• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi dan Tujuan Tasawuf.pdf (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Definisi dan Tujuan Tasawuf.pdf (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk tiga dimensi, yakni fisik (jism/jasad/jasmani), jiwa (nafs) dan ruh. Ketiga dimensi ini harus memperoleh porsi yang seimbang. Apabila salah satunya diabaikan, maka manusia akan mengalami kepincangan

dalam hidupnya. Sisi jasmaninya memerlukan makanan, minuman, pakaian,

hubungan perkawinan dan sesuatu yang bersifat biologis lainnya. Sisi jiwanya

memerlukan ketenangan, kedamaian, kasih sayang dan kebahagian yang bersifat

horizontal emosional, yakni hubungan dengan sesama manusia, alam makhluk

lainnya. Sementara ruhnya memerlukan ketengangan, kedamaian, kasih sayang

dan kebahagiaan yang bersifat vertikal transendental hubungan kepada Tuhan.

Dalam perkembangan perjalanan kehidupan manusia, diperoleh pengetahuan

bahwa fisik manusia mempunyai keterikatan yang tinggi pada jiwanya. Hal-hal ini

harus menjadi perhatian manusia agar hidupnya selalu memperoleh kedamaian

dan kebahagiam baik di dunia maupun di akhirat. Inilah sebenarnya yang menjadi

arah tujuan hidup, sehingga manusia tidak terbawa arus pada kesenangan dan

kebahagiaan sesaat. Manusia harus menghidupkan batinnya. Jiwanya harus

tercerahkan melalui pencerahan ruhani agar kehidupan abadi di akhirat dapat

dipersiapkan dengan baik dan matang. Menghidupkan dimensi ruhani inilah yang

dalam kuliah islam disebut dengan tasawuf. Puncaknya adalah merasakan

kedekatan kepada Allah, tanpa dibatasi oleh apapun.

Tasawuf merupakan sisi batin dari ajaran islam, sementara sisi lahirnya adalah syari’ah yang mengandung hukum-hukum keagamaan formal, mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang (wajibat), serta apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan (nahiyat). Tasawuf selain mengisi sisi batiniah dari syari’ah juga memberikan makna tentang bagaimana hidup berTuhan dengan baik dan

benar. Dalam konteks ini memberikan penegasan bahwa hidup tanpa memiliki

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan definisi dari tasawuf ?

2. Apakah tujuan tasawuf itu ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu tasawuf.

(3)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Memahami tasawuf ini, secara sederhana dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yakni secara kebahasaan (etimologi) dan istilah (terminologi). Adapun

teori tentang akar kata atau kebahasaan dari tasawuf ternyata sudah ada sejak

lama. Louis Massignon dan Musthafa Abd al-Raziq, serta beberapa penulis

lainnya telah mencoba mengungkapkan teori teori tersebut secara memadai.

Berikut ini beberapa diantaranya :1

Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf dihubungkan dengan

nama suatu kabilah dari orang-orang Arab Baduwi (nomaden, kelompok

masyarakat yang hidup menetap, melainkan berpindah-pindah) yakni Bani Shuffah.

Kedua, tasawuf dihubungkan dengan nama sebuah tanaman dari jenis

gandum, shufah al-qafa.

Ketiga, ada juga yang menyebutkan bahwa tasa-wuf diambil dari kata

al-shufanah, yakni nama sebuah pohon kayu yang hidup di padang pasir. Dilihat dari

tampilan luar, secara fisik lahiriah, pohon ini tampak layu, kering dan hampir

mati. Namun pada kenyataannya, ia tetap hidup dan bahkan terus tumbuh dan

berkembang. Hal ini kemudian dikaitkan dengan kondisi fisik para sufi yang

kebanyakan berbadan kurus karena banyaknya berpuasa dan bangun malam untuk

taqarrub kepada Allah. 2

Keempat, teori lain mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa

yang artinya suci, bersih dan jernih. Lafaz shafa ini, bersama lafaz shufi, telah

digunakan pada abad 8 Masehi dengan berbagai literatur seperti digunakan untuk

1 Lihat misalnya dalam Louis Massignon dan Musthafa Abd al-Raziq, al-Islam wa al-Tasawuf

(Kairo: Dar as-“ya’b, 1979 , 1 ; da Hru Nasutio , Filsafat da Mistisis e Dala Isla Jakarta: Bulan Bintang, 1963), cet III, 56-57.

2 Amin Syukur, Tasawuf dan Tanggung Jawab Sosial pada Abad XX (Semarang: Pusat Penelitian

(4)

tauriyah dengan arti ‘al-munassik labis al-shuf’. Kesucian, kebersihan dan kejernihan merupakan simbol dari hati yang dimilki oleh para sufi. Dalam konteks

ini Bisyr ibn al-Harits (w. 227 H) menyebutkan bahwa seorang sufiadlah orang

yang menjernihkan hatinya demi Allah (al-shufi man shafa qalbahu lillah). 3

Kelima, tasawuf berasal dari kata shaf yang berarti barisan dalam

pelaksanaan ibadah shalat yang dilakukan secara berjamaah. Alasan pengambilan

kata ini adalah karena kaum sufi yang memilliki iman yang kokoh dan jiwa yang

bersih selalu memilih shaf yang terdepan dalam pelaksanaan shalat berjamaah.

Keenam, pendapat yang menisbahkan tasawuf kepada ash-shuffah,4 yakni para sahabat yang menempati sebuah ruangan yang terdapat di emperan atau teras

Masjid Nabawi di Madinah, ada masa awal-awal islam.

Ketujuh, kata tasawuf merupakan bentuk mashdar dari fi’l khumasi (kata kerja lima huruf) yang bermuara pada shawwafa, yang berarti labisa al-shuf (dia

telah memakai wol kasar). Shuf merupakan pakaian yang dikenakan oleh para

pendahulu pengamaltasawuf, atau oleh mereka yang menempuh cara hidup wara’,

zuhud, taqwa dan khalwat. Jenis pakaian ini menjadi pilihan utama bagi

orang-orang yang menempuh jalan hidup menuju Allah.

Al-Mas’ud menyebutkan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah yang shalih seperti Umar bin Khatab, Salman al Farisi dan Abu Abdillah ibn Jarrah sering

mengenakan pakaian dari bahan bulu yang kasar.

Dari keseluruhan teori yang dikemukakan diatas, yang paling banyak

dicenderungi oleh pemikir tasawuf dan para sufi sendiri adalah teori yang

mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata al-shuf, yang berarti bulu domba

atau wol kasar. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Harun Nasution bahwa

yang banyak diterima dari seluruh teori yang ada adalah teori yang mengatakan

tasawuf berasal dari kata al-shuf.5 Abu Nashr al-Sarraj al-Thusi, salah sorang sufi terkenal juga berpandangan demikian. Hal ini disebabkan bahwa pada awal

3 Abdul Halim Mah ud, at-Tashawwuf fi al-isla , terj. Tasawuf di Du ia Isla Ba du g:

Pustaka Setia, 2002), 27.

(5)

pertumbuhannya, yaitu ketika kelompok ahli ibadat hidup dalam pola zuhud,

mereka memakai pakaian wol kasar sebagai simbol atau lambang hamba Allah

yang tulus dan zuhud.6

Adapun tasawuf jika ditinjau dari segi istilah (terminologi), memilki

kesulitan tersendiri untuk memahaminya. Hal ini disebabkan, diantaranya karena

terjadi perbedaan dalam cara memandang aktivitas-aktivitas para kaum sufi. Ma’ruf al-Karkhi mengatakan bahwa tasawud adalah mengambil hakikat dan meninggalkan apa yang ada ditangan makhluk (al-akhdzu bi al-haqaiq wa al-ya’su min ma ‘inda al makhluq).7 Sementara Abu Bakar al Karkhi sebagaimana yang

dikutip oleh al-Ghazali, mengatakan bahwa tasawuf adalah budi pekerti (akhlaq).

Siapapun yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan

bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Muhammad Amin al-Kurdi

menyebutkan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya diketahui hal

ihwal kebaikan dan keburukan jiwa.

Dengan demikian, tasawuf adalah sebuah kegiatan pembersihan jiwa,

mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (tahalli), dan mendekatkan diri (taqarrub)

dan berada di hadhirat Allah.

B. Tujuan Tasawuf

Memperhatikan kandungan makna yang terdapat dalam berbagai

pengertian tasawuf yang dikemukakan oleh para sufi, maka secara umum dapat

dikatakan bahwa tujuan ilmu tasawuf, pada dasarnya adalah agar berada sedekat

mungkin dengan Allah yakni taqarrub dan sampai merasakan keintiman (uns) bersama-Nya. Hal ini dijelaskan oleh Abd Hakim Hasan dalam “At-Tashawwuf fi asy-Syi’ri al ‘Arabiy” yang dikutip oleh Simuh.8 Menurut Hasan tujuan tasawuf

adalah sampai (wushul) kepada Allah, zat yang Haqq dan Muthlaq, bahkan

bersatu dengan-Nya. Tujuan tasawuf ini tidak akan dapat tercapai kecuali dengan

6 Abu Nashr al-Saraj al-Thusi, al- Luma, 40-41

7 Abd. Al-Halim Mahmud (tahqiq), al-Risalah al-Qusyairiyah li Ibn al-Qasim al-Qusyairi (Kairo: Dar

al-Kutub al-Haditsah,t.t.), Juz II, 552.

8 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997),

(6)

melakukan upaya yang sangat serius, berat dan memakan waktu yang cukup

panjang (bi juhud syaq thawil).

Dalam konteks tasawuf sunni yakni akhlaki dan amali serta tasawuf

falsafi, maka tujuan tsawuf juga diagi menjadi tiga. Tujuan tasawuf sunni akhlaki,

yaitu terbatas pada pembinaan moral, yaitu meluruskan jiwa, mengendalikan

hawa nafsu sehingga selalu tetap memelihara keluhuran moral. Tujuan tasawuf

sunni amali untuk mengenal Allah (ma’rifat al-haq).

Sedangkan tujuan tasawuf falsafi, mengarah kepada satu tujuan tasawuf

yang merupakan kelanjutan dari tasawuf amali. Hanya saja tujuan ini telah

melangkah kepada suatu pengenalan terhadap Tuhan secara filosofis, dalam upaya

memahami garis hubungan antara Tuhan dengan alam. Dengan kata lain, dalam

tasawuf yang bercorak falsafi ini, para sufi berupaya mencapai tujuan-tujuan

tertentu, sehingga terkadang mereka merasa hilang kesadaran terhadap dirinya

sendiri, sehingga dikalangan sufi dikenal istilah fan, hulul, ittihad dan wihdat

al-wujud.

(7)

Kesimpulan

Secara istilah baik menurut kalangan sufi (pengamal ajaran tasawuf) maupun para pengamat, istilah ‘tasawuf’ memilki arti berbeda-beda sesuai dengan pengalaman spiritual dan pengamatan masing-masing. Dengan demikian, tampak

jelas bahwa tasawuf sebagai ilmu agama, khusus berkaitan dengan aspek-aspek

moral dan tingkah laku yang merupakan substansi islam.

Tasawuf merupakan aspek ajaran islam yang paling penting karena

peranan tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran-ajaran

islam. Tasawuf inilah yang merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran islam

Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan.

Hakikat tasawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu

keadaan pada keadaan lain yang lebih baik, lebih tinggi, dan lebih sempurna;

suatu perpindahan dari alam kebendaan pada alam rohani.

(8)

Al-Nasyr, Ali Sami’, Nasy’at al-Fikr al-Falsafi Fi al-Islam, Jilid III (Mesir : Dar al-Ma’arif, 1979).

Al-Thusi, Abu Nashr al-Saraj al Luma’

Mahmud, Abd.Halim, (tahqiq), Risalah Qusyairiyah li Ibn Qasim

al-Qusyairi, Juz II (Kairo: Dar al-Kutub al-Haditsah, t.t.).

---, “Al-Tashawuf fi al-Islam”, terj. Tasawuf di Dunia Islam

(Bandung: Pustaka Setia, 2002).

Massignon, Louis, dan Musthafa Abd al-Raziq, al-Islam wa al-Tasawuf (Kairo:

Dar as-Sya’b, 1979), 14; dan Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme

Dalam Islam, cet III (Jakarta : Bulan Bintang, 1963).

Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisme Dalam Islam

Simuh, M., Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 1997).

Syukur, Amin, Tasawufdan Tanggung Jawab Sosial pada Abad XX (Semarang :

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu, siswa dibagi ke da lam 6 (enam) kelompok sesuai absensl setelah itu Guru atau Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar

[r]

[r]

No 01 Tahun 2011 9 Sept 2011 Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Publik Melalui Giat Turjawali Sabhara.. No 73 Tahun 2010 Tahun 2010 Tunjangan Kinerja Pegawai Dilingkungan Polri &

Beranjak dari dialektika konsepsi di atas serta melihat dinamika politik Indonesia, maka pada tahun 2014 tidak bisa terelakkan dari kebutuhan akan adanya individu yang memiliki nilai

Teori Pertukaran Sosial dari Thibault dan Kelley ini menganggap bahwa bentuk dasar dari hubungan sosial adalah sebagai suatu transaksi dagang, dimana orang

Sebagai gambaran untuk memperjelas keberhasilan PTK ini dapat kita lihat data dan grafik perbandingan antara kemampuan siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan .Dari

[r]