• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA NEGARA DENGAN ALIRAN FILSAFAT P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BEBERAPA NEGARA DENGAN ALIRAN FILSAFAT P"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah Filsafat Pendidikan

FI LSAFAT PEN DI DI K AN

DAN

BEBERAPA N EGARA DEN GAN ALI RAN FI LSAFAT

PEN DI DI K AN YAN G DI AN U T N YA

Oleh :

Iwan Sunarya Panjaitan

NIM. 8136132065

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Filsafat Pendidikan dan Beberapa Negara dengan Aliran Filsafat yang Dianutnya.”

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman akan beberapa aliran filsafat pendidikan yang akan menentukan sistem pendidikan suatu bangsa dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Filsafat Ilmu Pendidikan”

Dalam proses pendalaman materi Filsafat Pendidikan ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada:

• Bapak Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd, M.si, selaku dosen mata kuliah “Filsafat Ilmu Pendidikan”

• Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Medan, 24 Oktober 2013 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Batasan Masalah 3

D. Tujuan 3

E. Manfaat Makalah 3

BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Pengertian Filsafat 4

B. Filsafat Pendidikan 5

C. Berbagai Aliran dam Filsafat Pendidikan 7

1. Filsafat Pendidikan Pragmatisme 7

2. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme 8

3. Filsafat Pendidikan Progresivisme 8

4. Filsafat Pendidikan Humanisme 9

5. Filsafat Pendidikan Perenialisme 10

6. Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme 11

D. Beberapa Negara dengan Aliran Filsafat Pendidikan yang Dianutnya 15

1. Malasya 15

2. Republik Rakyat China 16

3. Amerika Serikat 17

4. Jerman 18

5. Mesir 20

6. Jepang 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 23

B. Saran 23

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bilamana pendidikan dipandang sebagai sub sistem kehidupan masyarakat, maka kehadirannya sejalan dengan proses perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Apalagi bila diingat bahwa pendidikan yang disistematisasi kedalam bentuk kelembagaan seperti sekolah, ia merupakan agence of social change (lembaga yang bertugas mengubah masyarakat), sekaligus merupakan sarana yang melakukan tugas dan fungsi kultural dalam masyarakat dalam rangka merealisasi cita-cita.

Sebagai agence of social change, lembaga pendidikan melaksanakan misi yang

ditugaskan oleh masyarakat. Misi tersebut berupa aspirasi atau ide yang dipandang dapat memajukan masyarakat. Aspirasi atau ide-ide tersebut dioperasionalisasikan dalam bentuk program pendidikan yang dikelola secara konsisten melalui proses yang menuju kearah tujuan yang ideal yang ditetapkan.

Lembaga pendidikan juga merupakan sarana bagi proses pewarisan maupun transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini, dapat dipahami bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui kontruksi filosofis yang mendasarinya. Pendidikan dianggap wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilain yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku, dan direstui bahkan wajib diajarkan disemua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik,

baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar dasar kependidikan adalah

cita-cita kemanusiaan universal. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi

dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup

(5)

digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan

merupakan aplikasi dalam pendidikan. Ditinjau dari substansi atau isinya, ilmu

pendidikan merupakan suatu sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh

melalui riset dan disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan.

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah yang lebih luas, dalam, serta kompleks, yang tidak dapat dibatasi pengalaman dan fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dijangkau oleh sains pendidikan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik untuk mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar.

Kemajuan teknologi yang tinggi dan perubahan sosial masyarakat yang sangat beragam terasa terhadap pendidikan diberbagai negara. Persaingan ekonomi dan sosial di berbagai negara menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang harus diperbaiki sebagai suatu kebutuhan masyarakat mencapai cita-cita suatu negara. Dengan adanya perkembangan dan pola hidup manusia yang dinamis, maka setiap negara menganut alirab filsafat pendidikan sebagai arah dalam menentukan sistem pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum yang dipakai dan proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas filsafat pendidikan dan beberapa negara dengan aliran filsafat pendidikan yang dianutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan akan dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana aliran-aliran filsafat pendidikan akan mempengaruhi tujuan pendidikan, kurikulum dan proses belajar mengajar?

(6)

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya negara didunia ini dan keterbatasan waktu dalam membuat makala ini, maka makalah ini hanya membahas beberapa negara dan aliran filsafat pendidikan yang dianutnya.

D. Tujuan Makalah

Bertitik tolak dari masalah yang akan dibahas secara umum, makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana aliran-aliran filsafat pendidikan akan mempengaruhi tujuan pendidikan, kurikulum dan proses belajar mengajar. 2. Untuk mengetahui bagaimana aliran filsafat yang diterapkan di beberapa

negara (sebagai perbandingan).

E. Manfaat Makalah

(7)

BAB II

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafatberasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab. Menurut Simanjuntak (2013:8) para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara epistemologi dan secara terminologi.

Secara epistemologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia - philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

Surip dan Mursini (2010:3) mengemukakan bahwa pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya . Bahkan, Hatta dan Langeveld ( dalam Surip dan Mursini, 2010:4) mengatakan bahwa defenisi filsafat tidak perlu diberikan karena Setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam defenisinya. Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maupun bagaimana hakikat yang sebenarnya.

(8)

Stephen Palmquis dalam bukunya Pohon Filsafat mendefenisikan filsafat sebagai disiplin yang mendefenisikan Sendiri (dalam Simanjuntak, 2013:7).

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

B. Filsafat Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah sarana bagi proses pewarisan maupun transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari dini dapat dipahami bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui kontruksi filosofi yang mendasarinya. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.

Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya (Saifullah, 1981: 117).

(9)

Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan penuh keinsafan.

Filsafat pendidikan merupakan terapan filsafat umum.oleh karena itu, membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat. Hal ini dipahami dalam pengertian bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil filsafat, yaitu hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai.

Seorang ahli bernama Brubacher (dalam Simanjuntak, 2013: 22) membedakan aliran-aliran filsafat pendidikan sebagai: pragmatis-naturalis; rekonstruksionisme; romantis naturalis; eksistensialisme; idealisme; realisme; rasional humanisme;

scholastic realisme; fasisme; komunisme; dan demokrasi. Pengklasifikasian yang

dilakukan oleh Brubracher sangat teliti, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya overlapping dari masing-masing aliran.

(10)

C. Berbagai Aliran Filsafat dalam Pendidikan

1. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Tokoh yang mengembangkan filsafat pragmatisme adalah John Dewey. Pragmatisme merupakan doktrin bahwa tes akhir dari sesuatu baik bergantung pada apakah sesuatu itu bekerja dan bermanfaat atau tidak. Terdapat dua pandangan mengenai tujuan pendidikan dari aliran pragmatisme, yaitu konsep sosial dan konsep kreatif. Filsuf pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.

Sekolah harus bertujuan mengembangkan pengalaman-pengalaman tersebut yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik (Simanjuntak, 2013: 30). Filsuf pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan mengembangkan pengalaman-pengalaman tersebut yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.

2. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-Pengalaman individu. Eksistensialisme memberi individu suatu jalan berpikir mengenai kehidupan, apa maknanya bagi saya, apa yang benar bagi saya. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektivitas manusia, dan tindakan konkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema nasional untuk hakikat manusia atau realitas.

(11)

individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pengembangan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum (Sadulloh, 2008: 135).

Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang lebih penting daripada yang lainnya. mata pelajaran merupakan materi dimana individu akan menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Mata pelajaran yang dapat memenuhi tuntutan si atas adalah mata pelajaran IPA, sejarah, sastra, filsafat dan seni. Bagi beberapa anak, pelajaran yang dapat membantu untuk menemukan dirinya adalah IPA, namun bagi yang lainnya mungkin saja bisa sejarah, filsafat, sastra dan sebagainya.

Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan ditawarkan. Untuk menjadikan hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi bagian dari pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi. Para guru harus memberikan kebebasan kepads siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka mengajukan ide-ide.

3. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategistrategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan -tantangan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini.

(12)

baik dan dapat dipercaya untuk bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri. Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak (child-centered) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena ia belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Tujuan pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada pada proses perubahan secara terus menerus. Proses belajar terpusatkan pada perilaku cooperative dan disiplin diri. Dimana kebudayaan sangat dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat.

Kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial. Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dan dalam kegiatan proyek. Peranan guru adalah membimbing siswa-siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan kegiatan proyek. Guru harus menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah-masalah yang bermakna, menemukan sumber-sumber data yang relevan, menafsirkan dan menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan.

4. Filsafat Pendidikan Humanisme

Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus terdiri dari suatu susunan mata pelajaran yang terbatasi, tetapi yang harus dikuasai sebaik-baiknya. Mata pelajaran itu harus memiliki kekuatan melatih dan mengembangkan tubuh dan akal budi manusia. Bagi aliran ini, penduduk dan pribadi yang terbaik adalah orang yang terpelajar. Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseau.

Dua pandangan mengenai tujuan pendidikan timbul dari aliran humanisme ini, yaiut :

(13)

- Disiplin mental adalah tujuan pendidikan. Para pengikut disiplin mental memberi penekanan pada metode, yaitu cara memperoleh pengetahuan, bukan pada isi.

Pandangan utama aliran filosofis pendidikan humanistik adalah proses pendidikan berpusat pada subyek didik. Hakekat pendidik adalah fasilatator baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Perenilaisme memandang bahwasanya pada zaman modern ini telah banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang dalam kehidupan manusia, trutama dalam bidang pndidikan. Oleh karena itu, perenialisme memberikan solusi jalan keluar dari kekrisisan tersebut dengan kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan yang telah teruji dan tangguh.

Perenialisme merupakan suatu aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunan tersebut merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi orang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama filsafat khususnya filsafat pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, perenialisme dipengaruhi oleh tokoh-tokoh, seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Teori atau konsep pendidikan perenialisme dilatarbelakangi oleh filsafat-filsafat Plato sebagai Bapak Idealisme Klasik, filsafat Aristoteles sebagai Bapak Realisme Klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran Gereja Katolik yang tumbuh pada zamannya (Simanjuntak, 2013 : 35).

(14)

agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup. Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimana pun dan kapanpun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.

Kurikulum pendidikan bersifat subject centered, berpusat pada materi pelajaran. Materi pelajaran bersifat seragam, universal dan abadi. Selain itu, materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran

yang mempunyai “rational content” yang lebih besar. Oleh karena itu, titik berat

kurikulum diletakkan pada pelajaran sastra, matematika, bahasa dan humonaria, termasuk sejarah (liberal art).

6. Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme

Rekontruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat ini (Sadulloh, 2008:166). Rekontruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi/mengarahkan perubahan atau rekontruksi pada tatanan sosial saat ini. Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Sekolah merupakan agen utama perubahan sosial, politii, dan ekonomi di masyarakat.

(15)

Untuk mempermudah pemahaman tentang berbagai aliran filsafat pendidikan dan implikasinya dalam pendidikan, maka dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini .

Tujuan Pendidikan Anak Didik Guru Kurikulum Metode

PR

manusia dari tekanan dan keterikatan sosial dan menemukan realisasi diri secara optimal

 Pendidikan

membantu anak didik menyadari dirinya sebagai pribadi yang memilih, bebas dan bertanggung jawab

 Pembelajaran sangat individual; unik bagi setiap orang. Anak didik mengambil keputusan apa yang ingin dipelajarinya

Tugas dan peran guru sebgai pembantu menemukan makna; fasilitator

(16)
(17)

Tujuan Pendidikan Anak Didik Guru Kurikulum Metode

Anak didik bagian dari masyarakatnya dan

(18)

D. Beberapa Negara dengan Aliran Filsafat Pendidikan yang Dianutnya. 1. Malasya

Pada zaman ini Sistem Pendidikan Nasional dikemas sejalan dengan perkembangan dunia teknologi informasi. Dengan mempertimbangkan berbagai perubahan dan tantangan abad ke-21, peningkatan dan pemantapan sistem pendidikan diperlihatkan dalam hukum, kebijakan dan program utama. Perubahan paling signifikan dalam sejarah perkembangan pendidikan negara adalah pendirian Departemen Pendidikan Malaysia (KPTM) pada tahun 2004. Dengan pembagian ini KPM dipertanggungjawabkan kepada pembangunan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, matrikulasi dan pendidikan guru.

Falsafah Pendidikan Negara (FPN) Malaysia telah disusun berdasarkan dokumen-dokumen dasar dan ideologi negara. Rukun Negara adalah ideologi nasional Malaysia yang dibentuk pada tanggal 31 Agustus 1970 oleh Dewan Gerakan Negara yaitu setahun setelah terjadinya tragedi 13 Mei 1969 yang menghancurkan persatuan dan ketentraman negara. Kini FPN dikenal sebagai Filsafat Pendidikan Kebangsaan (FPK). FPK yang dinyatakan berikut akan menentukan arah haluan, dasar dan sumber inspirasi kepada semua usaha dan rencana dalam bidang pendidikan. Dari sudut sejarah, filsafat pendidikan negara lahir dari proses yang agak panjang yaitu satu proses pembangunan bangsa dan negara Malaysia sejak merdeka lagi.

Adapun falsafah pendidikan Malaysia adalah falsafah kebangsaan berbunyi sebagai mana berikut:

Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berkelanjutan ke arah mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, terampil, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan mampu memimpin rakyatnya mencapai kesejahteraan diri dan memberi kontribusi terhadap keharmonisan dankemakmuran keluarga, masyarakat, dan Negara.

(19)

filsafat aliran epistemologi, metafisika dan aksiologi yang juga secara langsung meliputi filsafat dealisme, realisme, perenilaisme, progresivisme dan eksistensialisme. Filsafat Pendidikan Kebangsaan disusun dari usaha berpikir yang rasional dan kritis, berlandaskan dari ideologi negara sebagaimana yang telah dimanifestasikan dalam Laporan dan Kebijakan Pendidikan, termasuk Rukun Negara. Filsafat Pendidikan Kebangsaan ini mengambil inspirasi dari proses pembangunan bangsa dan negara yang agak panjang. Apa yang digariskan dalam filsafat ini juga sangat berkaitan dengan perkembangan dunia Islam dan pembangunan negara Malaysia.

Pendidikan di Malaysia bertujuan mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani, berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Tujuan ini dimaksudkan agar dapat melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan berketerampilan, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara.

2. Republik Rakyat China

Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di Cina. Tradisi pemikiran falsafah di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas falsafah Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-ciri khusus yang membedakannya dari falsafah India dan Yunani.

(20)

perkara yang harus dikaji dan ditelusuri secara mendalam: Pertama, konsep umum

tentang ‘kebenaran’ dalam falsafah Cina; kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan

dalam kehidupan nyata dan kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem falsafah mereka. Secara umum pula pemahaman terhadap dua perkara tersebut ditafsirkan dari Konfusianisme, yaitu ajaran falsafah yang dikembangkan dari pemikiran Konfusius.

Konfusianisme sendiri berkembang menjadi banyak aliran, di antaranya kemudian dikembangkan menjadi semacam agama, dengan kaedah dasar dari ajaran etikanya yang dirujuk pada pandangan atau ajaran Konfusius. Sebagai ajaran falsafah pula, Konfusianisme telah berperan sebagai landasan falsafah pendidikan di Cina selama lebih kurang 2000 tahun lamanya. Karena itu ia benar-benar diresapi oleh bangsa Cina secara turun temurun selama ratusan generasi. Konfusisnismelah yang mengajarkan bahwa antara teori dan praktek tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan individu atau masyarakat. Dalam Konfusianisme, seperti dalam banyak falsafah Cina yang lain, pemikiran diarahkan sebagai pemecahan masalah-masalah praktis . Karena itu falsafah Cina cenderung menolak kemutalakan atau pandangan hitam putih secara berlebihan. Kebenaran harus diuji dalam peristiwa-peristiwa aktual dalam panggung kehidupan, dan baru setelah teruji ia dapat diakui sebagai kebenaran.

3. Amerika Serikat

Bangsa Amerika Serikat sangat mengandalkan kemampuan pendidikan, karena melalui pendidikan yang dikembangkan dalam bentuk program-programnya, warga negara Amerika Serikat dengan sekolah-sekolah mereka, mampu melaksanakan pemerintahannya sendiri (self government) sesuai kecerdasaan yang tinggi. Dan melalui pendidikan disekolahnya mereka dapat dipersatukan sebagai satu banga yang bhineka tunggal ika (Arifin, 2003: 73).

(21)

umumnya suatu negara dibentuk dari penduduk-penduduk asli bangsanya. Perbedaan tersebut memicu berkembangnya 2 aliran filsafat yang berlainan, yaitu Transcendentalisme dan Pragmatisme.

Transcendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, sedangkan Pragmatisme merupakan suatu pemikiran yang berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif. Kedua aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian, kegiatan pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan yang berupa pemikiran kefilsafatan/keilmuwan/wawasan-wawasan lain (Arifin, 2013: 73).

Ada seperangkat nilai yang merupakan sumber perilaku dan sikap orang Amerika yaitu:

1) berorientasi pada prestasi kerja individual;

2) bekerja atau melakukan kegiatan sebagai nilai kesusilaan; 3) berorientasi pada efisiensi, nilai praktis, dan kegunaan;

4) berorientasi pada masa yang akan datang sebagai suatu kemajuan, oleh karenanya harus bekerja keras;

5) percaya bahwa dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan orang akan dapat menguasai lingkungan;

6) berorientasi pada keuntungan material;

7) berorientasi pada nilai kesamaan derajat di bidang kesempatan pada berbagai bidang kehidupan;

8) berorientasi pada kemerdekaan; dan

9) berorientasi pada nilai kemanusiaan,dalam arti membantu yang lemah

4. Jerman

(22)

Jerman Barat dan Jerman Timur, menjadi awal bagi bangsa Jerman untuk mereformulasi ulang landasan falsafi yang dijadikan panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Jerman kemudian memandang persatuan (Einheit), pembagian kekuasaan agar tidak tertumpuk pada satu orang (die

Macht verteilen), dan kemampuan untuk membangun sebagai falsafah penting

bagi bangsa Jerman yang tengah mengalami kehancuran. Dalam pandangan ini bisa kita lihat pengaruh filsafat Eksistensialisme yang menekankan kemampuan diri sendiri, filsafat progresivisme dengan proporsi sains dan perubahan yang terencana, juga pengaruh filsafat critical pedagogy dalam upaya memformulasi ulang kebenaran setelah kehancuran akibat ideologi nazi. Beragamnya landasan filsafat sangat mungkin terjadi di Jerman karena sistem negara yang menganut sistem federal. Dalam sistem ini, negara bagian mempunyai kewenangan untuk mengatur sistem pendidikannya sendiri. Itulah sebabnya lama masa pendidikan di beberapa negara bagian berbeda dengan satu sama lain.

Pengaruh dari perubahan landasan filsafat pendidikan ini pada gilirannya berimbas pada kebijakan yang diambil oleh pemerintahan federal maupun pemerintahan negara bagian dalam bidang pendidikan. Berikut adalah beberapa kebijakan sistem pendidikan Jerman yang khas.

a. Pemerintah Jerman memandang pendidikan sebagai modal utama untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan keterpurukan ideologi. Untuk itu, pemerintah berusaha menjamin ketercapaian akses pendidikan bagi seluruh warga negara dengan membebaskan biaya pendidikan dari

Kindergarten sampai tingkat pendidikan tinggi. Tidak hanya itu,

pemerintah Jerman juga mengalokasikan dana yang relatif besar bagi penyediaan sarana penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik.

b. Pemerintah federal/pemerintah pusat tidak “memonopoli”

(23)

menumpukkan kekuasaan di satu pundak, sehingga bila sewaktu-waktu terjadi kesalahan atau pengambilan kebijakan pendidikan yang lemah, tidak akan berimbas secara global.

c. Keterlibatan masyarakat dalam menciptakan pendidikan yang berhasil cukup besar. Hal ini mencerminkan pemikulan tanggung jawab bersama dan rasa kesatuan antara pemerintah dengan masyarakatnya.

5. Mesir

Mesir yang terkenal dengan sebutan ardhul anbiyâ (negeri para nabi), memang telah menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia. Di samping mempunyai segudang peradaban, negeri seribu menara ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki magnet tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Tentunya, semua ini tak lepas dari peran al-Azhar: pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak ulama dunia.

Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam membentuk tujuan pendidikan adalah landasan filosofis.

Abduh Ibnu Hasan Khairullah, filosofi islam di Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) tapi perlu menyelaraskan afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).

Filosofi Islam dari Mesir, Muhammad Abduh mengemukakan bahwa

pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga

(24)

seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata

tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik

(keterampilan). Oleh sebab itulah baru-baru ini terdengar isu bahwa menteri

pendidikan Mesir Ahmed Zaki Badr akan merubah kurikulum tahun akademik

2011/2012 dengan menambahkan pelajaran tentang “etika”.

Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.

6. Jepang

Peraturan pendidikan di Jepang dapat dibedakan dalam dua periode, yaitu sebelum dan sesudah perang Dunia II. Sebelum perang, kebijakan pendidikan yang berlaku adalah Salinan Naskah Kekaisaran tentang Pendidikan (Imperial Rescript

on Education). Dinyatakan bahwa para leluhur Kaisar terdahulu telah membangun

Kekaisaran dengan berbasis pada nilai yang luas dan kekal, serta menanamkannya secara mendalam dan kokoh. Materi pelajarannya dipadukan dalam bentuk kesetiaan dan kepatuhan dari generasi ke generasi yang menggambarkan keindahannya (Arifin, 2003: 89).

Itulah kejayaan dari karakter Kaisar, dan ia juga telah mengendalikannya dengan sumber-sumber berpendidikan. Pendidikan hendaknya mampu mengafiliasikan seseorang kepada orang tuanya, suami isteri secara harmoni, sebagai sahabat sejati, menjadi diri sendiri yang sederhana dan moderat, mencurahkan kasih sayang kepada semua pihak, serta menuntut ilmu dan memupuk seni.

(25)

mempersembahkan keberanian demi negara, melindungi dan menjaga kesejahteraan istana Kaisar seusia langit dan bumi. Maka, tidaklah menjadi orang yang baik dan setia semata, melainkan mampu melanjutkan tradisi leluhur yang amat mulia.

Pada Maret 1947 juga berlaku Hukum Dasar Pendidikan (Fundamental

Law of Education) yang pada hakekatnya merupakan statement filsafat pendidikan

demokratis atau aliran filsafat pendidikan rekontruksionisme yang dalam banyak hal berbeda dengan Imperial Rescript on Education. Misalnya, dalam hubungan antara warga dengan negara, dalam setiap warga memiliki kewajiban untuk mengembangkan daya intelektual dan moral mereka, melaksanakan hukum dan mempersembahkan keberaniannya demi negara untuk melindungi dan menjaga kesejahteraan istana Kaisar.

Sedangkan dalam Fundamental Law of Education disebutkan

bahwa, Setiap warga memiliki kesempatan yang sama menerima pendidikan menurut kemampuan mereka, bebas dari diskriminasi atas dasar ras, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, asal usul keluarga, bantuan finansial, bagi yang memerlukan, kebebasan akademik, dan tanggung jawab untuk membangun negara dan masyarakat yang damai.

Perbedaan yang lain adalah mengenai tujuan pendidikan. Dalam Imperial

Rescript on Education disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

(26)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah yang lebih luas, dalam, serta kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman dan fakta pendidikan, dan tidak memingkinkan dijangkau oleh sains pendidikan.

2. Filsafat akan menentukan arah pendidikan suatu negara, karena filsafat mempengaruhi tujuan pendidikan, bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar, kurikulum yang diterapkan serta metode belajar yang harus digunakan untuk mencapai tujuan.

3. Setiap negara memiliki sistem pendidikannya masing-masing yang lahir berdasarkan aliran filsafat yang dianut oleh negara tersebut sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan didalam masyarakat.

B. Saran

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M. 2003. Ilmu Perbandingan Pendidikan. Jakrta : Golden Terayon press

Eka.2012. Potret Sistem Pendidikan di Mesir. [online]. http://ekagoodlight.blogspot.com/2012/05/potret-sistem-pendidikan-di-mesir. html [ diakses tanggal 20 Oktober 2013]

Rochman, Arif. 2012. Pendidikan di Malasya. [online]. http://almasakbar45.blogspot.com/2012/04/bab-i.html [diakses 16 Oktober 2015]

Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Saifullah, Ali. 1981. Antara Filsafat dan Pendidikan-Pengantar Filsafat

Pendidikan. Surabaya :Usaha Nasional

Samantho, Ahmad. 2012. Potret Pendidikan di Cina. [online]. http://ahmadsamantho.wordpress.com [diakses 16 oktober 2013]

Simanjuntak, Junihot. 2013. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Yogyakarta : Andi

Surip, Muhammad dan Mursini. 2010. Filsafat Ilmu-Pengembang Wawasan

Referensi

Dokumen terkait

Data yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah data utama (data primer) yakni data yang berhubungan dengan pelaksanaan terapi shalat dan zikir

Di dalam penelitian ini diuraikan mengenai transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan dari segi perpajakan masih belum berjalan secara efektif, hal ini dikarenakan tidak

Pembelajaran tentang pengetahuan jenis-jenis primata akan dengan mudah jika dtunjang dengan pemahaman yang baik dan sarana yang mendukung untuk penyampaian

http://www.ruangtani.com/ Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang di media yang terbuat dari serbuk gergaji dikemas dalam kantong plastik.. Pertumbuhan jamur

Penelitian ini termasuk penelitian pe- ngembangan yang pada tahun I penelitian difokuskan pada kegiatan: (a) Mengiden- tifikasi permasalahan pelaksanaan pem- belajaran

Olahan cemilan ini dibuat tidaklah menguras modal yang banyak, maka dari itu juga cemilan ini sangat sesuai dengan kantong mahasiswa, kami berusaha membuat olahan

struktur yang sudah ada dan kurang memiliki kemampuan restukturisasi, dan pada saat subjek menuliskan dilembar jawaban, subjek cenderung mengganti unsur kata pada apa

Waktu perbaikan yang cukup tinggi yaitu 27.37% dari seluruh waktu penanaman disebabkan karena tanah semaian yang banyak terdapat kotoran dari pupuk kandang yang