaat sebagai berikut;

Jadi, pada dasarnya aspek transparansi pada perbankan, termasuk juga

dalam perbankan syariah merupakan suatu keharusan dan sangat penting agar

disiplin pasar dapat berjalan secara efektif. Displin pasar akan mampu

menjalankan perannya dalam meningkatkan fungsi bank dan menyelamatkan

kepentingan pemegang saham manakala semua pihak yang berkepentingan

mempunyai akses yang cukup terhadap informasi kegiatan usaha bank, baik yang

bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif.

126

a. Bagi pemegang saham

Adanya transparansi informasi yang akurat membantu para pemegang

saham memutuskan untuk tetap mempertahankan sahamnya atau

menjualnya

b. Bagi para deposan atau bagi para nasabah bank

Adanya transparansi informasi yang akurat akan membantu para deposan

atau nasabah memutuskan untuk tetap menyimpan dana atau menariknya

dari bank yang bersangkutan.

c. Bagi direksi

125

Ibid., hal. 89-90.

126

(21)

Adanya transparansi informasi yang akurat membantu direksi untuk

mengetahui kinerja manajemen bank yang bersangkutan.

d. Bagi auditor eksternal

Adanya transparansi informasi yang akurat membantu audito eksternal

untuk mempersiapkan laporan yang akurat tentang usaha bank.

e. Bagi dewan pengawas

Adanya transparansi informasi yang akurat membantu dewan pengawas

untuk memberikan saran dan rekomendasi atau tindakan koreksi terhadap

kinerja yang menyimpang, sehingga keamanan, kenyamanan dan reputasi

bank dapat terjaga sebelum terlambat.

Tanpa adanya transparansi informasi yang akurat ini, setiap pihak yang

berkepentingan terhadap bank tidak akan menemukan titik terang dan pihak

manajemen tidak akan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Atas dasar alasan inilah, transparansi merupakan faktor yang paling

penting bagi semua pelaku pasar. Terlebih jika pelaku pasar yang menggunakan

mekanisme profit and loss sharing seperti mekanisme yang juga dianut oleh

perbankan syariah, dimana deposan atau nasabah bank syariah yang menanamkan

investasinya memiliki potensi untuk menanggung resiko kerugian. Dengan

demikian, deposan atau nasabah perbankan syariah sangat membutuhkan

transparansi informasi yang terkait dengan kinerja bank sehingga ia dapat

menentukan wahana investasinya pada bank syariah yang memiliki kinerja yang

terbaik.127

127

(22)

Selain itu, aspek kejujuran (transparansi) ini pada perbankan syariah juga

merupakan aspek yang paling penting dalam pencapaian tujuan Good Corporate

Governance. Karena dengan adanya prinsip transparansi maka sudah bisa

dipastikan bahwa perbankan syariah telah memenuhi kewajiban hukum dan

peraturan lainnya yang menggambarkan penilaian masyarakat terhadap reputasi

perbankan yang bersangkutan. Dalam persfektif Islam khususnya dalam kerangka

operasional perbankan syariah, aspek transparansi merupakan mrupakan factor

yang sangat penting untuk member informasi yang tepat dan akurat bagi pihak

yang berkepentingan sebagai bagian dari pelaksanaan amanah dan tabligh

dalam.128

Prinsip transparansi adalah kunci dari efektifnya disiplin pasar yang

merupakan penjamin efektifitas terlaksananya GCG pada perbankan syariah dapat

berjalan secara berkesinambungan dan maksimal jika didukung oleh beberapapa

hal. Salah satunya adalah jika adanya dukungan moral dari para pelaku pasar itu

sendiri.

Bank syariah harus menunjukkan iktikad baik dalam operasionalnya untuk

memenuhi kepentingan stakeholders-nya. Segala bentuk pelanggaran dari prinsip

kejujuran (keterbukaan) dan keadilan, baik yang dilakukan oleh pihak bank

maupun nasabah adalah termasuk pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Islam.

B. Pihak-pihak yang terkait dengan penerapan aspek transparansi pada perbankan syariah

128

(23)

Roopke menyatakan bahwa “disiplin pribadi, keadilan, kejujuran (yang

juga berkaitan dengan keterbukaan atau transparansi), kebaikan, semangat

kebersamaann peduli kepada masalah kemanusiaan dan etika usaha merupakan

hal-hal yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum terjun ke pasar dan

berkompetensi antara satu sama lain. Inilah dukungan yang sangat dibutuhkan

untu mencegah menurunnya semangat kompetensi dan kejujuran (keterbukaan).129

Aspek transparansi anggota dewan komisaris meliputi kewajiban untuk

pengungkapan;

Pihak-pihak yang terkait dengan penerapan aspek transparansi dalam

perbankan syariah, diantaranya:

1. Dewan Komisaris

130

a. Kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) pada bank yang

bersangkutan

b. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham

pengendali, anggota dewan komisaris lain dan/atau anggota dewan direksi

c. Rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain

Selain itu mengenai penerapan aspek transparansi pada dewan komisaris

juga diatur mengenai larangan bagi dewan komisaris yang dapat menyebabkan

terjadinya pelanggaran terhadap aspek transparansi tersebut, yaitu:131

1) Anggota dewan komisaris dilarang memanfaatkan bank syariah untuk

keuntungan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi

aset atau mengurangi keuntungan bank syariah yang bersangkutan

129

M. Umer Chapra dan Habeb Umar, Op. cit., hal. 32-33.

130

PBI No. 11/33/PBI/2009, Pasal 16.

131

(24)

2) Anggota dewan komisaris dilarang mengambil dan/atau menerima

keuntungan pribadi dari bank syariah yang bersangkutan selain dai

remunerasi dan fasilitas lainnya yang telah ditetapkan RUPS

3) Terkait dengan remunerasi dan fasilitas yang bisa diterima oleh dewan

komisaris tersebut, maka nggota dewan komisaris wajib mengungkapkan

dalam laporan pelaksanaan GCG akhir tahun bank sayriah yang

bersangkutan (dalam bentuk self assesment).

2. Direksi

Aspek transparansi direksi meliputi kewajiban untuk melakukan

pengungkapan:132

a. Kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih baik pada

bank syariah yang bersangkutan maupun pada bank atau perusahaan lain

yang berkedudukan di dalam atupun di luar negeri

b. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham

pengendali, anggota dewan komisaris dan/atau anggota dewan direksi lain

Selain itu mengenai penerapan aspek transparansi pada direksi juga diatur

mengenai larangan bagi direksi yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran

terhadap aspek transparansi tersebut, yaitu:133

1) Anggota direksi dilarang memanfaatkan bank syariah untuk keuntungan

pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau

mengurangi keuntungan bank syariah yang bersangkut an

132

Ibid., pasal 32.

133

(25)

2) Anggota direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan

pribadi dari bank syariah yang bersangkutan selain dari remunerasi dan

fasilitas lainnya yang telah ditetapkan RUPS

3) Terkait dengan remunerasi dan fasilitas yang bisa diterima oleh dewan

komisaris tersebut, maka nggota dewan komisaris wajib mengungkapkan

dalam laporan pelaksanaan GCG akhir tahun bank syariah yang

bersangkutan (dalam bentuk self assesment).

3. Dewan Pengawas Syarah

Aspek transparansi DPS meliputi kewajiban untuk mengungkapkan

rangkap jabatan sebagai DPS pada lembaga keuangan syariah lainnya. Anggota

DPS hanya dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS hanya pada 4 (empat)

lembaga keuangan syariah lain.134

Selain itu mengenai penerapan aspek transparansi pada direksi juga diatur

mengenai larangan bagi direksi yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran

terhadap aspek transparansi tersebut, yaitu:135

a. Anggota DPS dilarang memanfaatkan bank syariah untuk keuntungan

pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau

mengurangi keuntungan bank syariah yang bersangkut an

b. Anggota DPS dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi

dari bank syariah yang bersangkutan selain dai remunerasi dan fasilitas

lainnya yang telah ditetapkan RUPS

134

Ibid., Pasal 36 ayat (3).

135

(26)

c. Terkait dengan remunerasi dan fasilitas yang bisa diterima oleh dewan

komisaris tersebut, maka nggota dewan komisaris wajib mengungkapkan

dalam laporan pelaksanaan GCG akhir tahun bank sayriah yang

bersangkutan (dalam bentuk self assesment)

d. Anggota DPS dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh

perbankan syariah

4. Pejabat Eksekutif dan karyawan bank

Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada

direksi dan/atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional bank

seperti kepala divisi atau pemimpin kantor cabang.136

136

Ibid., Pasal 1 angka (13).

Sedangkan karyawan bank

adalah mereka yang melaksanakan seluruh kegiatan operasional bank.

5. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin usaha untuk melakukan

kegiatan pemberian jasa audit yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan telah

terdaftar di Bank Indonesia.

Adanya permintaan dan tantangan dari sistem keuangan Islam, akuntan

publik disamping berperan untuk memastikan bahwa laporan keuangan bank telah

disajikan secara profesional dan sesuai dengan standar laporan keuangan, ia juga

harus memastikan bahwa keuntungan ataupun kerugian yang diungkapkan dalam

laporan keuangan benar-benar merefleksikan kondisi bank sebenarnya, serta

memastikan bahwa profit yang dihasilkan bukan dari usaha yang bertentangan

(27)

Jadi akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap bank syariah juga

harus memiliki keahlian untuk melakukan audit syariah dengan adanya sertifikat

program pelatihan di bidang keuangan dan perbankan syariah.137

1. Kondisi keuangan terkait kinerja dan posisi keuangan bank

Akuntan Publik sebelum menerbitkan laporan audit atas laporan keuangan

bank harus mendapat pendapat dari DPS tentang ketaatan bank terhadap prinsip

syariah. Jika dalam pelaksanaan audit tersebut akuntan publik menemukan

pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang keuangan dan

perbankan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha

bank maka akuntan publik wajib melaporkannya kepada Bank Indonesia

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak ditemukannya pelanggaran tersebut.

C. Bentuk-bentuk penerapan aspek transparansi pada kondisi bank dalam rangka pencapaian Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah

Ada beberapa bentuk penerapan aspek transparansi pada kondisi bank

dalam rangka pencapaian GCG pada Perbankan Syariah, diantaranya:

Kinerja keuangan bank mengindikasikan pencapaian profit maupun

kerugian yang diderita bank sedangkan posisi keuangan bank menjelaskan

mengenai evaluasi permodalan bank. Bank Indonesia menetapkan bahwa bank

harus menyajikan laporan keuangan terkait dalam rangka peningkatan

transparansi kondisi keuangan bank.

Penyajian laporan keuangan tersebut terdiri atas:

137

(28)

a. Laporan tahunan yang mencakup:138

1. Informasi umum yang meliputi kepengurusan, kepemilikan,

perkembanagn usaha bank dan kelompok usaha bank,strategi dan

kebijakan manajemen serta laporan manajemen

2. Laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan equitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan

keuangan (termasuk informasi tentang komitmen dan kontinjensi)

3. Opini dari Akuntan Publik

4. Seluruh aspek transparansi dan informasi yang wajib dilaporkan untuk

laporan keuangan publikasi

5. Seluruh aspek pengungkapan sebagaimana diwajibkan dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan dan pedoman Akuntansi Perbankan

Indonesia

6. Jenis resiko dan potensi kerugian

b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan yang mencakup;139

1. Laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi serta laporan

perubahan equitas

2. Komitmen dan Kontinjensi

3. Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait

4. Kualitas Aktiva produktif, kredit property dan kredit yang direstrukturisasi

138

PBI No. 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Pasal 3 ayat (1)

139

(29)

5. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk

dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang

akan dibentuk

6. Persentase pelanggaran dan pelampauan batas maksimum pemberian

kredit

7. Perhitungan Kewjiban Penyediaan Modal Minimum

8. Transakasi spot dan transaksi derivatif

9. Rasio posisi devisa neto

10.Beberapa rasio keuangan bank

11.Aktiva bank yang dijaminkan

12.Kredit usaha kecil

13.Informasi komposisi pemegang saham dan kepengurusan

c. Laporan keuangan konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan wajib dilaporkan bagi bank yang merupakan bagian dari suatu

kelompok usaha atau bank yang memiliki perusahaan anak.140

2. Sistem pengendalian intern

Sistem pengendalian intern sangat diperlukan untuk memastikan

pengawasan manajemen dan meningkatkan budaya yang sehat dalam lembaga

untuk mengakui dan menilai resiko, mendeteksi permasalahan dalam lembaga

serta untuk mengoreksi kelemahan internal.

140

(30)

Sistem pengendalian intern perlu dimonitor dengan basis ukuran tertentu

untuk memastikan kepatuhan pada aturan dan prosedur, limit pembiayaan,

persetujuan dan otorisasi, verifikasi dan rekonsiliasi. Jadi tidak mungkin bisa

mengimplementasikan sistem kontrol dengan baik tanpa adanya jalur komunikasi

yang efektif dan ketersediaan informasi secara berkala tentang aktivitas bank dan

kondisi pasar eksternal yang relevan dalam pengambilan keputusan. Sistem audit

internal yang merupakan bagian penting dari kontrol internal harus mempunyai

kekuatan dan independensi serta harus dilaporkan secara langsung kepada direksi

dan senior manajemen.

3. Strategi manajemen, kontrol dan eksposur resiko

Manajemen resiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

resiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.141

Penerapan manajemen resiko pada perbankan syariah paling kurang

mencakup;142

a. Pengawasan efektif dewan komisaris dan direksi

b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit manajemen resiko

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian resiko serta sistem informasi manajemen resiko

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Kebijakan penerapan manajemen resiko setidaknya memuat:143

141

PBI No. 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum, pasal 1 angka (5).

142

Ibid., pasal 2 angka (2).

143

(31)

1. Penetapan resiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan

2. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi

manajemen resiko

3. Penentuan limit dan penetapan toleransi resiko

4. Penetapan penilaian peringkat resiko

5. Penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi terburuk

(worst case scenario)

6. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen resiko

Mengenai aspek transparansi manajemen dan kontrol resiko disebutkan

juga dalm PBI bahwa Bank wajib menyediakan data dan informasi yang berkaitan

dengan manajemen resiko kepada Bank Indonesia dalam laporan tahunan bank

yang bersangkutan.144

Dewasa ini, akibat semakin tidak stabilnya harga komoditas, saham, dan

pasar valuta asing, banyak bank yang menghadapi kesulitan unutk menciptakan

manajemen resiko yang tepat. Macam-macam resiko yamg dihadapi bank syariah

dewasa ini diantaranya;145

a) Resiko kredit

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya resiko kredit yaitu

rating pihak kompetitor, sistem hukum, kualitas kolateral, jangka waktu kredit,

ukuran bank dan trading book activity, penggunaan kredit derivatif dan sistem

kontrol internal bank. Bank syariah juga menghadapi resiko tambahan seiring

144

Ibid., Psal 31-32.

145

(32)

dengan penerapan sistem profit loss sharing ataupun transaksi jual beli secara

tempo dalam operasionalnya serta tentang perbedaan opini dalam ulama fiqih.146

Jadi senior manajemen bank syariah harus memiliki pemahaman yang

melekat terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank syariah dan memiliki

perhatian untuk mengevaluasi kondisi bank . pihak pengawas bank juga harus

memiliki aturan yang baku dan prudent dalam penentuan limit kredit untuk

menghindari konsentrasi pembiayaan kepada individu tertentu. Pihak pengawas

juga berkewajiban untuk melakukan evaluasi secara independen terhadap strategi,

kebijakan, prosedur dan praktik-praktik yang terkait dengan proses pemberian

kredit dalam manajemen portofolio bank.147

b) Risiko likuiditas

Risiko likuiditas akan timbul ketika terjadi penurunan yang tidak

diharapkan atas cash flow bersih yang dimiliki oleh bank dan pihak bank tidak

mampu untuk mendapatkan sumber dana dengan biaya yang wajar dan sesuai

dengan ketentuan syariah.148

Dewasa ini, resiko likuiditas yang dihadapi bank syariah relatif rendah

karena pada umumnya pihak bank mempunyai kelebihan likuiditas.149

146

Iqbal Munawar, “Islamic and Conventional Banking in the Nineties”; A

Comprehensive Study, (Islamic Economic Studies, 2/8, Pp. 1-27, 2001), hal. 14 dikutip dari M.

Umer Chapra dan Habib Ahmed, Op. cit., hal. 78.

Fakta ini

didasari dengan adanya dua alasan yaitu tidak tersedianya peluang investasi yang

(33)

meningkatkan likuiditas dengan cara yang sesuai dengan syariah. Ada beberapa

faktor yang memicu terjadinya likuiditas, yaitu:150

1) Sumber dana bank syariah dalam bentuk current account lebih besar

daripada bank konvensional

2) Adanya batasan fiqih untuk melakukan jual beli utang yang merupakan

bagian terpenting dari aset bank syariah

3) Lambatnya perkembangan instrument keuangan islam dapat

mempengaruhi kemampuan bank syariah untuk mendapatkan dana segar

secara cepat

4) Fasilitas lender of last resort (mengambil dana melebihi limit yang

ditentukan dengan tepat, peringatan dan koreksi yang tepat untuk

mengatasi krisis likuidasi dengan basisi suku bunga pada bank

konvensional) belum tersedia, kecuali yang berbasis bunga

c) Resiko tingkat suku bunga

Resiko ini muncul karena adanya eksposur atas posisi keuangan yang

disebabkan oleh pergerakan tingkat suku bunga. Namun selama transakasi bank

syariah tidak bersentuhan dengan unsur bunga, maka ia tidak akan mengalami

eksposur terhadap resiko perubahan tingkat suku bunga.151

Tetapi pada kenyataannya, sangat naïf jika dikatakan bahwa bank syariah

tidak terpengaruh terhadap pergerakan suku bunga. Hal ini diakibatkan karena

bank syariah beroperasi di lingkungan yang didominasi oleh perbankan

konvensioanl. Bank syariah dapat terkena dampak ini karena semua pembiayaan

150

M. Umer Chapra dan Habib Umar, Op. cit., hal. 75-85.

151

(34)

yang berbasiskan prinsip jual beli menggunakan mark-up yang telah ditentukan

diawal sebagai dasar pemberian pembiayaan. Pergerakan mark-up ini mengikuti

pergerakan tingkat suku bunga yang ada dalam perbankan konvensional. Namun

hal ini tidak akan terjadi jika operasionalisasi perbankan syariah bisa

mendominasi pasar keuangan di negara-negara muslim.152

d) Resiko operasional

Resiko operasional dapat disebabkan karena lemahnya sistem kontrol

internal dan corporate governance. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

penurunan net income ataupun cash flow dari target yang harus dicapai. Resiko

operasional juga dapat terjadi karena kegagalan teknologi, menurunnya reputasi

bank atau ketidakpatuhan terhadap standar regulasi.153

Selain itu, bank juga wajib mengungkapkan informasi dan resiko yang

melekat pada produk perbankan. Implementasi inovasi dan produk jasa perbankan

syariah harus mengacu pada prinsip syariah dan kehati-hatian. Sehingga setiap

peluncuran produk perbankan syariah harus terlebih dahulu mendapat izin dari

bank Indonesia.154

152

Ibid.

153

Ibid.

154

PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Pasal 2.

Sebagai tambahan atas resiko operasional, perbankan syariah juga

mengahadapi resiko yang berhubungan dengan persoalan fiqih akibat belum

terstandarisasinya produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah. Namun

demikian, hal ini dapat terselesaikan seiring dengan perkembangan sistem dan

(35)

4. Kebijakan akuntansi

Standar akuntansi yang dikembangkan oleh organisasi bisnis sekuler tidak

bisa diaplikasukan secara keseluruhan bagi bank syariah. Untuk itu, Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOFI) yang

didirikan di Bahrain tahun 1991 telah mengembangkan standar bagi bank syariah.

Bank syariah memunyai keharusan untuk mengadopsi standar ini, namun

demikian, AAOFI tidak memiliki otoritas atas implementasi standar tersebut.

Banyak negara muslim telah bersepakat untuk menerim standar tersebut yang

disesuaikan dengan lingkungan masing-masing.155

Selain itu, dalam perbankan syariah di Indonesia juga berlaku mengenai

ketentuan yang sama tentang Pedoman Akuntansi Perbankan yang berlaku bagi

Bank Umum yang menyatakan bahwa bank wajib melakukan pencatatan atas

kegiatan usahanya berdasarkan atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

yang relevan bagi Bank dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.156

5. Sistem teknologi Informasi

Perbankan syariah dapat menyempurnakan pelayanan kepada nasabah

dengan mengembangkan fitur e-banking secara berkelanjutan serta melakukan

re-engenering IT environment secara bertahap.

Pengembangan fitur e-banking dapat dilakukan dengan;157

a. Aplikasi Western Union

155

Karim R.A., “Islamic Financeand Standardization of Accountingfor Islamic Financial

Institutions”, (New Horizon:Pp. 5-7, 1990), dikutip dari M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Op. cit., hal. 92.

156

PBI No. 3/22/PBI/2001, Op. cit., Pasal 30 ayat (1).

157

(36)

b. Fitur transfer melalui SMS banking

c. Sistem e-Payrol

d. Payment e-banking

e. Remmitance (cash to cash)

f. Fitur mobile banking GPRS

Sedangkan melakukan re-engenering IT environment secara bertahap

dapat dilakukan dengan cara Transformasi Core Banking System dilakukan guna

menerapkan;158

1. Memenuhi ketentuan BI yang dituangkan dalam lampiran SEBI No.

9/30/DPNP/2007 tanggal 3 November 2007 mengenai sistem Informasi

Manajemen

2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

3. Menyelenggarakan operasional bank sesuai dengan standar perbankan

syariah yang sehat

6. Dasar manajemen bisnis dan informasi Corporate Governance

Dalam hal ini perbankan syariah harus melaporkan informasi terkait

dengan :

a) Badan hukum usaha (legal entity) yaitu sesuai dengan pemberian izin

Bank Indonesia.159

b) Dewan direksi (skala, status dan pengalaman anggota).160

158

Ibid.

159

PBI No. 6/4/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 3.

160

PBI No. 11/33/PBI/2009, Op. cit., Pasal 62 ayat (2) huruf b dan c

(37)

c) Struktur senior manajemen (kualifikasi, pengalaman dan tanggung

jawab)161

d) Informasi struktur insentif bank (remunerasi, bonus kinerja dan stock

options)162

Keseluruhan bentuk penerapan aspek transparansi yang telah dijelaskan

diatas merupakan sarana utama pendukung tercapainya GCG pada perbankan

syariah. Untuk itu, tujuan dari GCG pada perbankan syariah yakni mewujudkan

keadilan bagi stakeholders dengan tetap memenuhi prinsip syariah dapat dicapai

dengan adanya penciptaan aspek transparansi yang efektif dalam operasionalisasi

industri perbankan syariah.

161

Ibid., pasal 62 ayat (2) huruf d dan e.

162

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. GCG pada perbankan syariah yang diatur dalam PBI No. 11/33/PBI/2009

tentang Pelaksaaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah merupakan suatu tata kelola bank syariah yang

menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

(accountability), profesional (professional), pertanggungjawaban

(responsibility) dan kewajaran (fairness). Pelaksanaan GCG pada perbankan

syariah juga harus memenuhi prinsip syariah yang tercermin dengan adanya

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah.

2. DPS yang keberadaannya wajib dimiliki oleh setiap perbankan syariah

mempunyai peran yang sangat penting yaitu memastikan semua produk dan

prosedur perbankan syariah telah memenuhi prinsip syariah. Hal ini

merupakan aspek yang terpenting dalam perbankan syariah karena

menyangkut reputasi perbankan syariah di mata masyarakat sebagai cermin

bank yang benar-benar telah memenuhi prinsip syariah (Islami) dalam

aktivitasnya.

3. Bentuk aspek transparansi kondisi Bank dalam rangka pencapaian GCG pada

perbankan syariah antara lain kondisi keuangan terkait kinerja dan posisi

keuangan bank, sistem pengendalian intern, strategi manajemen, kontrol dan

(39)

kebijakan akuntansi, sistem teknologi informasi, dasar manajemen bisnis

dan informasi Corporate Governance. Penerapan aspek transparansi dalam

perbankan syariah sangat penting dalam pencapaian tujuan GCG karena

dengan prinsip transparansi sudah bisa dipastikan bahwa perbankan

syariah telah memenuhi kewajiban hukum dan peraturan lainnya yang

menggambarkan penilaian masyarakat terhadap reputasi perbankan yang

bersangkutan.

B. Saran

1. Ketentuan pelaksaan GCG pada perbankan syariah merupakan suatu

peraturan yang baru, yang mulai berlaku efektif sejak Januari 2010 karena

sebelumnya pelaksanaan GCG perbankan syariah mengacu pada PBI No.

tentang Pelaksanaan GCG bagi bank konvensional, untuk itu perlu

dilakukan sosialisasi yang lebih banyak mengenai peraturan baru ini agar

pelaksaan GCG pada perbankan syariah dapat berjalan seefektif mungkin

2. Peran DPS pada perbankan syariah begitu penting, untuk itu perlu

dilakukan pengoptimalisasian peran DPS pada perbankan syariah. Selain

itu ketentuan untuk menjadi DPS harus diperketat karena seorang DPS

tidak hanya mempunayi ilmu di bidang fiqih saja tapi juga harus

menguasai hukum positif di Indonesia khususnya yang terkait dengan

kontrak bisnis karena karena ini terkait dengan reputasi bank syariah di

(40)

3. Aspek transparansi merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan GCG.

Ini haris lebih menjadi perhatian perbankan syariah karena di masa krisis

financial sekarang banyak terjadi kasus fraud (penipuan manipulasi

keuangan) perusahaan yang ujung-ujungnya menghancurkan perusahaan

tersebut. Untuk itu aspek transparansi ini harus menjadi perhatian yang

besar pada perbankan syariah demi kelangsungan usaha perbankan syariah

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penggunaan doangang Bunga Ria-Ria menarik perhatian yaitu dapat menarik perhatian seseorang atau lawan jenis, doangang Bunga Ria-Ria ini dapat memikat hati

Hasil Uji One Way ANOVA Pengaruh Jenis Isolat, pH, dan Suhu Inkubasi terhadap Pertumbuhan dan Kadar Fosfat Bebas Isolat Bakteri Termofilik Sungai Gendol Pasca Erupsi

Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Malang dalam memberikan ganti kerugian yang dialami korban atau ahli waris ketika terjadi kecelakaan lalu lintas jalan dan

Dari hasil wawancara dengan ibu Musriati seorang ahli gizi yang bertugas di puskesmas Jagir diperoleh bahwa bagi penderita obesitas diet yang sebaiknya dilakukan adalah diet

Allah mengampuni semua makhluk kecuali yang menyekutukanNya dan para pendengki. Tentunya saat itu waktu yang sangat baik bagi kita untuk banyak beristighfar, tobat, dan ibadah

Berdasarkan analisa histologi kalus embriogenikpada kedua varietas kedelai menunjukkan bahwa pemberian ZPT 2,4-D 10 mg/l belum menunjukkan adanya sel-sel embriogenik

(1985) Learning strategies used by beginning and intermediate ESL students . Language Learning,

Hubungan penurunan berat badan dalam gram ( X ) selama masa pemulihan dengan produksi telur sesudah program luruh bulu dalam % hen-day (HD), ( Y ), digambarkan oleh persamaan