Sampah dan Limbah Menjadi Sumber Utama Banjir di Kota Pontianak
Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi FISIP Untan
Beberapa hari belakangan ini, banjir akibat air pasang menggenang beberapa gang bahkan rumah warga di Pontianak Tenggara. Hal ini bukan semata-mata akibat air pasang, namun karena kurangnya kesadaran masyarakat mengenai lingkungan hidup sehat di sekitarnya. Selain itu juga karena pembangunan di Kota Pontianak yang kurang memperhatikan AMDAL. Misalnya, pembangunan hotel, pusat perbelanjaan serta rumah-rumah makan yang tidak teratur dalam pengelolaan limbah. Hal ini seharusnya perlu penindakan dan komitmen serius dari pemerintah kota.
Pembangunan di kota pada hakikatnya ialah mengubah keseimbangan baru yang dianggap lebih baik untuk kehidupan manusia. Pembangunan ini juga merupakan suatu proses multidimensi yang melibatkan segala sumber daya yang ada, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan secara berkelanjutan tentunya tetap memperhatikan lingkungan hidup termasuk sumber daya alam yang menjadi sarana untuk mencapai keberhasilan pembangunan dan jaminan bagi kesejahteraan hidup di masa depan.
Seiring bertambahnya pembangunan di Kota Pontianak, bertambah pula penduduk dan aktivitas usaha dalam mencari nafkah/rejeki. Pertambahan penduduk dan perkembangan kegiatan usaha inilah yang menuntut kebutuhan ruang yang perlu penataan yang baik di Kota Pontianak. Pada kenyataannya belum terwujud tata kota yang teratur.
Lingkungan menyediakan semua kebutuhan untuk keberlanjutan hidup manusia dan sebaliknya manusia diperlukan oleh lingkungan untuk berperanserta dalam menata, mengelola, meningkatkan kualitas lingkungan, memelihara ekosistem lingkungan serta mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan (Undang-Undang Lingkungan Hidup, 1982). Akan tetapi sebagian masyarakat ternyata malah merusak kesehatan lingkungan, misalnya saja membuang sampah di selokan atau sungai. Sehingga masyarakat pula yang menerima akibatnya seperti banjir.