BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan yang sangat pesat, pertambahan jumlah penduduk
serta meningkatnya kegiatan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta
mengakibatkan peningkatan alih fungsi lahan. Perubahan lahan menjadi
lahan permukiman, perkotaan, dan pertanian serta peruntukan lainnya
mengakibatkan berkurangnya kapasitas resapan air, peningkatan erosi
lahan, sedimentasi pada sumber-sumber air, serta peningkatan kerentanan
kawasan terhadap bahaya kekeringan, banjir dan tanah longsor, pencemaran
air, intrusi air laut serta penurunan produktivitas lahan yang kesemuanya itu
akan mengakibatkan kerugian ekonomi, kerawanan sosial dan kerusakan
lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Beberapa permasalahan lain, yang juga perlu mendapat perhatian
yaitu:
1. Konflik dalam penggunaan air akibat ketidak-seimbangan antara
ketersediaan air dengan kebutuhan, pada musim kemarau seringkali
terjadi persengketaan dalam penggunaan air antar petani, antar
pengguna air, antara masyarakat yang tinggal di kawasan hulu dan
hilir baik antar kelompok maupun antar wilayah administrasi yang ada
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air menjadi faktor penyebab kurangnya
perhatian dan peran mereka terhadap upaya pelestarian sumber daya
air dan pemeliharaan sarana dan prasarananya.
3. Tumpang tindih peran lembaga pengelolaan sumber daya air
mencakup kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah yang
memerlukan keterpaduan. Hingga saat ini masih banyak terjadi
tumpang tindih dan kesenjangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
antar instansi, sehingga menyebabkan pengelolaan sumber daya air
menjadi tidak efektif dan efisien.
4. Keterbatasan data dan informasi sumber daya air yang benar dan
akurat akibat terjadinya tumpang tindih dalam pengumpulan data dan
data yang tidak konsisten antar sektor masih sering terjadi terjadi
karena setiap instansi bekerja menurut keperluannya masing-masing.
Sehingga data dan informasi sumber daya air untuk mendukung
pengambilan keputusan pada berbagai tingkatan, belum cukup
terjamin keakuratan dan kebenarannya, baik pada tingkat manajerial
maupun operasional.
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah provinsi yang mempunyai
Keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahannya. Daerah
Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
tengah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia,
dengan luas wilayah 3.185,80 km2 atau kurang lebih 0,15% luas daratan Indonesia.
Secara administratif wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas
empat kabupaten dan satu kota, yaitu:
1. Kabupaten Sleman;
2. Kabupaten Gunungkidul;
3. Kabupaten Bantul;
4. Kabupaten Kulon Progo; dan
5. Kota Yogyakarta.
Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa
Sungai Serayu Opak (BBWS-SO) yang memiliki kewenangan untuk
pengelolaan Wilayah Sungai Progo Opak Serang (WS-POS) merupakan
wilayah sungai lintas provinsi, yakni Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta sehingga kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah
sedangkan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
kewenangan untuk pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah
Yogyakarta-Sleman yang merupakan cekungan air tanah lintas
kabupaten/kota, yang lokasinya berada di Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Selain itu, juga terdapat pengelolaan air
tanah pada cekungan air tanah Wates yang merupakan cekungan air tanah
yang lokasinya berada dalam Kabupaten Kulon Progo, yang kewenangan
pengelolaan air tanahnya ada pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan
pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah Wonosari yang merupakan
cekungan air tanah lintas Provinsi, yang lokasinya berada di Provinsi Jawa
Tengah (Kabupaten Wonogiri), Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten
Gunungkidul) dan Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Pacitan) yang kewenangan
pengelolaan air tanahnya ada pada Pemerintah.
Kegiatan pengelolaan Sumber Daya Air yang menjadi kewenangan
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO) di Wilayah Sungai Progo
Opak Serang (WS-POS) antara lain meliputi kegiatan (Rancangan Rencana
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Progo Opak Serang, 2014,
Paragraf Kedua, hal. 40):
1. konservasi sumber daya air;
2. pendayagunaan sumber daya air; dan
3. pengendalian daya rusak.
Disamping Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO),
institusi yang mempunyai kewenangan mengelola sumber daya air di di
Yogyakarta adalah Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber
Daya Mineral (Bidang Sumber Daya Air), dan Balai Pengelolaan Sumber Daya
Air Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Daerah Irigasi yang menjadi urusan
pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Dinas-Dinas yang tugas
bidangnya pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Sleman, Kabupaten
Gunungkidul, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Penyusunan dan penetapan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan amanat Pasal 5 ayat (1) dan ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, yang
pada pokoknya mengamanatkan bahwa “Kebijakan pengelolaan air tanah
yang didasarkan pada cekungan air tanah ditujukan sebagai arahan dalam
penyelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah,
pengendalian daya rusak air tanah, dan sistem informasi air tanah yang
disusun dengan memperhatikan kondisi air tanah setempat yang disusun
dan ditetapkan secara terintegrasi dalam kebijakan pengelolaan sumber
daya air” dan memiliki visi dan misi sesuai dengan visi misi dari kebijakan
nasional pengelolaan Sumber Daya Air yang telah ditetapkan oleh Presiden
melalui Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air serta dalam penyusunan dan dan penetapan
kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air Daerah Istimewa Yogyakarta ini
berpedoman pada asas-asas pengelolaan Sumber Daya Air yakni asas:
1. kelestarian;
2. keseimbangan;
3. kemanfaatan umum;
4. keterpaduan dan keserasian;
5. keadilan;
6. kemandirian;
8. akuntabilitas.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas maka dapatlah dirumuskan
identifikasi masalahnya, yakni sebagai berikut:
a. bagaimana mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah di
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pengelolaan Sumber Daya Air
pada wilayah sungai?
b. bagaimana mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah di
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pengelolaan Sumber Daya Air
pada Cekungan Air Tanah?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIK
C.1. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menganalisis kondisi
existing terhadap Pola Pengelolaan Sumber Daya Air yang ada wilayah
sungai dan strategi pengelolaan air tanah yang penyusunan maupun
petetapannya harus terintegrasi dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
pada wilayah sungai.
Adapun tujuan dilaksanakan kajian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kondisi existing terhadap Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air yang ada wilayah sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Merumuskan pertimbangan baik dari aspek filosofis dan sosiologisnya
dan aspek yuridis pembentukan rancangan Peraturan Gubernur
tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa
3. Merumuskan kajian akademik sebagai bahan pertimbangan obyektif
dalam merumuskan rancangan Peraturan Gubernur tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Istimewa Yogyakarta.
C.2. Kegunaan
Kegunaan kegiatan penyusunan kajian akademik ini, untuk dapat
menjadi acuan atau referensi bagi penyusunan dan pembahasan rancangan
Peraturan Gubernur tentang Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. METODE
Metode kegiatan dilakukan melalui studi pustaka dengan menelaah
data sekunder yang berupa:
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewaan Yogyakarta;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
6. Dokumen-dokumen Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Progo Opak Serang (WS-POS); dan