KATA PENGANTAR
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional memberikan mandat kepada Kementerian/Lembaga untuk melaksanakan pengarusutamaan gender (PUG). Pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan yang dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan.
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga mengatur Kementerian/Lembaga untuk melakukan penandaan output ke dalam beberapa tematik APBN, termasuk tema: Anggaran Responsif Gender (ARG). Penandaan tematik ARG dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan/output/suboutput dan anggaran di Kementerian/Lembaga yang terkait dengan upaya peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan strategi PUG telah diinternalisasi di dalam proses perencanaan dan pengganggaran di seluruh Kementerian/Lembaga.
Selanjutnya, hasil identifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya dalam melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan dan anggaran untuk memastikan kinerja pembangunan dan anggaran yang mendukung kebijakan peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga Jilid II ini disusun sebagai panduan bagi Kementerian/Lembaga dalam melakukan penandaan, pemantauan, dan evaluasi anggaran responsif gender pada tingkat keluaran (output/sub-output) di dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Renja K/L tersebut kemudian menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L). Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan berpartisipasi aktif sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Pedoman ini akan terus disempurnakan sesuai masukan dan hasil pembelajaran dari penerapannya.
Jakarta, 28 Mei 2020
Subandi Sardjoko Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR SINGKATAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 3
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Definisi ... 5
1.3 Tujuan ... 5
1.4 Ruang Lingkup ... 5
1.5 Kebijakan dan Landasan Hukum ... 6
BAB 2 PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ... 9
2.1 Proses Perencanaan dan Penganggaran ... 9
2.2 Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender ... 10
2.3 Instrumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender ... 13
2.3.1 Gender Analysis Pathway ... 13
2.3.2 Gender Budget Statement ... 16
BAB 3 PENANDAAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER ... 21
3.1 Penandaan Anggaran Tematik APBN ... 21
3.1.1 Output Kegiatan sebagai Basis Penandaan Anggaran ... 22
3.2 Waktu dan Proses Penandaan ARG ... 23
BAB 4 PENGENDALIAN DAN EVALUASI ... 35
BAB 5 PENUTUP ... 40
LAMPIRAN ... 42
Lampiran 1. Tata Cara Penandaan Anggaran pada Penyusunan Renja K/L dalam Sistem Informasi KRISNA Renja K/L ... 43
Lampiran 2. Daftar Anggaran Responsif Gender Tahun 2020 ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Penyusunan Gender Analysis Pathway ... 14
Tabel 2.2 Contoh Pengisian Gender Analysis Pathway ... 15
Tabel 2.3 Format Gender Budget Statement ... 17
Tabel 2.4 Contoh Pengisian Gender Budget Statement ... 18
Tabel 3.1 Waktu dan Proses yang Dilakukan terkait Penandaan ARG di dalam Perencanaan dan Penganggaran Tahunan ... 25
Tabel 4.1 Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian dan Evaluasi………. 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sinkronisasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran ... 9
Gambar 2.2 Timeline Penyusunan Renja K/L ... 9
Gambar 2.3 Kerangka Analisis Gender dengan Gender Analysis Pathway ... 13
Gambar 3.1 Penandaan Tematik APBN dalam Sistem Informasi KRISNA ... 21
Gambar 3.2 Struktur Data dalam Sistem Aplikasi KRISNA ... 22
Gambar 3.3 Waktu Pelaksanaan Penandaan/Tagging dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran ... 23
DAFTAR SINGKATAN
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARG Anggaran Responsif Gender
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJA Direktorat Jenderal Anggaran GAP Gender Analysis Pathway GBS Gender Budget Statement IDG Indeks Pemberdayaan Gender IPG Indeks Pembangunan Gender KAK Kerangka Acuan Kerja
KPPPA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KRISNA Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran
PMK Peraturan Menteri Keuangan
PPRG Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender PUG Pengarusutamaan Gender
Renja K/L Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Renstra K/L Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
RKA K/L Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang berkeadilan dan inklusif dilakukan antara lain melalui kebijakan pengarusutamaan gender (PUG). PUG merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan, mulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan.
PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi setiap insan baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan.
Mandat untuk melaksanakan PUG oleh semua kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah telah dimulai sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia No.
9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Mandat tersebut diperkuat melalui Undang-Undang (UU) No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, RPJMN 2010-2014, RPJMN 2015-2019, dan RPJMN 2020- 2024. Dalam rangka percepatan pelaksanaan PUG, pada tahun 2012 diluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan, Penganggaran yang Responsif Gender (Stranas PPRG) melalui Surat Edaran Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Mandat ini diperkuat dengan komitmen pemerintah untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya pada Tujuan 5 yaitu mencapai kesetaraan gender.
Urgensi PUG sebagai sebuah strategi pembangunan dilihat dari teridentifikasinya isu strategis gender di berbagai bidang pembangunan. Isu strategis gender tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan dan kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan yang mencakup berbagai bentuk mulai dari pelabelan, marjinalisasi, subordinasi, beban ganda dan diskriminasi berbasis gender. Hal ini tergambar dari capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang merupakan dua indeks penting untuk melihat capaian pembangunan kesetaraan gender 1 . Pencapaian IPG dan IDG Indonesia menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun. IPG meningkat dari 90,96 di tahun 2017 menjadi 91,07 di tahun 2019 yang berarti kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki semakin mengecil di beberapa bidang pembangunan. IDG juga meningkat dari 71,74 di tahun 2017 menjadi 72,10 di tahun 2018.
1Komponen di dalam penghitungan IPG meiputi: (1) umur harapan hidup, (2) harapan lama sekolah dan Rata-rata lama sekolah, serta (3) pengeluaran per kapita. Sementara komponen di dalam penghitungan IDG mencakup: (1) keterlibatan perempuan di parlemen, (2) perempuan sebagai tenaga manajer, profesional, administrasi, teknisi, dan (3) sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja.
Meskipun meningkat, kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan masih terjadi.
1. Di bidang pendidikan rata-rata lama sekolah anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, yaitu 7,89 tahun dan 8,81 tahun (BPS, 2018). Perempuan yang tidak memiliki ijazah lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 25,62 persen dan 24,04 persen. Anak perempuan yang putus sekolah rentan mengalami perkawinan anak yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak anak.
2. Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). Saat ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga (IRT) meningkat.
Jumlah penderita AIDS tertinggi adalah IRT, mencapai 16.405 orang (Kementerian Kesehatan, 2018).
3. Di bidang ketenagakerjaan, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih rendah. TPAK laki-laki sebesar 83,13 persen sementara TPAK perempuan hanya sebesar 51,89 persen. Rata-rata upah buruh perempuan adalah 2,45 juta rupiah/bulan, lebih rendah dibandingkan dengan upah laki-laki sebesar 3,17 juta rupiah/bulan. Sektor kerja formal juga didominasi oleh tenaga kerja laki-laki yaitu mencapai 65,80 persen dibandingkan perempuan 34,20 persen (Sakernas, Ags 2019).
4. Dalam hal perlindungan, kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2016 menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik selama hidupnya. Komnas Perempuan mencatatat ada 471.431 kasus kekerasan sepanjang tahun 2019, meningkat dari tahun 2018 sebesar 406.178 kasus. Angka perkawinan anak juga masih cukup tinggi di mana 11,21 persen perempuan usia 20-24 tahun melakukan perkawinan pertama sebelum usia 18 tahun (Susenas, 2018).
5. Keterwakilan perempuan di bidang politik masih belum optimal dan belum disertai pemahaman gender. Persentase keterwakilan perempuan di DPR masih sebesar 20,52 persen (KPU, 2019) dan persentase keterwakilan perempuan di DPD adalah 30,88 persen. Di lembaga eksekutif, proporsi perempuan yang menduduki jabatan struktural Eselon I-V hanya 33,16 persen dibandingkan laki-laki yang mencapai 66,83 persen (BKN, 2018).
6. Di bidang hukum, terdapat 421 kebijakan dan regulasi diskriminatif dikeluarkan oleh pemerintah daerah antara tahun 2009-2016. Selain itu, pengetahuan aparat penegak hukum dan para calon aparat hukum terkait isu gender dan pentingnya kesetaraan gender masih kurang. Hukum perdata terkait isu gender saat ini juga masih minim perhatian.
7. Di bidang infrastruktur, hunian dan sanitasi yang tidak layak menghambat perempuan dalam melakukan aktivitas. Rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi layak dan air minum layak masing-masing masih 30,73 persen dan 11,34 persen (Susenas, 2018).
Kelangkaan air bersih menyebabkan perempuan sulit mengelola rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif dan ekonomis. Hunian sempit dan infrastruktur sanitasi yang berlokasi jauh dan gelap menyebabkan perempuan rentan mengalami kekerasan dan pelecehan seksual.
8. Dalam hal akses terhadap sumber daya alam, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih rendah. Pembukaan lahan tanpa melibatkan perempuan adat menyebabkan terampasnya hak perempuan adat dalam mengelola sumber daya alam.
Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) memegang peranan strategis untuk memastikan manfaat pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh warga negara. PPRG disusun dengan mempertimbangkan keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan dalam hal memperoleh akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan. Melalui PPRG, diharapkan alokasi sumber daya pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
PPRG merupakan bentuk implementasi dari penganggaran berbasis kinerja yang menjadi filosofi dasar penganggaran di Indonesia. Pada tahapan perencanaan, PPRG mengintegrasikan persepektif gender, meliputi aspirasi, pengalaman, kebutuhan dan permasalahan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus; ke dalam proses perencanaan. Hal ini mencakup perencanaan jangka Panjang (RPJP), perencanaan jangka menengah (RPJMN dan Renstra K/L) hingga ke perencanaan tahunan (RKP dan Renja K/L).
Sedangkan penganggaran responsif gender merupakan pendekatan untuk mengalokasikan anggaran bagi perencanaan yang disusun sebagai hasil dari analisis gender. Penganggaran responsif gender akan direfleksikan ke dalam dokumen anggaran seperti RKA dan DIPA K/L yang responsif gender.
1.2 Definisi
Penandaaan anggaran adalah proses memberikan tanda (tagging) pada output/sub-output kegiatan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran sebagai bentuk komitmen kementerian/lembaga dalam mendukung Prioritas, Nawa Cita, Janji Presiden, dan Tematik APBN.
Dengan demikian, penandaan anggaran responsif gender adalah proses memberikan tanda (tagging) pada output/sub-output kegiatan dalam dokumen Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) sebagai bentuk komitmen kementerian/ lembaga dalam mendukung pengarusutamaan gender dalam pembangunan.
1.3 Tujuan
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi Kementerian/Lembaga (K/L) dalam melakukan penandaan, pemantauan, dan evaluasi anggaran responsif gender pada tingkat keluaran kegiatan (output/sub-output) di dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga. Renja K/L tersebut kemudian menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L).
1.4 Ruang Lingkup
Buku pedoman ini mencakup:
a. Konsep dan instrument Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) b. Proses identifikasi dan penandaan keluaran (output/sub-output) yang responsif gender
di dalam Rencana Kerja K/L.
c. Proses penelaahan output/sub-ouput yang responsif gender yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan Kemenkeu sesuai dengan lingkup tanggung jawab, tugas pokok, dan fungsi masing-masing.
d. Proses pengendalian dan evaluasi anggaran responsif gender yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas, Kemenkeu, KPPPA dan K/L terkait sesuai dengan lingkup tanggung jawab, tugas pokok, dan fungsi masing-masing.
1.5 Kebijakan dan Landasan Hukum
Kebijakan dan landasan hukum terkait penandaan anggaran responsif gender adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
3. Peraturan Pemerintah Nomer 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
6. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
11. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 1/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Perubahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
12. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penelaahan Rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
13. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 4/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
Penandaan anggaran responsif gender yang tercakup di dalam buku pedoman ini hanya dilakukan pada belanja K/L dalam APBN, tidak termasuk Belanja Non-K/L, Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)
BAB 2
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
2.1 Proses Perencanaan dan Penganggaran
Sistem perencanaan dan penganggaran disusun mengacu pada UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan PP Nomor 17 Tahun 2017 tentang tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional.
Gambar 2. 1 Sinkronisasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Gambar 2.1 memperlihatkan sinkronisasi sistem perencanaan dan penganggaran yang berlaku saat ini. Renja K/L disusun berpedoman pada Renstra K/L dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Setelah Renja K/L ditelaah dan ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, disusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang nantinya akan menjadi Rincian APBN.
Gambar 2. 2 Timeline Penyusunan Renja K/L
Sumber: Dikutip dari Paparan Dit. Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Bappenas
Rancangan RKP Perpres RKP
Trilateral Meeting 1 (TM -1) Rangkaian Rakorbangpus
dan Musrenbangnas
Pemutakhiran Rancangan Renja
Renja K/L SB Pagu Anggaran
(TM -2)
Rancangan Awal Renja
RKA-K/L
Jan - Feb Mar - Jun
Mei Juni
Rancangan Awal RKP
SB Pagu Indikatif
Rancangan Renja Maret
T – 1 T
Penyampaian Rancangan
Renja April
Pembicaraan Pendahuluan dengan DPR
DIPA Pembahasan
Dengan DPR
Alokasi Anggaran dan APBN Oleh
DPR DIPA
Jul - Des
Pemutakhiran RKP
APBN-P Closing 31 Des Desember
Draft Rancangan Awal RKP
Bilateral Meeting (BM) Workshop
Internal Tema, Sasaran, Arah Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan
Nasional
Sidang Kabinet Januari
T – 2
Nov
Juli
Fase Perubahan Renja K/L di Tahun Perencanaan
Fase Perubahan Renja K/L di Tahun Pelaksanaan
TIME FRAME
RKP
MILE STONE
&
PROSES
RENJA K/L
Evaluasi
& Reviu Baseline
Siklus perencanaan dan penganggaran di Indonesia dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember di tahun yang sama, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2. Alur tersebut memperlihatkan bahwa Renja K/L dibuat selambat-lambatnya di Bulan April, dengan mengacu pada Renstra K/L dan pagu indikatif. Di bulan berikutnya setelah semua Renja K/L dikumpulkan oleh Kementerian PPN/Bappenas, dan seluruh anggarannya dibahas bersama DPR RI, maka ditetapkanlah RKP yang telah memuat pagu sementara. Selanjutnya, RKP akan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA K/L dan kumpulan dari seluruh RKA K/L menjadi Lampiran RAPBN. Tahap berikutnya, setelah RAPBN dibahas dan disahkan menjadi APBN maka ditetapkanlah pagu definitif K/L dan RKA K/L menjadi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) K/L.
2.2 Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) merupakan serangkaian cara sistematis untuk mengintegrasikan perspektif gender di dalam proses perencanaan dan penganggaran, meliputi pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki (KPPPA, 2010: 4). PPRG dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan.
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender bukanlah proses yang terpisah dari sistem perencanaan dan penganggaran yang ada, tetapi lebih merupakan instrumen untuk meningkatkan kualitas dokumen perencanaan dan penganggaran. Hal penting dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan adalah mewajibkan penggunaan analisis gender dalam menyusun kebijakan strategis dan kebijakan operasional (KPPPA, 2010:1). Dokumen kebijakan pembangunan meliputi RPJPN, RPJMN, Renstra K/L, RKP, Renja K/L yang dioperasionalkan melalui RKA K/L dan DIPA. Dokumen kebijakan tersebut menjadi dasar/payung penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender.
Pelaksanaan PPRG di K/L mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran secara nasional.
Siklus dimulai dengan penyusunan Renja K/L di November-Desember tahun sebelumnya - April, dan dilanjutkan dengan diterimanya pagu indikatif, dan berakhir setelah keluarnya DIPA di Agustus- Desember tahun yang sama.
Penyusunan PPRG mempunyai tujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman para pengambil keputusan tentang pentingnya isu gender dalam kebijakan pembangunan dan pentingnya upaya untuk mempercepat terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.
2. Memastikan bahwa alokasi anggaran pembangunan dan belanja negara/pengeluaran pembangunan akan menjamin adanya manfaat yang adil bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran, serta membangun transparansi anggaran dan akuntabilitas pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan.
4. Membantu mengurangi kesenjangan gender dan menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dan atau laki-laki dalam pembangunan.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
6. Menjamin agar kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok sosial (berbagai jenis kelamin, usia, ras, suku, dan lokasi) dapat diakomodasikan ke dalam belanja/pengeluaran (lihat KPPPA, 2010:9).
Di dalam siklus pembangunan yang utuh, PPRG secara otomatis juga akan mencakup aspek pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi yang akan dilaporkan di dalam sistem pemantauan dan evaluasi. PPRG tidak berarti bahwa aspek gender hanya akan ada di tahapan perencanaan dan penganggaran saja tetapi harus dimaknai sebagai satu siklus pembangunan yang utuh. Integrasi perspektif gender di setiap tahapan pembangunan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
1. Tahap analisis situasi, yaitu dengan mengidentifikasi perbedaan potensi dan kebutuhan, akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat sumber daya pembangunan pada laki-laki dan perempuan dengan menggunakan data-data gender. Dilakukan eksplorasi norma gender, relasi gender, dan berbagai bentuk ketidaksetaraan antar kelompok, serta pengaruh dan dampaknya terhadap kebijakan/program pembangunan.
2. Tahap perencanaan dan penganggaran, yaitu dengan memperhatikan aspek gender di dalam perumusan setiap kebijakan/program/kegiatan.
3. Tahap pelaksanaan kegiatan, yaitu dengan memperhatikan partisipasi laki-laki dan perempuan secara bermakna dan seimbang atau dengan berpihak pada salah satu kelompok yang lebih membutuhkan (afirmasi).
4. Tahap pemantauan dan evaluasi, yaitu dengan menggunakan berbagai indikator yang sensitif gender, data terpilah gender, dan menganalisis dampak/manfaat kebijakan/program terhadap laki-laki dan perempuan.
5. Tahap pelaporan. Aspek gender juga dapat menjadi bagian dari pelaporan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja, yaitu dengan melaporkan besaran ARG dan menunjukkan temuan dan praktek baik/buruk terkait PUG melalui PPRG. Upaya ini juga menjadi marketing strategy dalam mempromosikan kesetaraan gender dan mendorong sektor lain untuk melaksanakan PUG melalui PPRG.
Perencanaan responsif gender akan menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. ARG dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Anggaran khusus target gender adalah anggaran yang bersifat afirmatif, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang lebih tertinggal dibandingkan kelompok lainnya berdasarkan hasil analisis gender. Contoh anggaran khusus target gender antara lain:
a. Anggaran pendidikan politik bagi perempuan;
b. Anggaran pemberdayaan ekonomi perempuan;
c. Anggaran pelibatan laki-laki dalam pencegahan KDRT; dan d. Anggaran peningkatan kesertaan KB pria.
2. Anggaran kesetaraan gender adalah anggaran untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan gender. Melalui analisis gender dapat diketahui adanya kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan serta adanya kesenjangan relasi antara laki-laki
dan perempuan dalam hal akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya pembangunan. Contoh anggaran kesetaraan gender antara lain:
a. Anggaran pembangunan infrastruktur yang didesain responsif terhadap kebutuhan laki-laki dan perempuan;
b. Anggaran penanganan pengungsi korban bencana yang dialokasikan dengan mempertimbangkan perbedaan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki kebutuhan spesifik, khususnya terkait kesehatan reproduksi yang seringkali terabaikan dalam penanganan bencana. Tempat penampungan pengungsi dan hunian sementara yang dibangun dengan mengakomodasi kebutuhan khusus perempuan, misalnya tersedia ruang berganti pakaian, menyusui, dan sarana MCK dan air bersih; dan
c. Anggaran penyediaan sarana produksi pertanian yang aman dan ramah bagi perempuan; dan
d. Anggaran peningkatan kapasitas pelaku industrial terkait kesetaraan di tempat kerja.
3. Anggaran pelembagaan PUG adalah anggaran yang bersifat enabler, ditujukan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan PUG dan menginternalisasi PUG di dalam proses bisnis K/L. Dalam hal ini K/L dapat mengalokasikan anggaran khusus. Contoh anggaran pelembagaan PUG antara lain:
a. Anggaran sosialisasi dan advokasi PUG di K/L;
b. Anggaran penyusunan data terpilah gender;
c. Anggaran koordinasi PUG dan PPRG;
d. Anggaran pelatihan PUG dan PPRG; dan
e. Anggaran penyusunan kebijakan/peraturan untuk mendukung pelaksanaan PUG di internal K/L.
ARG bekerja dengan cara menelaah dampak dari belanja suatu kegiatan terhadap perempuan dan laki-laki, dan kemudian menganalisa apakah alokasi anggaran tersebut telah menjawab kebutuhan perempuan dan kebutuhan laki-laki secara seimbang. Oleh karena itu ARG melekat pada struktur anggaran (program, kegiatan, dan output/suboutput) yang ada dalam RKA- KL. Sebuah output yang dihasilkan oleh kegiatan akan mendukung pencapaian outcome (hasil) program, hanya saja muatan subtansi/materi output yang dihasilkan tersebut dilihat dengan sudut pandang gender.
ARG berfokus pada bagaimana anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil untuk laki-laki dan perempuan
1. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan 2. ARG bukan berarti alokasi anggaran 50% laki-laki dan 50% perempuan 3. ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang dikhususkan untuk
perempuan
4. ARG tidak berarti hanya terdapat pada kegiatan khusus pemberdayaan perempuan
5. Tidak harus semua kegiatan dikoreksi agar menjadi responsif gender, namun ada juga kegiatan yang netral gender
2.3 Instrumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
Instrumen di dalam melaksanakan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender meliputi Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS). Secara teknis, GBS disusun mengacu pada GAP dan menjadi bagian dari kerangka acuan kerja (KAK) yang wajib dilampirkan sebagai dokumen pendukung di dalam sistem Informasi KRISNA Renja K/L.
2.3.1 Gender Analysis Pathway
Gender Analysis Pathway/GAP adalah alat bantu analisis gender yang dapat digunakan oleh perencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan dalam menyusun PPRG. GAP digunakan untuk (a) mengidentifikasi kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues) dilihat dari akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki maupun perempuan; (b) mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender; (c) merumuskan permasalahan sebagai akibat adanya kesenjangan gender; dan (d) mengidentifikasi langkah- langkah/tindakan intervensi yang diperlukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut. Kerangka analisis gender dengan GAP digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Kerangka Analisis Gender dengan Gender Analysis Pathway
Penyusunan GAP dilakukan dengan 9 langkah yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Tahap I: Analisis Kebijakan yang Responsif Gender
Tahap ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan serta menganalisis faktor-faktor penyebab kesenjangan gender dengan menggunakan data terpilah sebagai data pembuka wawasan. Pada tahap ini, 5 (lima) langkah yang dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan dari kebijakan/program/kegiatan
2. Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan serta data dan informasi pendukung lainnya
3. Mengidentifikasi faktor kesenjangan gender
4. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di internal K/L 5. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di exkternal K/L
Tahap II: Formulasi Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan
Tahap ini bertujuan untuk memformulasikan kebijakan yang responsif gender. Langkah yang dilakukan yaitu:
6. Merumuskan kembali kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender 7. Menyusun rencana aksi
Tahap III: Pengukuran Hasil
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan ukuran dan indikator kinerja. Langkah yang dilakukan adalah:
8. Menetapkan data dasar 9. Menetapkan indikator kinerja
Kesembilan langkah tersebut diuraikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Tahapan Penyusunan Gender Analysis Pathway
Tahap I
Analisis Kebijakan yang responsif gender
Tahap II
Formulasi Kebijakan dan rencana Aksi ke depan
Tahap III Pengukuran hasil
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9 Pilih
kebijakan/
program/
kegiatan yang akan dianalisis
Data pembuka wawasan
Isu Gender Kebijakan & Rencana ASksi Pengukuran hasil Faktor
kesenjangan gender
Sebab kesenjangan internal
Sebab kesenjangan eksternal
Reformulasi tujuan
Rencana aksi
Data dasar Indikator kinerja
Identifikasi dan tuliskan tujuan dari kebijakan/
program/
kegiatan
Sajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin, kuantitatif dan kualitatif
Temu kenali isu gender di proses perencanaan dengan memperhatikan faktor-faktor kesenjangan:
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat (Cantumkan hanya faktor kesenjangan yang relevan)
Temu kenali penyebab kesenjangan gender yang berasal dari internal Lembaga dan/
atau budaya organisasi
Temu kenali penyebab kesenjangan gender yang datang dari lingkungan eksternal Lembaga pada proses pelaksanaan program/
kegiatan
Reformulasikan tujuan kebijakan/
program/
kegiatan bila tujuan yang ada belum responsif gender/ belum efektif untuk menjawab isu gender yang diuraikan di langkah 2, 3,4 dan 5
Tetapkan rencana aksi/
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang responsif gender/
menjawab isu gender di langkah 3,4 dan 5
Tetapkan data dasar yang diambil dari langkah 2 yang relevan untuk mengukur pencapaian tujuan di langkah 6
Tetapkan indikator kinerja (output maupun outcome) yang menjadi alat ukur pencapaian tujuan di langkah 6
Catatan: Langkah 1 dilakukan pada level program/kegiatan, sedangkah langkah 7 merupakan satu level di bawahnya. Untuk rencana aksi di langkah 7, tidak perlu dilakukan Analisis GAP lagi, cukup dengan check-list (daftar periksa)
Tabel 2.2 Contoh Pengisian Gender Analysis Pathway
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Pilih Isu Strategis/
Kebijakan/
Program/
Kegiatan yang akan
dianalisis.
Perluasan akses permodalan untuk perempuan
Output:
Rekomendasi Percepatan perencanaan perluasan permodalan bagi perempuan
Data Pembuka Wawasan
Isu Gender Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan Monitoring
Faktor Kesenjangan
Sebab Kesenjangan
Internal
Sebab Kesenjangan
Eksternal
Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Baseline)
Indikator Gender
- Perempuan terkendala menjadi wirausaha:
1. 12% Akses permodalan dari bank maupun instistusi lainnya terbatas. (sumber:
Tambunan 2017) 2. 80% UKM perempuan
kebutuhan kreditnya tidak terlayani (IFC 2018)
3. Pencairan pinjaman perempuan 37% lebih rendah dari laki-laki 4. Kepemilikan aset
perempuan lebih rendah 26% dari laki- laki (BBVA 2018) 5. 66% debitur pendanaan
yang gagal bayar adalah laki-laki
Akses:
Kepemilikan ponsel lebih rendah perempuan dibanding laki2 (Findex 2017)
Manfaat:
- Sarana dan prasarana kurang memadai/kuran g ramah perempuan - Proses/prosedu
r kredit yang sulit
Implementasi program yang disusun kurang mengakomodir perempuan Belum adanya kebijakan pemerintah untuk perbankan yang menghimbau agar produk perbankan membidik niche market perempuan
Tidak ada dukungan keluarga terutama suami untuk mengakses permodalan secara mandiri (berdikari)
Peran ganda (mengurus anak dan pengusaha)
Tingkat pendidikan perempuan yang rendah
Menambah tujuan baru:
Peningkatan Kredit Perempuan Berwirausaha sebesar 2% per tahun
Meningkatkan literasi keuangan melalui wadah keperempuanan (posyandu, PKK, forum RT/RW dll)
Workshop lembaga keuangan untuk mendorong menyasar niche market,
Memberikan insentif untuk lembaga keuangan yang mendahulukan permodalan untuk UMKM Perempuan
Kredit Perempuan berwirausaha dibawah 2%
Capaian kredit perempuan berwirausaha meningkat sebesar 2%
Statistik jumlah perempuan yang memiliki kredit untuk usaha meningkat
Ukuran untuk memperlihatkan:
- kesenjangan gender hilang/ berkurang (output)
- perubahan perilaku dan perubahan relasi gender - (outcome)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.3.2 Gender Budget Statement
Gender Budget Statement/GBS atau disebut juga dengan Pernyataan Anggaran Gender atau Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG) merupakan dokumen yang menginformasikan bahwa suatu kegiatan telah merespon isu gender dan telah dialokasikan anggaran pada kegiatan tersebut untuk mengatasi ketimpangan gender. GBS disusun dengan terlebih dahulu melakukan analisis gender. Dalam pedoman ini, alat bantu analisis gender yang digunakan adalah GAP sebagaimana telah diuraikan di atas. GBS yang menerangkan output/suboutput kegiatan yang responsif gender, merupakan bagian dari kerangka acuan kerja (KAK)/terms of reference (TOR) dan harus dilampirkan sebagai dokumen pendukung perencanaan dan penganggaran. GBS terdiri atas komponen sebagai berikut:
1. Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output kegiatan sebagaimana tercantum di dalam Renja K/L;
2. Analisis situasi; berisi tentang uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output, berupa data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab kesenjangan gender baik internal maupun eksternal, serta menerangkan bahwa output/sub-output kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu. Pada analisis situasi ini juga dijelaskan isu gender pada sub-output/komponen yang merupakan bagian/tahapan dalam pencapaian output. Isu gender dapat dilihat dengan menggunakan 4 (empat) aspek yaitu:
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pada level sub-output/komponen;
3. Rencana aksi; terdiri atas sub-output/komponen input. Tidak semua sub- output/komponen input yang ada dicantumkan, tetapi dipilih hanya sub-output/komponen input yang secara langsung mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender. Jika output tersebut mempunyai sub-output, bagian ini menerangkan tentang sub-output yang terdapat isu gendernya. Namun jika tidak mempunyai sub-output, maka bagian ini menerangkan komponen yang terdapat isu gendernya;
4. Besar alokasi dana untuk pencapaian output;
5. Dampak/hasil output kegiatan; merupakan dampak/hasil dari pencapaian output kegiatan secara luas, dan dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender yang telah diidentifikasi pada bagian analisis situasi;
6. Penanda tangan GBS adalah penanggung jawab kegiatan yang dijelaskan dalam GBS tersebut.
Tabel 0.3 Langkah-langkah Penyusunan Gender Budget Statement
Dokumen GBS menjadi bagian dari KAK dan harus dilampirkan sebagai dokumen pendukung di dalam Sistem Informasi KRISNA RENJA K/L
Tabel 2.3 Format Gender Budget Statement PERNYATAAN ANGGARAN GENDER
(GENDER BUDGET STATEMENT)
UNIT KERJA :
TAHUN ANGGARAN :
PROGRAM Nama program di dalam dokumen perencanaan (Renja K/L) KEGIATAN Nama kegiatan sebagai penjabaran dari program
INDIKATOR KEGIATAN Nama Indikator Kinerja Kegiatan HASIL/OUTPUT/
SUBOUTPUT
Jenis output/suboutput, volume, dan satuan output/suboutput kegiatan TUJUAN Uraian mengenai reformulasi tujuan adanya output/suboutput kegiatan setelah
dilaksanakan analisis gender (Kolom 6 dari GAP) ANALISIS SITUASI
Analisis Situasi (diharapkan tersedia angka kelompok sasaran baik laki-laki maupun perempuan.
Jika tidak hanya berupa gambaran bahwa output kegiatan yang akan dihasilkan
mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu)
1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender).
(Diambil dari GAP langkah 2) 2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender
a. Faktor Kesenjangan (Diambil dari GAP langkah3).
b. Penyebab Internal (Diambil dari GAP langkah 4) c. Penyebab Eksternal (Diambil dari GAP langkah 5)
RENCANA AKSI
(Dipilih hanya Komponen Input yang secara langsung mengubah kondisi kearah
kesetaraan gender. Tidak semua komponen input dicantumkan)
Komponen Input 1
(Diambil dari GAP langkah 7)
Tujuan Diisi dengan informasi yang mendukung pencapaian hasil kegiatan yang responsif Gender
Alokasi Anggaran Rp. xx
Komponen Input 2
(Diambil dari GAP langkah 7)
Tujuan Di isi dengan informasi yang mendukung pencapaian hasil kegiatan yang responsif Gender
Alokasi Anggaran Rp. xx
Total anggaran Diisi dengan total anggaran untuk mencapai output
CAPAIAN PROGRAM (di level kegiatan)
output dan dampak kegiatan yang memperlihatkan perbaikan kearah KKG (Diambil dari GAP langkah 9 )
Penanggung jawab kegiatan
……….NIP/NRP ……..
Tabel 2.4 Contoh Pengisian Gender Budget Statement PERNYATAAN ANGGARAN GENDER
(GENDER BUDGET STATEMENT) Unit Kerja : ……..
TAHUN ANGGARAN : 2021
PROGRAM Inklusifitas akses permodalan
KODE PROGRAM ………..
KEGIATAN Perluasan akses permodalan untuk perempuan
HASIL/OUTPUT Rekomendasi Percepatan perencanaan perluasan permodalan bagi perempuan
ANALISIS SITUASI 3. Data Pembuka Wawasan(Data Pilah Gender).
- Perempuan terkendala menjadi wirausaha:
6. 12% Akses permodalan dari bank maupun instistusi lainnya terbatas. (sumber:
Tambunan 2017)
7. 80% UKM perempuan kebutuhan kreditnya tidak terlayani (IFC 2018) 8. Pencairan pinjaman perempuan 37% lebih rendah dari laki-laki
9. Kepemilikan aset perempuan lebih rendah 26% dari laki-laki (BBVA 2018) 10. 66% debitur pendanaan yang gagal bayar adalah laki-laki
4. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender a. Faktor Kesenjangan
Akses: Kepemilikan ponsel lebih rendah perempuan dibanding laki-laki (Findex 2017)
Manfaat:
- Sarana dan prasarana kurang memadai/kurang ramah perempuan;
- Proses/prosedur kredit yang sulit.
b. Penyebab Internal
- Implementasi program yang disusun kurang mengakomodir perempuan;
- Belum adanya kebijakan pemerintah untuk perbankan yang menghimbau agar produk perbankan membidik niche market perempuan.
c. Penyebab Eksternal
- Tidak ada dukungan keluarga terutama suami untuk mengakses permodalan secara mandiri (berdikari)
- Peran ganda (mengurus anak dan pengusaha) - Tingkat pendidikan perempuan yang rendah RENCANA AKSI Komponen
Input 1
Meningkatkan literasi keuangan melalui wadah keperempuanan (posyandu, PKK, forum RT/RW dll)
Tujuan Peningkatan perempuan melek terhadap akses permodalan
Komponen Input 2
Workshop lembaga keuangan untuk mendorong menyasar niche market Tujuan Mendorong lembaga keuangan untuk mulai membidik
niche market perempuan.
Komponen Input 3
Memberikan insentif untuk lembaga keuangan yang mendahulukan permodalan untuk UMKM Perempuan
Tujuan Mendorong lembaga keuangan untuk menerapkan forward integration strategy dalam menyasar pasar perempuan.
Total anggaran Rp. 310.058.100.000 CAPAIAN PROGRAM
(di level kegiatan)
1. Capaian kredit perempuan berwirausaha meningkat sebesar 2%
2. Statistik jumlah perempuan yang memiliki kredit untuk usaha meningkat
BAB 3
PENANDAAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER
3.1 Penandaan Anggaran Tematik APBN
Di dalam Sistem Informasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA), terdapat pilihan kategori untuk melakukan penandaan yaitu Prioritas Nasional, Nawa Cita, Janji Presiden, dan Tematik (Dukungan) APBN. Penandaan Anggaran Responsif Gender merupakan salah satu tema dalam kategori penandaaan Tematik (Dukungan) APBN dan untuk 1 (satu) Output Kegiatan atau Sub-output dapat dilakukan penandaan lebih dari 1 (satu) tema. Misalnya Output X merupakan anggaran responsif gender sekaligus merupakan anggaran mitigasi perubahan iklim dan anggaran kesehatan.
Gambar 3. 1 Penandaan Tematik APBN dalam Sistem Informasi KRISNA
Sumber: Sistem Informasi KRISNA
5
3 7
6 4
1
8 2
2 1
3 4 7
8
6 5
Infrastruktur
Anggaran
Responsif Gender Mitigasi
Perubahan Iklim
Kesehatan
Pendidikan Adaptasi Perubahan Iklim
Kerja Sama Selatan – Selatan
dan Triangular Upaya Konvergensi
Penanganan Stunting
Anggaran Tematik APBN
3.1.1 Output Kegiatan sebagai Basis Penandaan Anggaran
Di dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran, penandaan anggaran (budget tagging) dilakukan di level Output Kegiatan (keluaran) yang dihasilkan dari Kegiatan atau Sub-output yang dihasilkan dari Output Kegiatan di dalam Sistem Informasi KRISNA Renja K/L, termasuk dalam hal ini anggaran responsif gender. Output Kegiatan (keluaran) adalah produk akhir berupa barang/jasa yang dihasilkan oleh level Eselon Il/Satuan Kerja yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran Kegiatan. Sementara yang dimaksud dengan Sub-output adalah bagian dari Output Kegiatan, yang memiliki jenis dan satuan yang sama. Penandaaan yang dilakukan di level output tersebut akan terbawa di dalam RKA K/L dan DIPA. Penandaan di level Output Kegiatan atau Sub-output menyebabkan overestimasi terhadap besaran alokasi ARG karena kegiatan yang benar- benar responsif gender umumnya berada di level komponen/subkomponen.
Output yang ditandai sebagai ARG berada pada unit kerja eselon II sesuai dengan struktur data di dalam Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. Guna memudahkan proses identifikasi output responsif gender pada tahun berikutnya, pada Lampiran II disajikan daftar keluaran (output) yang responsif gender telah diidentifikasi dari Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L) tahun 2019. Output RKA-K/L tersebut bersifat dinamis dari tahun ke tahun,
Gambar 3. 2 Struktur Data dalam Sistem Aplikasi KRISNA
dapat berubah, ditambah, dikurangi, maupun direstrukturisasi sejalan dengan penyusunan Renja dan RKA K/L terkait.
3.2 Waktu dan Proses Penandaan ARG
Penandaan anggaran reponsif gender dilaksanakan mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran dan dilakukan di dalam Sistem Informasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran Rencana Kerja KL (KRISNA Renja K/L) sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3.3.
Gambar 3. 3 Waktu Pelaksanaan Penandaan/Tagging dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran
Sumber: Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Bappenas
*) Keterangan:
Apabila Renja yang disusun adalah Renja K/L Tahun Anggaran 2021, maka : T-2 : Tahun 2019 (2 tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L)
T-1 : Tahun 2020 (1 Tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L) T : Tahun 2021 (Tahun Anggaran)
Dalam hal terjadi keterlambatan proses perencanaan dan penganggaran, penandaan ARG dapat menyesuaikan dengan tahapan perencanaan dan penganggaran di tahun berjalan
Berdasarkan siklus tersebut, proses penandaan ARG dimulai dari evaluasi hasil penandaan ARG pada tahun sebelumnya serta sosialisasi dan fasilitasi PUG/PPRG untuk mengidentifikasi output/suboutput yang potensial ditandai ARG pada tahun berikutnya. Secara grais besar proses tagging dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk penandaan output ARG tahun berikutnya dan tahun sebelumnya, K/L dapat melakukan penandaan pada Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L mulai dari November (t-2) sampai dengan sebelum dikeluarkannya Surat Bersama Pagu Indikatif (SBPI).
b. K/L melakukan pemutakhiran penandaan pada periode Maret – Mei setelah pertemuan tiga pihak sesuai dengan SBPI dan ditelaah oleh Bappenas dan DJA Kemenkeu.
c. Apabila terdapat perubahan setelah keluarnya Surat Bersama Pagu Anggaran (SBPA), K/L melakukan pemutakhiran kembali penandaan ARG sesuai dengan SBPA dan ditelaah kembali oleh Bappenas dan DJA Kemenkeu.
d. Output yang telah ditandai ARG akan terbawa sampai ke RKA/KL dan DIPA.
Proses penandaan ARG dalam siklus perencanaan dan penganggaran memerlukan kolaborasi antara K/L terkait, KPPPA, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kemenkeu. Waktu pelaksanaan, pihak- pihak yang terlibat, dan proses yang dilakukan terkait penandaan ARG diuraikan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu dan Proses yang Dilakukan terkait Penandaan ARG di dalam Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L November
T-2 s.d.
Maret sebelum keluarnya SBPI
Penyusunan Rancangan Awal Renja KL
Melakukan analisis pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam bidang pembangunan yang menjadi tupoksinya, termasuk analisis capaian pembangunan menggunakan data terpilah
Hasil analisis pengarusutamaan gender (PUG)
Direktorat yang menjadi mitra K/L
a. Melakukan analisis pelaksanaan pengarusutamaan gender pada tahun sebelumnya
b. Menyampaikan hasil analisa tersebut dan rekomendasinya kepada K/L
c. Melakukan advokasi dan penggalangan komitmen pelaksanaan PUG/PPRG di seluruh KL
d. Mendampingi K/L (Biro Perencanaan, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah/APIP dan unit kerja teknis terkait) dalam melaksanakan PUG/PPRG dan memilih output/suboutput yang potensial ditandai sebagai ARG (Pelatihan menyusun GAP dan GBS)
e. Memberikan konsultasi kepada K/L dalam menyusun GAP dan GBS pada output/suboutput terpilih sebagai ARG.
a. Hasil analisis PUG, termasuk kelembagaan PUG dan ARG b. –
c. Pertemuan koordinasi dg K/L
d. Pelatihan/
pertemuan koordinasi PPRG
e. Pelatihan/
pertemuan koordinasi PPRG
Deputi Kesetaraan Gender dan Asdep Terkait
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L a. Melakukan analisis pelaksanaan
pengarusutamaan gender dalam bidang pembangunan yang menjadi tupoksinya, termasuk analisis capaian pembangunan menggunakan data terpilah
b. Menentukan output/suboutput yang ditandai sebagai ARG. ARG dapat berupa:
1. Anggaran khusus target gender (anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar khusus perempuan atau kebutuhan dasar khusus laki-laki berdasarkan hasil analisis gender) 2. Anggaran kesetaraan gender (anggaran untuk
mengatasi masalah kesenjangan pada akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya pembangunan)
3. Anggaran untuk penguatan pelembagaan PUG
c. Menyusun GAP dan GBS pada output/sub-output terpilih sebagai ARG. Dalam penyusunan GBS (Lembar Anggaran Responsif Gender) perlu diperhatikan :
1. Mengacu pada dokumen Gender Analysis Pathway/GAP
2. Menguraikan Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output
a. Hasil analisis pengarusuta- maan gender (PUG)
b. Output/sub- ouput yang responsif gender
Seluruh Unit Kerja
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L 3. Analisis situasi isu gender yaitu aspek akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat serta masalah kelembagaan PUG. Berisi tentang uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/ dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output.
4. Rencana aksi merupakan sub- output/komponen input yang secara langsung menyelesaikan hasil analisis isu gender tersebut.
5. Besar alokasi dana untuk pencapaian output.
d. Menyampaikan dokumen GAP dan GBS kepada Biro Perencanaan dan APIP
c. Dokumen GAP dan GBS
a. Mengoordinasikan penyusunan GAP dan GBS b. Menganalisis GAP dan GBS serta memberikan
feedback kepada unit kerja
c. Memastikan kelengkapan GAP dan GBS d. Melakukan penandaan ARG di Aplikasi KRISNA
Renja KL
e. Melampirkan dokumen pendukung penandaan ARG (hanya GBS yang wajib dilampirkan bersama-sama dengan KAK kegiatan)
f. Menyampaikan rincian output/suboutput yang ditandai sebagai ARG kepada KPPPA
a. Pertemuan koordinasi dengan unit kerja
b. Dokumen GAP dan GBS c. Tangging ARG
pada Krisna d. Koordinasi data
output/ sub output yang
Biro Perencana- an
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L responsif
gender Mereviu GAP dan GBS serta memberikan feedback
sesuai tugas dan kewenangannya.
Langkah penilaian meliputi:
1. Dapatkan dokumen GAP dan GBS output/sub- output yang responsif gender.
2. Identifikasi output/sub-output yang responsif gender
3. Pastikan GBS telah memuat komponen kebijakan/
program/ kegiatan, analisis situasi, rencana aksi, indikator kinerja dan anggaran
4. Pastikan apakah program/kegiatan pada GBS merupakan program strategis dan prioritas, yaitu program/kegiatan yang memenuhi 1 atau lebih kriteria sbb:
a. Mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional;
b. Merupakan kegiatan prioritas sebagaimana termuat dalam dokumen perencanaan K/L;
c. Penting dilakukan untuk mengatasi isu gender;
d. Merupakan anggaran penguatan pelembagaan PUG.
Hasil reviu GAP dan GBS
APIP
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L 5. Pastikan apakah analisis situasi menyajikan isu
gender secara jelas?, (termasuk isu kelembagaan PUG)
6. Apakah analisis situasi gender menggunakan data terpilah atau data spesifik gender?
7. Pastikan terdapat keterkaitan secara logis antara analisis situasi dengan rencana aksi dan indikator kinerja
8. Buat kesimpulan dan rekomendasi penyempurnaan
Maret setelah SBPI keluar s.d.
Juni sebelum SBPA keluar
Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting/TM) Pertama dalam rangka penelaahan Rancangan Renja KL
Menyampaikan output/suboutput yang diusulkan sebagai ARG dengan melampirkan dokumen pendukung (GBS dilampirkan besama-sama dengan KAK)
Koordinasi data output/sub output yang responsif gender a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen
Renja K/L termasuk kelengkapan dokumen GBS (di dalam KAK)
b. Ketepatan kelayakan usulan ARG (Tematik dukungan APBN)
c. Mengusulkan output/suboutput alternatif yang potensial ditandai sebagai ARG
Hasil reviu ARG, termasuk
kelengkapan GBS (di dalam KAK)
Direktorat yang menjadi mitra K/L
a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen Renja K/L, termasuk kelengkapan dokumen GBS (di dalam KAK)
Hasil reviu ARG, termasuk
kelengkapan GBS (di dalam KAK)
DJA