• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan pemikiran filosofis pendidi docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengembangan pemikiran filosofis pendidi docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Filsafat merupakan satu istilah yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang kemudian dalam bahasa Arab disebut falsafat, di sini kemungkinan terjadi pengadopsian bahasa yang sedikit berbeda dalam cara membacanya. Filsafat merupakan istilah yang digunakan oleh orang Indonesia. Jika kita perhatikan satu kata ini tidak jauh berbeda dalam penyebutannya dalam berbagai bahasa, sebagaimana yang telah diketahui. Kemudian yang perlu kita ketahui disini adalah apa sebenarnya arti filsafat tersebut.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang terbentuk dari dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan sophia yang berarti kearifan, hikmah, kebijaksaan, keputusan atau pengetahuan yang benar, secara dasar arti filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Dari pengertian di atas menghendaki bahwa filsafat merupakan suatu kegiatan yang menuntut untuk melakukan sesuatu dengan kualitas terbaik. Ini merupakan kerja pikiran, sehingga sering sekali berfilsafat diartikan sebagai berpikir mendalam atau radikal untuk menemukan realitas kebenaran sejati dari sesuatu. Sulit ditemukan arti filsafat secara hakiki, namum setidaknya berfilsafat itu merupakan berfikir sistematis dan penuh kehati-hatian untuk membuktikan kebenaran atau hakikat suatu yang dipikirkan.

Kebenaran yang dihasilkan filsafat berbeda dengan yang dihasilkan ilmu pengetahuan. Ini dikarenakan kajian filsafat lebih bersifat unviersal sedangkan ilmu pengetahuan bersifat parsial dan terpisah-pisah sesuai dengan kajiannya masing-masing dalam disiplin ilmu tertentu dengan ketentuan sistematis, logis, dan empiris.

(2)

diarahkan pada suatu kajian yang dalam hal ini adalah problem kependidikan sebagai sebuah realitas. Hubungan filsafat pendidikan dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena filsafat pendidikan bertugas merumuskan prinsip-prinsip yang nantinya akan menjadi teori dari pendidikan itu sendiri untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan yang ada.

Filsafat pendidikan dengan menggunakan cara kerja filsafat pada umumnya dalam mencari hakikat sesuatu lebih menekankan pada perenungan dan refleksi-refleksi atas realitas yang terdapat dalam dunia kependidikan antara lain tentang hakikat manusia, pendidikan itu sendiri, tujuan kependidikan, pendidik dan anak didik, hakikat pengetahuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya.

Dalam penulisan kali ini kami akan mencoba membahas tentang pemikiran-pemikiran para filosof mengenai pendidikan khususnya pendidikan Islam beserta alirannya dan implikasinya pada pendidikan.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Islam ?

2. Bagaimana pengembangan pemikiran dalam filosofis pendidikan Islam?

3. Bagaimana Implikasi pemikiran tersebut dalam pendidikan Islam ? I.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan pengertian Filsafat pendidikan Islam

2. Untuk mendeskripsikan pemikiran yang terdapat dalam Filsafat pendidikan islam

(3)

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

Filsafat pendidikan Islam sebagaimana pendapat al-Syaibani yang dikutip oleh Ahmad Syar’i menjelaskan bahwa filsafat pendidikan Islam adalah prinsip-prinsip dan berbagai kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau minimal sesuai dengan jiwa Islam yang mendukung dan memiliki kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam bidang pendidikan.

Dalam filsafat Islam juga akan mengkaji tiga pijakan yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada manusia dan alam (the creature of God). Sebagai pencipta, Tuhan telah mengatur alam ciptaan-Nya. Pendidikan berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Seluruh aktivitas hidup dan kehidupan manusia adalah transformasi pendidikan.

Yang menjadi dasar kajian filsafat pendidikan Islam di sini adalah sebagaimana yang tercantum dalam wahyu mengenai pencipta, ciptaan-Nya, hubungan antara ciptaan dan pencipta, hubungan antara sesama ciptaan-Nya dan utusan yang menyampaikan risalah (rasul).

2. Epistemologi

(4)

hasil pikiran yang belum mampu menjangkau apa yang dimaksudkan oleh landasan tersebut.

3. Aksiologi

Yang tidak kalah pentingnya adalah kandungan nilainya dalam bidang pendidikan. Ada tiga hal yang menjadi nilai dari filsafat pendidikan Islam yaitu: a. Keyakinan bahwa akhlak termasuk makna yang terpenting dalam hidup,

akhlak di sini tidak hanya sebatas hubungan antara manusia, namun lebih luas lagi sampai kepada hubungan manusia dengan segala yang ada, bahkan antara hamba dan Tuhan.

b. Meyakini bahwa akhlak adalah sikap atau kebiasaan yang terdapat dalam jiwa manusia yang merupakan sumber perbuatan-perbuatan yang lahir secara mudah.

c. Keyakinan bahwa akhlak islami yang berdasar syari’at yang ditunjukkan oleh berbagai teks keagamaan serta diaktualkan oleh para ulama merupakan akhlak yang mulia.

Bertolak dari tiga kajian di atas, yaitu ontologi, epistemolog, dan aksiologi dari pendidikan Islam, setidaknya kita telah memiliki pandangan dan arah yang akan dilakukan oleh filsafat pendidikan Islam tersebut.

III.2 Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran filosofis pendidikan Islam dapat kita lihat dari pola pemikiran Islam yang berkembang di dunia saat ini, terutama dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan yang selalu terjadi dan akan terjadi pada era modernitas. Ada empat model pemikiran keislamaman menurut Abdullah (1996) yang dikutip oleh Muhaimin, yaitu 1. Model Tekstualis Salafi; 2. Model Tradisionalis Madzhabi; 3. Model Modernis; dan 4. Model Neo-Modernis.

1. Tekstualis Salafi

(5)

mengitarinya baik pada era klasik ataupun modern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada dua yaitu Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakan pendekatan keilmuan yang lain. Dalam menjawab berbagai tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakan al-Quran dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliran ini lebih bersikap regresif dan konservatif.

Jika kita lihat kepada pemikiran filsafat pendidikan, ada dua tipe yang lebih dekat dengan aliran tekstualis salafi, yaitu aliran pendidikan yang termasuk dalam kategori tradisional (perennialism dan essentialism). Perennialism menghendaki kembalinya kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkan tekstualis salafi menghendaki agar kembali ke masyarakat salaf (era Nabi dan sahabat). Namun intinya, kedua aliran ini sama-sama regresif. Adapaun essentialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai ini sampai kepada manusia tentunya telah teruji oleh waktu. Tektualis Salafi menjunjung tinggi nilai-nilai salaf dan perlu dilestarikan keberadaannya, karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang ideal.

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam, aliran ini menyajikan kajian tentang pendidikan secara manquli, yakni memahami atau menafsirkan nas-nas tentang pendidikan dengan nas-nas yang lain, atau dengan mengambil pendapat sahabat. Aliran ini berusaha membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian tekstual-lughawi atau berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab dalam memahami al-Quran, hadits Nabi, dan perkataan sahabat, serta memperhatikan praktik pendidikan pada era salaf, untuk selanjutnya berusaha mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai tersebut hingga saat ini. Dalam bangunan pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat dikategorikan sebagai tipologi perenial-tekstualis salafi dan sekaligus esensial-perenial-tekstualis salafi. Untuk menyederhanakan model ini, maka dapat kita sebut dengan istilah perenial-esensial salafi.

(6)

semata tanpa melihat konteks. Padahal dalam pendidikan harus dilihat terlebih dahulu apa yang dibutuhkan anak didik dan masyarakat secara umum.

2. Tradisionalis Madzhabi

Aliran ini berupaya memahami ajaran dan nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun tidak begitu memperhatikan keadaan sosio-historis masyarakat setempat di mana ia hidup di dalamnya. Hasil pemikiran para ulama terdahulu dipandang sudah pasti tanpa melihat sisi historisnya. Masyarakat ideal bagi aliran ini adalah masyarakat muslim era klasik, di mana menganggap bahwa semua persoalan agama telah dikupas tuntas oleh para ulama terdahulu. Mereka bertumpu kepada ijtihad dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tentang ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kitab kuning menjadi rujukan pokok aliran ini.

Aliran ini menonjolkan akan wataknya yang tradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalam bentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi sosio historis dengan berubahnya masyarakat dan zaman. Watak madzhabi dari aliran ini diwujudkan dalam kecenderungannya mengikuti aliran, pemahaman, atau doktrin yang dianggap sudah relatif mapan pada masa sebelumnya.

(7)

Aliran ini membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian terhadap khazanah pemikiran Islam terdahulu, baik dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum, hubungan guru murid, metode pendidikan, sampai kepada lingkungan pendidikan yang dirumuskan.

Berbeda dengan aliran yang pertama, aliran ini lebih menghargai hasil yang telah diciptakan oleh pendahulunya. Karena aliran ini masih menganggap dan menggunakan sistem pendidikan yang digunakan oleh masa sebelumnya dan hal itu dirasa baik. Namun di sini masih ada sikap tertutup dari aliran ini yang tidak menerima hal-hal yang baru, dan menurut hemat penulis, sikap ini yang kurang bijak karena apapun di dunia ini selalu berubah.

3. Modernis

Aliran modernis berupaya memahami ajaran dan nilai dasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah dengan melihat kepada kondisi dan tantangan sosio-historis dan kultural yang dihadapi masyarakat muslim kontemporer, tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah intelektual muslim era klasik. Aliran ini lebih cenderung untuk selalu maju memasuki teknologi modern. Aliran ini ingin memahami al-Quran secara langsung dan melompat ke dunia modern.

Aliran ini lebih cenderung seperti aliran progressivism dalam aliran filsafat pendidikan, hal ini tercermin dari wataknya yang ingin bebas dari bayang-bayang masa lalu dan modifikatif. Dengan wataknya yang demikian, aliran ini tidak berkepentingan untuk merujuk kepada pemikiran-pemikiran terdahulu karena yang dahulu hanya cocok untuk masa lalu.

(8)

Praktik seperti ini banyak kita temukan pada era ini terutama di lembaga pendidikan Islam modern. Dalam pendidikannya telah banyak menggunakan peralatan-peralatan modern dan juga menggunakan metode-metode yang berasal dari luar, namun hal ini tidak membuatnya kehilangan tujuan utama dari pendidikan Islam tersebut.

4. Neo-Modernis

Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahami ajaran dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan dan kemudahan yang ditawarkan dunia modern. Jadi aliran ini selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah klasik, dan pendekatan-pendekatan keilmuan era modern. Maka dari situlah terkenal ungkapan “memelihara hal-hal yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih baik.”

Berdasarkan prinsip-prinsip yang dipakai dan melihat akhir dari jargon di atas menunjukkan adanya sikap dinamis dan progresif serta rekonstruktif walaupun tidak bersifat radikal. Karean itulah, di dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam aliran ini dapat dikategorkan sebagai tipologi perenial-esentialis kontekstual-falsifikatif.

Aliran ini dipandang sebagai aliran pembaruan yang mencoba mengintegrasikan secara menyeluruh antara dasar-dasar Islam, khazanah keislaman klasik, dan hal-hal yang baru dan baik. Ini merupakan upaya yang luar biasa dalam pengembangan pendidikan agama Islam yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

(9)

Aliran-aliran dalam pemikiran filsafat pendidikan Islam di atas tentu memiliki implikasi terhadap pengembangan pendidikan agama Islam. Di bawah ini akan dijelaskan seditit mengenai implikasi tersebut mulai dari tipologi perenial-esensialis salafi, tipologi perenial-esensialis madzhabi, tipologi modernis, tipologi perenial-esensialis kontekstual-falsifikatif, dan tipologi rekonstruksi sosial berlandaskan tauhid.

1. Perenial-Esensialis Salafi

Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era kenabian dan sahabat). Pendidikan diorientasikan kepada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu yang dilakukan oleh anak didik, menjelaskan dan menyebarkan warisan salaf melalui inti pengetahuan yang terakumulasi dan telah berlaku sepanjang masa dan penting untuk diketahui semua orang.

Pengembangan pendidikan agama Islam ditekankan pada doktrin agama, kitab-kitab besar, kembali kepada hal-hal yang mendasar, serta mata pelajaran kognitif yang ada pada era salaf. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam bidang akidah dan ibadah khusus (shalat, puasa, zakat, haji, nikah, dan lain-lain), atau membaca al-Quran yang dimaksudkan untuk melestarikan dan mempertahankan, serta menyebarkan akidah dan amaliah ubudiyah yang benar sesuai dengan yang dilakukan para salaf.

Metode pembelajran yang dilakukan melalui ceramah dan dialog, diskusi, dan pemberian tugas-tugas. Manajemen kelas diarahkan pada pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, bersifat kaku dan terstruktur. Evaluasi menggunakan ujian-ujian objektif terstandarisasi, dan tes kompetensi barbasis amaliah. Guru memliki otoritas tinggi yang paham akan kebijakan dan kebenaran masa lalu dan tentunya ahli dalam bidangnya.

2. Perenial-Esensialis Madzhabi

(10)

mengganti substansi materi pemikiran pendahulunya. Di sini pendidikan Islam lebih dijadikan sebagai upaya untuk mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pendidikan berorientasi pada upaya murid untuk menemukan dan menginternalisasi kebenaran-kebenaran sebagai hasil interpretasi ulama pada masa klasik. Menjelaskan dan menyebarkan warisan ajaran, nilai-nilai, dan pemikiran para pendahulu yang dianggap mapan secara turun temurun. Pengembangan kurikulum ditekankan pada doktrin-doktrin dan nilai agama yang tertuang dalam karya ulama tedahulu mengenai hal-hal yang esensial serta mata pelajaran kognitif yang ada pada masa klasik. Sama seperti aliran sebelumnya namun aliran ini hanya memberikan penjelasan atas pemikiran pendahulunya dan dianggap menyeleweng jika tidak sesuai dengan pendapat pendahulunya. Metode yang digunakan adalah ceramah, dialog, perdebatan dengan tolok ukur pandangan imam madzhab, dan pemberian tugas. Manajemen dan lain sebagainya sama dengan aliran sebelumnya.

3. Modernis

Tipologi pendidikan Islam aliran ini bersifat bebas, modifikatif, progresif, dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya, sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan agama Islam diorientasikan pada upaya memberikan keterampilan dan alat-alat kepada anak didik yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya yang selalu berubah demi menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi yang dilandasi dengan nilai-nilai universal.

(11)

pembelajaran. Evaluasi lebih banyak menggunakan evaluasi formatif. Peranan guru di sini sebagai fasilitator dan pengatur pembelajaran.

4. Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif

Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan Islam masa sekarang dengan berbagai perubahan yang ada.

Tujuan pendidikan agama Islam berorientasi pada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu pada masa klasik, menyebarkan warisan ajaran, dan nilai salaf yang dianggap mapan, dan pemberian keterampilan kepada anak didik untuk menghadapi segala bentuk perubahan. Untuk lebih jelas, tujuan aliran ini adalah melestarikan nilai ilahiyah dan insaniyah sekaligus menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan iptek dan perubahan sosio kultural.

Pengembangan pendidikan agama Islam ditekankan pada pelestarian doktrin-doktrin, nilai-nilai agama sebagaimana tertuang dalam kitab terdahulu yang bersifat esensial. Di lain itu juga ditekankan pada penggalian problematika yang ada di masyarakat dan dialami oleh anak didik, kemudian dilatih untuk menyelesaikannya sesuai dengan nilai universal.

Metode yang digunakan dalam hal-hal yang bersifat doktrin adalah ceramah dan dialog, diskusi atau perdebatan, dan pemberian tugas. Manajemen kelas lebih kepada pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, sesuai tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas. Evaluasi bersifat objektif dan terstandarisasi, atau tes essay, tes diagnostik, dan tes kompetensi berbasis amaliah. Guru berperan sebagai figur yang memiliki otoritas tinggi dan ahli dalam bidangnya.

5. Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid

(12)

Islam untuk memecahkan masalah da’wah bi al-hal, baik yang terkait dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya, serta mengajarkan keterampilan untuk memecahkan semua problem tersebut agar dapat berpartisipasi dalam melakukan perbaikan dan amr ma’ruf nahi munkar, sehingga dapat terwujud suatu tatanan masyarakat baru yang lebih baik.

Dalam hal ini, peserta didik dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembang di masyarakat untuk selanjutnya dijadikan sebagai tema proyek kajian, melek berpikir kritis, strategi dan teknik berhubungan dengan masyarakat, bekerja secaka kelompok, toleran, dan cara kerja untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat menuju tatanan yang lebih baik. Kurikulum memusatkan pada masalah-masalah sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat, dan diharapkan anak didik dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki. Manajemen dalam pembelajaran ini tidak terlalu terikat pada kelas, tetapi lebih banyak di luar kelas, tidak membedakan jenis kelamin dan ras, serta membangun masyarakat. Interaksi guru dan murid lebih bersifat dinamis, kritis, progresif, terbuka, bahkan bersikap proaktif, dan antisipatif, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai kooperatif fan kolaboratif, toleran, serta komitmen pada hak dan kewajiban asasi manusia. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam menekankan pada evaluasi formatif, dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang lebih maju, serta memiliki kemampuan untuk membangun masyarakat yang lebih baik dengan memerankan ilmu dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, sehingga diperlukan upaya peningkatan kemampuan, minat, bakat, dan prestasi belajarnya secara terus menerus melalui umpan balik.

(13)

Filsafat pendidikan mempunyai dua aliran yaitu tradisionalis dan modernis. Tradisionalis diwakilkan oleh perennialism dan essentialism, adapun modernis diwakilkan oleh progressivism dan reconstructionism. Dari sinilah dalam kajian pemikiran Islam juga ada beberapa aliran yaitu Tekstualis Salafi; Tradisionalis Madzhabi; Modernis; dan Model Neo-Modernis.

Pemikiran filsafat pendidikan Islam pun lahir dari prinsip-prinsip pendidikan Barat dan pemikiran Islam tersebut, namun dalam pendidikan Islam tentu dilandasi oleh al-Quran, al-Sunnah, dan spirit Islam. Kemudian dari beberapa aliran filsafat pendidikan Islam ada beberapa tipologi yang tentunya berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam itu sendiri. Empat tipologi itu adalah perenial-esensialis salafi, perenial-perenial-esensialis madzhabi, modernis, dan perenial-esensialis kontekstual-falsifikatif.

III.2 Saran

Demikian makalah yang berjudul “Pengembangan Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam” ini kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kiranya kami mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat sekaligus motivator dan inspirator bagi kita semua.

(14)

Djumransjah, M..2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing

https://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/24/makalah-filsafat-pendidikan-islam/ diakses tanggal 14 maret pukul 15.20

Maunah, Binti..2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS

Muhaimin..2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta; PT Grafindo Persada.

Muhmidayeli.2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Booklet Angiospermae Gunung Ungaran yang telah dikembangkan memperoleh kriteria sangat layak digunakan sebagai sumber belajar untuk peserta didik pada khususnya dengan

Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum kepada Instansi Pemerintah didaerahnya, apabial diminta (Pasal 52 Undang-undang Nomor

Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja, dibutuhkan lima orang tenaga kerja room boy untuk ditugaskan pada hari Senin di shift pagi, namun hasil

Pemberian perlakuan bahan mineral meningkatkan bobot kering tajuk tanaman sedangkan air laut berpengaruh sebaliknya, namun tidak berpengaruh nyata pada

Based on the explanations above, the writer conducted a research entitled “The influence of Using Snake and Ladder game t owards Students’ present continuous

mempunyai sifat yang sukar larut air dan mempunyai absorbsi yang kurang baik sehingga pada penelitian ini menggunakan nanopartikel silika untuk memperbaiki sifat

Dari rangkaian ayat 238-242 surat al-Baqarah di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pemahaman, manusia harus melalui proses, dengan mendayagunakan akalnya,

Jumlah yang diperakukan itu dan perb~zaan dengan jumlah yang Ielah dibayar terse but akan menjadi bayaran terakhir klien kepada kontraktor atau pun hutang yang perlu