5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata
commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya”
dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan oleh komunikator. Menurut Roben (2008) komunikasi merupakan kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan. Tidak jauh dari pengertian Roben, John R. Schemerhorn dalam bukunya berjudul
Managing Organizational Behavior menyatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti dalam kepentingan mereka. Menurut Edward Depari ( dalam Onong, 2000:62) komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
6 2.1.2.Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat ditinjau dari dua perspektif yaitu proses komunikasi dalam perspektif psikologis dan proses komunikasi dalam perspektif mekanistis.
1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologis
Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berminat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi proses pengiriman pesan. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang
adalah bahasa. Walter Hagemann menyebut isi pesan itu “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann menamakannya “das
Bewustseininhalte”. Prosses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu yang kemudian ia transmisikan atau operkan atau kirimkan kepada komunikan. Kemudian proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi (Effendy, 2003 : 32).
2. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau
“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika pesan lukisannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator kepada komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau mata, atau indera-indera lainnya.
7
dalam situasi ini dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, kadangkadang komunikannya sekelompok orang: komunikasi dalam situasi ini disebut komunikasi kelompok ; acapkalai pula komunikannya tersebar dalam jumlahnya yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi massa (Effendy, 2003 : 30).
2.1.3.Pola Komunikasi
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau hubungan itu dapat dicirikan oleh: komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau
kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss, 2001:26). Disini kita mulai melihat
bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menetukan jenis hubungan yang mereka miliki.
8
komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkular.
1. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol (symbol) sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang non-verbal. Lambang verbal yaitu bahasa sebagai lambang verbal yaitu paling banyak dan paling sering digunakan, karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator.Lambang nirverbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata, kepala, bibir, tangan dan Jari. Selain itu gambar juga sebagai lambang komunikasi nonverbal, sehingga dengan memadukan keduanya maka proses komunikasi dengan pola ini akan lebih efektif.Pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model ini merupakan model pemula yang dikembangkan oleh Aristoteles (384 SM). Aristoteles hidup pada saat retorika sangat berkembang sebagai bentuk komunikasi di Yunani, terutama keterampilan orang membuat pidato pembelaan di muka pengadilan dan tempat-tempat umum yang dihadiri oleh rakyat menjadikan pesan atau pendapat yang dia lontarkan menjadi dihargai orang banyak.Berdasarkan pengalaman itu Aristoteles mengembangkan idenya untuk merumuskan suatu model komunikasi yang didasarkan atas tiga unsur yaitu: komunikator, pesan, komunikan.
2. Pola Komunikasi Sekunder
9
akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih. Pola komunikasi ini didasari atas model sederhana yang dibuat Aristoteles, sehingga mempengaruhi Harold D. Lasswell (2009), seorang sarjana politik Amerika yang kemudian membuat model komunikasi yang dikenal dengan formula Lasswell pada tahun 1984
3. Pola Komunikasi Linear
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi.
4. Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar atau keililing. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adaya umpan balik antara komunikator dan komunikan (Liliweri, 1991:56).
2.1.4. Struktur dan Jaringan Komunikasi
Struktur dan jaringan komunikasi dikemukakan oleh De Vito, dimana terdapat lima struktur jaringan komunikasi yang terjadi dalam kelompok atau organisasi yaitu struktur lingkarang, struktur roda, struktur Y, struktur rantai, dan struktur semua saluran.
1. Struktur lingkaran
10
kelompok dan dapat saling berkomunikasi antara satu dengan lainnya tanpa ada batasan.
2. Struktur roda
Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas yang berada di pusat. Pemimpin dalam struktur roda adalah satu-satunya yang dapat mengirm dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lainnya maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3. Struktur Y
Struktur Y tidak memiliki sentralisasi sebagaimana yang terjadi pada struktur roda. Pada struktur Y terdapat pemimpin yang jelas akan tetapi semua anggota dapan mengirim dan menerima pesan dari anggota lainnya namun hanya terbatas pada satu anggota lainnya.
4. Struktur rantai
Struktur rantai sama memiliki kesamaan dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota berada pada ujung struktur komunikasi hanya dapat berkomunikasi dengan satu anggota. Anggota yang berada ditengah pada struktur ini dapat dikatakan sebagai sentral atau pusat yang dapat berperan sebagai pemimpin.
5. Struktur semua saluran (Bintang)
Struktur semua pola atau pola bintang memiliki kesamaan dengan struktur lingkaran, dalam artian bahwa setiap anggota memiliki kekuatan yang sama dalam mempengaruhi anggota lainnya dan siap berkomunikasi dengan dengan anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum (De Vito, 1997).
2.1.5. Strategi Komunikasi
11
bahwa pendekatan (approach) dapat berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisinya. Definisi lainnya menyebutkan bahwa strategi komunikasi merupakan manajemen perencanaan untuk mencapai suatu tujuan yang merupakan panduan dari paduan dari perencanaan menyeluruh komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan tertentu (Effendy,2003:89).
2.1.6. Komunikasi Menurut Kelangsungannya
Berdasarakan kelangsungannya komunikasi dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu:
1. Komunikasi Langsung
Merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.
2. Komunikasi Tidak Langsung
Merupakan proses komunikasi yang dilakukan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.
2.2. Penelitian Yang Relevan
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Tahun Kajian Penelitian 1. Anbrilla Germo dan “Ayam
Kampus” 2016 Strategi yang dilakukan komunikasi oleh
germo dalam
membangun
kepercayaan kepada ayam kampus
2. Siti Fatimah Komunikasi
Nonverbal di Kalangan Ayam
Kampus di
Universitas Sumatera Utara
12 3. Elfrida
Grace
Ayam Kampus Kota Medan Dengan Analisis Teori Dramaturgi
2008 Deviasi sosial yang
terjadi pada
mahasiswa sehingga berkecimpung dalam dunia seks.
Bentuk deviasi sosial dalam komunitas
“ayam kampus”
Bagaimana indeks presetasi belajar
ayam kampus
Tabel 1 adalah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, pada tabel terlihat bahwa terdapat tiga penelitian sebelumnya yang
mengkaji tentang fenomena “ayam kampus” dan perilaku komunikasi dengan
pendekatan yang berbeda-beda. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian akan dikaji tentang bagaimana ayam
kampus” memulai komunikasi sebelum pelayanan, komunikasi pada saat
melayani dan komunikasi setelah melayani. Strategi komunikasi yang dilakukan
13 2.3. Kerangka Pikir
Gambar 1 merupakan kerangka penelitian yang mengkaji tentang pola
komunikasi antara “ayam kampus” dan klien pada saat melakukan transkasi
layanan seksual, dimana pola komunikasi mencakup bagaimana “ayam kampus” memulai komunikasi sebelum pelayanan, komunikasi pada saat melayani dan komunikasi setelah melayani. pola komunikasi yang dilakukan oleh “ayam
kampus” yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap klain selanjutnya akan membentuk strategi komunikasi yang terjadi antara “ayam kampus” dan klien.
Gambar 1 Kerangka Pikir
Interaksi one night stand mahasiswi
Pengguna Jasa one night stand
mahasiswi
Pola Komunikasi