• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 932012013 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 932012013 BAB III"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

30

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kinerja penyusunan ARG di

pemerintah kota Salatiga, yang diawali dengan

melakukan pilot test terhadap 28 pegawai. Selanjutnya,

menggunakan strategi eksplanatoris sekuensial

(sequential explanatory strategy) dalam metoda

campuran (mix method). Strategi eksplanatoris

sekuensial biasanya digunakan oleh para peneliti yang

lebih condong pada proses kuantitatif (Creswell, 2010).

Strategi eksplanatoris sekuensial ini diterapkan dengan

pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap

pertama, kemudian diikuti oleh pengumpulan data

kualitatif pada tahap kedua, yang dibangun

berdasarkan hasil awal kuantitatif.

Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah penyusun

ARG di pemerintah kota Salatiga. Jenis datanya berupa

data primer yakni melalui kuesioner dan wawancara.

Populasi penelitian ini adalah pegawai yang terlibat

dalam proses penyusunan ARG di 26 SKPD/unit

pemerintah kota Salatiga. Pemilihan sample

menggunakan metode purposive sampling yang

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu, antara lain:

sample merupakan pegawai yang pernah menyusun

Gender Analysis Pathway, Gender Budgeting Statement,

(2)

31 menyusun rencana kegiatan. Data penelitian akan

dikumpulkan melalui survei dan wawancara

terhadap pegawai tersebut. Level anggaran yang

diteliti adalah level penyusunan rencana kegiatan

SKPD.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi adalah

kuatnya keinginan untuk tetap sebagai anggota

organisasi, bekerja keras sesuai sasaran organisasi,

serta menerima nilai dan tujuan organisasi (Luthans,

2005). Untuk mengukur komitmen organisasi

digunakan 6 item pertanyaan yang dikembangkan oleh

Mowday et al., (1979).

Tekanan Eksternal. Tekanan eksternal adalah suatu

daya dari luar organisasi yang membatasi ruang gerak

organisasi sehingga dapat menurunkan tingkat

kemampuan, menimbulkan kejenuhan dan rasa

tertekan bagi organisasi dalam melaksanakan tugas

(Frumkin and Galaskiewicz, 2004). Untuk mengukur

persepsi penyusun anggaran atas tekanan eksternal

yang dirasakan maka digunakan 5 item pertanyaan,

yang dikembangkan oleh peneliti.

Ketidakpastian Lingkungan. Ketidakpastian

lingkungan adalah rasa ketidakmampuan individu

untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di

(3)

32 mengukur persepsi penyusun anggaran atas

ketidakpastian lingkungan yang dirasakan maka

digunakan 5 item pertanyaan yang dikembangkan oleh

Duncan (1972).

Kinerja Penyusunan Anggaran Responsif Gender.

Kinerja penyusunan anggaran responsif gender

merupakan tingkat capaian pengalokasian anggaran ke

dalam program pemerintah yang memenuhi kebutuhan

dan kepentingan kelompok sosial yang berbeda secara

merata (Prawirosentono (1999); Budlender, 2006).

Untuk mengukur persepsi individu terhadap kinerja

penyusunan ARG, maka digunakan 8 item pertanyaan

[image:3.516.38.490.84.662.2]

yang dikembangkan dari penelitian Rinusu (2006).

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Empiris

Komitmen Organisasi (Luthans, 2005)

Kuatnya keinginan untuk tetap sebagai anggota organisasi, bekerja keras sesuai sasaran organisasi, serta menerima nilai dan tujuan organisasi.

 Kebanggaan berkerja pada organisasi khususnya sebagai penyusun anggaran.

 Berusaha keras untuk menyukseskan organisasi.

 Kesediaan menerima tugas demi organisasi sebagai penyusun anggaran.

 Kesamaan nilai individu dengan nilai organisasi.

 Kebanggaan menjadi bagian dari organisasi penyusun anggaran.

 Senang atas pilihan bekerja di organisasi tersebut.

Tekanan Eksternal (Frumkin and Galaskiewicz, 2004)

Suatu daya dari luar organisasi yang

membatasi ruang gerak organisasi sehingga dapat menurunkan tingkat kemampuan organisasi, menimbulkan kejenuhan serta rasa tertekan bagi organisasi dalam

 Banyaknya Peraturan Pemerintah Pusat terkait penyusunan ARG membuat saya sulit mengerti bagaimana menyusun anggaran yang responsif gender.

 Banyaknya peraturan Pemerintah Pusat terkait penyusunan ARG membuat saya jenuh dalam melaksanakan tugas.

(4)

33

melaksanakan tugas. terkait penyusunan ARG membuat saya terbeban dalam melaksanakan tugas.

 Budaya birokrasi di Pemerintah Kota membuat saya tidak nyaman dalam menyusun anggaran yang

responsif gender.

 Banyaknya peraturan Pemsat,

Gubernur/Walikota menghambat saya dalam melaksanakan tugas.

Ketidakpastian Lingkungan (Darlis, 2002)

Rasa ketidakmampuan individu untuk

memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat.

 Tidak memahami metode kerja penyusunan anggaran yang responsif gender.

 Tidak memiliki informasi penting yang cukup untuk membuat keputusan penganggaran responsif gender.

 Mengalami kesulitan dalam membuat keputusan ketika sedang menyusun ARG.

 Tidak memahami tindakan untuk menyelesaikan proses penyusunan ARG.

 Tidak memahami bahwa apakah saya telah memenuhi harapan publik atau belum. Kinerja Penyusunan

Anggaran Responsif Gender (Prawirosentono, 1999; Budlender, 2006)

Tingkat keberhasilan dalam pengalokasian

anggaran ke dalam

program pemerintah yang memenuhi kebutuhan dan kepentingan kelompok sosial yang berbeda secara merata.

 Saya mengidentifikasi kebutuhan laki-laki dan perempuan sebelum menyusun anggaran.

 Saya menilai dan menyusun prioritas bagi kebutuhan laki-laki dan perempuan tersebut.

 Menetapkan program dan kegiatan sesuai hasil pemetaan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

 Menetapkan progam dan kegiatan dengan memperhatikan kesetaraan akses, kontrol, benefit dan partisipasi antara laki-laki dan perempuan.

 Menetapkan proporsi anggaran yang setara untuk setiap program dan kegiatan bagi kaum perempuan dan laki-laki.

Masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini (kinerja penyusunan ARG, komitmen

organisasi, tekanan eskternal dan ketidakpastian

lingkungan) akan dinilai dengan skala likert satu

sampai empat. Skala likert empat digunakan untuk

[image:4.516.31.499.62.587.2]

mengukur respon subjek ke dalam empat poin

(5)

34 dengan interval yang sama. Seluruh variabel diberikan

empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Tidak Setuju

(STS) diberi skor 1, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2,

Setuju (S) diberi skor 3, dan Sangat Setuju (SS) diberi

skor 4.

Metoda Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan alat analisis Partial Least Square

(PLS). PLS adalah salah satu metoda statistika SEM

berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan

regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik

pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil,

adanya data yang hilang (missing value), dan

multikolinearilitas (Latan dan Ghozali, 2012).

Kinerja penyusunan ARG merupakan variabel

dependen yang diprediksimempengaruhi variabel

independen, yaitu: komitmen organisasi yang

dimoderasi oleh variabel tekanan eksternal dan

ketidakpastian lingkungan. Metode analisis selanjutnya

adalah menggunakan transkrip wawancara yang telah

dibuat. Peneliti mencatat dan menjelaskan hasil

analisis data wawancara secara sederhana.

Gambar: Kerangka Operasional Penelitian

Tekanan Eksternal (X2)

Komitmen Organisasi (X1)

Kinerja Penyusunan

ARG (Y)

Gambar

Tabel  3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel  3.1Definisi Operasional dan Pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Jika komitmen organisasi terhadap penyusunan ARG ini tinggi maka adanya mutasi ataupun tekanan eskternal itu tidak mengganggu komitmen kita untuk menysusun

Pusat ini tidak disepakati oleh Pemerintah Daerah Provinsi Papua.. dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi

kebijakan, terkait dengan program transmigrasi yang dikeluarkan. pemerintah pusat dianggap tidak berdampak positif

penelitian dengan melakukan wawancara, analisis dokumen, (b) mengkaji data yang telah terkumpul. dan menyusun refleksinya, (c) mengkaji

Pemerintah desa yang memiliki komitmen untuk menjalankan Anggaran Responsif Gender (ARG) dapat mengakomodir aspirasi dan kebutuhan setiap kelompok masyarakat desa baik laki-laki dan

Fokus utama dalam proses penandaan ARG ini adalah memastikan bahwa kegiatan yang ditandai mencerminkan kegiatan yang responsif gender, oleh karena itu peran aktif K/L

(1) Pemerintah Kota bertanggung jawab menyusun perencanaan penganggaran yang responsif gender yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah