• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Studi Skenario Pelepasan Beban Sa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Studi Skenario Pelepasan Beban Sa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

STUDI SKENARIO PELEPASAN BEBAN SAAT TERJADI

PEMUTUSAN ALIRAN DAYA PADA GEDUNG

BERTINGKAT

Mochamad Gerry Prahana,

Program Studi Teknik Elektro FTI-ISTN Jl. Moh. Kahfi II Jagakarsa – Jakarta Selatan Alamat email : Gerrymuhammad90@gmail.com,

ABSTRAK

Gangguan yang besar dapat menyebabkan ketidakstabilan frekuensi tegangan system. Ketidakstabilan frekuensi, seperti penurunan frekuensi yang drastis dapat menyebabkan system mengalami pemadaman total (black out). Untuk menjaga sistem distribusi 20 kV tetap aman saat terjadi gangguan, untuk itu perlu dilakukan beberapa cara agar memepertahankan pembangkit listrik tenaga gas tetap berjalan. Pada gedung MKG 3/5 yang terletak di daerah kelapa gading sudah memiliki pembangkit tenaga listrik sendiri, dan sistem jaringan yg dipakai adalah sistem radial, pembangkit tenaga listrik di gedung MKG3/5 bekerja secara mains paralel dengan sumber listrik dari Perushaan Listrik Negara (PLN). Pada sistem jaringan listrik gedung MKG 3/5 sering mengalami gangguan listrik, yaitu hilangnya salah satu sumber tenaga listrik dari grid jaringan, yaitu sumber PLN. Untuk mempertahankan pembangkit dari gangguan beban lebih, perlu dilakukan beberapa tindakan antara lain pelepasan beban agar generator pembangkit tidak mengalami kerusalan dan sistem distribusi kelistrikan gedung MKG3/5 tetap berjalan. Adapun sistem pelepasan beban memiliki beberapa skenario pola operasi kelistrikan, dimaksudkan agar menjaga kehandalan dari sistem pelepasan beban itu sendiri, dan menjaga kenyamanan dari gedung MKG 3/5

Kata kunci : Sistem Distribusi,Mains Parallel, Generator, jaringan 20 kV, Pelepasan beban. Pembangkit listrik tenaga gas, Skenario pola operasi kelistrikan

ABSTRACT

Large disturbances can cause system instability voltage frequency. Frequency instability, such as a drastic reduction in the frequency could cause the system suffered a total blackout (black out). To keep the 20 kV distribution system remains safe in the event of disruption, for it needs to be done several ways to maintain the gas power plant is still running. At 3/5 MKG building located in ivory palm area already has its own power plant, and a network system in use is a radial system, power plant building MKG3 / 5 works in parallel with the mains power source from the State Electricity Business Process Management (PLN) , In the electrical network system building MKG 3/5 frequent power failures, namely the loss of one source of electric power grid network, ie PLN. To maintain the plant from overload disorders, needs to be done several actions, among others, the release of the load in order not to experience kerusalan generators and electrical distribution systems of buildings MKG3 / 5 is still running. The load shedding system has several scenarios pattern of electrical operations, intended to maintain the reliability of the system load shedding itself, and ensuring that the building MKG 3/5

(2)

2 1. Pendahuluan

Dewasa ini perkembangan dunia industri mulai berkembang, seiring dengan berjalannya waktu. Dalam proses pengembangan tersebut industri sekarang sudah mulai berusaha untuk menjaga optimalisasi system tenaga listrik dalam memasok kebutuhan listrik mereka.

Banyak cara untuk

mengoptimalisasikan tenaga listrik saat system mengalami gangguan, baik gangguan kecil maupun gangguan besar yang menyebabkan (black out).

Gangguan yang besar dapat menyebabkan ketidakstabilan frekuensi tegangan system. Ketidakstabilan frekuensi, seperti penurunan frekuensi yang drastis dapat menyebabkan system mengalami pemadaman total (black out). Salah satu strategi untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan turunnya frekuensi secara drastis adalah pelepasan sebagian beban yang dipikul oleh sistem. Setelah sebagian beban dilepas, beban – beban yang dipikul oleh pembangkit yang masih beroperasi akan berkurang dan frekuensi akan kembali kekeadaan normal segera setelah terjadi keseimbangan antara pembangkitan dan pembebanan. Pelepasan beban harus dilakukan segera pada saat frekuensi sistem mulai menurun dengan drastis

2. Sistem Kelistrikan

2.1Distribusi Kelistrikan

Pada gedung ini telah menggunakan pembangkit generator listrik berbasis tenaga gas. Pembangkit generator listrik berbasis energy gas tersebut secara penggunaannya untuk mensuplai daya telah disingkronisasi dengan sumber tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mensuplai beban secara keseluruhan gedung. Kemudian supply daya listrik yang tersedia akan disupplai kepada para penyewa (Tenant)

gedung, dan utiliti penunjang gedung, antara lain penerangan, mesin penghasil udara dingin (chiller), motor-motor listrik yang digunakan untuk pompa air, pompa sumpit, pompa sistem treatment air, jaringan telepon gedung, dan lain lain.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik gedung tersebut memiliki 4 Generator set berbasis energi gas, yang digunakan untuk melayani kebutuhan gedung MKG 3/5 dari utility, penerangan, para penyewa (tenant). Dengan total pembangkitan sebesar 9 Mega Watt. Diperkirakan beban dari rata-rata generator sebesar 75 % dari kapasitasnya.

Kemudian daya akan didistribusikan melalui jaringan yang tersedia, adapun daya yang didistribusikan dari pembangkit langsung menuju ke titik-titik beban, yang sudah ditentukan baik beban utility

gedung, penyewa

customer(tenant,)maupun penerangan.

2.2Single Line Diagram

Gambar 2.4 single line diagram gedung MKG 35

(3)

3 mkg 2 dan plant mkg 3/5, keduanya

mendistribusikan daya untuk beban di gedung MKG 3/5. Pembangkit dari plant mkg 2 mempunyai 2 mesin pembangkit generator listrik yaitu G1 dan G2 dengan kapasitas masing-masing 1800 kW dan memiliki rating tegangan 11 kV, kemudian tegangan pada pembangkit akan dinaikkan menjadi 20 kV oleh trafo step up ( Trafo mempunyai kapasitas masing-masing 2700 kW dan memiliki rating tegangan 11 kV, kemudian tegangan pada pembangkit akan dinaikkan menjadi 20 kV oleh trafo step up ( Trafo GE1 dan Trafo GE2). Kemudian pembangkit plant MKG 3/3akan singkron dengan pembangkit plant MKG 2 dan sumber tegangan dari gardu 329 milik PLN. Kemudian akan didistribusikan ke masing-masing beban digedung MKG 3/5. Adapun beban yang terdapat pada gedung MKG 3/5 terbagi atas 5 penyulang yang terdistribusi melalui 5 transformator, masing masing trafo tersebut dibagi kembali untuk pembagian bebannya. Diantara lain transformator 1 ditetapkan untuk mensuplai daya ke beban SMDB 1, transformator 2 ditetapkan untuk mensuplai daya kebeban SMDB 2, SMDB 3,dan SMDB 4, transformator 3 ditetapkan untuk mensuplai daya ke beban SMDB 5, dan SMDB 6, transformator 4 ditetapkan untuk mensuplai daya kebeban chiller no. 1, chiller no. 2 dan pompa pendukung sistem chiller seperti pompa chwp 1, pompa chwp 2 serta pompa cwp 1, pompa cwp 2 . Transformator 5 ditetapkan untuk mensuplai daya kebeban chiller no. 3, chiller no. 4 dan pompa pendukung sistem chiller seperti pompa chwp 3, pompa chwp 2 serta pompa cwp 1, pompa cwp 2.

2.3Data Kelistrikan Gedung MKG 3/5

2.3.1 Rating Tegangan

Pada sistem kelistrikan gedung Sentra Kelapa Gading (MKG 3/5 terdapat beberapa rating tegangan, antara lain:

1. Tegangan 20 kV

Tegangan ini merupakan sumber tegangan yang didapat dari distribusi gardu 329 milik PT PLN untuk supplai daya gedung MKG 3/5

2. Tegangan 11 kV

Tegangan ini merupakan tegangan dari pembangkitan mesin generator listrik berbasis bahan bakar gas yang kemudian akan dinaikkan melalui trafo step up menjadi 20 kV dan akan disingkronisasi dengan tegangan PLN.

3. Tegangan 0,4 kV

Tegangan ini menyulang bus :

(4)

4 3. Sistem Pelepasan Beban

Pada sistem pembangkitan tenaga listrik, komponen utama yang dibutuhkan adalah generator dan penggerak utama (prime

mover). Generator merupakan suatu mesin

listrik yang mampu mengubah energi kinetik menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip induksi elektromagnet. Sedangkan penggerak utama (prime mover) dalam hal ini memebantu memutar bagian rotor generator. Penggerak utama (prime mover) merupakan suatu alat dalam hal ini adalah turbin yang dikopel dengan rotor generator dan bekerja dengan memanfaatkan berbagai macam sumber energi.

Generator yang umum digunakan oleh pembangkit listik adalah generator sinkron. Pemilihan generator sinkron sebagai pembangkit tenaga listrik disebabkan oleh karakteristik mesinnya mampu menghasilkan tegangan yang relatif konstan. Pemberian supply tegangan yang tidak stabil akan memeberikan efek negatif kepada peralatan listrik yang digunakan konsumen. Dengan suplai tegangan yang tidak stabil, usia pakai dari suatu peralatan listrik semakin lama semakin berkurang.

3.1 Prinsip Kerja Generator singkron

Pada generator sinkron, sumber arus DC dihubungkan dengan kumparan rotor atau kumparan medan. Hal ini mampu menghasilkan suatu medan magnet rotor. Rotor tersebut kemudian diputar oleh suatu penggerak utama (prime mover) sehingga muncul medan magnet putar pada mesin. Medan magnet tersebut menembus stator

sehingga menghasilkan fluks magnet. Berikut gambar rangkaian ekuivalen generator singkron.

Gambar 3.1 Rangkaian Ekuivalen Generator sinkron

Ketika rotor berputar maka terjadi perubahan sudut yang dibentuk oleh normal bidang yang ditembus fluks (stator) dan kerapatan fluks setiap detiknya. Perubahan tersebut akan menghasilkan suatu ggl (gaya gerak listrik) induksi. Ggl induksi tersebut mampu menghasilkan arus apabila generator dihubungkan dengan suatu beban sehingga membentuk suatu rangkaian tertutup. Apabila beban dihubungkan dengan generator bersifat induktif maka arus yang dihasilkan terlambat (lagging) terhadap tegangan. Begitu juga apabila beban yang bersifat kapasitif maka arus ang dihasilkan mendahului (leading) tegangan.

Arus pada stator dapat menghasilkan medan magnet stator. Medan magnet stator menghasilkan tegangan stator. Tegangan output dari generator adalah resultan tegangan induksi dan tegangan stator. Tegangan ini merupakan tegangan AC

(alternating current), karena terdapat 3

kumparan jangkar pada stator yang dipasang melingkar dan membentuk sudut 120o satu sama lain. Pemasangan tipe kumparan tersebut menghasilkan tegangan AC 3 phasa.

(5)

5 sinkron. Kecepatan ini dipengaruhi oleh

frekuensi dan jumlah kutub magnet generator tersebut. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

(3.1)

(3.2)

Dimana ns = kecepatan sinkron (rpm)

f = frekuensi (Hz)

p = jumlah kutub magnet

3.1.1 Mekanisme Kerja Pembangkit listrik tenaga gas

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan jenis pembangkit listrik yang dikembangkan pada saat sekarang di tengah meningkatnya harga minyak dunia. Effiesiensi termal yang dimiliki turbin gas lebih tinggi di banding dengan effisiensi termal yang dimiliki pembangkit berbahan bakar minyak. Mekanisme kerja PLTG adalah sebagai berikut

Komponen sebuah pembangkit listrik tenaga gas ( PLTG) terdiri dari :

a. Pemampatan udara ( Compressor)

b. Ruang bakar ( Combustion chamber)

c. Turbin gas

d. Generator sinkron

Mula-mula udara dihisap melalui cerobong inlet yang terdapat filter didalamnya (

draught fan ). Filter ini berfungsi untuk

menyaring debu yang terdapat didalam udara tersebut. Kemudian udara tersebut masuk kedalam kompressor untuk dimampatkan. Udara yang dihisap akan dinaikkan tekanannya didalam kompresor, temperaturnya pun akan naik mencapai 400o C s/d 600 o C, kemudian dialirkan ke

ruang bakar (Combustion chamber). Bahan bakar, dalam hal ini adalah gas, dialirkan juga ke ruang bakar untuk di bakar dengan udara yang telah dinaikkan tekanannya. Bahan bakar dan udara tersebut dikabutkan kemudian diberikan pengapian dari busi sehingga terjadi proses pembakaran. Gas hasil pembakaran bertekanan tinggi tersebut dapat digunakan untuk memutar turbin gas ( flywheel). Turbin gas di kopling dengan rotor generator sinkron, hal ini dilakukan untuk membantu sinkronisasi generator pada saat pengasutan (starting). Generator sinkron mampu mengubah energi kinetik (putaran turbin) menjadi energi listrik yang kemudian disalurkan ke beban. Kemudian gas buang akan disalurkan melalui cerobong udara ke atmosfer.

Pengaturan putaran turbin ketika mulai bergerak dilakukan oleh governor/thrrottle

valve. Governor adalah suatu katup yang

berfungsi mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang dialirkan ke ruang bakar. Mode kerja governor menurut karakteristik terhadap perubahan beban dibagi menjadi 2 antara lain :

a. Droop

(6)

6 yang mengakibatkan lepasnya beberapa

beban, agar tidak terjadi pemborosan daya pengaturan kembali ke sistem droop pada generator (power adjusting) dilakukan oleh operator.

b. Isochronous

Merupakan suatu mode governor untuk mengatur kecepatan turbin gas sesuai dengan permintaan beban. Dengan begitu daya yang dihasilkan sesuai dengan permintaan beban.apabila terjadi perubahan beban, maka governor akan mengatur kecepatan putaran turbin agar frekuensi tetap berada pada batas yang diizinkan.

3.2Daya Aktif Generator

Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk digunakan sebagai energi sebenarnya. Dalam hal ini daya yang dihasilkan oleh generator sinkron dapat dirumuskan dalam persamaan berikut ini.

(3.3)

P : Daya Aktif

: Tegangan Induksi per phasa (V)

E : Tegangan Terminal per phasa (V)

: Reaktansi Singkron per phasa

(ohm)

: Sudut torsi antara dan E

Besarnya sudut antara E dan Eo (d) berpengaruh pada besar daya aktif yang dihasilkan. Semakin besar sudut torsi semakin besar Daya Aktif yang

dihasilkan. Akan tetapi terdapat batas maksimum daya aktif yang bisa dihasilkan yaitu pada d=90. Lewat dari itu daya yang di hasilkan akan turun kembali.

3.3Pelepasan Beban

Untuk menjaga sistem dari kegagalan atau kerusakan dikarenakan makin turunnya frekuensi maka sebagian beban yang bekerja harus dilepaskan, sehingga terjadi keseimbangan antara daya yang dibangkitkan dengan beban. Setelah sebagian beban dilepaskan maka beban-beban yang dipikul oleh pembangkit yang masih bekerja menjadi berkurang, dan frekuensi yang turun dapat dikembalikan kekeadaan normal setelah terjadi keseimbangan antara sisa pembangkitan dan sisa beban.

yang menyebabkan daya tersedia tidak dapat melayani beban, misalnya karena unit pembangkit yang besar jatuh (trip), maka untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar. 3.3

Gambar 3.3 Grafik perubahan frekuensi terhadap waktu

(7)

7 pertama sesuai setting frekuensi fb dan

seterusnya sampai tahap yang telah ditentukan berdasarkan besarnya perubahan frekuensi pada titik G dikatakan telah kembali mencapai keseimbangan atau kembali stelah melalui beberapa tahap pelepasan beban. Penurunan frekuensi bisa mengikuti garis 1 dan garis 2 atau garis 3. Makin besar unit pembangkit yang jatuh yang berarti makin besar daya yang hilang maka frekuensi akan menurun dengan cepat. Selain itu kecepatan menurunnya frekuensi juga tergantung pada besar kecilnya konstanta inersia sistem.

3.4Metoda Pelepasan Beban

Dalam pelepasan beban terdapat dua macam metode cara melepaskan beban apabila terjadi gangguan pada sistem. Pelepasan beban dapat pula dilakukan melalui Komputer Pusat Pengatur Beban yang dapat deprogram sebelumnya sesuai dengan kebutuhan operasi setiap saat dan kondisi setempat. Pelepasan beban dibagi menjadi dua pemodelan yaitu:

1. Pelepasan beban secara manual

(manual load shedding)

2. Pelepasan beban secara otomatis (automatic load shedding)

3.5Skenario pelepasan Beban

Skenario pola operasi pelepasan beban, dirancang berdasarkan dari kemampuan pembangkit untuk memberikan atau menyalurkan daya terhadap kebutuhan. Secara sistem kelistrikan, gedung MKG 3/5 disupplai dari beberapa sumber pembangkit, yaitu pembangkit dari Plant MKG 3 dan Plant MKG 2. Plant MKG 3 terdapat 2 pembangkit yaitu GE 1 dan GE 2 yang masing-masing mempunyai kapasitas total pembangkitan sebesar 2700 kW, dan Plant MKG 2 terdapat 2 pembangkit yaitu G1 dan G2 yang

masing-masing mempunyai kapasitas total pembangkitan sebesar 1800kW.

Saat terjadi gangguan pada sistem kelistrikan gedung MKG 3/5, skenario pola operasi pelepasan beban akan bekerja bergantung pada kondisi gangguan yang terjadi. Skenario kondisi gangguan tersebut telah disusun berdasarkan pengalaman kejadian yang telah terjadi sehingga saat terjadi kejadian yang sama dapat meminimalisir resiko gangguan pada peralatan listrik dan sistem. Secara penyusunan skenario telah dibagi menjadi bebearapa tahap pelepasan beban yaitu

1. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 1 : kondisi ketika PLN MKG 3/5 trip , GE1 Plant mkg 2 trip, G1 dan G2 Plant MKG 3 trip , loadshedding bekerja, 1 gas engine GE 1 Plant MKG 2 menyupplai daya kebutuhan gedung mkg 3/5

2. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 2 : kondisi ketika PLN MKG 3/5 trip, GE2 plant MKG 2 trip, G1 dan G2 plant mkg 3 trip loadshedding bekerja, 1 gas engine GE 2 Plant MKG 2 menyupplai daya kebutuhan gedung mkg 3/5

3. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 3 : kondisi ketika PLN MKG 3/5 trip dan engine gas G1 dan G2 plant MKG 3 trip, loadshedding bekerja, 2 gas engine menyupplai daya ( GE 1 dan GE 2 Plant mkg 2).

4. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 4 : kondisi ketika PLN MKG 3/5 trip dan engine gas (GE 1 dan GE 2 plant mkg 2 trip), dan G2 Plant mkg 3 trip, loadshedding bekerja, 1 gas engine menyupplai daya MKG 3/5

(8)

8 engine ( G1 palnt mkg 3/5 dan GE1

palnt mkg 2) menyupplai daya MKG 3/5.

6. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 6 : kondisi ketika PLN MKG 3/5 trip dan engine gas (G2 plant mkg 3/5 trip dan GE2 plant mkg 2 trip). Loadshedding bekerja, 2 gas engine ( G1 plant mkg 3/5 dan GE1 plant mkg 2 ) menyupplai daya MKG 3/5.

7. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 7 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine gas (G2 plant mkg 3/5 trip) , Loadshedding bekerja, 3 gas engine ( G1 plant mkg 3/5, GE1 plant mkg 2 dan GE2 plant mkg 2 ) menyupplai daya MKG 3/5.

8. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 8 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine G1 plant mkg 3/5, GE1 plant mkg 2 dan GE2 plant mkg 2 trip , Loadshedding bekerja, 1 gas engine gas (G2 plant mkg 3/5 menyupplai daya MKG 3/5.

9. Skenario pola operasi kelistrikan tahap 9 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine G1 plant mkg 3/5, GE2 plant mkg 2 trip , Loadshedding bekerja, 2 gas engine gas G2 plant mkg 3/5 dan GE 1 plant mkg 2 menyupplai daya MKG 3/5

10.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 10 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine G1 plant mkg 3/5, GE1 plant mkg 2, Loadshedding bekerja, 2 gas engine gas (G2 plant mkg 3/5 dan GE2 plant mkg 2 menyupplai up daya MKG 3/5

11.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 11 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine G1 plant mkg 3/5 trip , Loadshedding bekerja, 3 gas engine gas G2 plant mkg 3/5 , GE1 dan GE2 plant mkg 2 menyupplai daya MKG 3/5

12.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 12 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine GE1 dan GE2 plant mkg 2 trip , Loadshedding bekerja, 2 gas engine gas G1 dan G2 plant mkg 3/5 menyupplai daya MKG 3/5

13.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 11 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine GE 1 plant mkg 2 trip , Loadshedding bekerja, 3 gas engine gas GE2 plant mkg 2 , G1 dan G2 plant mkg 3/5 menyupplai daya MKG 3/5

14.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 11 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan engine GE1 plant mkg 3/5 trip , Loadshedding bekerja, 3 gas engine gas GE2 plant mkg 2 , G1 dan G2 plant mkg 3/5 menyupplai daya MKG 3/5

15.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 11 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip , Loadshedding bekerja, 4 gas engine gas G1 dan G2 plant mkg 3/5 , GE1 dan GE2 plant mkg 2 menyupplai daya MKG 3

16.Skenario pola operasi kelistrikan tahap 11 : kondisi ketika PLN trip MKG 3/5 trip dan 4 gas engine gas G1 dan G2 plant mkg 3/5 , GE1 dan GE2 plant mkg 2 trip , Loadshedding bekerja, dan engine diesel plant MKG 2 menyupplai daya MKG 3.

(9)

9 3.6Beban Listrik

Pada gedung gedung MKG 3/5 beban listrik yang diperhitungkan untuk perancanaan pelepasan beban harus ditentukan terlebih dahulu.

a. Beban Penting/ Prioritas (Essential Load/ Priority load

Beban penting atau prioritas adalah beban yang menjadi penunjang tetap berlangsungnya aktifitas gedung dan kenyamanan,dimana bila terjadi gangguan dapat mengganggu penerangan didalam gedung, dan menggangu aktifitas penyewa.

b. Beban Tidak Penting/ Tidak Prioritas ( Non Essential Load/ Non Priority load)

Beban tidak penting atau tidak prioritas adalah beban-beban yang tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap kenyamanan, seperti perangkat untuk sistem HVAC dari mesin chiller dan air

handling unit

Pada gedung Gedung MKG 3/5, beban beban listrik yang dilayani terdiri dari penerangan gedung dan perkantoran, motor listrik bertegangan, air handling

unit, mesin chiller.

Motor listrik pada umumnya digunakan sebagai penggerak sistem pendinginan pada mesin chiller, kemudian pada sistem

air handling unit, untuk pompa sistem

distribusi air bersih, pompa sistem fire, pompa sistem sumpit (pembuangan air kotor), pompa sistem treatment water ( STP), dan lain lain.

3.6.1 Beban yang di lepaskan

Perhitungan jumlah pelepasan beban disesuaikan dengan kapasitas atau kemampuan generator untuk memikul beban, serta laju frekuensi generator. Untuk mendapatkan nilai pelepasan beban yang sesuai untuk dilepaskan terdapat beberapa parameter yang harus

diperhatikan untuk menjaga keandalan sistem, yaitu

a. Frekuensi yang diharapkan setelah pelepasan beban

Dengan mengetahui besarnya laju kenaikan frekuensi maka dapat ditentukan besar beban yang akan dilepaskan. Berikut rumus nya:

=

.f

n

(3.7)

P loadshedding = beban beban yang harus dilepaskan

Setelah besar laju frekuensi didapatkan, berikut rumus penjumlahan total pelepasan beban, dan perubahan nilai delta antara beban dengan daya, dan berikut gambar single line diagramnya pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 single line diagram Gedung MKG 3/5

Dari gambar single line diatas dapat dilihat jumlah pembangkit generator dan pembagian jalur distribusi beban yang disalurkan, dan berikut adalah rumus untuk proses pelepasan beban.

(10)

10 PL = total daya losses ( delta )

= total pelepasan beban = total daya pembangkitan = total beban

Berikut penjabaran rumus mengenai total pembangkitan daya saat terjadi proses pelepasan beban:

(3.9) P total gen = total pembangkitan daya

aktif ( Watt )

P pln = daya aktif dari PLN ( Watt)

= total pembangkitan daya aktif dari pembangkit (Watt)

Berikut penjabaran rumus mengenai total pembebanan daya saat terjadi proses pelepasan beban :

(3.10)

P total beban = total pembangkitan beban ( Watt )

Dari penjabaran rumus diatas dapat diketahui bahwa dalam proses pelepasan beban perubahan laju frekuensi serta waktu pemulihan menjadi parameter yang perlu menjadi acuan. Pelepasan beban dapat dilakukan dalam beberapa waktu tergantung pada kondisi permasalahan yang terjadi, dan pada saat pelepasan beban tahap pertama tidak semua beban dilepaskan. Beban yang dilepaskan bergantung kepada skenario yang telah diterapkan.

4. Perhitungan dan Analisis 4.1Data Pembangkit

Pada gedung MKG 3/5 terdapat 4 pembangkit yang memberikan supply ke gedung MKG 3/5. Yaitu 2 pembangkit di plant MKG 3/5, dan 2 pembangkit di plant MKG 2 dengan total supply daya sebesar 9 MW. Berikut spesifikasi pembangkit di plant MKG 3/5.

1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (GE 1)

Type : JMS 620 GE

jeanbacher

Output : 2700 kW

Voltage : 11 kV

Power factor : 0,91

Manufacture : GE jeanbacher- Austria

Merk Generator : AVK

Type : DIG 140 k/4

Type rating : 4000 kVA

Speed : 1500 rpm

2 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (GE 2)

Type : JMS 620 GE

jeanbacher

Output : 2700 kW

Voltage : 11 kV

Power factor : 0,91

Manufacture : GE jeanbacher- Austria

Merk Generator : AVK

Type : DIG 140 k/4

(11)

11

Speed : 1500 rpm

Berikut data spesifikasi pembangkit di plant MKG 2 yang menyupply daya ke gedung MKG 3/5.

3 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (G 1)

Type : JMS 612 GE

jeanbacher

Output : 1800 kW

Voltage : 11 kV

Power factor : 0,91

Manufacture : GE jeanbacher- Austria

Merk Generator : AVK

Type : DIG 130 i/4 e

Type rating : 2600 kVA

Speed : 1500 rpm

4 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (G 2)

Type : JMS 612 GE

jeanbacher

Output : 1800 kW

Voltage : 11 kV

Power factor : 0,91

Manufacture : GE jeanbacher- Austria

Merk Generator : AVK

Type : DIG 130 i/4 e

Type rating : 2600 kVA

Speed : 1500 rpm

4.2Analisa pelepasan beban Berdasarakan Skenario pola operasi kelistrikan

Saat terjadi pelepasan beban terjadi proses pelepasan cirkuit breaker pada sisi outgoing PLN (circuit breaker Gedung MKG 3/5) dimaksudkan untuk menjaga peralatan listrik dan generator agar tidak terjadi masalah, relay under frekuensi di setting pada point 49 hertz, karena menyesuaikan dengan kemampuan kapasitas mesin generator agar mesin generator mampu menampung beban, dan tidak terjadi masalah.

5. Perhitungan frekuensi saat singkron atau mains paralel antara PLN dan Mesin Generator di Plant MKG 3/5 dan Plant MKG 2. Berdasarkan rumus 3.2 sebagai berikut.

f pln = 4. 1500

120

= 6000/ 120

= 50 Hz

f Gen = 4. 1500

120

= 6000/ 120

= 50 Hz

Saat terjadi PLN trip, frekuensi menurun menjadi ( f pln = 49 ), berikut penghitungannya, berdasarkan rumus 3.2 sebagai berikut.

Ns = 120.f

4

(12)

12 4

Ns = 5880/ 4

Ns = 1470 rpm

Di saat frekuensi di bawah 50 Herz atau 49 ,maka fungsi relay under frekuensi bekerja untuk melepas circuit breaker, agar pembangkit di Plant MKG 3/5 dan Plant MKG 2 bekerja secara isolated mode, dan menjaga agar frekuensi generator tetap stabil untuk mensupply daya.

4.1.1 Pelepasan beban tahap 7

Daya aktif maksimal yang dihasilkan GE 1Plant MKG 3/5 berdasarkan rumus 3.3 adalah sebagai berikut

P = 4.116 * 6.3 . sin 1,4

0,7

P = 4.116 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 899,56 kW

Ptotal = 900 kW *3

= 2700 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan saya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 2700 kW * 75 %

= 2025 kW

Daya aktif maksimal yang dihasilkan G 1Plant MKG 2 berdasarkan rumus 3.7 adalah sebagai berikut

P = 1.59 * 6.3 * sin 1,4

0,7

P = 1.59 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 599,832 kW

Ptotal = 600 kW *3

= 1800 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan saya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 1800 kW * 75 %

= 1350 kW

Daya aktif maksimal yang dihasilkan G 2Plant MKG 2 berdasarkan rumus 3.7 adalah sebagai berikut

P = 1.59 * 6.3 * sin 1,4

0,7

P = 1.59 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 599,832 kW

Ptotal = 600 kW *3

= 1800 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan Daya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 1800 kW * 75 %

(13)

13 Setelah mendapatkan penghitungan daya

yang dihasilkan generator berikut penghitungan pelepasan beban. Daya yang tersedia pada plant MKG 3/5 berdasarkan tabel matrix .

P = P status – P loadshedding

= 8800 kW – 4075 kW

= 4725 kW

Kemudian penghitungan pelepasan beban berdasarkan daya aktual dari generator, dan jumlah daya yang dilepas berdasarkan tabel matrix dan berdasarkan rumus 3.8 adalah

P L = Pi = Pgi - Pdi

Pgi= P. GE 1 + P G 1 + P.G2 Pdi = P. Chiller TR 4 + P chiller TR 5 + P. Chiller Hotel + P. TR 5 ( pompa ) +

P. TR 4 ( pompa ) + P. AHU M5 + P. AHU M3 + P. Ex base m3

Pgi = 2050kW + 1350kW + 1350kW = 4750 kW

Pdi = 890kW + 777kW + 650kW + 435kW + 310 kW + 292kW + 11053kW + 30kW = 4437 kW

PL = 4725 kW- 4437 kW = 362 kW

4.1.2 Pelepasan beban tahap 6

Daya aktif maksimal yang dihasilkan GE 1Plant MKG 3/5 berdasarkan rumus 3.3 adalah sebagai berikut.

P = 4.116 * 6.3 . sin 1,4

0,7

P = 4.116 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 899,56 kW

Ptotal = 900 kW *3

= 2700 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan daya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 2700 kW * 75 %

= 2025 kW

Daya aktif maksimal yang dihasilkan G 2Plant MKG 2 berdasarkan rumus 3.3 adalah sebagai berikut

P = 1.59 * 6.3 * sin 1,4

0,7

P = 1.59 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 599,832 kW

Ptotal = 600 kW *3

= 1800 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan daya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 1800 kW * 75 %

= 1350 kW

Setelah mendapatkan penghitungan daya yang dihasilkan generator berikut penghitungan pelepasan beban. Daya yang tersedia pada plant MKG 3/5 berdasarkan tabel matrix .

P = P status – P loadshedding

= 8800 kW – 5425 kW = 3375 kW

(14)

14 tabel matrix dan berdasarkan rumus 3.8

adalah.

P L = Pi = Pgi - Pdi

Pgi = P. GE 1 + P G 1

Pdi = P. Chiller TR 4 + P chiller TR 5 + P. Chiller Hotel + P. TR 5 ( pompa ) + P. TR 4 ( pompa ) + P. AHU M5 + P. AHU M3 + P. Ex base m3 + P. AC GW + Tr 2

Pgi = 2025kW + 1350kW = 3375 kW

Pdi = 890kW + 777kW + 650kW + 435kW + 310 kW + 292kW + 11053kW + 30kW + 60kW + 1232 = 5669 kW

PL = 3375 kW- 5669 kW = -2294 kW

4.1.3 Pelepasan beban tahap 1

Daya aktif maksimal yang dihasilkan G 2Plant MKG 2 berdasarkan rumus 3.3 adalah sebagai berikut.

P = 1.59 * 6.3 * sin 1,4

0,7

P = 1.59 * 6.3 * 0.024

0,7

P = 599,832 kW

Ptotal = 600 kW *3

= 1800 kW

Saat proses pelepasan beban terjadi kemampuan pembangkitan daya oleh generator hanya mampu sebesar 75% dari kemampuan daya maksimal yaitu

Ptotal = 1800 kW * 75 %

= 1350 kW

Setelah mendapatkan penghitungan daya yang dihasilkan generator berikut penghitungan pelepasan beban. Daya yang tersedia pada plant MKG 3/5 berdasarkan tabel matrix .

P = P status – P loadshedding

= 8800 kW – 7450 kW

= 1350 kW

Kemudian penghitungan pelepasan beban berdasarkan daya aktual dari generator, dan jumlah daya yang dilepas berdasarkan tabel matrix dan berdasarkan rumus 3.8 adalah.

P L = Pi = Pgi - Pdi

Pgi = P G 1

Pdi = P. Chiller TR 4 + P chiller TR 5 + P. Chiller Hotel + P. TR 5 ( pompa ) + P. TR 4 ( pompa ) + P. AHU M5 + P. AHU M3 + P. Ex base m3 + P. AC GW + P. Tr 2+ P. Tr 1+ P. GW + P. SMDB 5

Pgi = 1350kW = 1350 kW

Pdi = 890kW + 777kW + 650kW + 435kW + 310 kW + 292kW + 11053kW + 30kW + 60kW + 1232 + 1155 + 250 + 749= 7883 kW

PL = 1350 kW- 7883 kW = - 6533 kW

5.Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan antara lain

(15)

15 operasi kelistrikan yang bekerja saat

pelepasan bekerja antara lain.

a. Skenario pola operasi tahap 7, yaitu jumlah beban yang di lepas sebesar 4497 kW, dan 3 pembangkit mengambil alih daya sebesar 4750kW, terdiri dari Pembangkit GE 1 mensupply daya sebesar 2050 kW, G1 mensupply daya sebesar 1350kW, dan G2 mensupply daya sebesar 1350kW.

b. Skenario pola operasi tahap 6, yaitu jumlah beban yang di lepas sebesar 5729 kW, dan 2 pembangkit mengambil alih daya sebesar 3375kW, terdiri dari Pembangkit GE 1 mensupply daya sebesar 2020 kW, G1 mensupply daya sebesar 1350kW.

c. Skenario pola operasi tahap 1, yaitu jumlah beban yang di lepas sebesar 7883kW, dan 1 pembangkit mengambil alih daya sebesar 1350kW, terdiri dari G1 mensupply daya sebesar 1350kW,

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ir. Basri Hasan, Sistem Distribusi

Daya Listrik, Institut Sains dan Teknologi

Nasional Jakarta,1999

[2] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem

Tenaga Listrik, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta,1990

[3] Sudaryatno Sudirham,Darpublic –

”Analisa Sistem Tenaga”. Edisi Juli2012

[4] S.S. Vadhera, Power System Analysis

& Stability, New Delhi, 1981.

[5] John J. Grainger, William D.Stevenson, Jr. Power System Analysis Singapore, 1994

[6] Karim Khairuddin, Adi Soeprijanto, Mauridhi Hery Purnomo (2008).

Pelepasan Beban Otomatis Menggunakan ANN-CBP-FLC Pada Sistem Tenaga Listrik Industri Besar. Yogyakarta,

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI).

[7] DR.S.L.Uppal, Electrical Power, New Delhi, Eight Edition 1980.

[8] Bonar Pandjaitan, Praktik-Praktik

Proteksi Sistem Tenaga Listrik,

Yogyakarta, 2012.

[9] Muhammad H Rashid, Power Electronics, New jersey 1993.

[10] Saadat, Hadi. “Power System Analysis”. McGraw Hill. 1999.

[11] IEEE Guide for Abnormal Frequency Protection for Power Generating Plants.(2003). New York: IEEE TheInstitute of Electrical and Electrical Engineers Inc.

[12] Sri Mawar Sari, Pelepasan Beban

Menggunakan Under Frequency Relay Pada Pusat Pembangkir Tello. Makassar,

ISSN 1411-6243.

[13] Arfita Yuana Dewi. Analisis Arus

Transien Pada Sisi Primer Transformator Terhadap Pelepasan Beban Menggunakan Simulasi EMTP. Padang. ISSN

0853-8697.

[14] Syarif mahmud, M.Toni Prasetyo, Ahmad Solichan, Simulasi Pelepasan

Beban Dengan Relay Frequency Pada Sistem Tenaga Listrik CNOOC SES Ltd. North Business Unit. Semarang . ISSN

(16)

Gambar

Gambar 2.4 single line diagram gedung MKG 35
gambar menghasilkan rangkaian
Gambar 3.6 single line diagram Gedung MKG 3/5

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dan pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini dan telah dibuktikan oleh hasil uji statistik t dan koefisien

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada

Dalam tes tingkat daya tahan kardiovaskuler yang dilakukan oleh para responden yang merupakan para personal trainer pria di PR60 Workout Centre Surabaya sebanyak 3

Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu (rasional atau irasional). Analisis

Minat belajar juga turut memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa , Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika itu sendiri perlu ditumbuhkan dalam

kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya. Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang

Sejak berlakunya UUPA yang mengatur tentang pertanahan, kepastian hukum data kepemilikan tanah akan lebih mudah tercapai apabila pendaftaran tanah telah dilakukan

2skemik miokard yang erlangsung leih dari $-4$ menit dapat menyeakan infark miokard! 0yeri dada erlangsung leih lama, menjalar ke ahu kiri, lengan