• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pariwisata thdp pad (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran pariwisata thdp pad (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peran pariwisata terhadap PAD Kabupaten Badung

I. Latar belakang

Latar belakang penulisan paper mengenai Peran pariwisata terhadap PAD Kabupaten Badung adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. I Made Sepud SH MH dalam mata kuliah Hukum Kepariwisataan.

II. Permasalahan

Sejak tahun 1980-an kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat ke Bali, dan dalam dekade ini pulau dewata masuk sebagai propinsi yang dikunjungi wisata mancanegara terbesar nomor 1 di Indonesia.

Sehubungan dengan predikat tersebut apakah pariwisata mempunyai peran yang signifikan terhadap PAD Kabupaten Badung ?

Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, dalam pembahasan di paper ini, akan diawali dengan penyampaian informasi mengenai profil Kabupaten Badung dengan sejarah singkat yang menceritakan tentang wilayah, penduduk dan perekonomiannnya sebelum menjadi daerah favorite kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara, kemudian penjelasan mengenai dasar hukum dari pengenaan PAD kepada wajib pajak dan terakhir menyajikan data yang membuktikan besaran kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Badung tahun 2014.

III. Pembahasan

(2)

warna abu-abu berbentuk keris vertikal dari bawah keatas adalah wilayah Kabupaten Badung.

Sejarah Singkat

Badung adalah salah satu kabupaten yang terletak di propinsi Bali. Dalam Babad Badung - Tabanan yang disalin oleh Raka (2001: 53--54), disebutkan bahwa nama wilayah Badung berasal dari kata Bandana. Wilayah ini merupakan anugerah dari Batari Danu di Batur Agra kepada Kyayi Arya Bebed, leluhur Kerajaan Badung. Setelah menjadi penguasa Bandana Pura, kewibawaan Kyayi Arya Bebed makin besar. Akibat banyaknya bekas luka setelah berperang dengan penguasa Karangasem, Kyayi Arya Made Janggaran, Kyayi Arya Bebed kemudian disebut Kyayi Jambe Pule dan diberi gelar Prabhu Bandhana.

(3)

Denpasar berlangsung sampai pemerintahan Raja I Gusti Ngurah Made Agung hingga terjadinya peristiwa puputan Badung pada 20 September 1906.

Semua kerajaan di Bali akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda, terakhir Kerajaan Klungkung pada 1908. Meskipun demikian, kekuasaan para raja tetap dihormati berdasarkan peraturan Pemerintah Hindia Belanda. Semua kerajaan kemudian dijadikan pemerintahan Swapraja oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1 Juli 1938. Berdasarkan

Staatblaad No. 226, Tahun 1929, Bali dibagi menjadi delapan daerah Swapraja oleh Pemerintah Kolonial, terdiri atas Bangli, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, dan Klungkung (Mirsha dkk., 1986: 257). Khusus bekas Puri Denpasar, kemudian digunakan sebagai kantor perwakilan pemerintah kolonial Belanda. Kantor ini dibangun di sisi bagian selatan puri. Sisi timur dan utara puri digunakan untuk perumahan pejabat pemerintah kolonial. Sisi bagian barat puri digunakan sebagai penginapan, yang kini menjadi bagian dari Bali Hotel (Salain, 2011: 77).

Setelah Indonesia merdeka, pada 1960 bekas kantor perwakilan pemerintah kolonial Belanda tersebut digunakan sebagai Pusat Pemerintahan (Puspem) Provinsi Bali, yang diberi nama Jaya Sabha. Karena lahan Puspem di Jaya Sabha dinilai kurang luas untuk menggerakkan roda pemerintahan tingkat provinsi, kemudian muncullah ide untuk memindahkan Puspem Provinsi Bali tersebut. Pada masa pemerintahan Gubernur Ida Bagus Mantra pada 1978, Kantor Gubernur Bali dipindahkan ke Civic Centre Renon, dan diberi nama Puspem Niti Mandala, sedangkan Jaya Sabha hanya digunakan sebagai gedung pertemuan dan Rumah Jabatan Gubernur Bali.

Kependudukan

(4)

paling sedikit penduduknya adalah wilayah Petang, yaitu 28.392 jiwa. Kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Kuta Utara, yaitu 1.783 jiwa/ km², sedangkan terendah di Kecamatan Petang, yaitu 247 jiwa/ km² (http://bappeda.badungkab.go.id).

Khusus data penduduk di wilayah Kota Mangupura, dalam buku Badung Selayang Pandang, belum dicantumkan secara khusus. Dalam buku tersebut hanya dicantumkan data secara umum, bahwa sampai akhir April 2011 penduduk Kabupaten Badung berjumlah 487.613 jiwa dengan kepadatan 1 : 165,50 jiwa/ km². Untuk dapat mengetahui gambaran umum jumlah penduduk Kota Mangupura, dapat dilakukan rujukan pada data Badung Dalam Angka 2009. Dalam data tersebut disebutkan jumlah penduduk wilayah Kota Mangupura berjumlah 59.715 jiwa dengan kepadatan 13 jiwa/ ha. Jumlah penduduk terpadat berada di Kelurahan Sading, yaitu 24 jiwa/ ha, sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Desa Kekeran, yaitu dengan kepadatan 9 jiwa/ ha (Sumber: Badung Dalam Angka 2009).

Perekonomian

Pada masa kerajaan, kekuatan ekonomi Badung banyak didukung oleh sektor pertanian (agraris) berkombinasi dengan sektor perdagangan. Ketika pusat pemerintahan Badung berada di Puri Denpasar, aktivitas perdagangan berupa pasar sore (tenten) berada di sebelah selatan puri. Hal inilah yang menyebabkan pusat pemerintahan Badung disebut Puri Denpasar, yang berarti puri dajan pasar (di sebelah utara pasar). Perekonomian Badung juga didukung pelabuhan laut di Kuta, yang banyak berhubungan dengan pedagang dari luar daerah, bahkan dari negara asing. Setelah Indonesia merdeka, khususnya sejak dekade 1980-an, perekonomian Badung lebih banyak didukung oleh sektor pariwisata budaya.

(5)

miliar pada 2011. Padahal, PAD daerah biasanya hanya 5 – 20 persen dari pendapatan keseluruhan. Akan tetapi, Kabupaten Badung ternyata mampu mencapai 60 persen. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa menurut Mendagri (http://bali.antaranews.com). PAD Kabupaten Badung tersebut lebih banyak bersumber dari kontribusi pajak hotel dan restoran (Humas Badung, 2011). Tingginya PAD Badung yang berasal dari kontribusi pajak hotel dan restoran (PHR) menyebabkan Pemda Bali berinisiatif mewajibkan Kabupaten Badung menyisihkan PAD yang berasal dari PHR untuk disumbangkan kepada kabupaten lain di Bali (selain Denpasar) melalui Pemda Bali. Kewajiban tersebut dituangkan dalam Keputusan Gubernur Bali No. 16, Tahun 2003. Setelah terjadinya peristiwa Bom Bali pada 2002, pemanfaatan sumbangan Kabupaten Badung kepada Pemda Bali untuk didistribusikan kepada enam kabupaten di Bali, pemanfaatannya diprioritaskan untuk promosi pariwisata bersama dan peningkatan keamanan. Hal ini diputuskan berdasarkan SK Gubernur No. 285/01-F/HK/2009, 11 Maret 2009 (Humas Badung, 2011: 7).

Tingginya PAD Badung inilah yang antara lain banyak memberikan kontribusi kepada Kabupaten Badung sehingga sebagian dananya dapat digunakan untuk membangun gedung pusat pemerintahannya, yang menurut Mendagri Gamawan Fauzi sangat megah. Menurut Kabag Administrasi Pembangunan Badung, A.A. Ngr. Bayu Kumara, dana pembangunan Gedung Puspem Badung sebenarnya juga berasal dari dana pinjaman di Bank Pembangunan Daerah Bali. Untuk mengangsur pembayaran dana pinjaman proyek pembangunan Gedung Puspem Badung inilah, antara lain diambil dari PAD Badung.

2. Pariwisata di Kabupaten Badung

(6)

macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Bali mempunyai tempat rekreasi alam yang indah dan keunikan daya tarik wisata budayanya menjadikan pulau dewata ini sebagai tempat tujuan yang disukai oleh wisatawan mancanegara sehingga menjadi kunjungan wisata terbesar nomor 1 di Indonesia.

Jumlah kunjungan wisata mancanegara ke Indonesia maupun ke Bali serta pengeluaran yang dibelanjakan oleh wisatawan dapat diketahui dari data-data di bawah ini :

Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2011 – 2015

Data 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah wisatawan

mancanegara 7.649.731 8.044.462 8.802.129 9.435.411 10.406.759

Peningkatan 9% 5% 9% 7% 10%

Sumber data: Kanwil Dep Kehakiman dan HAM Provinsi Bali

Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2011 - 2015

Data 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah wisatawan

mancanegara 2,756,579 2,892,019 3,278,598 3,766,638 4,001,835

Peningkatan 11% 5% 13% 15% 6%

Share terhadap nasional 36% 35% 37% 40% 38%

Sumber data: Kanwil Dep Kehakiman dan HAM Provinsi Bali

Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara tahun 2010 – 2014

Data 2011 2012 2013 2014

Pengeluaran kunjungan

per orang (USD) 1,118 1,134 1,142 1,183 Pengeluaran total

wisatawan ke Bali (USD) 3,082,572,033 3,279,000,062 3,744,945,780 4,457,552,408 Sumber data: BPS diolah

(7)

Pariwisata Sebagai Industri

Dibelanjakan untuk apa saja dana tersebut? Sebagai tempat pariwisata maka kegiatan ditempat wisata akan terkait dengan jasa-jasa lainnya. Seperti yang didefinisikan dalam undang-undang kepariwisataan, pariwisata diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, transportasi makanan, rekreasi serta jasa-jasa lainnya yang terkait seperti jasa telekomunikasi, informasi, hiburan, dan penukaran uang. Dalam perdagangan jasa pariwisata melibatkan berbagai aspek kehidupan manusia, seperti: ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya. Aspek yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan pariwisata adalah aspek ekonomi.

Terkait dengan aspek ekonomis inilah pariwisata dikatakan sebagai suatu industri. Bahkan kegiatan pariwisata dikatakan sebagai suatu kegiatan bisnis yang berorientasi dalam penyediaan jasa yang dibutuhkan wisatawan.

Sebagai suatu industri, di dalamnya tentu ada produk, ada konsumen, ada permintaan dan penawaran. Dalam pariwisata konsumennya adalah wisatawan, kebutuhan dan permintaan-permintaan wisatawanlah yang harus dipenuhi oleh produsen.

Produsen dalam industri pariwisata ditangani oleh bermacam-macam badan, baik pemerintah, swasta maupun perorangan. Yang merupakan produk dari pariwisata adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh wisatawan.

Produk pariwisata itu adalah: Atraksi wisata, berupa obyek dan daya tarik wisata seperti Candi/Pura, Keraton, Museum, Pertunjukan-pertunjukan kesenian, dan sebagainya.

(8)

3. Dasar hukum PAD

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dasar hukum dan ketentuan yang terkait dengan PAD adalah diawali dengan adanya otonomi daerah yang memberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangga daerah dan kepentingan masyarakat setempat.

Dalam konsiderannya dinyatakan bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

(9)

Dalam ketentuan ini mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Pasal 157, yaitu:

 Hasil pajak daerah; Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah. Pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Rochmad Sumitro yang merumuskannya “Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”.

 Hasil retribusi daerah; Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi daerah dapat ditetusuri dan pendapat-pendapat para ahli, misalnya Panitia Nasrun merumuskan retribusi daerah (Josef Kaho Riwu, 2005:171) adalah pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung”.

 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri.

(10)

kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi.

b. Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Sama dengan semangat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah memberikan otonomi kepada daerah. Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun pendapatan yang dapat dikelola oleh Daerah yang terkait dengan peran pariwisata terhadap PAD adalah:

 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pasal 1 ayat 10).

(11)

Pengaturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat ditetapkan oleh Daerah dengan Peraturan Daerah (pasal 95 dan 156). Adapun definisi Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 15 tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Untuk melaksanakan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, pemerintah Kabupaten Badung mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 15 tahun 2011 tentang Pajak Hotel, dengan pokok-pokok pengaturan sebagai berikut:

 Obyek Pajak adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran jasa pelayanan dan jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.

 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

 Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

 Tariff pajak 10% x dasar pengenaan pajak.

 Ketentuan penyidikan, penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

(12)

d. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 16 tahun 2011 tentang Pajak Restoran Untuk mengenakan pajak restoran, pemerintah Kabupaten Badung mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 16 tahun 2011 tentang Pajak Restoran dengan pokok-pokok pengaturan sebagai berikut:

 Obyek Pajak adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.

 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan / atau minuman dari restoran.

 Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

 Tariff pajak sebesar 10% x dasar pengenaan pajak.

 Ketentuan penyidikan, penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

 Ketentuan pidana, setiap orang atau badang yang melanggar peraturan ini di pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 50 juta.

e. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 17 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Untuk pengenaan pajak hiburan, pemerintah Kabupaten Badung mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 17 tahun 2011 tentang Pajak Restoran dengan pokok-pokok pengaturan sebagai berikut:

 Obyek Pajak adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

 Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.

(13)

 Tariff pajak sebesar 10% x dasar pengenaan pajak. Khusus tariff pajak hiburan berupa mandi uap/spa, diskotik, karaoke, klab malam dan panti pijat ditetapka sebesar 12,5%. Khusus hiburan rakyat / tradisional tariff pajaknya sebesar 5% dan hiburan kesenian rakyat/tradisional yang diselenggarakan oleh desa adat tari pajak sebesar 0%.

 Ketentuan penyidikan, penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

 Ketentuan pidana, setiap orang atau badang yang melanggar peraturan ini di pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 50 juta.

f. Sistem pemungutan PAD di Kabupaten Badung

Kepala Dinas Pendapatan daerah/Pasedahan Agung Kab. Badung Wayan Adi Arnawa mengatakan dalam rangka optimalisasi dan transparansi Penerimaan Pajak Daerah, Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung telah melakukan inovasi dengan menerapkan sistem online dalam pemungutan pajak daerah. Sistem pajak online ini mencakup:

1) sistem pelaporan (SPTPD online),

2) sistem pembayaran (bekerjasama dengan PT.BPD Bali),

3) sistem monitoring (pengawasan) transaksi usaha secara online wajib pajak,

4) administrasi perpajakan daerah, dan

5) sistem perijinan terintegrasi,

(14)

Khusus mengenai sistem pengawasan terhadap data transaksi usaha wajib pajak telah dilaksanakan sejak tahun 2013. Penyelenggaraan monitoring terhadap data transaksi usaha wajib pajak diperuntukkan kepada wajib pajak hotel Restoran, Hiburan, dan Parkir.

mekanisme kerja sistem ini adalah berupa pemasangan Alat Monitoring Data Transkasi Usaha secara Online (tapping box), dimana alat ini bertujuan untuk merekam dan menyimpan setiap data transaksi usaha wajib pajak yang terjadi, serta dapat dipantau dari dashboard (sistem monitoring) yang berada di Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung secara online real time. Sedangkan untuk wajib pajak hotel akan dipasangkan webservice dikarenakan sistem wajib pajak hotel memiliki database tersendiri.

Adapun latar belakang dari penerapan Sistem Monitoring Pajak Online adalah, sebagai berikut;

1) Pajak Hotel, Restoran, Hiburan dan Parkir merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Badung,

2) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membantu dalam menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan pajak daerah,

3) Sistem online dapat meminimalkan biaya administrasi pengelolaan pajak (paperless, biaya ATK),

4) Percepatan penyampaian data transaksi penjualan wajib pajak

Berikut data sistem monitoring pajak online yang sudah terpasang di wajib pajak:

1) Tahun 2013 terpasang 25 Alat Monitoring Online di 10 Wajib Pajak

2) Tahun 2014 terpasang 175 Alat Monitoring Online di 118 Wajib Pajak,

(15)

g. PAD yang diterima Kabupaten Badung

PAD dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah/ Pasedahan Agung Kabupaten Badung yang mempunyai Visi : Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah untuk menunjang Pembangunan berdasarkan Tri Hita Karana Menuju Masyarakat Adil, Sejahtera dan Ajeg.

Misi Dinas Pendapatan Daerah/ Pasedahan Agung Kabupaten Badung :

1) Mewujudkan tingkat kesadaran / kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak 2) Mewujudkan kualitas pelayanan publik yang memuaskan

3) Mewujudkan sumber-sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah mantap dan dinamis

4) Mewujudkan penguatan lembaga Subak untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(sumber data : Laporan kinerja instansi pemerintah Dinas Pendapatan Daerah / Pasedahan Agung Kabupaten Badung tahun 2014)

Target dan realisasi PAD Kabupaten Badung :

2011 2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi PAD (Rp

miliar) 1.0001 1.407 1.069 1.869 2.029 2.279 2.198 2.720

Pencapaian 141% 175% 112% 124%

(16)

Rp. Juta

Realisasi PAD 2014 Proporsi

Pajak daerah 2.339.852 86%

Retribusi daerah 119.486 4%

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yg dipisahkan 125.339 4%

Lain-lain 135.405 5%

2.720.082 100%

APBD dan kontribusi Kabupaten Badung tahun 2014:

Rp. juta Berdasarkan data-data tersebut diatas kontribusi PAD terhadap total penerimaan APBD Kabupaten Badung adalah besar yaitu sebesar Rp 2,19 triliun atau 67% dari pendapatan dan penerimaan pembiayaan Kabupaten Badung tahun 2014.

Sehingga di dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Badung tidak ada lagi ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat. Dengan kata lain, Kabupaten Badung sebagai daerah otonomi yang dituntut untuk menjadi daerah yang mempunyai kemampuan keuangan yang mandiri sudah dapat dipenuhi.

(17)

Peran pariwisata terhadap PAD Kab Badung adalah sangat signifikan yaitu terlihat dari APBD tahun 2014 yang mencapai 67% dari total pendapatan. Karena umumnya peranan Pendapatan Asli daerah (PAD) di dalam penerimaan Pemerintah Daerah seluruh Indonesia relatif sangat kecil untuk dapat membiayai pembangunan daerah. Sedangkan menurut prinsip otonomi daerah penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin dilimpahkan pada daerah.

Dengan semakin besarnya kewenangan pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah maka peranan keuangan pemerintah daerah akan semakin penting karena daerah dituntut untuk dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi dananya sendiri. Maka dari itu pemerintah daerah diharuskan untuk mengoptimalkan penerimaan mereka untuk meningkatkan PAD mereka yang nantinya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran atau belanja daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.

(18)

-“-Daftar pustaka :

1. Himpunan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah Badung tahun 2013

2. Laporan kinerja instansi pemerintah Dinas Pendapatan Daerah / Pasedahan Agung Kabupaten Badung tahun 2014

3. Informasi APBD Kabupaten Badung tahun anggaran 2014

4. Skripsi dari mahasiswa Universitas Udayana tentang Kabupaten Badung 5. Website kantor berita ANTARA

6. Website Kabupaten Badung

Referensi

Dokumen terkait

Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda

Kemudian pada ayat (3) diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau

pidana kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus atau untuk sementara waktu, menyerahkan

(1) Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini dapat dipidana kurungan dan/atau pidana denda;

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau

• Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 47 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama … atau denda paling banyak …. • Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal

(1) Wajib Retribusi yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3

Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan kehilangan barang orang lain, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau pidana denda paling banyak seribu