• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dal"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

1 ndonesia sebagai salah satu

negara yang tergabung dalam keanggotaan ASEAN, per tahun 2015 lalu telah menerapkan kebijakan ekonomi ASEAN yang disebut dengan MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kebijakan ini membuat peningkatan daya saing antara negara-negara di Asia Tenggara dalam hal perdagangan dan perekonomian. Untuk menghadapinya, salah satu sektor yang dapat diperkuat adalah UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah. UMKM merupakan sektor penggerak perekonomian di Indonesia yang sangat berperan terutama dalam lingkup domestik atau lokal. Adanya MEA menuntut UMKM untuk dapat terus berkembang. Namun, dalam perkembangannya UMKM masih kalah bersaing dengan barang-barang impor. Lalu apakah penyebabnya? Sehingga kebijakan seperti apa yang harus dilakukan pemerintah untuk bersaing pada tahun MEA ini?

MEA Bak Dua Sisi Mata Uang Bagi Indonesia

Apakah MEA itu? MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang memiliki tujuan utama yaitu menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal basis produksi di Asia Tenggara yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas (kemendag, 2015). Adanya perdagangan bebas dengan persaingan ketat dalam wadah MEA merupakan ancaman bagi Indonesia. Kendati peringkat daya saing ekonomi menurut World Economic Forum (WEF)

Indonesia masih pada peringkat 34 pada tahun 2014 dibawah Singapura (2), Malaysia (18) dan Thailand (32) (www.cnnindonesia.com). Namun hal ini harus dimaknai secara positif, sehingga bisa memanfaatkan ancaman menjadi peluang. Disamping itu, MEA bertujuan untuk meningkatkan daya saing barang/ jasa di negara-negara ASEAN sehingga diharapkan dapat meingkatkan investasi asing, jumlah lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

Potensi UMKM di Indonesia

Dengan berjalannya MEA,muncul pertanyaan mendasar tentang kesiapan Indonesia untuk bersaing dengan produk lain yang tentu saja akan membanjiri pasar dalam negeri dan juga akan menggeser atau menyaingi produk lokal. Berkaitan dengan hal pertanyaan tersebut, sektor penggerak perekonomian dalam negeri yang dapat diandalkan adalah UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah. Menurut World Bank (dalam Sri Susilo, 2010), Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Hal tersebut sangat relevan dengan yang terjadi di Indonesia, dilihat dari data yang dihimpun dari Kementrian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia berjumlah 56.539.560 yang tersebar diseluruh Indonesia yang dimana jumlah tersebut mnewakili hampir 99,9% jumlah bisnis yang ada di Indonesia yang dimana pertumbuhan setiap tahunnya semakin banyak. Selain itu, UMKM juga memiliki kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan data yang di tunjukan oleh Kementrian

I

Oleh

(2)

Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2 Koperasi dan UKM, adapaun kontribusi

UMKM pada tahun 2012 sebesar Rp 4.869.568,1 Milyar atau sekitar 59,01 % dari total PDB Indonesia yang dimana angka tersebut cukup besar dibanding dengan kontribusi dari Usaha Besar yang hanya memiliki kontribusi pada PDB tahun 2012 sebesar Rp 3.372.296,1 Milyar atau sekitar 40,99 % dari total PDB. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, kementrian koperasi dan UKM menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyerapan tenaga kerja mencapai 110.808.154 pekerja atau 97,16 % dari total pekerja yang bekerja di Indonesia.

Permasalahan dan Tantangan UMKM di Indonesia

Seiring dengan berkembangnya UMKM di Indonesia, dalam perjalanannya menemukan beberapa permasalahan dalam menghadapi MEA yang sedang berlangsung ini. Produktivitas, seperti yang kita tau bahwa kebanyakan UMKM yang tidak dapat meningkatkan produktivitasnya biasanya akan berhenti dan bahkan gugur dalam menghadapi pasar yang semakin bebas ini. Rendahnya produktivitas oleh sebagian besar UMKM ini dikarenakan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yang bekerja pada sektor UMKM, terbatasnya akses permodalan, terbatasnya akses tehadap pasar, hingga keterbatasan akses informasi mengenai sumberdaya dan teknologi (Sri Susilo, 2010).

1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia

Pelaku UMKM kebanyakan berasal dari bisnis keluarga sejak dahulu. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada UMKM dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan formal dan juga skill. Menurut survey MARS Indonesia 2012, Sedikit dari pelaku UMKM yang berasal dari lulusan perguruan tinggi hanya sedikit dengan lulusan diploma sebanyak 10,5% dan lulusan sarjana 22,1%.

Sedangkan, pendidikan terakhir yang dimiliki pelaku UMKM sebagian besar adalah lulusan SMA dengan 45%

Grafik 1. Tingkat Pendidikan Pelaku UKM

Sumber: MARS Indonesia, 2012

Selain pendidikan formal yang masih kurang, permasalahan rendahnya kualitas sumber daya manusia juga diakibatkan banyak masyarakat yang belum memiliki ketrampilan khusus untuk mengolah produknya dan memberikan inovasi-inovasi pada produknya agar dapat bersaing dengan produk asing.

2. Keterbatasan akses permodalan Keterbatasan modal yang dimiliki juga mempengaruhi dalam hal produktivitas UMKM. Modal merupakan faktor utama dalam berjalananya proses produksi. Namun, sebagian UMKM memiliki keterbatasan dalam mengakses modal. Umumnya modal UMKM berasal dari pelaku UMKM atau investasi pribadi. Modal tersebut belum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan modal karena relatif terbatas sehingga diperlukan modal lain dengan pinjaman bank misalkan. Akan tetapi, tidak semudah yang di lihat bahwa UMKM juga mengalami kesulitan dalam memperoleh modal dari bank-bank komersial karena persyaratan administratif dan teknis yang sangat ketat dan sulit untuk dipenuhi. Kebanyakan pinjaman modal hanya diberikan secara mudah kepada usaha-usaha besar. Imbasnya kesulitan mengakses modal pada UMKM ini adalah berhentinya proses produksi UMKM yang berakhir dengan gulung tikar.

3. Keterbatasan akses pasar

(3)

Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

3 UMKM yang sulit dipasarkan pada pasar

nasional ataupun internasional. Produk UMKM biasanya hanya mampu beredar pada pasar lokal atau setempat. Ketidakmampuan produk UMKM untuk memasuki pasar nasional ataupun internasional ini diakibatnkan oleh rendahnya nilai kompetitif produk dan kualitas produk yang masih belum mampu bersaing dengan produk luar negeri yang berkualitas baik. Selain itu, pada beberapa produk UMKM yang telah memiliki kualitas baik sekalipun terkadang sulit untuk berkompetisi pada pasar nasional dan internasional karena masalah pemasaran. Selain itu, yang menyulitkan produk UMKM untuk berkembang di pasar adalah belum adanya legalitas usahanya dikarenakan banyaknya jenis perizinan yang harus dibuat dan rendahnya informasi yang dimiliki pelaku UMKM.

4. Keterbatasan akses informasi mengenai sumberdaya dan teknologi

Seperti yang kita ketahui bahwa teknologi informasi kini semakin canggih dengan munculnya internet dan media lainnya. Namun, kebanyakan pelaku UMKM belum menggunakan teknologi modern dalam memproduksi barangnya. Keterbatasan pelaku dalam mengakses informasi dan teknologi ini diakibatkan dari keterbatasan mereka dalam pendidikan yang telah kita bahas sebelumnya. Keterbatasan teknologi pelaku UMKM disebabkan oleh banyak faktor di antaranya, keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi (Tambunan, 2002).

Permasalahan yang dialami UMKM untuk bersaing di pasar MEA tersebut tentu dapat menggangu perkembangan UMKM di Indonesia. Berjalannya MEA selama setahun ini belum mampu menunjukan peran positif dari UMKM. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2015 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) dengan turunnya 4 perngkat menjadi rangking 37, yang masih terlampau jauh dari negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand (32).

Rekomendasi Kebijakan

Dengan melihat berbagai permasalahan yang dimiliki oleh UMKM di Indonesia, maka mendorong pemerintah untuk berperan aktif dalam menyusun strategi untuk meningkatkan kapasitas produktivitas UMKM dalam MEA. Selain itu pemerintah juga berperan untuk melindungi keberadaan UMKM di Indonesia. Berikut beberapa strategi yang perlu dilakukan yaitu:

1. Meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia yaitu pelaku UMKM dengan memberikan Training Pemerintah memiliki peran penting dalam mengembangkan skill para pelaku UMKM agar barang yang dihasilkan memiliki nilai kompetitif dan kualitas yang lebih baik untuk bersaing di pasar ASEAN. Training didalamnya termasuk dalam hal sosialisasi penggunaan teknologi yang lebih modern untuk memudahkan produktivitas. Teknologi informasi seperti internet juga diberikan sosialisasi agar dapat dimanfaatkan oleh pelaku dalam memasarkan produk pada jangkauan yang lebih luas.

2. Kemudahan dalam Mengakses Pinjaman Modal

(4)

Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

4 dari pemerintah. Pemerintah perlu

mendorong bank-bank komersial untuk memberikan kemudahan pinjaman modal pada UMKM dengan memberikan bunga pinjaman yang rendah pada pelaku usaha. Selain itu masalah urusan administratif juga perlu dipermudah agar tidak menyulitkan pelaku untuk mengurusnya. Mungkin dengen memangkas beberapa persyaratan, misal surat-surat yang diperlukan untuk mengurus pinjaman hanya dengan KTP dan beberapa surat pengantar dari desa.

3. Mengadakan event “Karya Anak

Bangsa” untuk memfasilitasi dalam

promosi produk-produk UMKM Pemerintah melakukan sosialisasi UMKM yang bertujuan untuk mengenalkan produk-produk UMKM kepada masyarakat dengan memfasilitasi promosi produk UMKM seperti mengadakan event tersebut setahun sekali. Hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri sehingga nantinya tidak hanya pemerintah namun masyarakat juga akan berperan untuk mempertahankan produk dalam negeri. Pemerintah juga berperan untuk menginformasikan pasar ASEAN agar pelaku dapat mengambil langkah dalam menetapkan standar harga dan kualitas yang mampu bersaing dengan barang impor.

4. Memberikan kemudahan pengurusan perijinan dalam mendirikan usaha agar mendapat legalitas hukum

Salah satu kendala yang sangat sering dihadapi oleh UMKM adalah kesulitan untuk mendapatkan legalitas usahanya sehingga menjadi penyumbang dalam iklim usaha yang tidak kondusif. Sehingga pemerintah mampu mendorong agar pelaku usaha memiliki legalitas usahanya. Padahal perijinan untuk mengurus legalitas usaha sangatlah banyak seperti HO (Izin gangguan), SIUP (Surat Izin Gangguan Perdagangan), TDP (Tanda Daftar

Perusahaan), TDI (Tanda Daftar Industri), dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Maka dari itu pemerintah perlu memberlakukan cara yang efektif dalam pengurusan perijinan. Terkadang pelaku kekurangan informasi tentang hal tersebut sehingga peran pemerintah dapat dimulai dari pemerintah daerah setempat yang memberikan penyuluhan mengenai cara dan pentingnya sebuah perijinan dalam usaha mereka. Selain itu, pemerintah juga perlu membuat komitmen atau political will untuk tidak memungut biaya dari perijinan tersebut terlebih tidak melakukan pemungutan liar pada pengurusan perijinan.

Referensi

Sri Susilo, Y. 2010. Strategi Meningkatkan Daya SAING UMKM dalam Menghadapi Implementasi CAFTA dan MEA. Jakarta : Bulentin Ekonomi. Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba

Pelaku UKM Mayoritas Usia Produktif & Tamatan SMA. 27 februari 2013. http://www.marsindonesia.com/newsl etter/pelaku-ukm-mayoritas-usia-produktif-tamatan-sma diakses pada Jumat, 29 April 2016

Supriadi, Agust. 4 Oktober 2015. WEF: Daya Saing Indonesia Turun ke Peringkat 37 Dunia. CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/ekonom i/20151002162426-92-82410/wef-

daya-saing-indonesia-turun-ke-peringkat-37-dunia/ diakses pada Jumat, 29 April 2016

Referensi

Dokumen terkait

dan menekan tombol Save Data submit dibawah form tambah hewan Pengujian update hewan Menekan tombol update pada data yang akan di- update Menampil- kan data

siswa yang memperoleh nilai 75 dan presentasinya berjumlah 67,57% artinya bahwa siswa tidak dapat menguasai 75% dari materi yang diajarkan sehingga dapat

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap draft pengolahan tanah (Tabel 5). Gambar

Persepsi yang tidak mendukung terdapat pada pada masyarakat usia anak-anak (12-17 Tahun) dan usia muda (17-25 Tahun) Pada masyarakat kalangan usia muda Tari Soreng

Analisis besar risiko menunjukkan bahwa status sosial ekonomi miskin merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam neutropenia dengan nilai OR sebesar 4,591 kali dibandingkan

Selain makam Laksamana Koja Hasan terdapat pula makam lainnya yaitu makam istri dari Laksamana Koja Hasan yang bernama Tun Sirah binti Hang Tuah nisan yang

Butir Nilai : Menunjukkan rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi tentang keberagaman produk alat penjernih air dari bahan alam daerah setempat sebagai wujud

Transparansi berarti keterbukaan (opennes) pemerintah daerah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya daerah kepada