REGULASI PERBANKAN
DI INDONESIA
Sistem Perbankan di Indonesia
SISTEM PERBANKAN INDONESIA:
Dasar Hukum: UU No 7 Tahun 1992, sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan
Jenis Bank di Indonesia:
1. Bank Umum
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sistem konvensional
Sistem Syariah
Dual Banking
Bank umum Dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran Pencipta uang BPR Tidak dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran
Jenis Bank berdasarkan pemilik: 1. Bank Milik Pemerintah
2. Bank Milik Pemda 3. Bank Asing
4. Bank Swasta Nasional 5. Bank Campuran
Jenis Bank berdasarkan lingkup operasi 1. Bank Devisa
Mengapa bank perlu diawasi?
Perbankan
Lembaga
keuangan utama dalam
sistem keuangan
(terutama di negara
berkembang)
Perbankan
Lembaga
kepercayaan sbg tempat
menyimpan dana masyarakat
sangat rentan/fragile
Kegagalan suatu bank
dapat menyebabkan
krisis perbankan
Sistem keuangan
Sistem perekonomian
Biaya perbaikan
yang sangat mahal
Perlunya bank
diatur dan
diawasi
Peranan BI dalam Pengaturan
Perbankan
Perbankan Indonesia telah ada sebelum kemerdekaan Belum ada yang mengatur dan mengawasi
UU No. 11 tahun 1953 ttg Bank Indonesia BI Berperan sebagai penentu kebijakan perbankan Indonesia, atas nama Dewan Moneter
UU No. 14 tahun 1967 ttg perbankan Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI atas nama Departemen Keuangan Seluruh ketentuan perbankan dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan.
UU No. 7 tahun 1992 ttg perbankan tidak banyak perubahan terkait peranan BI dalam mengatur mengawasi bank
Tugas Pokok Bank Indonesia
•
Sesuai UU No. 23 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan UU No.4 tahun 2003 ttg Bank
Indonesia, tugas pokok Bank Indonesia meliputi:
–
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
–
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
–
Mengatur dan mengawasi bank
•
Pengawasan bank akan dialihkan dari Bank
Ruang Lingkup Pengaturan Perbankan
di Indonesia
•
Perizinan
•
Pengaturan dan Ketentuan Perbankan
•
Pengawasan
•
Pemberian sanksi
PERIZINAN
•
Pendirian usaha
Izin prinsip dan izin usaha
•
Pembukaan, penutupan, pemindahan, dan peningkatan status KC
•
Kepemilikan dan kepengurusan bank
Pengaturan & Pengawasan Bank
Siapa yang mengawasi Bank?
1. Pengurus (Pemilik dan
Pengelola)
2. Masyarakat (Market Discipline)
3. Lembaga Otoritas
Pengawasan Bank oleh Lembaga
Otoritas merupakan pelengkap
Pengaturan Bank oleh Lembaga
Otoritas
Siapa yang mengatur Bank?
Pengaturan Bank
Bentuk
pengaturan
Prinsip
Maksud
Ruang Lingkup
Ketentuan-ketentuan yang mengatur
keberadaan dan seluruh kegiatan operasional
bank
Prinsip kehati-hatian
Banking prudential
principles
Untuk kepentingan pengawasan khususnya
oleh lembaga otoritas, dan dalam rangka
informasi bagi yang berkepentingan
(pengawasan oleh masyarakat dan pengelola)
•
Pengaturan izin pendirian (loose or tight)
•
Pengaturan cakupan kegiatan (boleh/tidak)
•
Pengaturan pemilik & pengurus (ft and proper)
•
Pengaturan kecukupan modal (kriteria penilaian
aktiva)
Arsitektur Perbankan Indonesia
(API)
Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional
Struktur Perbankan yang Sehat Sistem Pengaturan yang Efektif Sistem Pengawasan yang Independen dan Efektif Industri Perbankan yang Kuat Infrastruktur Pendukung yang Mencukupi Perlindungan Nasabah
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6 Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional
Struktur Perbankan yang Sehat Sistem Pengaturan yang Efektif Sistem Pengawasan yang Independen dan Efektif Industri Perbankan yang Kuat Infrastruktur Pendukung yang Mencukupi Perlindungan Nasabah
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6 Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional
Struktur Perbankan yang Sehat Sistem Pengaturan yang Efektif Sistem Pengawasan yang Independen dan Efektif Industri Perbankan yang Kuat Infrastruktur Pendukung yang Mencukupi Perlindungan Nasabah
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6
API …
6 pilar/sasaran API :
Struktur Perbankan yang sehat
a.l. penguatan permodalan, peningkatan daya saing
Sistem Pengaturan yang Efektif
a.l. peningkatan compliance thd 25 Basel Core Principles For Effectiveness Bank Supervision
Fungsi Pengawasan yang efektif
a.l. peningkatan koordinasi antara lembaga pengawas, penerapan Risk-Based Supervision
Industri perbankan yang kuat
a.l. penerapan GCG, peningkatan kualitas manajemen risiko, peningkatan kemampuan operasional
Infrastruktur Perbankan yang Memadai
a.l. pembentukan Credit Bureau, optimalisasi credit rating agency
Perlindungan Konsumen
API …
Struktur Perbankan Indonesia Sesuai
Visi API
Bank Internasional
Bank Nasional
Bank dengan fokus:
Daerah KorporasiRitel Lainnya
BPR kegiatan usaha Bank dengan terbatas
Rp triliun
Permodalan (Tier 1)
50
10
Tahapan Regulasi Perbankan
Konsolidasi Perbankan
Implementasi secara bertahap international best practices
– 25 Basel Core Principles for Efective Banking Supervision 2004-2013
– Basel II mulai 2008
– Islamic Financial Service Board (IFSB) bagi bank syariah 2005-2011
Memperkuat kelembagaan perbankan melalui penguatan permodalan Modal Inti : - Minimum Rp80miliar pada akhir th 2007; dan
- Minimum Rp 100miliar pada akhir th 2010
Penerapan Basel II Accord (secara bertahap mulai 2008)
25 Core banking supervision
principles
•
25 prinsip dasar pengawasan bank yang efektif:
–
1 Kelembagaan
–
2 – 5 Perizinan
–
6 – 15 Persyaratan dan Ketentuan Kehati-hatian
–
16 – 20 Metode Pengawasan bank
–
21 Persyaratan informasi
Basel II Accord
1. Minimum capital Requirement
–
CAR minimum 8 persen
–
Perhitungan ATMR dilakukan terhadap 3 jenis resiko: resiko
kredit, resiko pasar, dan resiko operasional
2. Supervisory Review Process
–
Ada 4 prinsip utama utk mendukung pilar 1
• Bank wajib memiliki proses/strategi utk menilai kecukupan modal
utk mempertahankn Internal capital Adequacy Assessment Process (ICAAP)
• Pengawas wajib mereview internal capital adequacy assessment
process
• Pengawas wajib meminta bank beroperasi diatas rasio minimum • Pengawas wajib melakukan intervensi secepat mungkin utk
mencegah penurunan modal
3. Market Discipline
– Mendorong peran publik utk turut mengawasi bank
• Tersedianya informasi yg cukup bagi publik mengenai kondisi
bank
• Kemampuan publik dalam menilai kondisi bank
Sistem Pengawasan Bank
•
Tugas pengawasan bank oleh Bank Indonesia
dilakukan dengan 2 pendekatan
1. Pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance
based supervison)
• Memantau kepatuhan bank pada ketentuans yg terkait dgn
operasi dan pengelolaan bank .
• Memastikan bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan
benar sesuai prinsip kehati-hatian .
2. Pengawasan berdasarkan resiko (risk based
supervision)
• Berorientasi pada forward-looking dengan fokus pada
resiko-resiko yg melekat pada aktiftas fungsional bank serta sistem pengendalian resiko, utk mencegah permasalahan yg potensial timbul di bank ybs.
• Jenis-jenis resiko yang menjadi perhatian meliputi: resiko kredit ,
resiko pasar, resiko likuiditas, resiko operasional, resiko Hukum, resiko reputasi, resiko strategik, dan resiko kepatuhan.
• Pengawasan dilakukan baik secara tidak langsung (of site supervision)
berdasarkan laporan bank, dan pengawasan langsung (on site supervision)
Sistem Pengawasan Bank
Pengaturan Bank
(Prudential Banking
Principles)
Pengawasan Bank
Memantau/memeriksa apakah pemilik/pengelola
telah melaksanakan ketentuan
TIDAK LANGSUNG
(off site)
LANGSUNG
(on site)
Melalui laporan yang
disampaikan oleh bank
kepada lembaga otoritas
Oleh Lembaga Otoritas
Mendatangi dan memeriksa bank
•
Umum
•
Khusus
Laporan bank
–
Laporan Berkala
– Harian (PUAB, Transaksi devisa, Posisi devisa netto, dll) – Mingguan (Transaksi derivatif, Dana pihak ketiga, dll) – Bulanan (Laporan bulanan bank umum/LBU, dll)
– Triwulanan (Laporan Keuangan Publikasi bank, dll)
– Semesteran (Pengawasan Dekom ttg pelaksanaan rencana
bank, Pokok-pokok hasil audit intern, Kepatuhan)
– Tahunan (Laporan keuangan tahunan, rencana bisnis, dll) – Tiga tahunan ( Kaji ulang pihak ekstern thd kinerja Auidit
intern)
–
Laporan lainnya
– Berkaitan dgn kelembagaan bank – Kepengurusan bank
Kebijakan dalam hal bank-bank
mengalami kesulitan
Kebijakan
Perbankan
Keadaan normal
Prudential Banking Regulations mencegahterjadinya bank dalam kesulitan
Keadaan bank
dlm kesulitan
Membahayakan
kelangsungan usaha
bank ybs
Membahayakan bank
lainnya (sistem
perbankan)
Membahayakan
sistem keuangan dan
sistem perekonomian
• Menambah modal • Pergantian pengurus
• Penghapusbukuan kredit macet • Merger, konsolidasi, akuisisi • Pengalihan pengelolaan • Menjual harta/kewajiban
Tingkat Kesehatan Bank
Pengaturan &
Pengawasan Bank
Agar bank dapat bekerja dengan baik
dan sistem perbankan stabil
Indikator?
Tingkat Kesehatan Bank
Defnisi:
Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara
kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat
dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya,
terutama kebijakan moneter.
Penilaian Tingkat Kesehatan
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini
didasarkan pada faktor
CAMELS
, dgn skor maksimum untuk
setiap komponen =
50
Faktor Penilaian Bobot Penilaian
Bank Umum BPR
C Permodalan 25% 30% A Kualitas Aktiva Produktif 25% 30% M Kualitas Management 20% 20% E Rentabilitas 10% 10% L Likuiditas 10% 10% S Sensitivitas terhadap Risiko Pasar 10%
Hasil penilaian: Skor > 45 Peringkat Komposit 1 Sangat Baik
35 < Skor < 45 Peringkat Komposit 2 Baik
Faktor lain yang menentukan Tingkat
Kesehatan bank
•
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
•
Posisi Devisa Netto (PDN)
•
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC – Know Your
Customer)
Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum meliputi pelanggaran terhadap
Faktor-faktor yg menggugurkan
tingkat kesehatan
•
BANK SEHAT
•
BANK CUKUP SEHAT
•
BANK KURANG SEHAT
+
•
•
Perselisihan intern
Campur tangan pihak di luar bank
•
Window dressing
•
Praktek bank dalam bank
•
Keluar dari kliring
•
Praktek-praktek yang membahayakan
kelangsungan usaha bank
Pemberian sanksi
Note : Menjaga efektivitas peraturan dan ketentuan perbankan
Perlu
ada sanksi
SANKSI
ADMINISTRASI
Pelanggaran
Ketentuan
Pidana
Kejahatan
PIDANA
•
Denda uang
•
Teguran tertulis
•
Penurunan Tk Kesehatan
•
Larangan ikut kliring
•
Pembekuan kegiatan usaha tt
•
Pemberhentian Pengurus
•
Pencantuman dalam DOT
Lalai dalam memberikan
keterangan yg wajib
dipenuhi sbgmn
dimaksud dlm UU
Melanggar
-
Perizinan bank
-
Rahasia bank
-
Perpajakan
Ps. 30 ayat 1,2
kooperatif thdp pengawasan
BI
Ps. 34 ayat 1,2
Kewajiban menyampaikan
TOPIK KHUSUS
Kebijakan Perbankan Masa Krisis Keuangan 1997/98
Krisis keuangan/perbankan telah mengakibatkan penurunan kinerja
perbankan nasional…….. ROA dan CAR menjadi negatif…. non
performing loan (NPL) meningkat tajam
Keterangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Non Performing Loan (Gross) 10.4 9.5 8.1 50 32.8 18.8 12.1 8.1 Non Performing Loan (Net) n.a. n.a. n.a. n.a. 7.3 5.8 3.6 2.1 Return on Assets (ROA) 1.13 1.22 1.37 -18.76 -6.14 1.56 1.45 1.96
BO/PO*) 92 92 0.95 148.14 154.16 98.12 98.41 94.76
Rasio Modal (CAR) 11.85 11.82 9.19 -15.68 -9.11 12.46 19.93 22.44 Loan to deposit ratio (LDR) n.a. 78.31 86.42 72.37 26.16 33.41 33.01 38.24 Rasio alat likuid/simpanan rp**) 3.16 5.50 7.36 8.19 8.88 9.34 8.01 8.60 BMPK (Jlh bank melanggar) 33 52 56 137 n.a. n.a. n.a. n.a.
*) BO=Biaya operasional; PO=Pendapatan operasional **) Alat likuid terdiri dari Kas bank dan giro bank pada BI Sumber: Bank Indonesia
•
Penutupan 17 bank pada bulan November 1997 telah
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap bank sehingga terjadi bank runs dan krisis
perbankan.
•
Krisis perbankan telah mengakibatkan anjloknya kinerja
perbankan nasional dan permasalahan likuiditas telah
meluas menjadi permasalahan solvabilitas.
•
Untuk mengatasi krisis perbankan tersebut beberapa
langkah kebijakan dilakukan oleh Pemerintah dan BI,
dengan beberapa kebijakan utama
1. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
2. Program Penjaminan Pemerintah
3. Pendirian Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
4. Restrukturisasi Perbankan
Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
Seperti diuraikan sebelumnya penutupan bank telah
mengakibatkan terjadinya penarikan dana besar-besaran
(bank runs) pada sejumlah bank.
Resiko sistemik yang terjadi pada perbankan nasional
mendorong Pemerintah untuk memberikan BLBI.
Pemberian BLBI tersebut dimaksudkan untuk menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap bank dan pada
lanjutannya dapat mencegah penarikan dana besar-besaran
pada seluruh bank (resiko sistemik).
Berbeda dengan fungsi lender of last resort (LOLR), BLBI
merupakan bantuan likuiditas darurat untuk mencegah
resiko sistemik (
systemic risk
), sedangkan LOLR adalah
pinjaman diberikan BI terhadap bank yang mengalami
liquidity missmatch
.
BLBI diberikan dalam bentuk fasilitas overdraft untuk
menutup kekurangan likuiditas akibat kalah kliring.
Kebijakan Perbankan Masa Krisis Keuangan 1997/98
Tidak terdapatnya program penjaminan nasabah pada saat
penutupan bank dan
asymmetric information
nasabah
terhadap bank mengakibatkan hilangnya kepercayaan
nasabah terhadap bank.
Hilangnya kepercayaan nasabah mengakibatkan terjadinya
penarikan dana besar-besaran (bank runs) pada bank swasta
nasional.
Untuk mencegah meluasnya bank runs, Pemerintah
memberikan blanket guarantee pada akhir bulan Januari
1998 sesuai dengan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1998
tanggal 26 Januari 1998.
Kebijakan blanket guarantee merupakan pemberian jaminan
atas kewajiban bank terhadap deposan dan kewajiban
kreditur dalam dan luar negeri.
Pada awal penjaminan s/d akhir 2001; diperpanjang s/d akhir
2003. Secara bertahap akan dikurangi dan dihapus setelah
pendirian LPS.
Pr
Program Penjaminan Pemerintah
• LPS didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tanggal 22 September 2004,
• LPS memiliki dua fungsi
– menjamin simpanan nasabah bank dan
– melakukan penyelesaian atau penanganan bank yang tidak berhasil
disehatkan atau bank gagal.
• Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas
untuk mengurangi beban anggaran negara dan meminimalkan moral hazard.
• Setiap bank yang beroperasi di Indonesia baik Bank Umum maupun Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) diwajibkan untuk menjadi peserta penjaminan.
• Jenis simpanan di bank yang dijamin meliputi tabungan, giro, sertifkat
deposito dan deposito berjangka serta jenis simpanan lainnya yang dipersamakan dengan itu. Skim penjaminan LPS telah dimulai secara
penuh pada sejak tanggal 22 Maret 2007, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank.
• Batas maksimum simpanan yang dijamin LPS dinaikkan menjadi Rp 2
miliar dengan Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004, untuk mengatasi ancaman krisis keuangan global yg merebak tahun 1998.
Lembaga Penjamin Simpaman (LPS)
BPPN didirikan dengan maksud agar terdapat lembaga
tersendiri untuk menyehatkan perbankan bermasalah
sehingga BI dapat lebih berkonsentrasi mengawasi dan
membina bank.
BPPN didirikan berdasarkan Keppres No. 27 tanggal 27
Februari 1998. Sesuai dengan PP No. 17 tanggal 27 Februari
1998, masa tugas BPPN 5 tahun, dengan tugas-tugas sbb:
Melakukan penyehatan bank yang ditetapkan dan diserahkan
oleh BI
Menyelesaikan aset bank baik aset phisik maupun non phisik
melalui unit pengelolaan aset
Mengupayakan pengembalian uang negara yang telah
tersalur di bank-bank
BI telah mengalihkan pengawasan 54 bank yang bermasalah
kepada BPPN
Sejak tahun 2005 BPPN telah dibubarkan dan penanganan
sisa aset bermasalah diserahkan kepada PT. PPA.
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN
)
Setelah ketiga kebijakan sebelumnya dilakukan, restrukturisasi
perbankan menyeluruh juga dilakukan BI dan Pemerintah.
Restrukturisasi perbankan dilakukan melalui dua program
utama:
a. Program penyehatan perbankan, meliputi:
Program Penjaminan
Program Rekapitalisasi Bank Umum
Program Restrukturisasi Kredit
b. Program Pemantapan Ketahanan Sistem Perbankan, meliputi:
Pengembangan Infrastruktur Perbankan
Peningkatan Mutu Pengelolaan Perbankan
Pemantapan Pengawasan Bank
Keseluruhan Program Restrukturisasi dapat dilihat pada Gambar
1 halaman berikutnya
…terimakasih…
•
Regulasi Perbankan Nasional