• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian di desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian di desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN

DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh : Cuk Hanarko

H 0405002

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN

DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh Cuk Hanarko

H 0405002

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : April 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sutarto, MSi NIP. 19530405 198303 1 002

Anggota I

Arip Wijianto, SP., MSi NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota II

Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001

Surakarta, April 2010 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Ir. Sutarto, MSi, selaku pembimbing utama skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Arip Wijianto, SP., MSi, selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan waktu untuk menguji hasil skripsi.

6. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dan Penyuluh Pertanian Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.

7. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Jati atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian.

8. Ayah, ibu dan teman–teman yang telah memberikan banyak dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Berpikir ... 21

C. Dimensi Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 25

B. Lokasi Penelitian ... 25

C. Teknik Cuplikan (Sampling) ... 26

D. Jenis dan Sumber Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data... 28

F. Pembuatan Catatan Lapang ... 29

G. Validitas Data ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 33

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... 36

(5)

C. Keadaan Penduduk ... 37

D. Keadaan Pertanian ... 41

E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten ... 41

F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati ... 44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Penyuluhan ... 47

B. Pelaksanaan Penyuluhan ... 60

C. Hasil Penyuluhan ... 69

D. Evaluasi Penyuluhan ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Triangulasi Data ... 31

Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode ... 32

Tabel 3. Rincian Triangulasi ... 33

Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Jenis Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Jati Tahun 2009 ... 37

Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009 ... 38

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati ... 39

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati Tahun 2009 ... 40

Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten ... 42

Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Kecamatan Jaten ... 43

Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten ... 43

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

RINGKASAN

CUK HANARKO. H0405002. “PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR“. Di bawah bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Arip Wijianto, SP., MSi.

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk memberikan perubahan terhadap petani dan keluarganya. Dengan adanya perubahan yang terjadi maka diharapkan kesejahteraan akan terwujud. Sehingga hal ini akan mewujudkan pembangunan pertanian yang merata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan penyuluhan pertanian, mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian, dan mengetahui proses evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai metode dasar dari penelitian ini. Jenis dan sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau disengaja. Untuk uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Sedangkan untuk analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(9)

SUMMARY

CUK HANARKO. H0405002. “PROCESS OF THE

IMPLEMENTATION AGRICULTURAL EXTENSION ACTIVITY IN VILLAGE JATI SUBDISTRICT JATEN REGENCY KARANGANYAR”. Under guidances Ir. Sutarto, MSi and Arip Wijianto, SP., MSi.

Agricultural extension is an non formal education to give a change to the farmers and their family. With the change occurring, it is expected that welfare will be realized. So, it will realize the agricultural development distributed evenly.

This research aims to find out the planning process of agricultural extension, to find out the implementation process of agricultural extension, to find out the result of agricultural extension and to find out the evaluation process held in Village Jati, Subdistrict Jaten, Regency Karanganyar.

The qualitative research method was employed as the basic method in this research. The data used are primary and secondary. The informan was determined using purposive sampling technique. The data validity test was done using source and method triangulations technique. Meanwhile, the data analysis was done through the process of data reduction, display and conclusion drawing.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian terpenting dari pembangunan ekonomi, karena pembangunan pertanian merupakan salah satu pemacu meningkatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke taraf yang lebih baik. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan.

Pertanian merupakan bagian dari perekonomian yang penting di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian. Salah satu upaya untuk menciptakan pertanian yang berhasil adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian.

Penyuluhan akan dikatakan berhasil, apabila telah terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari sasaran sehingga akan tercipta kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan tersebut. Untuk mendukung terciptanya kegiatan penyuluhan yang berhasil maka perlu dilakukan persiapan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan. Tidak hanya itu saja, untuk mendukung kegiatan penyuluhan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.

(11)

masing-masing daerah yang sesuai dengan programa penyuluhan yang telah diatur pemerintah.

Desa Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Jaten yang melaksanakan kegiatan penyuluhan. Semua desa di Indonesia yang melakukan penyuluhan pertanian diharapkan akan berhasil menciptakan perubahan demi tercapainya pembangunan pertanian. Dari hal ini maka Desa Jati merupakan salah satu desa yang diharapkan dapat menciptakan pembangunan pertanian yang berhasil. Untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian, maka penyuluhan pertanian yang berhasil perlu dilaksanakan di Desa Jati. Sehingga untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan di Desa Jati maka perlu diketahui bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di desa tersebut.

B. Perumusan Masalah

Penyuluhan pertanian merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan terciptanya pembangunan pertanian. Melalui penyuluhan pertanian akan tercipta perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan. Dalam hal ini adalah petani dan keluarganya sehingga kesejahteraan pun akan dapat dirasakan. Hal ini berarti penyuluhan merupakan salah satu jalan yang penting dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian. Untuk itu keberhasilan kegiatan penyuluhan sangat penting untuk diperhatikan.

(12)

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Penyelenggaraan penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan setiap bulan yang masing-masing berbeda tanggal pelaksanaannya antara kelompok tani yang satu dengan kelompok tani yang lain. Sehingga untuk memberikan jawaban tentang bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian di Desa Jati tentang bagaimana penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian di desa tersebut dilakukan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimana hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?

4. Bagaimana evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain :

1. Mengetahui perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

(13)

4. Mengetahui evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir.

2. Bagi penyuluh, dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.

3. Bagi petani, dapat dijadikan informasi tentang manfaat diadakannya suatu penyuluhan pertanian.

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka waktu panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih (Departemen Kehutanan, 1996).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan pembangunan telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain:

1. menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan 2. berkurangnya daya dukung lingkungan

3. meningkatnya konversi lahan pertanian produktif 4. meluasnya lahan kritis

5. meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan

6. menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani

7. meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan 8. terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat

(15)

Pembangunan pertanian bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut ada beberapa strategi pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan. Strategi pembangunan pertanian tersebut adalah :

1. Meningkatkan penyediaan air, benih, agrokimia, kredit, teknologi tepat guna, jalan, industri pengolahan, penyimpanan, pemasaran, penyuluhan, pelatihan, keamanan serta menyempurnakan peraturan pertanahan dan peraturan perundangan lainnya.

2. Mengembangkan usaha agribisnis on dan off farm terutama on farm agar layak kredit, menyejahterakan, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.

3. Menghilangkan monopoli, mengatur pembagian kegiatan usaha, serta membangun kemitraan antara UKM, Koperasi dan Usaha Besar yang harmonis. Petani sebagai pengusaha kecil dibina agar memiliki sebagian saham pada perusahaan pertanian besar dan menengah. 4. Memproduktifkan semaksimal mungkin lahan-lahan terlantar dan

mengembangkan lahan kering beririgasi dan lahan rawa pasang surut agar layak kredit, menyejahterakan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

5. Memperkuat kelembagaan dan organisasi ekonomi petani, meningkatkan kepastian hukum dan keterbukaan dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan.

6. Mengembangkan usaha atau industri terutama yang berbasis pertanian di pedesaan, dekat dengan sumber daya/bahan baku dan menyediakan ”off farm job” di kawasan pertanian.

7. Meneruskan kegiatan transmigrasi dari daerah berlahan sempit ke daerah berpenduduk jarang dengan sekaligus menerapkan strategi di atas.

(Wisnusaputra, 2006)

Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung

(16)

pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi

departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta,

masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

Koordinasi di antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka

mendasar yang harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang

ditetapkan (Iqbal, 2007).

Mosher (Mardikanto, 1994) menyatakan bahwa pembangunan pertanian pada hakekatnya merupakan turut campur tangan manusia di dalam perkembangan tanaman dan atau hewan untuk sebesar-besarnya kesejahteraannya. Artinya manusia dengan memanfaatkan pengetahuan, ketrampilan, modal dan kelembagaan yang ada berupaya memanfaatkan sumberdaya alam, terutama tanaman dan atau hewan untuk terus-menerus dapat memperbaiki kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Arti penting dan peranan pertanian bagi pembangunan suatu bangsa telah ditunjukkan oleh pengalaman nyata beberapa negara di dunia. Sehingga pembangunan pertanian menjadi suatu hal yang sangat penting, yang tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan taraf hidup petani, khususnya petani kecil melalui peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha pertaniannya.

2. Meningkatkan kemampuan petani serta daya saing produk dan jasa pertanian nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

3. Mencegah degradasi lingkungan akibat kegiatan pertanian dan kegiatan sektor lain sehingga dapat menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekologis.

4. Menjamin ketahanan pangan nasional yang dinamis secara proporsional, bermutu dan aman.

5. Memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional guna menjamin kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan.

(Mangunwidjaja dan Sailah, 2005).

(17)

petani kecil, pekebun kecil, peternak skala kecil dan nelayan atau petambak berlahan sempit.

Mosher dalam Mubyarto (1989) menyatakan bahwa ada lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Syarat-syarat mutlak tersebut adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani.

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Disamping syarat-syarat mutlak yang lima itu ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah :

1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi.

3. Kegiatan gotong-royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2. Penyuluhan Pertanian

Salah satu upaya pemerintah untuk mensukseskan jalannya pembangunan pertanian di Indonesia adalah melalui proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya (Anonima, 2009).

(18)

perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Proses merupakan rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

Sedangkan kata penyelenggaraan berasal dari kata selenggara yang artinya mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara, merawat). Sedangkan penyelenggaraan yaitu pemeliharaan, pemiaraan, proses, cara, perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan, penunaian) (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

Extension is an essential pillar for research and development. However, unfortunately, a somewhat unhealthy perception of extension prevails in many developing countries, caused by a weak extension lobby, faulty initial organizational set-up, an inherent lack of trust in extension by most of the research organizations, and traditionally poor career development conditions in the profession of extension. Agricultural research agendas remain largely academic unless extension workers provide input in terms of the identified and as yet unsolved field problems of the farmers. Research focuses on the technical aspects for generating useful technologies, while extension focuses on the acceptance and adoption of those technologies by users. Applied research institutions need strong extension services to work in a field problems-oriented mode, and the extension services need the backstopping of strong applied agricultural research institutions to effectively serve the farming communities (Qamar, 2005).

(19)

profesi dari penyuluhan itu sendiri. Lembaga penelitian lebih fokus pada penciptaan dan pengembangan teknologi atau inovasi, sedangkan penyuluhan lebih fokus pada adopsi dan penerimaan dari teknologi atau inovasi tersebut. Sehingga dalam hal ini untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang berhasil, maka lembaga penelitian membutuhkan penyuluhan sebagai penyalur dari inovasi atau teknologi kepada sasaran sehingga secara efektif dapat melayani masyarakat petani.

Penyuluhan pertanian sebenarnya memiliki pengertian yang beragam antara yang satu dengan yang lain. Namun sebenarnya pada intinya adalah sama. Di dalam UU No 16 Tahun 2006 (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006) disebutkan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Jack Ferner (Ibrahim et al., 2003) mengatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan ilmu terapan yang secara khusus mempelajari teori, prosedur dan cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan teknologi baru kepada petani melalui proses pendidikan, sehingga petani mengerti, menerima dan menggunakan teknologi baru untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

In the past, extension services, largely public, were equated with

the transfer of agricultural production technology in pre-determined “packages”. Extension systems are now understood to be much broader

(20)

education) needed by rural people to better manage their agricultural systems and livelihoods (Miller, 2006).

Pernyataan Miller di atas menunjukkan bahwa di masa lalu, jasa penyuluhan disamakan dengan transfer atau perpindahan teknologi produksi pertanian ke dalam sebuah paket. Namun sekarang sistem penyuluhan banyak dipahami oleh berbagai pihak mulai dari umum, masyarakat sipil dan sektor swasta yang memiliki kebutuhan akan jasa (penasehat, transfer teknologi, pelatihan, promosi dan informasi) dalam bidang yang lebih luas (pertanian, pemasaran, organisasi sosial, kesehatan dan pendidikan) yang dibutuhkan oleh orang-orang pedesaan untuk lebih baik dalam mengatur sistem pertanian mereka.

The agricultural extension system is one of the primary vehicles for diffusing technologies and therefore clearly has an important role to play in the development process. By shifting development paradigm, experiences in agricultural extension and development have indicated that traditional approaches will need to transform in order to move toward sustainability (Allahyari, 2009).

Pernyataan Allahyari di atas menunjukkan bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan salah satu sarana utama dalam mendifusikan atau menyalurkan teknologi sehingga memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Dengan bergesernya paradigma pembangunan, penyuluhan pertanian dalam pembangunan dibutuhkan untuk menciptakan perubahan ke arah ketahanan.

(21)

merupakan jembatan (penghubung) yang bersifat dua arah (two way traffic) antara :

a. Pengetahuan yang dibutuhkan para petani dan pengalaman yang biasa dilakukan para petani.

b. Pengalaman baru dengan para ahli (Dunia Ilmu Pengetahuan), dalam hal ini para ahli memberikan cara pemecahannya.

(Kartasapoetra, 1991).

Extension is too often merely seen as a vehicle for spreading scientific and technical progress and technology transfer. Agricultural extension activity facilitates :

a. Direct exchanges between producers as a way of diagnosing problems, capitalizing on existing knowledge, exchanging experiences, disseminating proven improvements, and even fashioning common projects.

b. Relations between producers and service providers (including public extension services. Extension services give ongoing support to producer projects, evolving together with the clients. Extension provides sources of support, analysis, and methods to producers. Extension is advisory, not prescriptive.

(Neuchatel Group, 1999).

Neuchatel Group (1999) menyatakan bahwa penyuluhan sering dipandang sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan transfer teknologi. Kegiatan penyuluhan pertanian memudahkan dalam :

a. Pertukaran atau pertemuan langsung antara produsen sebagai jalan dalam menganalisa masalah, perluasan pengetahuan, pertukaran pengalaman, peningkatan dan membantu dalam menunjukkan proyek kepada khalayak umum.

(22)

Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh dalam kegiatan penyuluhan dapat berfungsi sebagai jembatan antara produsen dengan sasaran yaitu masyarakat petani.

Tyler dalam Mardikanto (1993) menyampaikan tahapan dalam perumusan programa penyuluhan pendidikan suatu model perumusan programa penyuluhan terdiri dari atas 5 tahapan yaitu :

a. Pengenalan dan analisis keadaan. b. Penetapan tujuan program. c. Penetapan alternatif kegiatan. d. Penetapan kegiatan yang terpilih. e. Pelaksanaan kegiatan.

Mereka yang berkecimpung dalam penyuluhan sering disebut dengan berbagai istilah yaitu “petugas penyuluhan”, “agen penyuluhan”, atau “pekerja penyuluhan”, “agen penyuluhan” harus dapat menganalisis situasi yang sedang berkembang agar mereka selalu siap untuk memberikan peringatan kepada petani secara “tepat waktu”. Agen penyuluhan dapat membantu petani menentukan tujuannya yang mantap (Van den Ban dan Hawkins, 2003).

(23)

lebih cepat lagi daripada keputusan yang hanya berhak diambil oleh penguasa (Rejeki dan Herawati, 1999).

Penyuluh membantu petani dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh mempunyai banyak peran antara lain penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian di bidang pertanian. Penyuluh juga berperan sebagai agen pembaharu yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono, 1992).

3. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan (Anonimb, 2010).

Perencanaan dibuat untuk membantu memilih alternatif yang paling baik dan paling efisien. Jadi perencanaan merupakan kumpulan dari pengambilan keputusan. Secara prinsip, perencanaan dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang jelas dan ada cara yang paling tepat dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Memang, prinsip utama setiap perencanaan adalah bahwa ia ditujukan untuk pencapaian tujuan. Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat kesalahan di atas kertas. Perencanaan adalah suatu cara untuk merencanakan perjalanan kita dari satu tempat ke tempat berikutnya, dari satu kondisi atau keadaan ke kondisi atau keadaan yang diinginkan (Pratama, 2008).

(24)

mendatang berdasarkan kondisi saat ini yang meliputi identifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani sasaran dan sumberdaya yang tersedia, penentuan materi penyuluhan, metode penyuluhan, personil, waktu dan tempat penyuluhan pertanian, implementasi rencana penyuluhan pertanian, monitor dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian (Ibrahim et al., 2003).

Pernyataan-pernyataan tentang perencanaan menurut Harold R Baker (Ibrahim et al., 2003) dijelaskan bahwa elemen-elemen proses perencanaan penyuluhan pertanian meliputi analisis situasi, identifikasi kebutuhan sasaran, inventarisasi sumber daya di tingkat petani, pemilihan metode dan alat bantu penyuluhan, implementasi program serta evaluasi proses dan hasil.

4. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah tindakan-tindakan nyata dari apa-apa yang telah ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu ditentukan materi apa yang perlu disampaikan, dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan, kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan, siapa yang melakukan penyuluhan dan bagaimana cara melakukan (Ibrahim et al., 2003).

Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1993).

(25)

1. Unsur pesan

Pesan berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran, baik mengenai isi materi, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai.

2. Unsur media/saluran komunikasi

Saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan, baik gangguan teknis (jika menggunakan media massa) ataupun gagasan sosial budaya (jika menggunakan media antar pribadi).

3. Unsur penyuluh dan sasarannya. (Departemen Kehutanan, 1996)

Pelaksanaan penyuluhan tidak akan pernah lepas dari metode penyuluhan. Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan metode biasanya identik dengan prosedur, tata cara atau aturan main. Dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan pertanian, maka yang disebut dengan metode penyuluhan pertanian adalah aturan main yang sebaiknya diterapkan guna mewujudkan cita-cita sakral dari penyuluhan pertanian itu sendiri. Metode penyuluhan pertanian, umumnya akan berhubungan dengan alat atau sistem apa yang seharusnya dilaksanakan.

Soedarmanto (Ibrahim et al., 2003) mengemukakan bahwa metode penyuluhan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sesuai dengan keadaan sasaran

Apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba mengadopsi suatu inovasi. Apabila petani sasaran pada tahap ingin mengetahui dan menaruh minat, metode massal lebih sesuai digunakan. Apabila petani sasaran pada tahap menilai, mencoba, metode kelompok lebih sesuai digunakan. Sedangkan apabila dalam tahap menerapkan maka metode perseorangan paling sesuai diterapkan.

2. Cukup kuantitas dan kualitas

(26)

3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya

Tepat sasaran dapat diartikan bahwa penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran.

4. Materi akan lebih mudah diterima dan dimengerti

Artinya materi penyuluhan harus sederhana dan dapat dikomunikasikan dengan bahasa petani, sehingga petani sasaran dapat memahami materi yang disuluhkan.

5. Murah pembiayaannya

Artinya penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah sehingga dapat terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi petani dari proses penyuluhan yang dilakukan.

Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan media yang digunakan maka metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga antara lain media lisan, media cetak dan media terproyeksi. Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tidak langsung. Sedangkan berdasarkan kondisi psiko sosial sasarannya maka metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi pendekatan perorangan, kelompok dan massal.

(27)

5. Hasil Penyuluhan

Penyuluhan pertanian menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) berfungsi membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan, membantu menyadarkan petani terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani, membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan, membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal, meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya dan membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan ketrampilan dalam membentuk pendapat dan pengambilan keputusan yang tepat.

Penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim et al., 2003).

(28)

6. Evaluasi Penyuluhan

Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum (Wakhinuddin, 2009).

Suharsimi Arikunto (Lababa, 2008) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Stake (Ibrahim et al., 2003) menyatakan evaluasi programa penyuluhan merupakan proses yang memerlukan pengumpulan, mengolah dan interpretasi data dalam proses penyuluhan. Secara khusus evaluasi penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian nilai (scoring) secara terus-menerus dan sistematis terhadap penyuluhan pertanian. Proses evaluasi meliputi pengembangan kriteria penilaian yang relevan dengan evaluasi penyuluhan, pengumpulan data dan informasi yang cukup guna memberikan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan.

Jenis evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi penerapan metode dan teknik penyuluhan adalah evaluasi proses dan hasil.

(29)

kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan dalam programnya). b. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi

tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.

(30)

B. Kerangka Berpikir

Suatu kegiatan penyuluhan akan dikatakan berhasil apabila telah terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan dari sasaran penyuluhan. Untuk itu dalam proses penyelenggaraannya harus memperhatikan beberapa langkah antara lain proses perencanaan sebelum pelaksanaan, proses jalannya kegiatan, proses akhir kegiatan dan tahap evaluasi kegiatan. Sehingga hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar

Perencanaan :

penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan :

1. Materi apa yang perlu disampaikan

6. Metode dan teknik penyuluhan.

(31)

C. Dimensi Penelitian 1. Perencanaan

Perencanaan merupakan awal dari pelaksanaan suatu program. Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan yang mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa mendatang. Dalam kegiatan perencanaan dapat meliputi :

a. Analisis situasi dan khalayak.

Berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sasaran penyuluhan dan juga situasi yang berada di sekitar sasaran.

b. Kebijaksanaan pemerintah.

Menentukan kelancaran dari proses jalannya penyelenggaraan penyuluhan. Kebijakan ini berasal dari pejabat pemerintah setempat maupun pusat.

c. Pembiayaan penyuluhan.

Merupakan besarnya anggaran atau modal yang digunakan dalam penyuluhan termasuk sumber dari pembiayaan tersebut.

d. Pemilihan metode, teknik dan alat bantu penyuluhan.

Metode penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan sasaran penyuluhan. Teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan materi dengan sasarannya. Sedangkan alat bantu penyuluhan yaitu alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan seperti kurikulum, alat tulis, papan tulis, lembar persiapan penyuluhan, sarana ruangan dan sarana lain yang dapat membantu penyuluh tersebut.

2. Pelaksanaan penyuluhan

a. Materi apa yang perlu disampaikan.

(32)

b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan.

Tempat pelaksanaan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan di dalam ruang (rumah) ataupun di luar ruang (sawah atau lapang).

c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan.

Meliputi hari, tanggal, jam diselenggarakannya kegiatan penyuluhan. d. Siapa yang melakukan penyuluhan.

Petugas penyuluh yang telah ditunjuk untuk melakukan penyuluhan terhadap sasaran.

e. Bagaimana sistem kerja.

Meliputi kegiatan teori yang dilakukan dengan pemberian materi terlebih dahulu kepada sasaran. Kemudian praktek pelaksanaan dari materi yang telah dilaksanakan.

f. Metode dan teknik penyuluhan.

Meliputi metode dan teknik apa yang dipakai dalam pelaksanaan penyuluhan.

3. Hasil penyuluhan

Penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan dapat mewujudkan perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempata-kesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat.

4. Evaluasi

Ada dua evaluasi antara lain :

(33)
(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasinya yang khusus. Penelitian dengan cara ini dimulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa prasangka. Aritnya peneliti tidak menganggap dirinya mengetahui makna dari berbagai hal yang terjadi dan ada pada orang-orang yang sedang dipelajarinya. Sikap diam dan terbuka ini merupakan usaha untuk bisa menangkap segala kemungkinan (dengan pikiran tanpa prasangka dan tidak berpikir prodiktif) dari apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan apa makna yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan mereka sehari-harinya (Sutopo, 2002).

Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Usman dan Akbar, 2008).

B. Lokasi Penelitian

(35)

penyuluhan di Desa Jati rutin dilaksanakan setiap bulannya. Selain itu yang membuat Desa Jati menjadi desa yang unik dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Jaten adalah Desa Jati dijadikan sebagai hulu saluran irigasi di Kecamatan Jaten. Hal ini karena Desa Jati berbatasan langsung dengan Kecamatan Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.

C. Teknik Cuplikan (Sampling)

Penelitian kualitatif tidak memilih sampling (cuplikan) yang bersifat acak (random sampling) yang merupakan teknik sampling yang paling kuat digunakan dalam penelitian kuantitatif. Teknik cuplikannya cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Di dalam menghadapi subjek yang diteliti, peneliti kualitatif tidak memandangnya sebagai responden tetapi sebagai informan, karena yang terpenting bukan penelitinya dengan pikiran-pikirannya tetapi informasi yang diberikan oleh informan (narasumber). Jumlah sampling tidak ditentukan sebab yang penting bukan jumlahnya tetapi kelengkapan dan kedalaman informasi yang bisa digali sesuai dengan yang diperlukan bagi pemahaman masalahnya (Sutopo, 2002).

Cuplikan dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak yang mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya (Sutopo, 2002).

(36)

1. Anna Maria Handariyati (Koordinator BPP Jaten (penyuluh senior)) 2. Indri Saptaningsih (PPL Desa Jati)

3. Mariman Bakri (Petani dan Ketua Kelompok Tani Mbanguncoro) 4. Suyanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makaryo) 5. Suwanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti) 6. Hariyanta (Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa Jati)

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ibu Anna Maria Handariyati. Informan kunci adalah informan awal yang ditentukan oleh peneliti yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari permasalahan yang digali. Penentuan informan kunci harus melalui beberapa pertimbangan di antaranya :

1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa.

3. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.

4. Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk menjelekkan orang lain.

5. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.

(Bungin, 2003).

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan melakukan wawancara dan observasi.

(37)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi menggunakan 3 cara yaitu:

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Keuntungan digunakan observasi yaitu sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala, observer yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi angket atau mengadakan wawancara, memungkinkan pencatatan serempak terhadap berbagai gejala, karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu oleh alat lainnya, tidak tergantung pada self-report (Usman dan Akbar, 2008). 2. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interciewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya, menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai berikut salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik pengumpulan data lainnya (Usman dan Akbar, 2008).

3. Dokumentasi

(38)

dokumen cenderung sudah lama. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder (Usman dan Akbar, 2008).

F. Pembuatan Catatan Lapangan

Catatan lapangan dibuat untuk memberikan dokumentasi tentang pengumpulan data. Catatan lapangan dapat mempermudah dalam mengingat kembali informasi yang didapatkan, cara pandang informan terhadap informasi yang diberikan, waktu mendapatkan informasi dan peristiwa yang terjadi pada saat mendapatkan informasi. Catatan lapangan dapat mempermudah menganalisis keterkaitan antar peristiwa (Strauss dan Corbin, 2003).

Pembuatan catatan lapang dilakukan dengan bantuan kartu catatan lapang. Bentuk dari catatan lapangan berisi tentang tempat dilakukan wawancara, informan yang diwawancara, kode atau nomor, hari dan tanggal pelaksanaan wawancara, waktu, judul, deskripsi wawancara, serta refleksi peneliti. Sehingga dapat disajikan pada gambar 2:

Gambar 2. Kartu Catatan Lapang

G. Validitas Data

Validitas data merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali dan dicatat serta harus

Tempat : ………. Ctt. Lapang no :………..

Informan : ………. Hr/Tgl : ……….

Waktu : ……….

Disusun kembali jam : ………. Judul/topik : ………. Refleksi peneliti :

………..

(39)

diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Hal ini karena validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Sutopo, 2002).

(40)
(41)

Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode

No Data Wawancara Observasi Dokumen Kesimpulan

(42)

Tabel 3. Rincian Triangulasi

No Data Triangulasi Data Triangulasi Metode Kesimpulan

1. Perencanaan Penyuluhan a. Materi apa yang perlu

disampaikan sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan (Usman dan Akbar, 2008).

(43)

proses analisis tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang sedang diteliti.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini akan mengacu pada model analisa interaktif (interaktif model of analisis) oleh Miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga komponen analisis data, antara lain:

1. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diversifikasi.

2. Penyajian data

Adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semunya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

(44)

penelitian dilaksanakan. Makna yang dirumuskan dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan kekokohannya.

(45)

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

Desa Jati adalah sebuah desa kecil yang masuk dalam Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan terletak pada ketinggian 90 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 290 C, sehingga Desa Jati termasuk dalam topografi dataran rendah. Secara keseluruhan Desa Jati memiliki luas wilayah 265,47 ha, sedangkan batas-batas wilayah yang membatasi Desa Jati dengan desa lain yaitu:

a. Sebelah Selatan : Kelurahan Suruhkalang b. Sebelah Timur : Kelurahan Jungke c. Sebelah Utara : Kelurahan Papahan d. Sebelah Barat : Kecamatan Mojolaban

Secara administratif Desa Jati terdiri dari 4 kebayanan dengan jumlah dusun ada 14 Dusun yaitu Dusun Pundak, Dusun Pundungrejo, Dusun Ocak-Acik, Dusun Banaran, Dusun Mlori, Dusun Jati, Dusun Jetis, Dusun Sorobaon, Dusun Dukuh, Dusun Gotanon, Dusun Ngentak, Dusun Karangsono, Dusun Karang Duren dan Dusun Senden. Jarak Desa Jati dengan pusat pemerintahan kota kecamatan yaitu berjarak 3 kilometer, sedangkan jarak dengan kota kabupaten yaitu 4 kilometer.

Banyaknya curah hujan yang terjadi di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar adalah 2000 milimeter per tahun. Sedangkan banyaknya hari hujan di Desa Jati adalah sebanyak 75 hari hujan dan banyaknya curah hujan banyak terjadi pada bulan Desember-Februari dan kejadian ini hampir terjadi pada setiap tahunnya, sehingga pada bulan tersebut termasuk ke dalam musim penghujan.

B. Tata Guna Lahan Pertanian

(46)

untuk mengusahakan berbagai usahatani. Usahatani di Desa Jati dibedakan menjadi dua macam yaitu usahatani lahan sawah dan usahatani lahan kering. Lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. Luas Wilayah menurut Jenis lahan sawah dan lahan kering di Desa Jati Tahun 2009

No Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Lahan Sawah 171,34 64,54

2 Lahan Kering 76,58 28,85

3 Lain-lain 17,55 6,61

Jumlah lahan keseluruhan 265,47 100 Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009

Tabel 4 menunjukkan bahwa lahan sawah Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar seluas 171,34 Ha. Jenis usahatani yang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Jati adalah bercocok tanam padi. Sedangkan untuk lahan kering seluas 76,58 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan usahatani padi. Lahan kering di Desa Jati digunakan oleh penduduk untuk pekarangan dan juga sebagai tempat bangunan-bangunan seperti perumahan, gedung sekolah dan bangunan-bangunan yang lain. Sedangkan lahan seluas 17,55 Ha digunakan untuk fasilitas umum seperti jalan, sungai atau tempat pemakaman.

C. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(47)

Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009.

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 3.047

2 Perempuan 3.104

Jumlah 6.151

Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan sebanya 3.104 jiwa sedangkan untuk penduduk laki-laki berjumlah 3.047 jiwa. Dengan keadaan jumlah penduduk seperti ini maka dapat diketahui bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki, Sex ratio Desa Jati adalah :

Jumlah penduduk laki-laki

Sex Ratio = x 100 Jumlah penduduk perempuan

3.047

= x 100 3.104

= 98,16

= 98

(48)

2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin baik pula. Distribusi penduduk Desa Jati menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati

No Uraian Jumlah

Sumber: Monografi Desa Jati Tahun 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk Desa Jati rata-rata adalah tamatan SD yaitu sebesar 2463 orang. Sedangkan penduduk yang tidak sekolah sebanyak 8 orang. Ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk sudah menempuh jenjang pendidikan meskipun hanya sampai tingkat SD. Sehingga bisa dikatakan penduduk Desa Jati telah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(49)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Jati

Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009

(50)

D. Keadaan Pertanian

Penduduk Desa Jati sebagian besar bekerja di sektor pertanian secara turun temurun. Hasil produksi pertanian di Desa Jati adalah komoditas padi dengan luas panen 533,10 Ha dapat menghasilkan produksi padi sebanyak 3.411,84 ton. Hal tersebut disebabkan karena lahan sawah yang digunakan sudah tergolong dalam sawah teknis, sehingga kebutuhan air tanah tetap terjaga dan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak petani itu sendiri.

E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten merupakan satu diantara 17 BPP yang ada di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Pada mulanya nama BPP Jaten adalah kantor penyuluhan. Wilayah kecamatan awalnya dibagi menjadi WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) yang dikoordinatori oleh seorang koordinator penyuluh lapang. Kemudian berdasarkan UU No 16 Tahun 2006 dan diperkuat dengan PERDA No 5 Tahun 2009 akhirnya nama kantor penyuluhan diubah menjadi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

(51)

Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten

Sumber : BPP Jaten 2009

BPP Jaten memiliki struktur organisasi yang terdiri dari koordinator dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Yang dapat disajikan pada gambar berikut :

Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten

(52)

Koordinator BPP bertugas mengkoordinasi keseluruhan dari kinerja kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan. Penyuluh bersama dengan THL (Tenaga Harian Lepas) bertugas melaksanakan penyuluhan di wilayah kerja yang telah ditetapkan. Adapun nama koordinator penyuluh BPP dan petugas penyuluhan di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Desa Jati Tahun 2009 No Nama Petugas Jabatan

Sumber : BPP Jaten 2009

BPP Jaten memiliki inventaris atau alat-alat penunjang untuk kegiatan penyuluhan baik untuk keperluan pribadi bagi penyuluh maupun untuk kegiatan lapang. Inventaris barang yang ada di kantor BPP Jaten dapat disajikan pada tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten Tahun 2009

No Nama Barang Jumlah Asal Pendanaan

1. Meja kantor 5 Dinas Pertanian

(53)

F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati

Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok dapat berupa petani dewasa maupun petani muda. Pada dasarnya kelompok tani ditumbuhkan berdasarkan wilayah, satu dusun atau lebih yang dapat berupa kelompok hamparan atau kelompok domisili tergantung dari kondisi penyebaran penduduk dan lahan usaha taninya di wilayah tersebut. Dalam pertumbuhannya tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi kesamaan kepentingan sumber daya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai dan keserasian hubungan antar petani sehingga setiap anggota kelompok dapat merasakan, memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya apa yang ada dalam kelompok.

Desa Jati memiliki kelompok tani sebanyak tiga kelompok yaitu Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan Kelompok Tani Rukun Makaryo. Secara umum kelompok tani di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Kelompok Tani Desa Jati Tahun 2009 Wilayah Sumber : BPP Jaten Tahun 2009

(54)

kelompok tani. Pada mulanya eksistensi dari kelompok tani di Desa Jati tidak begitu jelas. Dalam artian kadang aktif dilakukan penyuluhan atau pertemuan dan kadang tidak dilakukan sama sekali. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum begitu menganggap penting terhadap manfaat penyuluhan itu sendiri. Kemudian mulailah ditetapkan jadwal tetap bagi masing-masing kelompok tani. Untuk lebih jelasnya maka ketiga kelompok tani di Desa Jati dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kelompok Tani Mbangun Coro

Kelompok tani ini berada di Dusun Jati berdiri tanggal 21 Oktober 1980. Dengan susunan organisasi antara lain :

Pelindung : Hariyanta

Penasehat : Sarimin

Sesepuh : Suparjo, Suwarno

Ketua : Mariman Bakri

Sekretaris : Sumarno, Suwardi

Bendahara : Mulyono, Samadi

Seksi :

- Pengamat Lingkungan : Martosuwiryo

- Wanita tani : Sunarti

- Peternakan/pengairan : Samadi, Wiknyo Suratno, Jumadi

- Penghubung : Suwarto

2. Kelompok Tani Rukun Makarti

Kelompok tani ini berdiri tanggal 25 Februari 1980 bertempat di Dusun Ndukuh. Dengan kepengurusan antara lain sebagai berikut :

Pelindung : Hariyanta

Penasehat : Sarimin

Ketua : Suwanto

Sekretaris : Wagiman

Bendahara : Sutarman

Seksi :

(55)

- Peternakan dan perikanan : Suroto, Mitro Suroso - Penghubung : Suradi, Mitromidi - Pengamat hama : Citro Rebo, Ngatno - Wanita tani : Sunarmi, Nunuk 3. Kelompok Tani Rukun Makaryo

Kelompok Tani ini berdiri tanggal 14 Februari 1980 bertempat di Dusun Banaran. Dengan kepengurusan sebagai berikut :

Pelindung : Hariyanta

Penasehat : Sarimin

Sesepuh : Suwardi

Ketua : Suyanto

Sekretaris : Mulato

Bendahara : Supardi

Seksi :

- Pengairan : Ngatno, Sardi

- Penghubung : Suwarto

- Pengamat hama : Tulus

- Lingkungan : Prasetyono

(56)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan merupakan modal awal dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan yang dibuat oleh suatu individu maupun program yang dikoordinasi secara kelompok, hampir semua memiliki suatu perencanaan. Meskipun perencanaan tidak secara mutlak harus dibuat namun untuk mewujudkan hasil yang sesuai dengan tujuan maka perencanaan menjadi komponen yang tidak mungkin untuk ditinggalkan.

Perencanaan dibuat karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam penyuluhan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menciptakan perubahan. Baik itu perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan dari sasaran. Namun pada kenyataannya tidaklah mudah untuk menciptakan suatu perubahan. Perubahan dapat tercapai melalui suatu proses. Begitu juga dengan keberhasilan penyuluhan pertanian. Penyuluhan yang berhasil harus melalui tahap yang penting. Diantara tahap-tahap tersebut yaitu tahap perencanaan. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar perencanaan penyuluhan dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan menurut Compton (Ibrahim et al., 2003) antara lain :

1. Pengembangan programa penyuluhan pertanian merupakan program yang tidak pernah berakhir, artinya bila suatu program berakhir maka dilanjutkan dengan penyusunan programa penyuluhan pertanian lainnya 2. Programa penyuluhan pertanian merupakan cara untuk memecahkan

masalah dan memperbaiki kualitas hidup manusia tanpa memperhatikan darimana sumber programa penyuluhan tersebut berasal.

(57)

4. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga professional perlu diimbangi dengan pengetahuan dan ketrampilan petani sasaran untuk memperoleh solusi optimal mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.

5. Selain mencapai perubahan yang diinginkan kadang-kadang terdapat perubahan yang tidak diinginkan. Dengan demikian perencanaan penyuluhan pertanian harus membantu mengarahkan petani sasaran untuk memperbaiki perilakunya guna mencapai masa depan yang lebih baik. 6. Perencanaan penyuluhan tidak bersifat kaku dan ketat tetapi diusahakan

fleksibel dan bersifat hati-hati.

7. Masyarakat seringkali dapat menerima pola-pola pemikiran yang baru dan dapat dikerjakan khususnya bagi seseorang yang memperoleh manfaat dari penerapan pola-pola pemikiran baru tersebut.

8. Dalam proses belajar seringkali dari perencanaan yang baik dapat dicapai hasil terbaik dan tidak menutup kemungkinan hasil terbaik ini disebabkan dari interaksi pada kondisi dan lingkungan yang kondusif dari proses belajar yang tidak direncanakan.

9. Programa penyuluhan pertanian harus memungkinkan diciptakan kesempatan-kesempatan dan dorongan-dorongan yang kondusif yang sportif guna menciptakan usaha-usaha produktif.

10.Pendidikan non formal melalui penyuluhan pertanian harus dapat bertindak sebagai pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup petani sasaran.

Perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi analisis situasi dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam programa penyuluhan, pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik dan alat peraga serta alat bantu penyuluhan.

Tahapan dalam perencanaan

1. Analisis situasi, khalayak dan identifikasi masalah

(58)

identifikasi kondisi sasaran dan lingkungannya. Analisis ini berguna untuk mengetahui gambaran dari sasaran dan kondisi lingkungan disekitarnya. Sehingga dari gambaran tersebut akan dapat diidentifikasi masalah apa saja yang sedang terjadi pada sasaran.

Identifikasi masalah berguna untuk mengetahui secara lebih dalam masalah apa yang sedang dihadapi. Sehingga dari identifikasi akan dapat diketahui penyebab serta solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Analisis yang dilakukan di Desa Jati melibatkan tiga komponen yaitu dari penyuluh, pemerintah setempat, dan petani. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh Desa Jati yang sekarang menjabat menjadi Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati :

”biasanya ya penyuluh, kaurbang karena tugas kaurbang juga berkaitan dengan pertanian, juga ada masukan dari pengurus kelompok tani yang melapor jika ada masalah yang perlu dipecahkan”. (wawancara 15 September 2009).

(59)

terjadi di suatu daerah. Setelah didapat impact point kemudian penyuluh akan melakukan identifikasi masalah yang lebih mendalam guna mencari sebab dan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

Pada saat analisis di lapang ternyata hanya didapati penyuluh saja yang melakukan analisis. Penyuluh melakukan analisis dengan mengunjungi lokasi. Diawali dari pos penyuluhan desa hingga sampai ke pos kelompok tani kemudian penyuluh meninjau ke lapang atau sawah secara langsung. Dalam proses analisis ini, tidak dijumpai kaurbang yang melakukan analisis seperti yang telah diungkapkan Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati di atas. Selain juga tidak menjumpai adanya petani yang melapor langsung ke penyuluh tentang masalah yang sedang dihadapi. Biasanya petani mau melapor dari masalah yang dihadapinya ketika diadakan pertemuan atau pelaksanaan penyuluhan. Sehingga dari hal tersebut maka dapat diketahui dan disimpulkan bahwasanya penyuluhlah yang bertugas pokok sebagai analisator utama untuk melakukan analisa situasi dan khalayak. Sedangkan kaurbang dan petani hanya membantu penyuluh untuk mempermudah dalam masalah analisis.

Kendala yang dihadapi penyuluh Desa Jati sendiri dalam melakukan analisis yaitu kurangnya pengalaman dalam praktek di lapang. Hal ini seperti yang diungkapkan penyuluh baru Desa Jati yang masih berstatus Tenaga Harian Lepas atau penyuluh kontrak yaitu Indri Saptaningsih :

”belum begitu banyak pengalaman dalam praktek di lapang”. (wawancara 27 Agustus 2009).

(60)

Setelah analisis situasi dan khalayak dilakukan maka kemudian akan dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dari sasaran penyuluhan serta mencari solusi untuk pemecahan permasalahannya. Identifikasi masalah di Desa Jati dilakukan dengan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil yang didapat dari wawancara dengan kuesioner kemudian diidentifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi. Masalah yang sudah didapatkan kemudian oleh penyuluh dituangkan dalam buku harian penyuluh untuk dicari impact pointnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penyuluh dalam mencari solusi permasalahannya. Penuangan dalam buku harian penyuluh ini hanyalah bersifat sementara. Selanjutnya setelah penyuluh mendapatkan semua data tentang permasalahan yang dihadapi (impact point), kemudian dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP).

RKPP disusun oleh masing-masing penyuluh yang diberi tugas untuk melakukan penyuluhan di wilayah kerja penyuluhan. Penyusunan RKPP oleh penyuluh Jati memerlukan waktu kurang lebih satu minggu untuk penyusunannya. Dalam RKPP berisi tentang point-point diantaranya keadaan sasaran, permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penyuluhan, metode yang digunakan, sasaran penyuluhan, lokasi penyuluhan, waktu pelaksanaan dan dana kegiatan penyuluhan. Dari RKPP tersebut maka kegiatan penyuluhan di Desa Jati akan lebih tersistem dan terarah sesuai dengan tujuan. Sehingga pencapaian tujuan pun akan lebih mudah.

2. Kebijakan pemerintah

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data
Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode
Tabel 3. Rincian Triangulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendala Pelakasanaan Penyuluhan Pertanian di Desa Gemaharjo (Studi Kasus di Desa Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten

Desa Megawon terletak di Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Apa yang menarik dari Desa Megawon? yaitu pola asuh yang diterapkan oleh orangtua tunggal. Dalam masyarakat desa

Penelitian ini bertujuan untuk : (1)Mendeskripsikan pelaksanaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Karanganyar; (2) Mendeskripsikan karakteristik petani di Kabupaten

Jadi dengan adanya target yang ingin kita capai yang termuat dalam programa penyuluhan pertanian akan membuat penyuluhan yang kita lakukan kepada petani menjadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media audiovisual oleh penyuluhan pertanian tergolong mudah, dimana penyuluh tidak memiliki hambatan atau kendala

Perubahan dan perkembangan keruangan (spasial) di Desa Dagen Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dalam kurun waktu 2004- 2011. Desa Dagen secara administrasi masuk

Dimana dengan diadakannya penyuluhan mengenai Hubungan Higiene Perorangan dengan Infeksi Cacing Pada Siswa TK/PAUD Tunas Jati Desa Jati Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dapat

Penyuluh sebagai fasilitator melakukan kegiatan penyuluhan dengan mengedukasi petani tentang pengendalian hama, hal ini dapat dijelaskan oleh informan penyuluh pertanian yang ada di